Seorang wanita berumur dua puluh lima tahun bekerja cukup lama di Amerika. Wanita itu bekerja di salah satu perusahaan swasta dan karirnya cukup stabil di sana. Dia sudah tinggal di Amerika selama tiga tahun. Dia tidak memiliki waktu untuk bersosialisasi. Hingga di suatu siang ia bertemu dengan seorang laki-laki secara tidak sengaja di sebuah cafe.
Pemuda itu bernama Arya Wiguna dan perempuan itu bernama Ayu Putri Abimana. Mereka berdua secara tidak sengaja berkenalan karena mereka salah mengambil pesanan kopi mereka.
Ayu menoleh ke laki-laki yang berdiri di sebelahnya untuk berkata, "I think you've got the wrong Coffee. That is mine"
"Black Coffee less sugar?" Tanya laki-laki itu
Ayu tersenyum dan berkata, "Yes and yours........."
"Cappucino" Sahut laki-laki itu.
"This is yours"Ayu kembali tersenyum ke laki-laki itu.
"Where do you come from?"
"Indonesia"
Laki-laki itu langsung semringah dan berkata, "Wah! Senang bertemu denganmu. Aku juga dari Indonesia. Kenalkan namaku Arya Wiguna" Laki-laki itu mengulurkan tangannya ke Ayu.
Ayu menyambut uluran tangan laki-laki itu dan berkata, "Senang berkenalan denganmu. Namaku Ayu Putri Abimana"
Itu adalah perjumpaan pertama Ayu dengan laki-laki tampan yang bernama Arya Wiguna. Arya Wiguna adalah seorang dokter hewan yang cukup sukses di Amerika.
Sejak itu, keduanya sering janjian bertemu di cafe tersebut untuk makan siang bersama karena mereka merasa cocok satu sama lain.
Ayu adalah wanita yang ramah, hangat dan lucu sedangkan Arya adalah pria yang kaku dan dingin. Namun, Arya selalu bersedia mendengarkan dan menanggapi cerita Ayu dengan sangat baik.
Ayu yang tidak pernah memiliki teman mengobrol merasa sangat nyaman menceritakan apa saja ke Arya. Arya juga tidak keberatan menemani Ayu untuk mengobrol dan menemani Ayu makan siang.
Kebersamaan mereka itu berlangsung selama satu tahun sampai akhirnya ada benih cinta singgah di hati Ayu. Wanita itu merasa kalau Arya juga memilki perasaan yang sama karena pria itu selalu bersedia menemani Ayu, selalu bersedia menolong Ayu setiap kali Ayu membutuhkan pertolongannya dan pria itu bahkan bersedia menemani Ayu ke mana saja di waktu luangnya.
"Kalau dia punya perasaan yang sama denganku, kenapa dia tidak pernah nembak aku? Apa karena dia tipe pendiam jadi dia tidak tahu bagaimana caranya nembak seorang cewek. Apa harus aku yang mengawalinya?" Gumam Ayu di sebuah kedai makanan Asia. Ayu duduk di pojokan. kedai itu untuk menunggu Arya. Mereka janjian makan malam bersama di kedai tersebut
"Baiklah. Aku akan nembak dia duluan. Sekarang, kan, jaman udah maju. Cewek udah nggak tabu lagi nembak cowok" Gumam ayu.
Arya masuk ke kedai dan langsung melambaikan tangan ke Ayu.
Saat Arya duduk di samping Ayu, Dia langsung bertanya, "Mau makan apa? Kali ini aku yang traktir. Kemarin kamu yang traktir, kan?"
"Oke. Apa aku boleh makan apa aja?"
"Hmm. Pesan aja sebanyak yang kamu mau" Sahut Arya.
"Wah! Benarkah? Baiklah aku akan pesan capcay dan bakmi goreng"
"Kalau gitu aku akan pesan nasi goreng seafood dan sup iga sapi" Sahut Arya.
"Oke" Sahut Ayu dengan wajah semringah.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Ayu memberanikan diri menatap lekat wajah tampannya Arya dan berkata, "Maukah kau menjadi pacarku?"
Arya seketika tertegun dan mematung.
"Aku mencintaimu. Sejak pertama kali bertemu denganmu aku sudah mengagumi ketampanan kamu dan makin ke sini aku makin mencintaimu"
Arya masih diam membisu. Pria itu masih berusaha mencerna rasa yang ia miliki untuk wanita manis yang ada di depannya saat ini.
"Apa aku terlalu agresif? Atau aku terlalu ........."
"Baiklah. Kita coba untuk berpacaran" Sahut Arya dengan wajah tanpa ekspresi karena pemuda itu masih bingung dengan perasaannya sendiri.
Dia senang mengobrol dengan Ayu. Dia juga nyaman berada di sisi Ayu. Tapi, cinta? Entahlah. Tapi, siapa tahu dengan berjalannya waktu jika aku berpacaran dengannya aku pasti bisa mencintainya juga. Dia wanita yang baik dan lucu. Toh, aku menyukainya Batin Arya.
Ayu langsung memeluk Arya sangat erat sambil memekik kegirangan, "Aku akan membuatmu bahagia. Kamu nggak akan pernah menyesal berpacaran denganku"
Arya hanya tertawa bingung kala itu dan menyahut, "Oke, baiklah"
Dia profesi yang berbeda, yang satu seorang dokter hewan dan yang satu adalah seorang akuntan di perusahaan swasta, tidak membuat keduanya merasa aneh. Tapi, perbedaan itu justru membuat keduanya merasa makin menemukan kecocokan akan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan karakter, Ayu sosok yang periang, hangat dan ceriwis, sedangkan Arya sosok yang dingin dan kaku, justru membuat kedua insan itu bisa saling melengkapi dan saling membutuhkan.
Hingga di perayaan satu tahun masa berpacaran mereka, Arya berkata, "Aku ingin pulang ke Indonesia. Lagipula Kakekku butuh aku"
Ayu tampak sedih dan langaung bertanya, "Lalu, bagaimana dengan hubungan kita? Aku tidak bisa berpacaran jarak jauh. Apa kita menikah saja langsung? Kalau menikah, kan, rasanya lain. Ada tanggung jawab lebih. Jadi, kalau kamu jauh, aku rasa tidak apa-apa kalau kita sudah menikah"
"Aku mau" Sahut Arya.
"Benarkah?" Ayu menatap lekat wajah tampannya Arya dengan senyum ceria dan mata berbinar-binar"
"Tapi, aku tidak ingin menikah di sini" Sahut Arya .
"Maksud kamu?"
"Aku ingin menikah di Indonesia. Aku ingin menikah di depan Kakekku. Kakekku sangat berarti bagiku. Kau tahu, kan, kalau aku sudah yatim piatu sejak kecil"
"Baiklah. Aku akan mengajukan lamaran di salah satu perusahaan yang ada di Indonesia. Aku akan menetap juga di Indonesia kalau aku udah dapat kerjaan di sana. Lalu, kita akan menikah di Indonesia. Beri aku waktu satu tahun"
"Tapi, aku harus pulang ke Indonesia Minggu depan"
"Tidak apa-apa"
"Kamu bilang kalau kamu tidak bisa berhubungan jarak jauh dan ........."
"Karena kita aka. menikah, maka aku rasa aku akan bisa menunggu di sini dan kau harus bisa menunggu aku di sana. Hanya satu tahun dan aku akan pulang lalu kita menikah di Indonesia"
"Baiklah. Aku akan pulang dulu kalau gitu dan aku akan menunggu kamu"
"Aku akan hubungi Kakak perempuanku untuk menjemput kamu di bandara dan mengenalkan kamu ke Papaku. Lalu, Kakak Perempuanku akan aku mintai tolong untuk mencarikan kita rumah, gedung tempat kita menikah dan pernak-pernik lainnya" Sahut Ayu dengan wajah gembira dan lebih antusias.
"Baiklah. Aku akan persiapkan pernikahan kita dengan bantuan dari kakak perempuan kamu"
"Hmm. Nama kakak perempuanku Kinan Putri Abimana. Dia wanita yang lemah lembut dan pendiam. Dia jauh berbeda denganku. Jadi, kamu yang sabar menghadapinya nanti, ya? Kakak perempuanku adalah orang yang penting bagiku. Dia pengganti Mama bagiku"
"Kakak kamu sudah menikah?"
"Ah! Iya, aku lupa bercerita tentang Kakak perempuanku itu. Iya, dia sudah menikah dan memiliki satu putra yang sudah berumur lima tahun. Usia Kakakku tiga puluh lima tahun. Kami beda sepuluh tahun"
"Hmm. Oke lah. Aku akan baik-baik dengan Kakak perempuan kamu. Aku juga akan mengakrabkan diri dengan keluarga kamu sebelum kita menikah"
"Oke"
Satu Minggu sejak hari itu, Arya dan Ayu lebih sering bertemu untuk mengabadikan momen kebersamaan mereka sebelum Arya pulang ke Indonesia. Di malam itu, usai makan malam bersama, Arya mengantarkan Ayu pulang ke rumah yang Ayu sewa selama tinggal di Amerika. Rumah kecil yang cukup namanya itu dikelilingi taman bunga yang rapi, indah dan menarik banyak mata untuk memandangnya.
Namun, Ayu tidak turun dari mobilnya Arya. Ayu menoleh ke Arya untuk berkata, "Aku ingin mengantarmu ke bandara besok pagi"
"Tapi, aku berangkat jam dua dini hari. Jika kau ingin mengantarku, maka kau harus menginap di apartemenku. Karena, apartemenku lebih dekat jaraknya dengan bandara"
"Oke. Nggak masalah"
"Kau yakin? Kalau kau menginap malam ini, aku rasa aku akan sulit mengendalikan diriku untuk tidak.........."
"Lakukan saja apa yang kau inginkan. Toh, kita akan menikah satu tahun lagi"
Arya langaung melajukan kembali mobilnya menuju ke apartemennya.
"Aku belum pernah masuk ke sini. Apartemen kamu unik seperti pemiliknya dan....... hmmmppppt"
Arya langsung membungkam bibir kekasihnya dengan bibirnya. Kedua sejoli itu kemudian berciuman sembari terus melangkah masuk ke dalam apartemennya Arya. Apartemen mewah bergaya klasik yang berhadapan langsung dengan pantai itu memberikan sensasi tersendiri bagi Arya saat ia berciuman dengan kekasihnya dan memberikan debaran jantung yang tidak biasa di dada Ayu.
Arya melepaskan ciumannya lalu ia menurunkan Ayu di lantai marmer apartemen itu. Arya kemudian mengusap bibir kekasihnya dengan ibu jari dan pandangan matanya mengikuti gerakan ibu jari itu. Bibir yang masih basah karena ulahnya kembali mengundang pria tampan itu untuk mengecapnya lagi. Arya kemudian menundukkan wajahnya untuk mencium lembut bibir ranum kekasihnya, lagi dan lagi sambil mendorong Ayu menuju ke ranjang dan saat ribu. Ayu jatuh di atas kasur, Arya langsung menindihnya dan sambil menatap lekat wajah manisnya Ayu, ia berkata, "Apakah boleh?"
Ayu yang merasa bahwa ia akan segera menikah dengan kekasihnya itu menganggukkan kepala dengan penuh antusias.
Hingga pada akhirnya, Arya membuka segel Ayu dan Ayu menitikkan air mata bahagia bisa memberikan kesuciannya untuk laki-laki yang ia cintai. Pria yang sangat ia cintai.
Arya rebah di sisi Ayu dan langsung memeluk tubuh Ayu untuk berbisik di telinga Ayu, "Terima kasih sudah berikan segel kamu untukku. Andai saja aku nggak harus terbang di jam dua dini hari, aku akan melanjutkan pergulatan panas kita ke ronde kedua"
Ayu menyusupkan wajahnya di dada bidang Arya sembari berkata, "Aku bahagia banget saat ini. Aku berikan segel kesucianku dengan tulus ke kamu. Kamu jangan pernah khianati aku"
"Hmm" Sahut Arya.
Perpisahan mereka diwarnai isak tangisnya Ayu dan setelah mencium bibir Ayu cukup lama, Arya akhirnya berputar badan untuk pergi meninggalkan Ayu.
Setelah menempuh perjalanan selama satu hari lebih tiga jam, Arya sampai di bandara dan dia melihat ada seorang wanita cantik, berambut panjang dan rambut itu sangat indah kala diterpa angin, wajahnya keibuan. Arya menghentikan langkahnya di depan wanita cantik itu dan berkata, "Anda membawa papan dengan tulisan yang salah"
Wanita itu terkejut dan spontan menurunkan papan yang ada di tangannya untuk membaca tulisan yang ada di papan itu, "Arya Widura? Calon suaminya Ayu Putri Abimana yang datang dari Amerika?"
"Iya benar. Senang akhirnya saya bisa bertemu dengan Anda, Kak Kinan"
"Ah! Maaf kalau aku salah tulis nama keluarga kamu. Tapi, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku adalah Kakak perempuannya Kinan, padahal nama yang ada di papan salah?" Wanita cantik bertubuh ramping itu langsung. menautkan kedua alisnya ke Arya.
"Karena penggambaran dari Ayu sama persis dengan yang saya lihat saat ini. Anda cantik, berambut panjang dan indah. Anda juga berwajah lembut dan keibuan" Sahut Arya dengan senyum ramah.
"Ayu terlalu melebih-lebihkan. Ayo kita sarapan dulu. Setelah itu kita ke rumah Papaku. Papa ingin segera bertemu dengan calon menantunya"
"Baiklah" Sahut Arya.
Kinan mengajak Arya sarapan di restoran cepat saji dan berkata, "Maaf, ini restoran yang paling dekat dan harganya paling masuk akal. Lain kali, Kakak akan ajak kamu makan di tempat yang lebih komplit menunya"
"Nggak papa, Kak. Ini sudah cukup" Arya berucap tanpa melepaskan pandangannya dari wajah cantik calon kakak iparnya.
Dia jauh berbeda dengan Ayu. Dia berambut panjang dan Ayu berambut pendek dengan model Bob. Lalu, dia lemah lembut dan lebih banyak diam. Sedangkan Ayu, ceriwis dan selalu mendominasi percakapan. Dia keibuan dan Ayu kekanakan-kanakkan bahkan cenderung sangat manja kalau sama aku. Ayu manis dan dia cantik. Ia bertubuh ramping sedangkan Ayu itu memiliki tubuh yang seksi. Tapi, tinggi badan mereka sama dan nama keluarga mereka sama, hehehehehe. Batin Arya tanpa melepaskan pandangannya dari wajah cantik wanita yang ada di depannya.
Saat Kinan mengangkat wajah untuk mengambil saos sambal, Kinan tersentak kaget dan langsung menyemburkan protes, "Kenapa kau menatap Kakak seperti itu? Kakak jelek, ya? Kakak pasti tidak secantik Ayu, kan? Ayu memang lebih unggul segala-galanya dari Kakak"
"Ayu memang manis. Tapi, Kakak sangat cantik" Sahut Arya.
Kinan hanya menanggapi ucapannya Arya dengan senyum kecil.
Setelah sarapan selesai, Kinan mengajak Arya ke rumah Papanya dan kedatangan mereka langsung disambut hangat oleh papanya Kinan yang bernama Adit Abimana. Kinan dan Ayu sudah tidak memiliki Ibu sejak mereka masih kecil.
"Wah! Nggak nyangka kalau Putriku yang tomboy itu bisa menggaet seorang dokter setampan ini"
"Terima kasih, Om dan........"
"Panggil papa dong. Kamu akan jadi menantu Papa sebentar lagi"
"Ah, iya. Pa. Terima kasih banyak atas sambutan dan keramahan Papa"
"Oh iya, di mana Arkan? Kata Ayu, Arkan belum sekolah apa dia di sini? karena saya tidak melihatnya sejak Kak Kinan menjemput saya di bandara" Arya menoleh ke Kinan.
"Arkan sudah sekolah kemarin. Baru kemarin ia Kakak masukkan ke TK"
"Oh! Saya bawa mainan mobil remote control untuk Arkan"
"Nanti saja, pas kita jemput Arkan, kamu kasihkan oleh-oleh itu ke Arkan"
"Baiklah, Kak" Sahut Arya.
"Arkan adalah cucu pertamaku. Dia tampan dan cerdas. Kalau bisa aku minta cucu perempuan sama kamu dan Ayu nanti, ya? Hahahahahaha" Papanya Kinan berucap dengan wajah semringah.
"Amin, Pa. Semoga harapan Papa terkabul"
"Kalau kamu kasih Papa cucu cewek, kan, udah lengkap cucu Papa. Cowok dan cewek, hehehehe"
"Iya, Pa" Arya mengobrol bersama calon papa mertuanya, tapi lirikannya terus mengarah ke Kinan yang tengah membuat teh dan membuat pisang goreng di dapur bersih yang terbuka tanpa adanya sekat. Pemandangan seorang wanita memasak di dapur adalah pemandangan pertama bagi Arya karena Ayu, tidak pernah memasak.
"Kinan pandai memasak. Apa saja yang dia masak, pasti enak. Nggak seperti Ayu yang tidak suka pergi ke dapur. Sejak Ayu kecil, Kinan juga yang selalu memasak untuk Papa dan Ayu"
"Oh, gitu, ya, Pa"
Dan benar saja, setelah Arya mencicipi pisang goreng buatannya Kinan, Pemuda itu langung berkata, "Ini pisang goreng terenak saya rasa. Kakak benar-benar pandai memasak"
Kinan hanya mengulas senyum untuk menanggapi ucapan dari calon adik iparnya itu.
"Pa, Kinan mau jemput Arkan ke sekolah terus lanjut mengantarkan Dek Arya ke rumah Kakeknya"
"Baiklah. Nak Arya, Papa nitip salam untuk Kakeknya Nak Arya, ya. Besok adalah hari Sabtu dan Papa libur kerja. Papa akan main ke rumah Kakek kamu bersama Kinan dan Arkan"
"Baiklah, Pa. Terima kasih untuk niat baiknya. Maaf kalau saya kurang pandai bersopan santun. Sejak umur lima belas tahun saya tinggal di Amerika"
Papanya Kinan langsung menepuk bahu Arya sambil berkata, "Nggak, kok. Kamu sangat sopan dan sangat tampan. Hahahahaha, Ayu memang sangat pandai milih calon suami, hahahahahaha" Papanya Kinan merasa sangat bahagia dia akan memiliki menantu lagi dengan bibir, bebet, bobot yang sangat unggul seperti suaminya Kinan.
Suaminya Kinan adalah seorang CEO. Perusahaan milik suaminya Kinan bergerak di bidang eksport jam tangan dan aksesoris mewah bermerk. Jadi, suaminya Kinan diharuskan sering melakukan perjalanan ke luar negeri dan sering meninggalkan anak da istrinya sendirian di rumah.
"Terima kasih sudah menjemput saya ke bandara, mentraktir saya sarapan, membuatkan saya camilan dan kopi yang sangat enak, dan sekarang Kakak mengantarkan saya ke rumah Kakek saya"
Kinan yang pendam hanya mengulas senyum di wajah cantiknya.
"Kak, apakah besok suami Kakak juga ikut pergi ke rumah Kakek saya?"
"Suami Kakak belum pulang dari Jerman. Dia pulangnya hari Minggu" Sahut Kinan sambil terus fokus menyetir.
"Oh. Suami Kakak kerja, ya, di Jerman?"
"Suamiku nggak kerja di Jerman. Dia punya perusahaan sendiri di sini. Dia di sana untuk membuka galeri baru. Suamiku pandai mendesain dan memproduksi jam tangan dan aksesoris lainnya" Sahut Kinan.
"Oh! Pantas aja mobil yang Kakak pakai ini adalah mobil yang sangat mahal" Sahut Arya.
Kinan kembali mengulas senyum tipis di wajah cantiknya.
Arya yang sebenarnya tidak suka bicara dan jug pendiam, merasa heran ada dirinya sendiri kenapa hari ini dia begitu ceriwis dan banyak tanya.
Arya tersentak kaget saat telepon genggamnya berdering. Tampak di layar permintaan panggilan video call dari calon istrinya. Arya langsung mengangkatnya, "Halo, kamu baru pulang dari kerja, ya? Di sana jam tujuh malam, kan?"
"Hmm. Aku ada.di kedai makanan Asia favorit kita. Kamu udah ketemu dengan Kak Kinan dan Papaku?"
Arya mengarahkan layar telepon genggamnya ke kanan sambil berkata, "Kakak kamu sangat baik. Kak Kinan menjadi supirku sepanjang hari ini. Aku sebenarnya sungkan. Tapi, Kak Kinan nggak mengjinkan aku menggantikannya menyetir"
Kinan menoleh sekilas ke layar ponselnya Arya untuk melihat sekilas wajah manis adik perempuannya dan mengarahkan kembali pandangannya ke depan sambil berkata, "Kakak takut ketiduran kalau nggak nyetir"
"Hahahaha. Kakakku yang cantik dan lembut ternyata belum berubah juga, ya. Tukang tidur. Kalau udah nempel langsung molor, hahahahahaha"
Kinan tersenyum dan menyahut, "Jangan bongkar rahasia Kakak di depan calon suami kamu. Kakak malu"
"Hahahahaha" Ayu kembali menggelegarkan tawa renyahnya.
Arya kembali menatap layar telepon genggamnya dan berkata, "Papa kamu juga sangat baik. Aku akan bertemu dengan Arkan sebentar lagi dan besok Minggu bar bisa bertemu dengan Suami Kakak kamu"
"Aku kangen sama Arkan. Aku terakhir memeluk dan menciumi Arkan waktu Arkan masih berumur dua tahun. Dia pasti sekarang udah lupa sama aku"
"Nggak,kok. Kan, kamu dan Arkan sering video call-an" Sahut Kinan.
"Tapi, aku kangen meluk Arkan, Kak"
"Sebentar lagi kamu pulang dan menetap di sini. Maka peluklah Arkan sepuasnya nanti. Tapi, jangan mengeluh kalau Arkan minta jajan sama kamu nanti" Sahut Kinan.
"Hahahahaha. Iya, siap kakakku yang cantik. Aku nggak akan mengeluh kalau demi keponakanku yang cakep itu"
Arya tersenyum mendengar percakapan antara Kinan dan Ayu. Mereka benar-benar sangat berbeda. Ayu suka bercanda, ceria, murah tawa. Tapi, Kinan pelit tawa dan tidak ceria.
"Aku tutup dulu teleponnya, ya. Makananku udah datang. Peluk cium untuk semuanya yang ada di sana. Aku mencintaimu"
"Hmm" Sahut Arya dan klik! Arya mematikan ponselnya.
"Kenapa nggak kamu jawab?" Tanya Kinan sembari memarkirkan mobil kesayangannya di bawah pohon yang rindang.
"Jawab apa, Kak?" Tanya Arya sambil melepas sabuk pengamannya.
"Ayu bilang aku mencintaimu, kok, nggak kamu jawab?"
"Oh! Emm, itu, hehehehehe, aku malu menjawabnya karena ada Kakak"
"Oh" Sahut Kinan singkat sambil melangkah turun dari dalam mobil.
Arya ikutan turun dan langsung mengekor langkahnya Kinan.
Arya menatap punggung Kinan dan bergumam di dalam hatinya, dia punya tubuh yang sangat proporsiona. Tinggi dan ramping. Rambut panjangnya pun sangat indah.
Tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki bertubuh gemuk, berkulit putih, dan sangat tampan berteriak, "Mama!"
Kinan berjongkok dan langsung memeluk anak laki-laki itu, "Gimana hari pertama sekolah? Arkan nggak nangis, kan?"
Seorang wanita berkacamata dan bertubuh tambun mendekati Kinan dan Kinan langsung bangkit berdiri sambil menggandeng tangan putra tunggalnya.
"Arkan sangat pandai. Banyak anak yang menangis mencari mamanya di hari pertama mereka sekolah, tapi Arkan tidak. Bahkan Arkan mendapatkan nilai seratus di semua tugasnya"
"Wah! Anak Mama sangat hebat ternyata. Terima kasih, banyak Bu Ita. Anda sudah mendidik Arkan dengan sangat baik"
"Sama-sama Bu Kinan"
Kinan kemudian berputar badan dan Arya langsung berjongkok, "Halo jagoan yang hebat dan pintar"
Arkan sontak mendongakkan wajah tampannya dan bertanya, "Om ini siapa, Ma?"
"Om ini calon suaminya Tante Ayu. Kasih salam, gih"
Arkan menyalami Arya dan Arya langsung menggendong Arkan sambil berkata, "Om bawa oleh-oleh mobil remote control untuk kamu" Arya kemudian berjalan ke mobil dan masuk ke dalam mobil sambil memangku Arkan.
Kinan melajukan mobilnya saat Arya berkata, "Kita mainkan mobil remote control-nya di rumah Kakeknya Om sebentar lagi, ya?"
"Baiklah. Terima kasih banyak Om" Sahut Arkan.
Kinan menoleh sekilas untuk melihat putranya lalu mengulas senyum bangga.
Arya menoleh ke Kinan dan berkata, "Kakak sangat hebat mendidik Arkan"
"Dia sudah aku didik mandiri dan bermain sejak kecil karena Mama dan Papanya bekerja"
"Mamaku adalah seorang pelukis yang hebat dan Papaku seorang pembuat jam tangan yang hebat" Sahut Arkan.
"Benarkah? Lalu Arkan?" Tanya Arya.
"Arkan adalah anak yang hebat, hehehehe"
Arya dan Kinan spontan terkekeh geli secara bersamaan mendengar jawabannya Arkan itu. Kemudian. Arya dan Kinan bersitatap sekejap.
Sesampainya di rumah kakeknya Arya, Kinan dan Arkan juga mendapatkan sambutan yang hangat dan ramah. Kakeknya Arya duduk di kursi roda dan sehari-hari hanya ditemani seorang suster merasa sangat bahagia cucunya pulang bersama dengan calon kakak ipar dan calon keponakannya. Kakeknya Arya berasa memiliki cucu buyut. Apalagi Arkan bisa cepat akrab dengan kakeknya Arya.
Kinan dan Arkan berada di rumah kakeknya Arkan sampai di jam makan malam. Arkan sangat senang bermain bersama Arya dan kakeknya Arya sangat senang mengobrol dengan Kinan hingga tanpa terasa asisten rumah tangga di sana muncul di ruang keluarga dengan kata, "Makan malam sudah siap, Tuan"
Di meja makan, kakeknya Arya mulai merajuk. Pria berumur tujuh puluh lima tahun itu merapatkan bibirnya saat suster yang merawatnya mengarahkan sendok ke mulut pria berumur tujuh puluh lima tahun itu.
"Tuan mulai merajuk dan nggak makan, nih"
Arya mengambil piring dari tangan suster itu sambil berkata, "Biar saya yang coba menyuapi Kakek"
Arya menghela napas panjang saat usahanya membuat kakeknya mau membuka mulut untuk makan pun gagal.
Kinan yang merasa kasihan akhirnya bangkit berdiri dan berkata, "Kakak akan mencobanya, boleh?"
Arya tersentak kaget dan langsung menyerahkan piring ke Kinan sambil berkata, "Boleh"
Arya bangkit berdiri dan berkata, "Silakan duduk di sini, Kak"
Arya kembali duduk di dekat Arkan dan Kinan duduk di depan kakeknya Arya.
Kinan berkata, "Kek, ada seekor anak burung di gereja yang tinggal di sarang sendirian. Ia kelaparan dan induknya tidak pulang-pulang"
"Kenapa induknya tidak pulang-pulang?" Tanya Kakeknya Arya.
"Karena induk dari anak burung itu masih menunggu Kakek makan"
Kakeknya Arya langsung berkata, "Kalau begitu aku akan makan. Kasihan anak burung kalau ia harus menunggu induknya terlalu lama"
Kinan tersenyum bahagia usahanya berhasil membuat Kakeknya Arya mau membuka mulut dan menghabiskan makanannya.
Arya seketika menatap kagum calon kakak iparnya itu dan di hatinya waktu yang bersamaan, hatinya tercubit oleh rasa suka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!