Hanum Pradipta seorang wanita dengan penampilan sederhana namun memiliki sejuta pesona kulit putih ,rambut yang ikal bergantung dan wajah yang sangat cantik jelita. karakternya yang periang selalu bisa membuat suasana menjadi hidup. Ia hidup bahagia dalam kesederhanaan keluarganya mempunyai seorang adik laki laki yang bernama Hazel Pradipta. Mereka berdua terlahir dari ibu yang bernama Marine Munaf dan ayahnya bernama Sanjaya Pradipta.
Menjadi bintang kampus karna beberapa prestasi yang pernah diraihnya tidak lantas membuat dirinya sombong dan tetap rendah hati. Ia salah satu murid yang berhasil masuk dan menjadi seorang mahasiswi disalah satu kampus ternama melalui jalur BEA SISWA yang ia dapatkan dari beberapa prestasi yang pernah diraihnya saat sekolah menengah.
Saat sedang berada di Aula kampus dengan beberapa temannya yang sedang fokus berdiskusi tentang acara kampus yang akan diadakan minggu depan .
Tiba tiba saja ia dikejutkan oleh seruan temannya yang bernama Haris.
"Num, Hanum!" Haris berteriak sambil setengah berlari mendekat kearahnya.
Haris adalah temannya sejak mereka duduk dibangku SMP yang sudah seperti saudaranya sendiri.
"Ada apa Haris, Kenapa kamu berlarian begitu?" ucapnya pada Haris yang masih berusaha mengambil nafas karna habis berlari kesana kemari mencari Hanum.
"Ayahmu, Bengkel ayahmu kebakaran Num, ayahmu dibawa kerumah sakit !"
"Apa !" menjatuhkan tumpukan berkas yang berada ditangannya " kerumah sakit mana ayah dibawa?" berlari kearea parkir tanpa mempedulikan teriakan temannya yang lain.
"Tinggalkan saja motormu Num, cepatlah masuk kemobilku!" seru Haris yang khawatir jika Hanum membawa motor sendiri dalam keadaan panik akan terjadi apa apa dijalan.
Bersama Haris ia menuju kerumah sakit tempat ayahnya berada. Didalam perjalanan ia selalu merutuki kendaraan lain didepannya yang menurutnya jalannya sangat lambat .
"Haris cepetan dong bawa mobilnya aku pengin cepat liat keadaan ayah !"
"Gimana mau cepat Num ini macet !"
"CK"Hanum berdecak kesal. Pikiran pikiran negatif tentang keadaan ayahnya membuatnya frustasi karna macet."Udahlah biar aku naik ojek aja, keknya depan itu pangkalan ojek"langsung keluar dari mobil Haris kemudian berlari menuju abang ojek yang sedang mangkal.
"Hanum tunggu!" teriak Haris dan nyaris tak terdengar olehnya karna sudah semakin menjauh.
Akhirnya sampailah dirumah sakit tempat ayahnya dirawat. Disana udah ada ibu dan juga adiknya yang sedang menunggu didepan ruang IGD.
"Bu, bagaimana keadaan ayah, apa yang terjadi kenapa bisa sampai kebakaran?"beruntun pertanyaan keluar dari mulut Hanum.
"Ibu juga tidak tau Num, ibu sedang memasak didapur tiba tiba anak buah ayahmu datang memberitahukan bengkel kebakaran dan ayahmu berada didalam bengkel".
"Maafkan aku Kak Hanum, harusnya aku menemani ayah dibengkel bukan pergi main bola bersama temanku" ucap Hazel dengan penuh penyesalan.
"Tidak apa apa Haz, ini bukan salahmu ,ini musibah keluarga kita, semoga ayah baik baik saja dan segera kembali kepada kita".
Tak berselang lama seorang dokter keluar dari ruang IGD. Hanum segera mendekat arah dokter.
"Dokter gimana keadaan ayah saya?"
"Tangan kanan pak Sanjaya mengalami patah tulang akibat tertimpa benda yang mungkin cukup berat, tapi kami sudah berhasil menanganinya.
Beliau sudah siuman sebentar lagi suster akan memindahkan keruang rawat inap".
"Baik, terimakasih dok" .
Diruang perawatan.
disinilah sekarang keluarga Hanum berkumpul menjaga ayahnya.
"Ayah pasti ini sangat sakit?"tanya Hanum sambil menunjuk tangan ayahnya yang dibalut perban.
"Tidak Num, ini tidak apa apa, liat ayah kuat kan, tidak perlu khawatir berlebihan" walaupun kenyataannya sangat sakit namun Ia tidak mau terlihat lemah di depan anak anaknya.
"Lalu gimana dengan keadaan bengkel yah?"
"Ayah belum tau pasti tentang kondisi bengkel !"
Tiba tiba pintu ruangan terbuka Haris dan teman teman Hanum yang lain datang berkunjung besuk ayah Hanum.
"Assalamualaikum Tante ,Om"ucap Haris dan lainnya bersamaan.
"Walaikumsalam, masuk nak" ibu ine mempersilahkan Haris dan Tami untuk masuk .
"Om gimana keadaannya ?"
"Tidak apa apa Haris, kamu liat sendiri Om sehat sehat saja hanya sedikit cidera nanti juga akan sembuh kembali" lagi lagi tidak mau terlihat lemah dihadapan teman teman putrinya itu.
"Syukurlah lah om kalo begitu aku lega mendengarnya!".
Kemudian Haris meletakan bingkisan buah atas nakas yang berada disamping ranjang
"Makasih Har ,udah repot repot bawa buah segala !" ungkap Hanum.
"Gak lah Num itukan Hanya Buah!".
"Har ,hari ini aku ijin dulu gak masuk kerja ya !".
"Ya Num kamu rawat aja dulu ayahmu sampai sembuh!"
"Tentu Har terima kasih ya!".
"Sama sama !".
"Num ini kunci motormu ,motornya ada diparkiran aku tau kamu membutuhkannya jadi aku bawain kemari" Tami mengedipkan matanya sebelah sambil menyodorkan kunci motor.
"Makasih Tam, kamu memang selalu tau" mencubit pipinya gemas. Lalu tertawa bersamaan.
"Kalo aku pamit pulang dulu ya nanti malam sudah tutup Cafe aku kesini lagi!" pamit Haris
"Aku juga ikut pulang Har!".
"Baiklah. Ayo!".
"Num num aku pulang dulu !".
"Ya Tam! Makasih ya udah jengukin ayah aku!".
"Om tante, kita pulang dulu ya !".pamitnya kemudian pada kedua orang tua Hanum.
Haris dan Tami meninggalkan rumah sakit menuju rumah masing masing.
Setelah kepulangan kedua temannya Hanum mengupas buah apel dan menyuapkannya pada sang ayah.
"Ayah! Mau buah apa biar Hanum kupasin ya!" tanyanya pada sang ayah.
"Apel aja Num!".
Lalu Hanum mengupas buah apel seraya terus membicarakan tentang suasana dikampus tadi.
Hanum memang lebih dekat ke ayahnya dibandingkan ke ibunya. Apapun yang ia alami saat dikampus atau disekolahnya dulu ia selalu memnceritakannya kepada sang ayah.
"O' ya , akhir semester nanti teman teman kampus pada ngajak liburan ! Aku boleh ikut kan yah?"
"Tidak, Num ayah tidak mau kamu kenapa napa nantinya!"
"Tidak akan yah, Hanum janji tidak akan macam macam selama jauh dari ayah. Hanum akan jaga diri Hanum yah!".
"Tetap ayah tidak kasih ijin!" tegas sang ayah .
"Ayah mah gak asik ah!"
"Biarin ayah dibilang gak asik juga , ayah hanya gak mau terjadi apa apa sama kamu !".
"Tapi Hanum akan jaga diri ayah, lagian kan masih lama masih beberapa bulan lagi !" keluh Hanum.
"Sekali enggak tetap enggak!" jawab sang ayah yang tetap pada pendiriannya.
"Nyesel aku ngomong sama ayah duluan, tau gitu mending jangan dulu ngomong dech tadi" ucap Hanum seraya mengerucutkan bibirnya.
"Udah gak usah monyong gitu jelek tau ih!" Sela Hazel .
"Biarin jelek yang penting sombong!" sahutnya pada Hazel dan membuat mereka semua tertawa.
"Udah jelek sombong pula gada bagusnya tau!".
"Biarin bagus aja gak mau tau kok kenapa kita harus repot repot kasih tau!".
"Ya iyalah kan bagus yang suka tau suka nya ikan".
"Emang kau tai bagus apa Haz!"
"Taulah baguskan kucing tetangga kita!".
Lalu mereka semua tertawa karana kekonyolan Hanum dan Hazel.
Pak Sanjaya yang sedang terduduk menahan sakitnya pun akhirnya ikut tertawa dengan tingkah kedua anaknya itu.
*
*
*
*
BERSAMBUNG
Sore itu sepulang dari kampus Hanum mampir ke cafe Haris walaupun hanya sekedar singgah karna lokasi Cafe tempatnya bekerja itu tak jauh dari Kampus.
"Hai Num ! Bagaimana keadaan ayahmu apa sudah lebih baik?" Tanya Haris .
"Ya udah lebih baik Har , gimana Cafenya Rame gak Hari ini?"
"Ya lumayan Rame lah! Ayo masuk!" Haris mengajak Hanum masuk keruangannya.
"Gak Har aku hanya mampir aku, dan mau segera kerumah sakit nemuin ayah!". Ucapnya seraya kembali menghidupkan sepeda motor kesayangannya .
"Oke baiklah ! Hati hati bawa motornya!" Haris mengingatkan.
"Siap komandan!" seru Hanum sambil tersenyum manis.
Tanpa Hanum sadari dari dalam mobil ada seorang pria yang sejak tadi memperhatikannya setiap gerakannya.
Dia adalah Hanzen Bramasta seorang presdir muda yang sangat tampan yang terkenal sangat playboy dan banyak sekali mematahkan hati para wanita.
Dia datang bersama sepupunya dan ke 2 temannya yang lain namun saat baru tiba diparkiran ia melihat seorang gadis yang sedang membuka Helm didepan Cafe tersebut. Itu sebabnya ia meminta kepada temannya yang untuk tidak segera turun dan memilih melihta gadis tersebut dar dalam mobil.
"Jangan bilang kau tertarik pada gadis itu Hanz?" ucap Farel yang sejak tadi memperhatikan Hanzen .
"Bukan aku yang tertarik tapi gadis itu yang menarik !" ucapnya pada Farel.
"Cari tau tentang nya, jangan ada yang terlewat sedikitpun!".
Ketiga kawannya yang juga merupakan orang orang kepercayaan di perusahaannya itu pun saling bertatapan tidak percaya.
"Yakin Han?" Farel memastikan .
Pasalnya Hanzen selama ini selalu menyukai wanita sosialita dan gaya hidup para wanita itu juga terbilang cukup glamor . Tapi sekarang tiba tiba saja tertarik pada wanita sederhana yang menggunakan sepeda motor .
"Kau tau betul kan gimana aku?!"
"Ya aku tau,cuma mastiin aja gak salah dengar".
Farel sangat tau jika seorang Hanzen sudah menyuruh menyelidiki seorang wanita itu tandanya ia tertarik dengan wanita tersebut.
...****************...
Pagi itu Hanum pergi ke kampus sampai dipertigaan jalan yang biasanya lengang ini tiba tiba terjadi kemacetan dan melihat segerombol orang sedang mengerumuni sesuatu dengan penasaran ia pun mendekat dan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata ada seorang nenek yang sedang kesakitan karna terserang penyakit jantung.
"Awas kalian minggir !" ucapnya geram pada segerombolan orang yang hanya liatin orang kesakitan bukan malah menolongnya
"Nek, nenek tidak apa apa, kita kerumah sakit aja ya mungkin jantung nenek bermasalah"
Nenek itu hanya mengangguk dan sesekali membuka matanya melihat sosok gadis yang sedang membantunya untuk bangun.
Karna Hanum menggunakan motor dan tidak mungkin kan membawa nenek ini naik motor dalam kondisi seperti ini akhirnya ia memesan taksi online untuk mengantarnya. Ia meminta tolong seorang tukang parkir untuk memarkirkan dan menitipkan motornya.
Sesampainya dirumah sakit Hanum langsung memanggil beberapa perawat untuk membantu membawa nenek itu keruang IGD.
Lalu ia berinisiatif menghubungi keluarga nenek tersebut. Dilihat dari penampilan nenek itu terlihat orang berada jadi ia berusaha membuka tas nenek tersebut dan mencari cari barangkali ada kartu nama keluarganya didalam tasnya.
Dan benar saja ia menemukan sebuah kartu nama .
"Hanzen Bramasta"
Itulah nama yang tertera pada kartu nama itu.
.lalu ia segera menghubungi nomor tersebut dan memberitahukan nya.
"Farel! Kita harus segera kerumah sakit nenek ditemukan seseorang dipinggir jalan dan dibawa kerumah sakit. Hubungi orang rumah sekarang". Lalu ia turun dengan tergesa gesa.
Farel segera menghubungi Om Hariawan dan istrinya mereka berdua adalah orang tua Hanzen yang juga adik dari mamanya Farel.
Setelahnya ia bergegas menyusul Hanzen diparkiran kantornya . Lalu melesatkan mobilnya menuju rumah sakit.
Dirumah sakit Hanum sedang duduk disamping nenek yang masih terbaring diranjang rumah sakit namun sudah sadarkan diri.
"Nek aku tinggal gak apa apa kan, aku ada urusan yang sangat penting. Sebentar lagi keluarga nenek pasti datang aku sudah menghubunginya tadi"
"Siapa namamu nak?"
"Hanum nek".
"Makasih Hanum sudah menolongku"
"Sama sama nek, cepat sembuh ya nek, aku pergi dulu"
"Hati hati Hanum!".
Lalu Hanum segera keluar rumah sakit dan memesan ojek online karna harus mengambil motornya yang ia titipkan di tukang parkir .
Dilorong rumah sakit Ia berjalan dengan sangat terburu buru dan menabrak seseorang.
BUG...
"Maaf aku tidak sengaja"ucap Hanum sambil menunduk membenarkan jaketnya.
"Tidak apa apa lain kali hati hati !" jawab Hanzen sambil tersenyum karna ternyata yang menabraknya adalah gadis yang ia lihat di parkiran Cafe kemarin
"Maaf aku sedang buru buru!" tanpa banyak basi basi ia langsung pergi meninggalkan Hanzen setelah mengucapkan maaf.
Namun Hanzen juga harus buru buru menemui neneknya ia pun . Berlalu menuju ruang IGD.
"Nenek, nenek tidak apa apa?" Tanyanya dengan begitu khawatir.
Hanzen dan Farel mendekati neneknya.
"Tidak apa apa seorang gadis menolong nenek dan membawanya kesini".
"Lalu dimana dia nek?"
"Udah pergi katanya ada urusan penting jadi buru buru".
"Apa dia tidak mengatakan apapun pada nenek sebelum pergi?"
"Namanya Hanum. Gadis itu sangat sederhana tapi dia sangat sopan Hanz!"
"Hanum !" seru Farel dan Hanzen bersamaan.
"Cari tau tentang gadis itu !"ucap nenek
Lalu dengan segera Farel menelpon seseorang untuk mencari informasi tentang Hanum gadis yang tekah menolong nenek kesayangan keluarga bramasta
Selang beberapa menit kemudian seseorang itu mengirim informasi tentang gadis yang telah membawa nenek mereka kerumah sakit
"Dapat Hanz!".
"Good jobs"
"Ternyata ayahnya sedang dirawat disini juga, karna musibah kebakaran yang dialami dibengkel miliknya".
"Diruang mana ?"
"No 243 lantai 3 Han".
Pintu ruangan terbuka ternyata Hariawan dan zenet istrinya telah tiba dirumah sakit .
"Kebetulan Daddy dan Mommy udah datang kami ada urusan sebentar Dadd, ayok Rel !" ajaknya pada Farel.
"Kalian mau kemana?" tanya Zennet yang bingung dengan kelakuan anak dan ponakannya itu.
Namun mereka sudah berlalu pergi dan tak memperdulikan teriakan Zennet.
*
*
*
...----------------...
Setelah 5 hari di Rumah Sakit akhirnya Hanum bisa membawa ayahnya kembali kerumah. Ia lalu pergi ke bagian administrasi guna melunasi biaya perawatan ayahnya selama 5 hari kebelakang.
"Tagihan atas nama pak Sanjaya pradipta sudah lunas mbak !". Ucap seorang kasir.
"Tapi saya belum sama sekali membayarnya mbak !" Ucap Hanum dengan begitu terkejut.
" Disini sudah lunas atas nama Hanzen Bramasta mbak"
Sejenak ia berpikir lalu teringat dengan kartu nama yang ia hubungi dari tas seorang nenek yang ia tolong.
"Baiklah kalo begitu terimakasih mbak"
"Iya mbak".
Darimana dia tau kalo ayahku dirawat disini ,siapa sebenarnya nenek yang aku tolong tadi, dengan begitu mudah ia mencari informasi tentangku?
memikirkan semua itu membuat Hanum bergidik ngeri ia mengusap tengkuk lehernya.
Lalu segera menghampiri keluarganya yang sedang menunggu didepan loby rumah sakit. Ia segera memesan taksi online untuk mengantar kembali kerumah.
Didalam perjalanan ia terus kepikiran tentang siapa sebenarnya Sosok Hanzen Bramasta yang telah melunasi biaya rumah sakit ayahnya itu. Lagi lagi ia merinding kala mengingat begitu mudah mencari informasi seseorang sehingga mengetahui ayahnya juga dirawat di Rumah sakit yang sama. Pasalnya ia sama sekali tidak menceritakan apapun pada sang nenek yang telah ia tolong.
.
.
.
BERSAMBUNG
Siang ini Hanum sedang berkumpul dirumahnya .
Haris dan teman lainnya juga sedang berada di Rumah Hanum untuk menjenguk ayah Hanum yang telah kembali dari rumah sakit.
"Ayah mau kemana?" tanya Hanum kala melihat ayahnya berjalan keluar rumah.
"Ayah mau kebengkel Num, mau liat keadaan bengkel ayah".
"Tapi ayah masih sakit, besok lagi aja lihat bengkelnya!".
"Siapa bilang ayah sakit, ayah sudah sehat wal afiat Hanum Pradipta!".
"Kenapa ayah selalu keras kepala !".
Namun ayahnya tidak menghiraukan anak gadisnya itu. Malah mengajak Haris untuk menemaninya.
"Ibu..,liat ayah sangat keras kepalanya!"
"Yang namanya kepala itu pasti lah keras Num, biarkan saja !" jawab ibunya .
Haris yang merasa serba salah pun hanya menatap Hanum tanda meminta persetujuan darinya.
Kemudian Hanum menganggukan kepalanya tanda setuju. Sebab ayahnya tidak akan bisa dicegah.
Lalu Haris menemani ayah Hanum pergi melihat keadaan bengkelnya yang berada tak begitu jauh dari rumah Hanum.
"Tam tam !"
"Iya Num Num !"
" Apa kamu tau tentang keluarga Hanzen Bramasta?"
"Siapa yang gak tau dengan keluarga Kaya raya no 1 itu si, Pemilik perusahaan HB group dan cabangnya sudah menyebar diseluruh penjuru negri dan dia juga dulu terkenal sangat playboy?".
"Serius kamu Tam?".
"Seribu kali rius malah, suer deh, emang kenapa?"
"Gak apa apa , nanya aja". Nyengir dengan polosnya.
Lagi lagi Hanum mengusap tengkuk lehernya yang terasa dingin seperti tertiup angin.
Lalu ia dikagetkan oleh suara ponselnya yang berdering.
"Astaga!" mengelus dadanya karna kaget.
Hazel memberikan ponsel kakaknya yang berada dimeja sampingnya duduk.
"Tanpa nama kak!" ucap Hazel yang melihat nomor di layar ponsel itu tak ada nama.
"Hallo, assalamualaikum"
"Walaikumsalam ,Hanum... !! ini nenek Num"
"Nenek?" tanya Hanum heran namun setelah diingat ingat ia kembali teringat dengan nenek yang tempo hari ia tolong.
"Ah iya Nek, gimana keadaan nenek sekarang ?"
"Alhamdulillah berkat pertolonganmu nenek sudah sangat sehat sekarang".
"Ah nenek udah sewajarnya kita sesama manusia saling menolong nek, ngomong ngomong sampaikan terimakasih saya kepada keluarga nenek karna telah membayar biaya rumah sakit ayahku ,tapi seharusnya tidak perlu melakukan hal itu nek, saya jadi enak kan nek!" Hanum terkekeh geli dengan perkataannya sendiri.
Nenek yang tadinya tidak mengetahui apapun sedikit kaget namun setelah kembali mengingat ia berpikir pasti Hanzen dan Farel yang melakukan semua itu.
Iapun merasa sangat bangga kepada dua cucunya itu.
"Tak apa Hanum itu tidak seberapa dibanding dengan nyawaku yang telah kamu selamatkan".
"Ya udah kalo gitu nenek istirahat jaga kesehatan ya , ingat nenek jangan lagi pergi sendirian ya nek".
" Baiklah Hanum salam buat orang tuamu".
"Iya nek, assalamualaikum".
"Walaikumsalam".
Setelah menutup sambungan telponnya kemudian nenek memanggil cucunya.
"Hanzen..!!".
"Iya Nek".
"Apa kamu yang telah melunasi biaya rumah sakit ayahnya Hanum?".
"Iya Nek sebagai tanda terima kasih karna dia telah menyelamatkan nenek keluarga Bramasta".
"Syukurlah Nenek bangga memilikimu" mengusap pundak cucunya.
"Aku sangat menyayangi nenek". Memeluk neneknya.
*
*
*
Sementara dibengkel Sanjaya masih berusaha mencari siapa tau masih ada barang yang tersisa dan bisa bermanfaat. Namun semuanya sudah hancur tak tersisa.
Tak ada satupun barang yang tersisa semua telah hangus dilahap sijago merah.
Ia memikirkan nasib para pegawainya yang hidupnya sangat bergantung dari penghasilan bengkel miliknya. Tapi kembali lagi mengingat nasib kedua anaknya yang juga masih harus melanjutkan pendidikannya sedangkan satu satunya mata pencahariannya kini telah lenyap. Belum lagi sertifikat rumah yang ia jadikan jaminan dibank saat memulai usahanya yang sampai sekarang masih belum selesai.
"Bagiamana nasib para pegawaiku yang hanya bergantung dari penghasilan bengkelku ini sedangkan semua telah hancur lebur" gumamnya lirih
Namun gumamannya itu terdengar oleh Haris yang sedang berdiri dibelakangnya melihat lihat kondisi bangunan yang sudah habis dilahap sijago merah.
"Om kalo boleh aku bantu aku akan mengembalikan semua seperti sebelumnya".
"Aku tidak punya uang untuk menggantinya Haris, itu bukanlah uang yang sedikit'.
"Om tidak perlu memikirkan semua itu, aku sudah anggap Om seperti orangtuaku sendiri".
"Sebab itulah aku tidak mau menjadi beban dalam hidupmu Haris"menepuk pundaknya "Terima kasih untuk niat baiknya".
Setelah cukup berada dibengkel yang saat ini ini tinggal puing puing sisa kebakaran Sanjaya mengajak Haris untuk segera kembali kerumahnya.
"Ayo Haris kita kembali kerumah, aku rasa sudah cukup karna tak sedikitpun yang tersisa".
Haripun sudah semakin sore. Setelah melihat dengan rasa sedih yang cukup dalam akhirnya mereka memutuskan kembali ke Rumah dan setelahnya Haris pun pamit pulang kerumahnya.
...----------------...
Fajar menyingsing, matahari mulai melakukan tugasnya menyinari alam raya hingga terciptalah kecerahan dipagi ini.
Seorang gadis berdiri didepan cermin dengan tubuh ramping dan penampilan yang sederhana senyuman manis yang selalu terukir dibibir mungilnya telah siap untuk pergi menuntut ilmu.
Disambut dengan asupan energi dari masakan sang ibu yang tak pernah terlewatkan setiap pagi.
"Pagi Yah" sapanya pada sang ayah yang sudah duduk dimeja makan.
"Pagi juga Hanum Pradipta"jawab sang ayah dengan menyebutkan nama lengkap anak perempuannya itu.
"hehe" Hanum tersenyum
Tak lama kemudian adik laki laki satu satunya itu menyusul sudah rapi dengan seragam putih abu abunya.
"Pagi ayah, pagi kakakku yang paling cantik".
"Morning to kesayangan kakak".
"Cepetan makannya ini udah jam berapa nanti kamu telat lo haz"
"Iya kak ini juga mau selesai".
Sarapan selesai mereka berangkat mengendarai motor masing masing.
Melihat kebahagian kedua anaknya membuat ayah dari 2 anak ini menumpahkan bulir bening lewat sudut matanya.
Ia memikirkan nasib anak anaknya setelah tau rumah yang selama ini menjadi tempat ternyaman mereka tiba tiba saja disita pihak bank, sungguh tidak terbayangkan betapa sedihnya mereka.
Sungguh ia tidak sanggup jika harus melihat kesedihan kedua anaknya.
Tiba tiba saja ia merasakan jantungnya terasa nyeri dan berdenyut sangat kencang.
"Ine tolong Ine" serunya pada sang istri.
Tapi sebelum istrinya sampai mendekat tempatnya duduk ia sudah ambruk ke bawah meja makan..
"Mas Dipta !!" .
Dengan pertolongan tetangga ia membawa suaminya kerumah sakit .
Drumah sakit ia segera menghubungi anak gadisnya.
"Hallo bu assalamualaikum".
"Walaikumsalam !" dengan suara yang tercekat.
"Ibu ada apa, kenapa ibu menangis?".
"Ayahmu masuk rumah sakit Num, terkena serangan jantung".
"Astaga ayah..!!" Hanum berteriak melupakan bahwa saat ini sedang berada dikelas dan mengikuti mata kuliah.
"Pak maaf ,aku harus segera pergi ayahku masuk rumah sakit.!".
Tanpa menunggu jawaban sang dosen ia berlari menuju parkiran dan segera melajukan motornya menuju rumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit Ia melihat ibunya sedang menangis histeris dengan posisi duduk dilantai.
"Ibu ! Ayah baik baik saja kan Bu?".
Namun ibunya tidak menjawab malah semakin histeris.
"Mas Dipta ,jangan tinggalkan aku Mas ! Jangan tinggalkan kami !" tangisnya semakin kencang.
"Ibu jawab Hanum bu! Ayah baik baik saja kan ,dimana ayah sekarang?".
Tak kunjung dapat jawab dari sang ibu. Iapun bergegas keruangan dan mencari tau keadaan ayahnya.
"Dokter, apa yang terjadi pada ayahku , dimana ayahku sekarang dok?!".
"Ayah anda sudah tiada nona"ucap salah satu perawat seraya membuka kain yang menutupi sekujur tubuhnya.
"Tidak ! Tidak mungkin ayahku meninggal !"sambil menggoyang goyang tubuh ayahnya yang telah terbujur kaku diranjang rumah sakit.
"Ayah ! Bangun ayah !" dengan suara yang tercekat cekat dan begitu pilu ia terus memanggil ayahnya.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!