Dalam kehidupan ini. Seseorang mungkin akan dianggap sempurna jika mereka memenuhi standar. Yah apalagi kalau bukan harta yang banyak, wajah yang cantik, tubuh yang seksi, karier yang bagus, banyak teman dan relasi, pasangan yang sempurna dan lalu pengendalian atas pesta.
Stefanus Lim Suryadi atau biasa disapa Steve adalah contoh dari pasangan sempurna. Pria maskulin dengan wajah oriental ini, memiliki kekayaan yang tidak diketahui nominal nya. Kalian tahu kenapa? Karena dia pintar menutupi hasil panen nya. Ya dia juga playboy sejati, yang sangat pintar memainkan perasaan. Siapapun yang dekat dengan nya, adalah wanita yang paling bahagia. Setidaknya untuk semalam. Haha
Dan pasangan yang bahagia untuk Stefan malam ini adalah Claire Emarldy Gunawan pemilik golden spoon yang asli. Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, membuat Claire sagat disanjung. Ayahnya adalah seorang CEO ternama di negeri ini. Tak hanya memiliki wajah yang cantik dan body yang mendukung. Dia juga memiliki banyak teman. Dan yang pasti dia memiliki semuanya. So she is the queen. But not for this party.
Karena malam ini pemilik pesta sesungguhnya adalah Aku. Ya aku adalah salah satu orang sempurna. Setidaknya dimata mereka. Karena aku, memiliki semua standar kualifikasi yang mereka hitung. Aku adalah si pengendali pesta. So you can call me...
"Becca!" Seseorang memanggilku.
Rebecca Han adalah namaku. Aku tidak seberuntung mereka yang lahir sebagai Golden Spoon. Tapi aku membuat kesempatan untuk diriku sendiri menjadi orang yang akan mewarisi gelar golden spoon pada anak-anak ku. 😉
"Morisse. Oh my God. Hai man!" Sahutku yang langsung memeluk pria yang menghampiriku ini.
Morisse Egbert Diedrik pria keturunan Belanda yang sama maskulin nya dengan Steve. Namun dengan sifat yang sangat jauh berbeda. Penyayang dan setia itulah sifatnya. Well everybody call him Warm Heart.
"Wow.. You look so gorgeous Becca. Like.. always! " pujinya padaku
"Well, thanks Morisse. So, kapan kamu datang ke Jakarta? Tumben sekali kamu tidak mengabari sebelumnya."
"Ya, Becca you know its surprise. Big surprise for you. My queen." Jawabnya yang disambut dengan tawa orang sekitar.
"Mana mungkin aku tidak hadir di pesta peluncuran product terbarumu. Dan yang membuatku heran, bagaimana bisa tubuh mungilmu menghasilkan product kecantikan dan album dalam waktu yang bersamaan. Well thats amazing baby. Kamu selalu melakukan yang terbaik. Im proud of you. " sambungnya lagi.
"Thanks Morisse. Tentu aku harus melakukan nya. Karena aku tidak suka setengah - setengah dalam bekerja. Kamu tahu itu." Jawabku.
"Wow look at this.. who is comeback from Holand?" Teriak Sierra yang memotong pembicaraanku dengan Morisse.
"Oh hai Sierra! Its long time no see.. " sahut Morisse
"Yah, Morisse aku sangat rindu padamu. Lama tidak bertemu, kamu semakin.. wow! Mempesona." Goda Sierra yang sudah setengah mabuk.
"Thanks babe. But, you need to see someone behind you. I think he wanted to kill me, because of you." Jawab Morisse tegas. Sambil melirik Matt
Yah Matthew Davidson adalah pasangan perfect untuk Sierra Neriena Rivaldy. Mereka adalah anak konglomerat yang sama - sama manja dan suka berpesta. Mereka mungkin terlihat nakal. Tapi mereka sangat setia dalam pertemanan. Itulah alasan aku berkawan dengan mereka.
"Oh boo hoo. Matt selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Dia seperti.. you know, bubble gum for me. But yah you right, i need to take of space from you. So, see you Morisse and Becca, you did it girl! Good party babe. I like this." Ucap Sierra yang mengedipkan mata padaku, sambil berbalik meninggalkan kami.
Malam itu pun menjadi peluncuran make up dan album terbaruku. Pesta yang sangat meriah dan bertabur jutawan oh maksudku miliader. Aku tidak perlu mengundang bintang karena aku adalah bintangnya. Haha
Satu hal yang akan kuberitahu pada kalian adalah Aku seorang Idol yang berhasil mengembangkan gurita bisnis di negeri ini. Dan cerita ini berawal dari...
*15 Tahun Lalu*
-Juni 2009-
"Becca selamat atas kelulusanmu ya. Ini medali dan map mu. Selesai acara nanti, ibu tunggu kamu di kantor ya." Tegas Ibu Fenik selaku kepala sekolah ku.
"Baik Bu. Terimakasih." Jawabku sambil mengambil map yang diserahkan Bu Fenik padaku.
Saat ini aku berusia 14 tahun. Tahun 2009 saat aku lulus Sekolah Menengah Pertama. Kehidupan ku tidak semudah teman - teman sebaya ku. Bagaimana tidak, saat semua orang senang akan kelulusan nya. Aku justru sangat takut. Karena aku tidak tahu harus berbuat apa untuk masa depan ku selanjutnya.
Ya, orang tua ku mengalami kebangkrutan. Mereka pergi dengan meninggalkan aku dan adikku. Juga hutang yang sangat banyak bagi ku. Aku berusaha untuk menamatkan sekolahku karena hanya itu yang bisa kulakukan. Sebelum akhirnya memulai perjuanganku.
"Becca, sayang sekali dengan berat hati, ibu harus menahan ijazahmu. Map yang ada di tangan kamu itu, hanya berisi buku almamater, dan beberapa foto kenangan. Untuk ijazah, baru bisa kamu ambil jika kamu sudah melunasi sisa uang sekolah mu." Tegas Bu Fenik.
"Iya Bu, Becca mengerti. Mohon maaf Bu sebelumnya. Tapi, memang untuk saat ini uang segitu, Becca tidak ada Bu. Adapun, Becca tidak bisa pakai karena harus membiayai adik. " jawabku.
"Orang tua mu bagaimana Becca? Apa sudah ada kabar?" Tanya beliau
"Belum Bu, mungkin mereka masih perlu waktu." Jawabku menundukkan kepala.
"Kamu hebat Becca. Kamu harus tetap semangat. Karena perjalanan mu masih panjang. Oh ya, Ibu kemarin sudah berdiskusi dengan yayasan. Mereka setuju untuk memberikan kamu beasiswa, karena kamu berhasil mendapatkan nilai yang cukup baik di masa ujian. Bahkan mereka bersedia membantu kamu untuk menamatkan SMA. Bagaimana menurutmu?" Tanya Beliau padaku.
"Wah terimakasih banyak Bu. Becca mau Bu. Apa ibu serius Becca boleh sekolah SMA disini?" Jawabku girang.
"Betul Becca. Coba kamu diskusikan dulu dengan keluargamu ya. Karena biar bagaimana pun. Oma kamu harus mempertimbangkan seragam dan buku pelajaran. Biar bagaimanapun sekolah hanya mendanai biaya spp dan biaya pendaftaran nya saja. Untuk ijazah SMP, nanti bisa kamu ambil sekalian ijazah SMA. Siapa tahu kalau kamu berprestasi dan membawa kebanggaan bagi sekolah, kamu bisa mendapat ijazah SMP dan SMA dengan percuma." Lanjutnya menjelaskan.
"Iya Bu. Ibu benar. Tapi, jika memang Becca punya kesempatan untuk dapat tetap bersekolah Becca pasti akan sangat berusaha Bu." Jawabku.
"Oke Becca. Ibu tunggu keputusan kamu ya." Tegas beliau mengakhiri pembicaraan kami.
"Baik Bu. Terimakasih banyak Bu." Jawabku sigap.
Aku pun langsung bergegas pulang dengan hati yang penuh pengharapan. Aku berharap keluarga besar ku bersedia membantuku untuk membiayai sekolah ku.
Sementara itu di rumah..
"Pokoknya saya gak mau tahu, tante harus bayar hutang anak tante! Coba tante lihat, 1 tagihan isinya sampai 25juta! Mana ada yang gak ngejar tan? Saya juga masi karyawan! Mana mungkin saya relakan uang yang saya tabung susah payah?" Teriak Om David.
"Iya nak, sekarang tante mana ada uang. Tante aja gak kerja. Lagi pun waktu kamu dan anak tante ada bisnis pinjam meminjam apa kalian melibatkan tante? Tidak kan. Sekarang bagaimana bisa kamu melibatkan tante ketika semuanya hancur. Kalau tante ada pasti tante bayar. Tapi sekarang, tante tidak punya uang sebanyak itu. " sahut oma.
" Iya, saya gak mau tahu itu urusan tante. Yang jelas saya akan tetap kejar uang saya." tegas om David yang kemudian berlalu meninggalkan oma.
Aku yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka dari garasi tetangga. Hanya bisa terdiam dan menunduk. Sepertinya putus sudah harapan ku untuk bersekolah kembali. Bagaimana bisa aku bersekolah sementara oma masi harus menanggung biaya hidup ku dan adikku.
" oma siang. " sahutku pada oma yang sedari tadi termenung menatap altar sembahyang nya.
"Eh Becca kamu sudah pulang? Ayo cuci tangan, makan dulu sana. Itu di meja ada sayur pakcoy sama tahu. Tadi oma baru aja selesai masak." Jawabnya lembut.
"Iya oma Becca taro tas dulu ya. Ken dimana oma?" Tanyaku lagi
"Ken ada di kamar. Dia baru aja tidur. Tadi abis main sama si Dika. Kaya nya kecapean deh tuh anak." Jawab oma lagi
"Oh oke oma. Becca ke kamar dulu ya." Jawabku senyum sambil berlalu ke kamar.
Aku menatap wajah adikku yang tertidur pulas. Satu - satunya harta yang kupunya peninggalan orang tua ku. Aku segera memeluknya. Akhirnya air mata yang sedari tadi kupendam pun jatuh juga. Aku merasa takut untuk menatap masa depan. Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan.
"Oma, tadi Becca dikasih tahu Bu Fenik, kalo Becca bisa lanjut SMA gratis Oma. Becca dapat beasiswa dari yayasan." Ucapku memulai pembicaraan.
"Wah bagus dong Becca. Jadi kamu bisa lanjut sekolah lagi."Sahut oma girang.
"Iya oma, tapi Becca kepikiran soal uang seragam, buku sama transport sehari - hari Oma. Sekarang aja kita udah kewalahan untuk biaya hidup. Gimana kedepan nya oma?" Sahutku lagi, sambil tertunduk memandangi makanan yang sejak tadi hanya ku aduk.
"Oma ngerti sayang. Coba nanti kita ngobrol sama Bhante ya. Siapa tau Bhante ada dana nya." Jawab oma sambil mengelus pundak ku.
Bhante adalah opa ku. Ya sejak aku masi kecil opa ku sudah memutuskan untuk melayani banyak orang dengan menjadi Biksu. Sehingga kami keluarga pun tidak boleh lagi memanggilnya opa atau papa. Tapi harus memanggilnya Bhante. Yang melambangkan hubungan kami hanya sebagai umat dan pemimpin agama.
"Iya oma, makasih ya." Jawabku lagi sambil mulai melahap makanan ku.
Keesokan nya..
"Iya Bhante. Maaf ya ngerepotin lagi. Kasian anak itu. Dia udah girang dapet beasiswa. Tapi buku sama seragam kan tetep harus beli." Ucap oma sambil mengganggu handphone nya.
"Iya Bhante, makasih ya. Namobudhaye Bhante." Lanjut oma. Sambil menutup telepon seluler nya.
Wajah keriput itu terlihat sedikit lebih tenang. Dia tersenyum! Ya untuk pertama kali nya setelah aku dan adikku kembali ke rumah oma. Oma tersenyum.
"Eh Becca, kamu sudah bangun? Ini Becca amituofo. Akhirnya Bhante setuju mau kasi kamu uang buat beli seragam sama buku. Udah jangan khawatir ya Becca. Kamu bisa sekolah sekarang." Ucap Oma girang.
"Wah bener oma? Serius? Yeayy.. Puji Tuhan... Makasih oma." Ujarku sambil memeluk oma.
Aku sangat senang. Karena akhirnya aku bisa bersekolah lagi.
Tapi kebahagian itu pun tak bertahan lama. Beberapa hari kemudian..
"Kamu dimana sekarang nak? Kamu kenapa bisa begini?"
"Ya, mama nanti coba pikirin lagi gimana caranya ya nak. Jaga diri baik - baik ya."
Entah siapa yang berbicara dengan oma. Tapi, selesai berbicara di telepon oma langsung tertunduk menangis.
"Oma? Oma kenapa?" Tanyaku yang membuyarkan lamunan Oma.
"Oh kamu Becca. Enggak, ini tadi ada telepon.." ucapnya tertahan.
"Becca, mama kamu sekarang ada di rumah kukong sayang." Lanjut oma.
"Hah? Oma serius? Terus sekarang mama gimana oma?" Tanyaku lagi
"Ya, dia bilang dia gak bisa lama - lama di kukong. Kasian juga kimpo sama kukong. Jadi dia lagi butuh uang buat ngontrak Becca." Jawab oma yang masi menangis dan terlihat bingung.
Seketika aku langsung terdiam. Karena saat ini aku punya uang itu. Aku memilikinya. Karena Bhante sudah transfer ke rekening tabungan ku. Tapi, uang itu untuk biaya sekolah ku.
"Becca, udah kamu jangan pikirin dulu ya nak. Yang penting sekarang, kamu pikirin apa yang perlu disiapin buat sekolah nanti." Ucap oma yang mencoba menenangkan ku sambil merangkul ku.
"Iya oma." Jawabku sedih.
Sore harinya..
"Iya Bhante, nanti saya coba jelasin ke anak nya ya. Iya, makasih Bhante. Namobudhaye Bhante." Ucap oma di telepon.
Oma kembali termenung. Sepertinya beliau berusaha untuk minta pertolongan dari Bhante lagi. Tapi kali ini, sepertinya Bhante tidak meloloskan permintaan nya.
"Oma.." panggilku pada orang tua yang dihadapanku ini.
"Oma, kenapa?" Tanyaku lugu.
"Oh gak Becca, ini oma lagi abis telepon." Jawabnya lagi.
"Oma, Becca udah pikirin baik - baik. Kayaknya Becca gak bisa pake uang itu buat sekolah oma. Becca kepikiran mama sama papa. Kalo Becca pake uang buat sekolah jangan - jangan nanti mereka malah luntang lantung di jalan." Ucapku sedih.
"Tapi Becca, itu uang buat kamu sekolah. Itu masa depan kamu sayang. Kalo kamu kasi itu ke mama papa nanti gimana kamu mau sekolah? Gimana masa depan kamu? Mana bisa anak SMP kerja? Mau kerja dimana?" Sahut oma tidak setuju.
" Iya oma, tapi mau gimana lagi? Kasian mama papa. Lagipun kalo Becca sekolah, biaya nya cukup besar per bulan nya. Belum lagi biaya hidup, listrik, air. Kita gak mungkin terus minta bantuan Bhante oma. Bisa - bisa nanti Bhante marah lagi sama oma."
"Becca gak apa - apa oma. Becca bisa kerja kok oma. Becca bisa bantu - bantu orang. Atau bisa juga kerja di tempat Ko Yudi kan?" Jawabku lugas.
"Oh Becca. Maafin oma ya. Oma gak bisa bantu kamu." Tangis oma.
"Iya oma gak apa-apa besok Becca transfer ke mama ya. Sekalian Becca mau ke rumah koko buat nanyain kerjaan." Jawabku lagi.
Oma pun akhirnya hanya bisa pasrah menerima kenyataan. Bahwa pada akhirnya, aku harus mengalah untuk sekolah.
Keesokan harinya..
"Oke Becca. Besok kamu bisa mulai kerja ya. Kerjaan nya gampang kok. Cuma ngeguntingin kaos kaki terus dirapiin. Sama sekalian kamu cek lagi kalo - kalo ada yang gak bagus obrasan nya. " Ucap Ko Yudi.
"Iya Ko. Baik. Makasih ya Ko." Ucapku gembira. Karena berhasil mendapatkan pekerjaan.
Ko Yudi adalah sepupu ku. Dia adalah anak dari kakak sepupu Ibu ku. Beliau sukses mendirikan pabrik kaos kaki miliknya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!