NovelToon NovelToon

Permaisuri Oh

Rymi melahirkan.

Jika pembaca yang sudah pernah membaca Novel "Seranjang dengan Bajingan" BAB 1 di novel ini adalah adegan saat Rymi Arash melahirkan, jadi kalian bisa skip jika tidak mau membaca ulang. Atau kalau mau membaca sekali lagi biar lebih sinkron untuk disambungkan pada BAB 2, silakan saja.

Kemudian BAB 2 barulah novel ini menceritakan Rymi yang berteleportasi ke Dunia Novel.

Oke, selamat membaca!!!

___

"Daddy..."

"Daddy... Tolong aku... Ini sakit sekali Daddy, tolong... Aku seperti mau mati, aahhhh!"

"Rym, aduh Rym, bagaimana?"

"Apa? Daddy harus apa? Daddy, tidak bisa apa-apa!"

"Daddy sakitttt!" Rymi menggenggam lengan Marco, menancapkan kuku tajamnya di sana, sangat keras bahkan membuat lengan Marco berdarah.

"Rym kau, sakiit!" keluh Marco, terasa perih saat kuku itu menancap dalam di lengannya.

"Sakitttt, ini kenapa sakit sekali, apa semua orang melahirkan sesakit ini, Saaaammm kau harus bertanggung jawab, gila, ini sakit, aku tidak mau hamil lagi, tidak mau... Aku tidak mau hamil lagi!" racaunya tanpa sadar.

Selang satu jam Rymi merasakan kesakitan itu, barulah Mike datang. Saat Mike, dokter yang ditugaskan datang, alangkah terkejutnya ia ketika melihat darah yang sudah merembes membasahi sprei. Dan yang dilihatnya juga ada dua manusia yang sama-sama sedang menahan kesakitan.

"Rym..." seru Mike.

"Aku mau melahirkan, pasti mau melahirkan!" adu Rymi saat melihat Mike.

"Tuan Marco, angkat dia, lebih baik bawa dia ke mansion, aku juga bukan dokter obygn, jadi aku tidak punya pengalaman membantu persalinan." jelas Marco.

"Apa? Jadi mengapa kau datang ke sini jika tidak bisa? Kau mau mati hah?" geram Marco.

Di tempat lain,

Sam merasakan kepanikan luar biasa, pasalnya Marco mengabarkan istrinya Rymi sudah sangat kesakitan, ia bergegas menuju mansion, Marco mengatakan istrinya itu akan tetap di bawa ke mansion karena belum bisa dibawa ke rumah sakit.

Sam tetap harus percaya, karena dia juga sudah melihat dulunya Ayaz juga di bawa ke sana dan mendapatkan perawatan yang tak kalah bagusnya dari rumah sakit ternama sekalipun.

Saat sudah sampai, Sam bergegas menuju ruangan dokter Mike, namun beruntung karena di perjalanan dia bertemu dengan dokter itu, Mike mengatakan di mana ruangan Rymi bersalin. Tanpa banyak bertanya lagi Sam langsung saja menuju ruangan yang disebutkan oleh Mike.

Rymi masih juga merasakan kesakitan, "Sialan, ini anaknya Sam benar-benar..." umpatnya pada bayi di perutnya.

"Rym, tidak boleh mengatakan itu, dia itu buah cintamu dengan Sam." ujar Marco mengingatkan.

"Persetan! Cinta apanya? Ini sakit sekali Daddy?" keluhnya lagi.

Tak lama Sam datang, Rymi tidak memedulikan itu, saat Sam mengambil alih tangannya pun dia tidak menghiraukan.

"Sayang, apa sangat sakit?" tanya Sam. Ia benar-benar kasihan melihat Rymi.

"Sakittt, kau mau merasakannya? Ku harap lebih baik kau saja yang melahirkan, aku... Ini sakit sekali!" gerutu Rymi.

Dokter yang menangani Rymi sedang dalam perjalanan, Marco benar-benar mengumpati Mike habis-habisan karena dinilai tidak becus dalam pekerjaan.

"Rym, bertahanlah!" ucap Sam.

Andai saja Rymi bisa dibawa ke rumah sakit, tentunya itu akan lebih baik dari pada harus menunggu dokter seperti ini.

"Ini salahku, aku pikir Rymi belum akan melahirkan, jadi aku tidak merekrut seorang dokter obygn, ini benar-benar salahku!" parau Marco, ia juga ketakutan, takut terjadi sesuatu dengan Rymi.

"Sam, sakit!" keluh Rymi lagi.

"Iya Rym, iya bertahan lah sebentar lagi!"

Namun karena merasa tak kuat dan kondisi Rymi yang mulai lelah, akhirnya pelan Rymi tidak bersuara lagi, matanya mulai sayu, dan saat itu juga genggamannya yang mencengkram kasar di lengan Sam terjatuh.

"Rym..." teriak Sam panik.

Mata Rymi sudah terpejam, Sam mengguncang tubuh istrinya itu, namun Rymi tidak lagi menyahutinya.

"Panggil Dokter Mike Daddy, panggil Dokter Mike!" pinta Sam cepat.

Air matanya sudah berlinang, ia menyesal, benar-benar menyesal tidak membawa Rymi ke rumah sakit.

Bersamaan dengan Marco yang membuka pintu dua orang dokter obygn yang ditugaskan untuk menangani persalinan Rymi pun datang, Marco langsung saja menarik tangan salah satunya untuk memeriksa Rymi.

"Tolong putri saya!" ucap Marco cepat memerintah.

"Mohon tenang sebentar Tuan, mohon tenang!" ujar Dokter wanita itu.

Dokter itu langsung memeriksa kesehatan Rymi yang sudah tidak sadarkan diri.

"Lakukan operasi Caesar sekarang juga!" pintanya.

Mike datang hanya selang beberapa detik saat dokter wanita itu datang, ia yang mendengar itu langsung menyuruh timnya untuk menyiapkan operasi.

Dalam keadaan tidak sadar Rymi dibawa ke ruangan operasi, dia akan melakukan operasi Caesar untuk persalinannya.

Sam benar-benar kalut, dalam hatinya tidak berhenti berdoa supaya tidak terjadi hal buruk apapun yang menyangkut istri dan juga bayinya.

Bahkan dia sudah berpikiran buruk dan mengandai-andai, jika saja sampai terjadi sesuatu dan dia diharuskan memilih, maka tentunya dia akan menguatkan hatinya untuk memilih Rymi, meskipun sangat menyayangi dan mengharapkan bayi itu, tapi tak apa jika dia harus kehilangan bayinya tapi tidak untuk Rymi. Dia tidak sanggup.

Satu jam setengah berlalu, salah satu dokter yang menangani Rymi keluar, Sam langsung bangkit dan menanyakan perihal keadaan Rymi.

"Bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya.

"Istri Bapak kehilangan banyak darah, apa di sini ada yang bersedia mendonorkan darahnya, darah nona Rymi adalah RH+ A, cukup mudah mencarinya jika di sini tidak ada yang sama!" ujar dokter itu.

"Ambil darah saya saja, darah saya sama!" ucap Sam tanpa ragu.

"Baiklah, mohon untuk memeriksakan diri terlebih dahulu, jika sudah dipastikan anda bisa menjadi pendonor maka kami akan segera menanganinya!"

"Baik!" Sam segera menuju ruangan Mike, dia akan menemui dokter itu untuk mengambil darahnya, bahkan dia lupa menanyakan bagaimana bayinya. Apakah selamat atau tidak dia tidak tau.

Marco yang mendengar itu lalu bertanya apakah Rymi bisa diselamatkan, ia sama tak kalah takutnya kehilangan Rymi seperti Sam.

"Bisa! Tapi, perlu diketahui kondisi Nona Rymi saat ini sedang koma, jadi meskipun selamat kita tetap harus berdoa dan melakukan yang terbaik untuk kesembuhannya." jawab dokter itu.

"Bayinya?"

"Bayinya tidak apa-apa, sangat sehat, beratnya 4,0 kg, dengan panjang 5,6. Tuan bisa menjenguknya nanti di ruang rawat, kami akan memindahkannya sebentar lagi!"

Marco bisa bernapas lega, akhirnya meskipun masih belum sesuai keinginannya setidaknya saat ini bayi dan ibunya selamat pikirnya.

"Terimakasih!" ujar Marco, ia benar-benar menghargai kerja dokter yang menangani Rymi itu.

"Sudah tugas kami Tuan!"

Bersambung...

Dunia novel.

"Dimana aku?" tanyanya parau, di sekelilingnya tidak ada apapun yang bisa dijadikan petunjuk tentang keberadaannya. Seingatnya dia akan melahirkan, seharusnya dia melihat serangkaian alat medis saat pertama kali terbangun. Mengapa yang ditemuinya hanya ruangan gelap dan pengap seperti ini? Di mana Sam, dimana bayinya?

"Dimana aku?" teriaknya.

"Kau Rymi Arash?" sebuah suara mengagetkan Rymi, tidak pernah mengenali suara siapa yang didengarnya, Daddynya? Bukan, tentu itu bukan suara Daddynya, lalu siapa?

"Siapa kau?" bentak Rymi, dia tidak suka disinggung jadi pikir ulang saja jika ingin bermain-main dengannya.

"Kau harus diberikan hukuman atas dosa-dosa yang telah kau lakukan, berapa banyak nyawa yang telah berkorban untuk hidupmu, kau bahkan tidak pernah menyesali nasib mereka yang menjadi korbanmu?"

"Dosa? Kau gila?" Rymi tertawa samar, memangnya siapa yang berani menghakiminya? Tuhan kah? Dia tidak sedang bicara dengan Tuhan kan?

"Berbuat baiklah, maka itu adalah satu-satunya cara untuk kau kembali!"

"Hah? Apa ini sedang syuting drama? Kau pikir aku akan percaya, kau bawa aku kemana? Aku baru saja melahirkan kau tau! Hei gila, aku akan memaafkanmu kalau kau melepaskanku cepat!" teriak Rymi, sebentar lagi mungkin sabarnya akan habis.

"Yang bisa kau lakukan hanyalah berbuat baik, kau harus membebaskan jiwa yang menderita, jadi... Menurut saja jika kau ingin kembali pada suamimu di dunia, bukankah kau harus melihat bagaimana rupa putrimu?"

"Di dunia? Hei gila, kau pikir ini di mana? Akhirat?"

Lalu, setelah menanyakan itu dan tidak lagi terdengar jawaban, tiba-tiba saja Rymi merasakan tubuhnya tersedot ke dalam lorong waktu, dan saat ia sudah sadar tiba-tiba saja dia sudah berada di tempat asing lagi.

"Kau bercanda? Tempat apa lagi ini?" gerutu Rymi, mengapa tubuhnya lemas sekali.

Rymi memijit kepalanya yang pening, dia mengedarkan pandangannya, seperti sebuah ruangan kuno, perabotan yang dilihatnya juga kuno. Rymi melihat ke arah dirinya, pakaian yang dirinya kenakan juga bukan pakaiannya saat di rumah sakit, terlihat sangat kuno dan tak ubah seperti pakaian zaman kerajaan, mengapa aneh sekali gerutunya.

"Kau sudah bangun?" sebuah suara mengagetkannya, dilihatnya seorang gadis berjalan ke arahnya. Memandang sinis, seolah begitu jijik terhadapnya.

"Hei kau, berani sekali kau menunjukan wajah jelekmu itu!" geram Rymi, sekali lagi dia adalah wanita yang tidak bisa disinggung, jadi setidaknya semua orang yang terlibat padanya harus tau diri.

"Aku? Kau sudah gila, kau lah yang jelek, dasar memalukan!" balas gadis itu.

Rymi tersinggung, lalu tanpa basa basi lagi ia bangkit dan mulai menjambak kasar rambut gadis itu, rambut yang terlihat begitu rapi tadi dalam sekejap menjadi berantakan.

"Kau bilang apa? Beraninya kau? Kau tidak tau siapa aku hah?" tanya Rymi kasar.

"Kau... Kau mau mati yaaa? Dasar, kau seharusnya memang mati, tidak usah hidup lagi dasar menyebalkan, selama ini bukan hanya wajahmu saja yang buruk rupa, sifatmu pun juga sama buruknya!" maki gadis itu.

"Plakkk!"

Satu tamparan tidak bisa lagi Rymi tahan, lalu semakin erat menjambak rambut gadis itu hingga seperti mau lepas.

"Sialan kau!"

"Kau bilang apa? Katakan sekali lagi!"

"DASAR PERMAISURI SIALAN!"

"Braakkk!"

Rymi langsung melepaskan cengkramannya kala mendengar gadis itu memanggilnya permaisuri? Permaisuri apanya? Jangan gila!

"Kau!"

"Braakkk!"

Tangan Rymi sudah dengan cepat mengayun di bawah leher gadis itu, sehingga membuat gadis itu terjatuh dan kesakitan, bahkan darah segar juga keluar dari mulutnya.

Sementara Rymi, dia masih heran mengapa gadis itu menyebutnya permaisuri?

Rymi mendekat pada sebuah kaca yang berada tidak jauh darinya, dan alangkah terkejutnya ia kala mendapati wajah yang begitu asing baginya.

"Aku... Aku, ini bukan aku?" tanyanya heran pada diri sendiri.

"Kenapa aku di sini? Siapa aku?" tanyanya lagi tak puas.

Wajah yang dipenuhi dengan jerawat besar, bintik-bintik merah di lehernya, Rymi bahkan jijik dengan wajah yang didiaminya ini.

Tunggu dulu, bukannya wajah seperti itu adalah gambaran wajah... Astagah, benarkah? Ini gila, aku tidak mungkin mendiami tubuh permaisuri t*lol itu kan?

Rymi bangkit, ia mendekat ke arah gadis yang sempat memakinya itu, "Hei kau, bukannya tadi kau mengatakan aku ini permaisuri, aku ingin bertanya, apakah aku Permaisuri Oh?" tanya Rymi, dia hanya menebak, semoga saja tidak benar.

Gadis yang ternyata adalah seorang dayang itu mengangguk, mau berbicara pun dadanya terlalu sakit akibat pukulan keras dari Rymi.

"Hah? Sungguh? Kau tidak bohong?"

Gadis itu mengangguk lagi dengan sisa-sisa tenaganya.

Whoaaa, apa ini? Aku, berteleportasi ke dunia kuno? Tidak-tidak, tidak mungkin? Tapi, mungkinkah dunia novel seperti film time travel? Jika pun benar begitu, bolehkah aku protes, mengapa juga harus mendiami tubuh permaisuri bodoh ini, sungguh jikapun aku harus berteleportasi, kenapa tidak menyuruhku untuk tersesat di tubuh wonder women saja, setidaknya itu lebih keren kan dari pada si bodoh ini?

Rymi mulai mengerti kala melihat di sekelilingnya juga.Ternyata dia harus terjebak di tubuh seorang permaisuri yang bernama Oh Dae, permaisuri itu awalnya mengalami kondisi vegetatif sebelum Rymi memasukinya.

Rymi pernah mendengar tentang Permaisuri Oh, karena sehari sebelum dia melahirkan bahkan Rymi pernah mengutuk novel kuno tersebut, dia tidak percaya bahwa ada wanita selemah itu di zaman dulu.

Permaisuri Oh, Sebuah kisah nyata yang di angkat menjadi sebuah Novel, dahulu kala diceritakan  nasib permaisuri itu sungguh malang, menjadi wanita nomor satu di negerinya namun sayangnya dianggap tidak berguna dan terhina. Dikabarkan meninggal karena bunuh diri meminum racun membuat kisah Permaisuri Oh semakin dramatis.

Permaisuri Oh merupakan istri pertama Kaisar Jung yang tidak diinginkan, Kaisar Jung sungguh tidak menyukainya karena merasa Permaisuri Oh buruk rupa namun sangat tidak tau diri karena telah dengan berani meminta perjodohan untuk menikahkan mereka. Permaisuri Oh juga terkenal sangat bodoh dan tidak mempunyai kecakapan apapun.

Kaisar Jung mempunyai satu Selir yang amat dicintainya yaitu Selir Na Ra, dia ingin menggantikan posisi Permaisuri dengan wanita yang benar-benar dicintainya itu.

Ternyata Rymi tidak semerta-merta terlempar ke dunia kuno, namun ia malah tersesat di dunia Novel.

Dia diharuskan mengubah takdir, menjadikan Permaisuri Oh menjadi wanita yang kuat dan dicintai oleh Kaisar Jung suaminya.

"Ya ya, pertanyaan pertama yang akan aku ajukan adalah, mengapa? Mengapa harus aku? Aku tidak bisa mengkhianati Sam, suamiku itu pasti sedang merindukanku saat ini!"

"Kedua, bagaimana aku bisa bersuamikan orang lain, meski Kaisar Jung yang adalah suamiku itu seorang raja, tapi aku tetap akan memilih si botak kesayanganku!"

"Ketiga, apakah aku akan kembali ke dunia nyata? Aisshhh merepotkan saja!"

Bersambung...

Permaisuri yang menyedihkan.

Rymi bangun dengan tubuh ringkihnya, namun dia tetap berusaha terlihat kuat, ia membuka pintu kuno di ruangan itu, namun tidak ada yang menyambutnya.

"Sialan!" umpatnya karena merasakan betapa mirisnya hidup permaisuri ini, bahkan pelayan pun tidak ada yang mengurusnya.

"Permaisuri apanya? Ini lebih mirip gelandangan, wajah ini benar-benar menyebalkan, tidak di dunia nyata ataupun dunia novel, kenapa selalu yang cantik saja yang diperhatikan?"

Rymi berjalan dengan tertatih, lalu seseorang Putri kerajaan itu melihatnya, "Kakak!" panggil gadis itu.

 Rymi tersenyum miris, siapa lagi ini pikirnya, ia benar-benar tidak mengenalnya.

"Siapa lagi ini, aku bahkan tidak yakin kalau wanita ini memiliki orang yang peduli padanya!"

Namun bagi Rymi tidaklah penting mengetahui siapa gadis itu, yang dirinya butuhkan saat ini adalah di mana ruangan penyimpanan obat-obatan, dia harus mengobati dirinya sendiri.

"Kakak! Mengapa berjalan sendiri? Kemana dayang yang ditugaskan untuk mengurusimu?" tanya gadis itu, terlihat cantik tapi tentu saja masih cantikan Rymi di dunia nyata. Rymi berpikir apakah gadis itu seorang putri kerajaan, karena dari novel Permaisuri Oh yang dia baca waktu itu, raja memang memiliki dua adik perempuan yang dekat dengannya? Putri An dan Putri Yu, apa gadis ini salah satu dari mereka? Terlihat dari pakaian mewahnya mungkin saja.

"Kau siapa?" tanya Rymi, lalu kening gadis itu mengkerut mendengar pertanyaannya.

"Kakak masih sakit?" tanya gadis itu lagi, hendak memastikan dengan menempelkan punggung tangannya ke dahi Rymi.

"Ahhh tidak-tidak, aku hanya sedikit pusing, tadi aku hanya bercanda!" ujar Rymi beralasan. Walau dia tidak sepenuhnya berbohong.

"Ah begitu yaaa, kalau begitu Kakak mau kemana?"

Ditanya begitu, Rymi memiliki ide, barang kali saja gadis ini bisa dirinya mintai bantuan.

"Apa kau bisa mengantarku ke klinik?"

"Klinik?"

"Ahhh, apa yaaa? Semacam ruangan untuk kita diobati?"

"Ooohhh, ayo aku bawa Kakak ke tabib istana!"

"Tabib?"

"Iya, bukankah kakak mau berobat?"

Rymi tampak mengangguk, sekarang dia mengerti.

"Atau begini saja, apa kau tau tempat penyimpanan obat di istana ini?"

"Hah? Untuk apa kita ke sana?"

"Aku ingin meracik obat sendiri untuk memulihkan tubuhku!"

"Meracik?" gadis itu tampak heran, lalu meneliti wajah Rymi, mencari keganjalan di sana.

"Kenapa?"

"Apa Kakak bercanda? Aku rasa Kakak tidak sepandai itu!" ujarnya sembari tergelak kecil.

"Apa kau sedang meremehkanku?"

"Ah bukan bukan begitu Kak, tapi jujur saja Kakak tidak pernah mengurusi hal semacam itu, jadi aku sedikit meragu."

"Kalau kau ingin lihat aku yang tidak pandai ini bekerja, cepat kau bawa saja aku ke sana, akan aku tunjukan betapa hebatnya aku!" ketus Rymi. Sialan gadis ini pikirnya, belum tau saja siapa dia di dunia nyata.

Mendengar nada bicara Kakak iparnya yang telah berubah galak, Putri kerajaan yang ternyata bernama Putri An itu bersedia mengantarnya, Rymi pergi ke tempat penyimpanan obat. Selama di perjalanan begitu banyak orang terkejut karena melihatnya, tidak ada yang bisa mempercayai dan menyangka bahwa Permaisuri negeri mereka yang tidak berguna akan lolos dari kematian.

"Mengapa mereka menatapku begitu?" tanya Rymi saat diperjalanan.

"Aahhh, mungkin mereka kecewa!"

"Kecewa? Kecewa karena apa?"

Putri An lalu merangkul Rymi semakin erat, ia sungguh rindu dengan kedekatannya dan permaisuri yang juga adalah kakak iparnya itu, sudah tiga belas hari permaisuri negeri mereka itu tidak sadarkan diri, dia adalah salah satu orang yang bahagia bisa melihat Permaisuri Oh lolos dari kematian.

"Karena Kakak yang lolos dari kematian?" jawab Putri An bersemangat.

"Benarkah?"

Lolos dari kematian? Itu berarti sebelumya aku dan permaisuri ini sama-sama pernah berada di ambang kematian, yah benar! Melahirkan anak Samudra sialan itu benar-benar serasa mau mati.

Rymi tersenyum smirk, miris sekali.

...***...

Rymi melihat beberapa tanaman obat yang sudah dikeringkan, ia mengambil bahan yang diperlukan dan segera meraciknya, beruntung saat di dunia modern dirinya adalah ahli obat dan juga racun, Marco Arash, Ayahnya itu yang adalah seorang mafia telah mengajari banyak pelajaran berharga padanya, yang nyatanya bisa dibawa sampai ke dunia yang kuno sekalipun.

"Kakak benar-benar meraciknya? Apa ini benar-benar bisa bekerja?" tanya Putri An, dia ingin percaya tapi juga meragu.

"Kau bisa melihat hasilnya setelah ini, aku ini sebenarnya adalah orang yang serba bisa!"

"Pffttt!"

"Kau tertawa?"

"Tidak!" Putri An menggeleng cepat.

"Kau adalah orang yang pertama kali berbuat baik padaku saat aku pertama kali datang ke istana ini, entahlah aku hanya ingin mengampunimu saja, padahal biasanya aku tidak selemah ini!" ujar Rymi, ia berkata sebenarnya, karena semenjak dia datang tadinya, mungkin hanya Putri An lah yang bersikap baik padanya. Meski Rymi juga tidak tau, gadis itu benar-benar baik atau hanya sandiwara, di istana adalah tempat yang paling berbahaya menurutnya.

Namun lain halnya dengan Putri An, meski rasanya dia menangkap keanehan dari gaya bicara Permaisuri kali ini, tapi dia juga terharu saat Rymi yang dikiranya permaisuri itu mengatakan kalau dia adalah orang yang pertama kali berbuat baik pada permaisuri saat pertama kali datang ke istana. Dia sangat menyukai permaisuri yang memiliki wajah buruk rupa ini, karena sifatnya yang selalu saja rendah hati, walaupun status wanita itu padahal Permaisuri negeri ini.

"Terimakasih Kak!" ujar Putri An, benar-benar terharu.

Rymi jadi bingung karena Putri An yang sudah menangis terisak, memangnya dia bicara apa tadi?

"Ooh, aku kan bilang akan mengampunimu, mengapa harus menangis?"

"Kakak... Aku terharu, aku takut kau tidak akan kembali lagi, hiks hiks!" ujar Putri An semakin mengeraskan tangisnya.

Astagah dia ini, menyebalkan sekali!

Rymi meminum ramuan obatnya, kemudian ia kembali ke ruangan tempat dia datang pertama kali tadi, dia akan beristirahat sebentar untuk memulihkan tubuhnya.

... ***...

Dua hari berlalu, Rymi merasakan lapar yang teramat di perutnya karena hari sudah sore, namun tidak satupun pelayan yang mengantarnya makanan. Kemarin selama dua hari, Putri An dan Putri Yu lah yang mengantarnya makanan, dua orang putri yang adalah iparnya itu memang cukup baik menurut penilaian Rymi, namun sayangnya tindakan kedua penolongnya itu harus diketahui oleh Kaisar Jung, jadi hari ini tidak akan ada lagi makanan yang datang untuknya.

"Apa yang harus aku makan?" gumamnya frustasi, di dunia nyata dia tidak pernah semenyedihkan ini kalau hanya ingin makan, jadi dia tidak punya kesabaran yang baik saat menghadapi situasi semacam ini.

Rymi berjalan-jalan di sekitar istana, bukan, ini bukan istana, hanya saja masih berada di lingkungan istana, miris sekali saat mengetahui dirinya ternyata ditempatkan di salah satu kamar para dayang, memang tidak ada yang menganggap kehadirannya di dunia ini.

Lamanya berjalan Rymi melihat dua ekor burung yang sedang bertengger di pohon dekat pintu gerbang, seketika terlintas ide untuk memberi makan perutnya yang sudah sangat lapar.

"Kalian! Bisa pinjamkan aku panah?" tanyanya pada beberapa prajurit yang sedang berjaga di pintu gerbang.

Semua prajurit itu menatap heran ke arahnya, seperti dia baru saja menanyakan hal yang sangat tidak masuk akal.

Cih, dasar orang-orang ini!

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!