“Berikan tunanganmu pada Lunara!” Seorang pria tengah duduk menyilangkan kedua kakinya di sebuah sofa tunggal. Pria itu berbicara dengan tatapan dingin pada Naura yang berdiri di hadapannya.
Naura terkejut bukan main mendengar permintaan dari Aagha. Dia menatap Aagha dengan bola matanya yang melotot kaget. “Kak Aagha menyuruhku menyerahkan Lucas pada Lunara?”
“Iya. Kau harus meninggalkan Lucas. Karena di hari pernikahanmu dengan Lucas akan menjadi pernikahan Lunara. Lunara akan menggantikanmu menikah dengan Lucas.”
Naura semakin terkejut. “Kak Aagha sudah gila. Lucas bukan barang yang bisa berpindah ke tangan orang lain. Dia tunanganku. Aku dan dia saling mencintai. Bagaimana bisa aku meninggalkan Lucas dan membiarkannya menikah dengan Lunara yang jelas-jelas tidak saling mencintai?”
Naura tidak habis pikir dengan jalan pikiran Aagha yang tiba-tiba saja menyuruhnya meninggalkan Lucas dan membiarkan Lucas menikahi Lunara, sahabatnya.
“Aku tidak sedang bernegosiasi denganmu ataupun sedang meminta padamu, tapi ini perintah yang tidak bisa kau tolak.” Perkataan tegas Aagha tidak bisa dibantah.
Namun, Naura tetap tidak mau menuruti kegilaan Aagha. Dia dan Lucas sudah berjanji untuk menikah. Dia tidak akan mengingkari janjinya terhadap pria yang dicintainya itu. “Aku tidak akan menuruti keinginan gila Kak Aagha. Lucas akan tetap menikah denganku. Lagipula, semua keluarga sudah tahu kami bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. Tidak mungkin aku membatalkannya begitu saja.”
Aagha mencengkram leher Naura lalu mendorong perempuan itu ke dinding. “Kau membuat Lunara kehilangan penglihatannya. Sekarang dia harus hidup tanpa melihat dunia lagi. Itu semua gara-gara dirimu Naura. Dia terpuruk. Yang tersisa dalam hidupnya saat ini hanya cintanya pada Lucas. Dan kau malah mau merenggut satu-satunya hidupnya. Aku tidak akan pernah membiarkan kau menghancurkan hidup Lunara. Sudah cukup. Terima atau tidak. Lucas akan menikahi Lunara di hari pernikahanmu.” Tatapan tajam Aagha begitu bengis. Tak berperasaan hingga membuat Naura sedih dan akhirnya menangis.
Aagha yang melihat tangisan Naura, melepaskan tangannya dari leher Naura. “Kau akan tetap berada di sini sampai Lucas berhasil menikahi Lunara. Jangan coba-coba untuk kabur. Kalau sampai kau berusaha kabur, aku akan memberikanmu hukuman yang akan kau sesali seumur hidup.”
Pria itu meninggalkan Naura sendiri di kamar. Naura menjatuhkan dirinya ke lantai hingga duduk di sana. Tangisannya semakin keras. Dia begitu sedih gara-gara perlakuan Aagha yang begitu tega ingin memisahkannya dengan Lucas. Padahal sebentar lagi dia akan menikah dengan Lucas-pria yang sangat dia cintai. Dia begitu sakit. Dia dipaksa. Bahkan dikurung di Villa terpencil ini.
Aagha Gaozhan Ozkan. Mantan petinju kelas dunia yang baru tiga tahun menjadi direktur perusahaan Ozkan menggantikan sang paman. Pria itu dulunya sangat menyayangi Naura. Layaknya seperti adik kandung. Aagha memberikan kasih sayangnya seperti kasih sayangnya pada Lunara-adik kandungnya.
Bukan hanya Aagha yang menyayangi Naura. Orang tua Aagha pun menyayangi Naura layaknya anak kandung mereka.
Terlebih Naura memang sudah diasuh kedua orang tua Aagha sejak kecil ketika kedua orang tua Naura pindah ke Belanda-kota kelahiran sang ayah.
Namun, tiba-tiba saja berubah setelah Lunara mengalami kecelakaan tragis yang mengakibatkan matanya buta. Mobil yang dikendarai Lunara adalah mobil Naura. Baik Aagha maupun keluarganya tidak ada yang menyalahkan Naura. Mereka menganggap itu hanya sebuah kecelakaan, tidak bisa disalahkan siapapun. Hingga ketika Aagha tahu dari seseorang bahwa Naura menjalin kasih dengan pria yang dicintai Lunara, bahkan merencanakan pernikahan ditengah terpuruknya Lunara, Aagha akhirnya murka. Aagha membenci Naura dan menyalahkan Naura penyebab penderitaan Lunara.
Satu bulan lalu ketika tahu bahwa Naura dilamar oleh Lucas-kekasihnya. Aagha berusaha memisahkan mereka dengan menculik Naura dan mengurungnya disebuah Villa. Lalu, memaksa Lucas menikahi Lunara-adiknya yang buta.
Aagha datang lagi menemui Naura untuk memberitahu kabar tentang Lucas dan Lunara.
"Dua hari lagi, tunanganmu akan menikahi Lunara adikku."
Naura kaget mendengar kabar itu tapi ia diam saja di depan Aagha. Aagha pergi lagi meninggalkan Naura di kamar itu karena memang hanya itu yang ingin ia katakan pada Naura.
"Dua hari lagi, pernikahan Lunara dan Lucas dilangsungkan," gumam Naura yang ingin sekali pergi dari Villa ini untuk menemui Lunara. Bukan untuk menghancurkan pernikahan sahabatnya, namun dia ingin melihat keadaan sahabat baiknya itu, sebab semenjak kecelakaan, Naura memang tidak pernah bertemu dengan Lunara.
Malam menjelang, Naura berusaha untuk kabur. Kedua penjaga di Villa itu berhasil dia tipu hingga akhirnya mereka membuka pintu ruangan di mana Naura di kurung. Naura berlari meninggalkan Villa dalam keadaan hujan deras bahkan dia tidak sempat mengenakan alas kaki demi menghindari kedua penjaga Villa.
“Hosh, hosh, hosh, hosh!” Nafasnya sudah terengah-engah. Kabut dari hujan deras dan gelapnya malam, membuat penglihatan wanita itu tak bisa melihat jelas jalanan sepi di depannya. Terlebih di jalanan itu tak ada lampu jalan yang menerangi jalan beraspal itu.
Kedua kakinya yang tak memakai alas kaki sudah sangat kesakitan. Namun, dia tak bisa menyerah begitu saja. Kedua kakinya tetap berlari di jalanan itu untuk menemukan seseorang yang bisa menolongnya.
“Nona Naura, berhenti!” Suara dua pria berbadan besar yang mengejar, mengejutkan Naura.
Naura terkejut melihat kedua pria berbadan besar itu yang sudah dekat di belakangnya. “Tidak. Aku harus pergi. Aku tidak mau terkurung lagi di Villa itu.” Dia mempercepat larinya untuk menghindari kedua pria yang mengejarnya itu.
Namun tanpa sengaja kakinya terpeleset ketika menginjak genangan air hujan hingga membuatnya terjatuh ke aspal.
Kedua pria yang tadi mengejarnya pun berhasil menangkapnya. “Ayo ikut bersama kami nona!”
“Lepaskan aku! Lepaskan! Aku tidak mau kembali!” Naura meronta-ronta, tak mau ikut bersama kedua pria itu.
Salah satu pria menggendong tubuh Naura dibahunya lalu segera kembali ke Villa. Pria itu menghempas tubuh Naura yang basah kuyup di atas kasur.
Lalu, Aagha masuk ke kamar dan menyuruh kedua pria berbadan besar itu keluar dari kamar. Aagha membawa sebuah borgol rantai ditangannya. Dan borgol itu segera dia pasang di salah satu tangan Naura kemudian mengikatnya di sisi kanan kiri ranjang besi.
“Apa yang kakak lakukan? Lepaskan!” teriak Naura memberontak.
“Kau tidak bisa dilembutkan Naura. Sudah kuperingatkan untuk tidak kabur dari sini sebelum acara pernikahannya selesai, tapi kau malah membangkang dan tidak mendengarku. Aku tidak bisa sabar lagi menghadapimu. Sepertinya kau harus dikeraskan agar kau mengerti!”
“Kenapa kakak melakukan hal sekejam ini padaku? Aku ini adikmu juga!” Naura nenangis dihadapan pria itu.
“Dulu, aku memang menganggapmu sebagai adikku. Sama seperti Lunara yang kusayangi, tapi kau menghancurkan kasih sayang dan kepercayaanku kepadamu. Teganya kau membuat adikku menderita. Lunara kehilangan penglihatannya karena dirimu. Bukan hanya penglihatan Lunara kau ambil, tapi kau juga mau merenggut satu-satunya kebahagiaan Lunara saat ini. Tidak Naura. Aku tidak akan membiarkanmu mengambil semua kebahagiaan Lunara. Kekasih yang sangat kau cintai itu, akan menjadi suami Lunara.”
Naura berusaha bangun, dan menatap pria dingin itu dengan matanya yang berkaca-kaca. “Lepaskan aku kak! Tolong biarkan aku pergi dari sini!”
“Melepaskanmu, lalu membiarkanmu menghancurkan pernikahan adikku.” Pria itu menyeringai dengan pandangan tajam melihat Naura. “Tidak Naura. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang bisa menghancurkan kebahagiaan Lunara. Kau tetap berada di sini sampai pernikahan Lunara dan Lucas selesai.”
Aagha keluar dari kamar yang bercahaya remang-remang. Tangisan Naura semakin pecah saat pintu kamar tertutup. Dia menepuk-nepuk dadanya yang sesak akibat rasa sakit yang dia rasakan gara-gara perbuatan sang kakak angkatnya.
Lucas marah pada kedua orang tuanya yang memaksanya menikahi Lunara. “Pa, Ma. Aku tidak mau menikahi gadis buta itu. Aku tidak mencintai dia. Aku mencintai Naura. Dan sebentar lagi kami akan menikah. Kita sudah sepakat. Kedua keluarga pun sudah sepakat.”
“Papa tahu Lucas, tapi kamu lihat sendiri. Naura tidak mau menikah denganmu. Dia membatalkan pernikahan kalian lewat surat. Wanita itu sudah menganggap remeh keluarga kita. Jadi, akan lebih baik kalau kamu menikahi Lunara, karena Lunara gadis baik. Dia dari keluarga terhormat. Kalau kamu bisa menikahi dia, papa yakin bisnis keluarga kita pun akan melesat. Aagha sudah berjanji pada papa untuk berinvestasi di perusahaan kita. Kita tidak bisa melewatkan ini karena banyak perusahaan yang mau bekerja sama dengan Perusahaan Ozkan, tapi Aagha malah memilih perusahaan kecil seperti kita. Papa tidak bisa membuang kesempatan ini begitu saja.”
“Papa juga bisa bekerja sama dengan Perusahaan Ozkan kalau aku menikah dengan Naura. Karena Naura anak Tuan Ozkan juga. Adik Aagha,” jelas Lucas.
“Jangan bodoh! Naura bukan anak kandung di keluarga Ozkan. Dia itu cuma anak pembantu yang diangkat anak oleh Tuan dan Nyonya Ozkan. Neneknya sekarang pun masih bekerja menjadi Kepala Pelayan di Kediaman Ozkan. Jadi, kamu dan dia sebenarnya tidak cocok Lucas. Sejak awal, papa tidak suka dengan perempuan itu. Kami setuju dengan pernikahan kalian karena menghormati Keluarga Ozkan yang ingin menikahkan kalian berdua. Sekarang, Aagha meminta kamu menikahi Lunara, adiknya. Dan kamu, suka tidak suka. Kamu harus menikahi Lunara.”
Lucas muak mendengar ucapan ayahnya yang tetap kekeh dengan keinginannya. Dia meninggalkan rumah dengan mobil pribadinya untuk mencari keberadaan Naura. Beberapa kali dia berusaha menghubungi Naura, namun panggilannya tak kunjung diangkat.
“Sial!” Dia memukul stir mobilnya ketika panggilan ke limanya tak diangkat. Ponselnya pun dia lempar ke kursi sebelahnya.
“Sebenarnya, kamu di mana Naura? Kenapa kamu tiba-tiba membatalkan pernikahan kita dan menghilang begitu saja? Apa salahku?” Lucas terpuruk dan putus asa.
Dia sudah bertanya pada teman-teman Naura, namun tak ada yang mau memberitahukan keberadaan Naura. Mereka malah mengatakan bahwa Naura saat ini berlibur di luar negri.
Bu Retno yang merupakan nenek kandung Naura pun mengatakan hal yang sama kepadanya.
Tiba hari pernikahan Lucas dan Lunara. Naura menyaksikan pernikahan mereka di layar LED di kamarnya. Aagha sengaja menyiarkan langsung pernikahan adiknya untuk membuat Naura hancur.
Naura masih terborgol. Dia hanya bisa duduk di ranjang besi, menatap Layar LED yang ada di depan kasurnya.
Naura terlihat sedih ketika melihat wajah kedua pengantin yang tampak bahagia hingga menambah rasa sakit dihatinya. Bahkan air matanya menetes tanpa henti.
“Mereka sudah menikah, Naura. Kau tidak bisa lagi mengganggu kehidupan bahagia mereka!” Tiba-tiba suara Aagha terdengar.
Naura memutar kepalanya dan melihat Aagha berdiri di depan pintu terbuka dengan kedua tangannya terlipat di dadanya. Naura tidak mengatakan apapun dan hanya menundukkan kepalanya, tak mau melihat wajah Aagha. Naura semakin menangis. Dia menangis tersedu-sedu.
Aagha benci melihat itu hingga dia melangkah mendekati Naura dan langsung meremas dagu Naura-mengangkatnya ke atas. “Kenapa? Kau sangat tidak rela melihat kekasihmu menikah dengan sahabatmu, hah?”
“Kamu sangat kejam kak. Sangat kejam!” Air mata Naura semakin deras melihat sikap kasar Aagha kepadanya.
“Kau bilang aku kejam. Yang mana kejam? Aku atau kau yang tega menghancurkan kebahagiaan sahabatmu sendiri,” bentak Aagha sembari menatap wajah Naura dengan matanya yang melotot marah.
“Aku tidak pernah menghancurkan kebahagiaan Lunara. Kalau aku tahu bahwa dia dan Lucas berhubungan. Aku pasti meninggalkan Lucas. Aku tidak mungkin menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka kak,” bantah Naura dengan tangisan kesedihannya.
“Bohong! Dari dulu, kau tahu Lunara mencintai Lucas tapi kau sengaja menyembunyikannya dari Lunara. Kalau saja aku tidak menyelidiki semuanya, aku mungkin tidak akan tahu sampai hari kau menikah dengannya? Dan hari pernikahanmu itu, akan menjadi kehancuran adikku! Kau sangat licik Naura. Lihatlah, mereka sudah menikah sekarang dan tidak ada tekanan dari wajah kekasihmu itu. Itu artinya dia menyukai pernikahan ini.” Aagha menunjuk video Lucas dilayar LED yang membuat Naura tak bisa berkata-kata, “huh, kau itu perempuan munafik. Tidak akan kubiarkan perempuan munafik seperti dirimu mendekati adikku lagi. Kau akan tetap berada di sini sampai semuanya berjalan sesuai keinginanku.”
Aagha meninggalkan kamar Naura dalam keadaan marah. Sementara Naura hanya bisa menangis tersedu-sedu di dalam kamar. Dia meringkuk dan menangis tanpa henti di sana.
Malam hari, keadaan di Villa itu sepi seperti biasanya meski ada pengawal yang berjaga. Naura tertidur dalam posisi duduk bersandar di sandaran ranjang besi.
Tiba-tiba suara jendela kamarnya terbanting keras hingga Naura yang tidur, tersentak kaget. Matanya langsung tertuju ke arah jendela kamar yang terus terbanting karena tiupan angin kencang.
Detik berikutnya, angin semakin kencang masuk ke kamar Naura. Hujan pun mulai turun dan semakin deras. Naura sangat kedinginan akibat hembusan angin serta hujan deras yang seketika turun.
Naura yang tidak bisa menutup jendela kamar itu, hanya bisa duduk memeluk kedua lututnya.
Esok paginya.
Pelayan membuka pintu kamar Naura untuk memberikan sarapan pagi kepada Naura. Dia melihat Naura masih menutup matanya dalam posisi duduk bersandar di ranjang. “Nona Naura, saya bawa sarapan untuk Anda. Nona harus makan sebelum tuan datang. Kalau tidak, beliau akan marah lagi.”
Pelayan mengira Naura mendengarnya meski matanya masih tertutup, hingga dia bicara terus ketika meletakkan nampang makanan di atas meja. Namun, setelah selesai bicara, Naura tidak kunjung menjawab, bahkan tidak bergerak. Pelayan itu pun mendekati Naura untuk membangunkannya.
Akan tetapi, ketika menyentuh lengan Naura, dia merasakan kulit Naura yang sangat panas. Disentuhnya dahi Naura untuk memastikan. Pelayan itu begitu terkejut ketika merasakan dahi panas Naura.
“Nona Naura, Nona Naura! Apa nona mendengar saya?” Si pelayan mengguncang-guncang tubuh Naura untuk membangunkan Naura, tapi Naura lagi-lagi tak bangun sampai si pelayan panik.
Pelayan berlari keluar dan berteriak meminta tolong. “Tolong, tolong! Nona Naura pingsan!”
Teriakannya didengar oleh dua pengawal yang berjaga di Villa itu. Mereka berlari mendatangi pelayan Villa yang berdiri di depan pintu kamar Naura.
“Apa yang terjadi?” tanya salah satu pengawal.
“Nona Naura pingsan di dalam. Badannya panas sekali tuan pengawal.”
Salah satu pengawal buru-buru menghubungi bos besarnya untuk memberitahu keadaan Naura. Lalu, pengawal itu segera menghubungi dokter setelah mendapat perintah dari Aagha.
“Aku sudah menghubungi dokter. Dokter akan segera datang kemari. Tuan juga sudah dalam perjalanan ke sini. Sambil menunggu dokter, tuan memberi perintah untuk mengompres tubuh nona. Kau bisa melakukannya, kan?” kata pengawal itu pada si pelayan Villa.
“Bisa.” Pelayan itu segera melakukan tugasnya.
Sementara kedua pengawal ke depan pintu masuk Villa untuk menunggu dokter dan bosnya.
Lima belas menit setelah dokter tiba di Villa, Aagha datang ke Villa itu. Dia buru-buru masuk ke dalam di ikuti kedua pengawalnya.
“Apa dokter sudah datang?” Aagha bertanya sembari berjalan cepat menuju kamar Naura.
“Baru saja tuan.”
Dokter sudah pergi setelah memeriksa keadaan Naura. Kini yang ada di kamar Naura hanya ada Aagha dan juga pelayan yang selalu menjaga kamar Naura.
“Kau pergi saja. Biar aku yang menjaganya!” titah Aagha pada pelayan rumahnya itu.
Sang pelayan tidak mengatakan apapun, hanya membungkukkan tubuhnya di depan Aagha lalu meninggalkan kamar itu. Setelah pintu ditutup oleh pelayannya, Aagha kemudian duduk di tepi kasur-samping kiri Naura berbaring. Sejenak, ia diam menatap wajah Naura yang pucat pasi lalu berkata, “seandainya kamu tidak berbuat seperti itu Naura. Aku juga tidak akan memaksamu dan mengurungmu di sini. Semua karena dirimu sendiri yang egois.”
Aagha yang duduk menatap Naura, memutar tubuhnya menghadap jendela kamar yang ada disamping kiri tempat tidur. Daripada menatap wajah Naura yang selalu membuatnya kesal, lebih baik ia menatap yang lain saja.
Tiba-tiba Naura menggerakkan kepalanya. Ia yang tertidur, menggelengkan kepalanya dengan pelan dan keningnya mengerut. “Kak Aagha!”
Naura mengigau sembari memegang erat tangan kanan Aagha. Aagha menoleh ketika suara Naura mengigau, terdengar. Tangannya yang satu memegang tangan Naura yang masih erat meremas tangan satunya. Aagha tidak mengatakan apapun. Ia hanya menatap wajah Naura yang tampak gelisah seakan wanita itu bermimpi buruk. Dan ekspresi Naura, membuat hati Aagha yang membatu, menjadi iba.
Perlahan tangannya yang memegang tangan Naura, bergerak hingga menyentuh kepala Naura. Dengan lembut, ia membelai kepala Naura. Pandangannya yang iba, menatap Naura yang gelisah dan perlahan tangannya itu berpindah ke dahi Naura. Ia mengusap lembut kening Naura yang mengerut hingga raut gelisah menghilang dari wajah Naura.
"Aku membencimu tapi aku tidak senang melihatmu begini," ucap Aagha yang masih menatap Naura dan tangannya berpindah ke tangan Naura.
"Lucas!" Tiba-tiba, Naura mengigau-memanggil nama Lucas hingga membuat Aagha yang tadinya merasa iba, seketika berubah kesal.
Pria itu pun menghempas tangan Naura lalu berdiri sembari berteriak, "Linsy! Linsy!"
Pelayan rumahnya yang bernama Linsy itu, berlari masuk ke kamar. "Ada apa tuan?"
"Urus dia!" Setelah mengatakan itu dengan nada tinggi pada Linsy, Aagha keluar dari kamar dengan penuh amarah.Bahkan meninggalkan Villanya dengan mengendarai mobilnya sendiri-dengan laju kencang.
Sementara di hotel, di mana Lucas dan Lunara melangsungkan pernikahan mereka berdua. Suasana di sana sudah tak begitu ramai. Para tamu sudah meninggalkan tempat pesta bahkan kedua pengantin sudah ada di kamar pengantin mereka. Namun, mereka tidak menikmati malam pengantinnya. Lucas yang tidak menginginkan pernikahannya dengan Lunara, malah mengganti pakaiannya dengan pakaian casual. Setelah itu, ia merapikan rambutnya di depan cermin meja rias.
Merasa dirinya sudah rapi, ia mendatangi Lunara yang sejak tadi duduk menunggu di sofa dengan gaun pesta yang masih membalut tubuhnya. "Kau bisa mandi sekarang atau mau ganti baju, terserah. Lakukan saja yang ingin kau lakukan karena malam ini, aku tidak bisa menemanimu. Aku mau pergi."
Gadis buta itu, menggerakkan kepalanya ke kiri ketika ia merasakan suara Lucas terdengar di sebelah kirinya. Namun, wajahnya tidak bisa ia hadapkan tepat di depan Lucas berdiri. "Kak Lucas mau ke mana?"
"Ini urusanku. Tidak ada urusannya denganmu," ketus Lucas.
"Bagaimana kamu bisa bilang tidak ada urusannya denganku? Kita sudah menikah dan aku istrimu yang berhak tahu ke mana kamu mau pergi?" tegas Lunara.
Lucas kesal mendengar Lunara yang menekannya padahal ia dan perempuan itu baru saja menikah. Ia menatap kesal pada Lunara lalu berkata, "kita memang sudah menikah tapi cuma sekedar menikah saja. Aku tidak menganggapmu sebagai wanitaku apalagi menganggapmu istriku. Satu-satunya wanita dalam hidupku hanya Naura. Kau harus paham itu, Lunara."
"Kamu mencintainya tapi bagaimana dengan dia?"
"Tentu saja dia mencintaiku juga."
"Sadarlah Kak Lucas. Cuma kamu yang suka sama dia. Sedangkan dia, dia sama sekali tidak mencintaimu Kak Lucas. Dia cuma menganggapmu sebagai teman. Buktinya dia pergi meninggalkanmu. Dia menerima lamaranmu pun karena tidak mau menyakiti orang tua kita yang sudah menjodohkan kalian." Lunara tidak tahu mengenai hubungan Naura dan Lucas. Ia hanya tahu jika Lucas sangat menyukai Naura dan ingin menikahi Naura bahkan meminta pada orang tua agar menikahkan mereka berdua.
"Kata siapa Naura tidak mencintaiku? Kata siapa Lunara?" teriak Lucas karena tak terima ucapan Lunara.
"Kak Aagha. Kakakku bilang, Naura tidak mencintaimu. Dia mencintai orang lain makanya dia pergi liburan tanpa bicara langsung padamu dan hanya meninggalkan pesan singkat."
"Huh!" Lucas tersenyum sinis tapi ekspresinya itu tentu tidak bisa dilihat oleh Lunara, "kakak kesayanganmu itu sangat licik. Semua yang dia katakan padamu tidak ada yang benar. Termasuk hubunganku dengan Naura."
"Apa maksudmu Kak Lucas? Jangan memfitnah kakakku. Kamu bisa dituntut sama dia." Kening Lunara mengerut dan dari nada bicaranya terdengar tak senang mendengar Lucas menjelek-jelekkan Aagha.
"Aku tidak memfitnah dia. Yang kukatakan adalah kenyataan Lunara. Dia memang orang yang sangat licik. Dia memaksaku meninggalkan Naura lalu menikahimu. Bahkan dia mengancam keluargaku yang sekarang bergantung pada bisnis keluargamu. Kalau bukan karena ancaman kakakmu. Mana mungkin aku mau menikahimu. Kau bukan wanita yang kucintai bahkan tidak akan pernah. Walau Langit runtuh dan bumi kiamat pun, aku tidak akan mungkin mencintaimu."
Lunara meneteskan air matanya ketika mendengar semua ucapan Lucas. Bahkan ia tak mampu menyela ucapan Lucas dan hanya bisa menangis karena hatinya yang perih mendengar kata-kata Lucas.
"Dan kau harus tahu Lunara. Aku dan Naura awalnya tidak dijodohkan tapi kami memang pacaran lalu berencana menikah. Dan kami berdua yang langsung meminta restu pada kedua orang tuaku dan juga keluargamu yang sudah membesarkan Naura." Karena begitu marah pada sikap Aagha yang menekannya serta mengancamnya agar mau menikah dengan Lunara hingga ia mengeluarkan semua yang berusaha ia pendam di depan Lunara yang tidak tahu apapun.
Lunara semakin sedih. Tangisannya semakin menjadi-jadi bahkan ia memegang dadanya yang terasa sesak. "Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Naura dan kamu ...,"
Lunara tak sanggup melanjutkan kalimat yang membuat perasaannya terluka.
"Kamu harus terima kenyataan bahwa aku dan Naura saling mencintai. Jujur, aku tidak ingin menyakitimu tapi aku sudah muak dengan sandiwara ini. Setelah aku menemukan Naura. Aku akan menceraikan mu."
Lunara terkejut. "Walau kamu tidak mencintaiku tapi kamu tidak bisa semudah itu menceraikan ku Kak Lucas. Karena kamu sudah berjanji di hadapan tuhan dan kedua orang tua kita bahwa kamu akan menjagaku dan bertanggung jawab padaku. Lagipula kalau kamu terpaksa karena kakakku, kenapa baru sekarang kamu berontak? Kenapa kamu lakukan setelah kita menikah? Harusnya kamu lakukan ini ketika kakakku memaksamu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!