"Saya terima nikahnya Jessica Aira Hansel binti Jason Maverick Hansel dengan mas kawin tersebut dibayar, Tunai!"
Suara pria bernama James Anantha Raja, menggema di seluruh sudut masjid besar nan indah milik keluarga Hansel, keluarga sang mempelai wanitanya.
"Bagaimana para saksi?" tanya sang penghulu.
"Sah!" seru para saksi dan tamu bersamaan.
"Alhamdulillah.."
Semua berucap syukur bersamaan saat janji suci di ucapkan oleh sang mempelai pengantin pria di depan penghulu, para saksi, keluarga dan semua yang ada disitu.
Hari ini adalah hari dimana Jessica dan James melangsung pernikahan, sebelum mereka menuju hotel tempat resepsi pernikahan, mereka melakukan ijab qobul di sebuah masjid besar yang telah di bangun oleh keluarga Hansel.
Semua yang ada di hari itu sangat bahagia dan lega terutama sang pengantin wanita, tapi sayangnya si pengantin pria tidak merasakan kebahagiaan itu, dia memang tersenyum pada kedua keluarga besar dan semua yang ada disitu tapi dalam hatinya hanya ada kehampaan saja.
Setelah menyelesaikan prosesi ijab qobul mereka, kini mereka menuju ke hotel untuk menyambut seluruh tamu undangan.
Jessie terlihat cantik dengan Gaun pengantin putihnya dan James dengan tuxedo hitamnya, sebenarnya James sempat terpukau melihat kecantikan Jessie tapi segera dia tepiskan. Karena baginya Renata yang tercantik dan wanita paling kalem dan sabar.
Setelah semua acara telah usai, pengantin dan keluarga besarnya menginap di Hotel mewah itu.
Dan kini kedua pengantin itu telah berada di dalam kamarnya, Jessie berdiri membelakangi James yang sedang melepas jas dan kemejanya.
Tak disangka Jessie memberanikan dirinya memeluk James dari belakang.
"Hei! Jangan menyentuhku!" ucap James melepas kasar tangan Jessie yang melingkar diperutnya yang sixpack itu.
Jessie hanya terdiam melihat perlakuan James, dia sangat terluka James menolaknya.
"Jangan berekspektasi terlalu tinggi gadis manja! Walaupun kita sudah menikah jangan harap kamu bisa mendapatkan sentuhanku! Sudah aku bilang berkali-kali, aku tidak mencintaimu sama sekali!" ucap James dengan nada dingin lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Jessie tak bisa menahan airmatanya mendengar ucapan James. Dia segera membuka baju pengantinnya dan berganti dengan dress satin mini berwarna hitam lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Saat James telah menyelesaikan mandinya, dia segera memakai baju, celana jeans dan Hoodie hitam untuk menutupi kepalanya, lalu dia meninggalkan Jessie begitu saja di malam pengantin mereka dan menyelinap ke sebuah Club ternama tanpa sepengetahuan keluarganya yang masih ada di hotel dengan mengendarai taksi online.
Dia meminum banyak alkohol untuk menghilangkan gelisah di hatinya, disatu sisi dia ingin segera menikahi Renata, disisi lain dia telah berjanji pada Barrack sahabatnya untuk tidak menyakiti hati adik kesayangannya.
Apa yang kini harus dia lakukan? Apa Renata mau menunggunya lagi jika dia harus menundanya lagi? James sangat kalut, dia meneguk vodkanya dalam satu tegukan dan menghisap rokoknya perlahan.
Saat dia merasa dia sudah sangat mabuk dia menelpon Fino, asistennya agar menjemputnya di Club malam.
"Hallo! Ada apa Boss?" tanya Fino dengan suara khas bangun tidurnya.
"Aku lagi di DF Club, jemput aku sekarang dan antarkan aku kembali ke hotel!" perintah James dengan nada khas orang mabuk.
Fino reflek melihat jam dindingnya dan melihat jika jam menunjukkan pukul 3 pagi.
"Astaga Boss! Bukannya malam pertama malah mabok di Club!" keluh Fino.
"Udah jangan banyak bicara kau! Cepat kesini sekarang, jangan lama-lama!"
"Siap Boss!"
Selang 15 menit berlalu, Fino telah sampai di tempat tujuan dan mencari keberadaan James. Dia melihat James meletakkan kepalanya di meja Club sembari terus mengomel tak jelas.
"Boss mari saya antar pulang!"
"Hm,"
Fino memapah James, selama menjadi asisten James, dia tidak pernah melihat James mabuk. James jarang pergi ke club kecuali jika diundang seseorang dan dia pun akan minum satu gelas saja sebagai bentuk penghormatan didepan teman-temannya.
Setelah mereka sampai ke kamar hotel James dan Jessie menginap, James masuk ke dalam kamar dan Fino pun kembali ke apartemennya lagi.
Dalam keadaan mabuk, dia melihat selimut Jessie tersingkap dan gaun tidur hitam mini milik Jessie, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang putih dan se*si, melihat itu hasr**-nya mendadak muncul dan sesuatu miliknya sudah menegang di bawah sana.
Dia merasa sangat 'haus' karena selama ini hanya bisa bermain solo saja, bahkan beberapa bulan ini Renata juga jarang bisa dia temui karena sibuk dengan pekerjaannya.
Dalam keadaan setengah sadar, tiba-tiba dia menyerang Jessie. Menc**mi leher dan t***h Jessie dengan kasar.
"Kak James!" seru Jessie yang terkejut mendapat serangan mendadak.
James tak bergeming, dia terus menc**mi leher gadis itu, tanpa mendengarkan seruan sang gadis.
"Krekk!"
James merobek gaun tidur Jessie dan melemparkan kesembarang arah kemudian merobek bra-nya juga.
"Arrggghhh!"
"Kak James, HENTIKAN!" teriak Jessie panik sekaligus malu.
James tak peduli, teriakan Jessie malah membuatnya semakin panas. Dia mengulum buah cherry berwarna pink milik Jessie, dan membuat Jessie semakin tak berdaya.
"Akh! Kak James, HENTIKAN!
Entah kenapa dia menyuruh James berhenti tapi rasa nikmat yang dia terima membuat dadanya malah semakin membusung.
Lama-lama Jessie pun terbuai dengan sentuhan sang suami dan membiarkan apapun yang dilakukan James padanya walau dia tahu pria itu dalam keadaan mabuk saat ini.
Entah berapa lama James menyapu seluruh t*buh-nya dan tanpa sadar kini mereka berdua pun dalam keadaan tanpa sehelai benangpun.
Dia mulai membuka **** istrinya dan menerobos masuk kedalamnya.
"Akh! Sakit!"
James tak peduli keluhan Jessie, dia menerobos dinding pertahanan milik Jessie dengan kasar dan menghujamnya tanpa peduli Jessie yang kini sudah berderai airmata.
Dan lebih menyakitinya lagi, James memanggil nama Renata dengan panggilan sayangnya di telinga Jessie, ketika dia telah sampai di atas puncak kenikmatannya.
Setelah kegiatan panas itu, James pun tertidur di samping istrinya
Sedangkan Jessie masih menangis, entah karena rasa sakit pada inti tubuhnya atau karena James yang terus memanggil nama Renata.
Pukul 9 pagi, mempelai pengantin baru itu masih belum terbangun dari tidurnya, karena sendiri Jessie baru bisa tidur pukul 5 pagi.
"Tok! Tok!"
"Hei pengantin baru! Bangun kalian! Apa tidak lapar lembur semalaman!" goda Bu Nadia, Ibu James dari luar kamar.
James yang mendengar suara mamanya, sontak bangun dan segera mencari boxer miliknya dan memakainya sembarangan.
Jessie pun ikut terbangun tapi dia berpura-pura tidur.
"Ada apa mama?" tanya James dengan wajah yang berantakan tapi malah terlihat se*si dan semakin tampan.
"Astaga putra mama, berantakan banget! Mandi sana kamu! Bangunkan juga istrimu untuk sarapan, jangan hanya membuatnya lelah tapi perhatikan makan dan kesehatannya!" ujar Bu Nadia.
"Iya ma, udah mama pergi dulu! Aku mau mandi!"
James mendorong mamanya pelan dan menutup pintu kamarnya kembali.
"Dasar anak kurang ajar! Bisa-bisanya dia mengusirku!" gerutu Bu Nadia dari luar kamar.
Setelah mamanya pergi, James segera masuk ke dalam kamar mandi dan berendam di bathtub untuk mengusir rasa lelahnya.
Saat dia memejamkan mata menikmati hangatnya air dan wanginya aroma terapi di kamar mandi itu. Sekelebat bayangan percintaan panasnya bersama sang istri melintas di otaknya, sungguh membuat tubuhnya tiba-tiba panas dan menegang.
Rasa nikmat itu tidak pernah dia rasakan sebelumnya, sangat berbeda jika dibandingkan dia yang terbiasa bersolo karir.
"S14L! Kenapa aku menginginkannya lagi!" gerutu James.
James sadar jika dia telah memaksa Jessie tadi malam dan sempat melihat airmata Jessie yang terus menetes karena hujaman kasar darinya, ada rasa bersalah terbesit di hati James. Entah kenapa dia tiba-tiba menjadi laki-laki yang bre***sek dan munafik.
Beberapa jam lalu dia mengatakan tidak akan menyentuh Jessie tapi saat melihat Jessie dalam keadaan setengah terbuka dia menjadi gelap mata dan menyerang gadis itu dengan brutal.
Mengingat itu, dengan cepat dia menyelesaikan mandinya dan segera membangunkan Jessie.
James melilitkan handuk putih di pinggangnya dan menghampiri Jessie yang masih tertutup dengan selimut.
"Jess! Bangun!"
James menggoyang-goyangkan tubuh Jessie.
"Hmm!"
Jessie berpura-pura baru bangun dan membuka matanya perlahan. Dia masih terlalu malas melihat wajah suaminya.
"Mandilah! Semua orang sudah menunggu kita untuk sarapan di bawah!"
"Hm!"
Tanpa banyak kata, Jessie melilitkan selimut putih itu di tubuh polosnya dan segera turun dari ranjangnya, tapi yang dia dapat hanya rasa sakit pada inti tubuhnya.
"Akh!" rintihnya pelan.
James yang sedang mengambil baju di kopernya, sontak menoleh saat mendengar rintihan Jessie.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya James menghampiri Jessie yang kini duduk di samping ranjangnya.
"Aku tidak apa-apa," jawab Jessie tanpa memandang wajah James.
"Mari kubantu!"
"Apa!" Jessie masih belum paham dan tiba-tiba tubuhnya sudah melayang.
"Eh!" Jessie terkejut karena James menggendongnya, melemparkan selimutnya sembarangan dan membawanya ke kamar mandi.
Sedangkan wajah Jessie sangat merah, dia malu lagi-lagi tubuh polosnya harus dilihat James dalam keadaan canggung seperti ini. Dia menutup dada dan intinya dengan tangannya dengan masih menundukkan kepalanya.
"Tidak usah kau tutupi! Aku sudah melihatnya semua dan merasakannya!" ucap James dengan dingin.
"Ehem!" Jessie menetralkan rasa malu dan gugupnya.
Lancang sekali James menyentuhnya, dia ingin marah tapi dalam lubuk hatinya dia juga menginginkan sentuhan itu, lagipula James saat ini telah menjadi suaminya dan James sangat berhak akan dirinya, dia tidak memiliki alasan untuk memarahi pria itu.
"Soal tadi malam, aku minta maaf! Aku mabuk dan tidak sadar sudah menyentuhmu! Lupakan saja kejadian tadi malam!" ucap James tanpa ekspresi dan Jessie hanya diam tak ingin menjawab.
James tidak benar-benar hilang kesadaran, dia masih setengah sadar dan menikmati betul kegiatan mereka, tapi dia sangat gengsi mengakui jika dia menikmati semua itu.
Lalu James keluar dari kamar mandi dan segera mengganti bajunya dengan pakaian yang santai.
Di dalam kamar mandi, setelah kepergian James, Jessie masih mengomel tak jelas dengan perasaan marah yang sejak semalam dia tahan.
"Apa melupakan! Semudah itu menyuruhku melupakan! Setelah kamu mengambil apa yang aku jaga selama ini, kamu menyuruhku melupakan semuanya! Dasar James bre***sek! Laki-laki menyebalkan!" umpat Jessie sembari memukulkan tangannya pada air di bathtub itu.
"Kenapa sih aku harus jatuh cinta dengan laki-laki menyebalkan itu! Aarrggh... S14l!"
Setelah selesai mandi dan berganti baju santai, kedua pengantin pun bergegas turun ke restoran yang ada di lantai bawah kamarnya.
"Pegang lenganku, kita harus terlihat seperti pasangan normal yang lain didepan keluarga besar," ucap James pada Jessie yang sedang berjalan di belakangnya.
"Baik kak,"
"Wah liat itu pengantin barunya udah datang, wajahnya berseri-seri sekali!" goda Shafa, kakak ipar Jessie.
Semua pun ikut tersenyum saat memandang ke arah pengantin baru yang terlihat bahagia itu.
"Aunty Jessie cantik sekali," ucap Rey sang keponakan, yang berlari memeluk Jessie.
"Terimakasih kesayangan! Rey juga tampan sekali hari ini!" ucap Jessie menggendong Rey lalu mencium pipi gembulnya.
"Uncle James jangan nakal ya sama Aunty Jessie, nanti Rey pukul uncle!" ucap Rey menjulurkan lidah didepan James.
Sedangkan James dan yang lainnya tersenyum lucu melihat bocah laki-laki itu memperingatinya.
"Tenang saja jagoan, Aunty akan selalu bahagia bersama uncle, lagipula siapa yang berani melawan cucu Kakek Jason yang tampan ini!" James mencubit pipi Rey dengan gemas.
"Dont touch me uncle!" ucap Rey membuang muka.
Entah untuk alasan apa, Rey tidak menyukai James.
"Rey tidak boleh bersikap tidak sopan begitu sama uncle James, apa Rey lupa yang mommy katakan pada Rey?"
Shafa menatap tajam pada putranya dan Rey menunduk takut.
"I'm sorry mom!"
"Bilang minta maafnya sama uncle bukan sama mommy!"
"I'm sorry Uncle James,"
"It's ok baby! Yuk kita sarapan lanjutkan sarapan lagi!" ajak James dan Rey pun mengangguk.
Setelah menyelesaikan sarapan bersama keluarga besar, semua kembali ke mansion masing-masing. Sedangkan James dan Jessie pamit untuk tinggal di apartemen milik James.
Fino mengantarkan James kembali ke apartemen miliknya bersama sang Jessie.
Setelah selesai mengantarkan James, Fino kembali ke perusahaan untuk menghandle semua pekerjaan Bossnya.
"Itu kamarmu, tidurlah disana!" ucap James menunjukkan sebuah kamar pada Jessie.
"Tapi kita kan suami istri, aku ingin tidur satu kamar dengan Kak James," protes Jessie.
"Ck! Aku tidak akan sekamar dengan wanita yang tidak aku cintai!" ucap James dingin.
"Tapi semalam kita.."
"Sudah aku katakan lupakan kejadian tadi malam, aku sendiri tidak begitu ingat apa saja yang aku lakukan ke kamu, jadi jangan berharap lebih!" ucap James lalu masuk ke dalam kamar utamanya.
"Hufftt! Menyebalkan! Aku mau tidur sajalah." gumam Jessica.
**
Sore pun tiba, kini Jessie berada di dapur, dia ingin memasak untuk makan malam mereka. Jessie yang terlahir dari keluarga kaya tentu saja tidak pernah memasak sama sekali, tapi demi James dia bertekad akan belajar memasak.
"Auwh!"
Terlihat Jessie sedang menggoreng telur mata sapi, dan minyak panas yang ada di penggorengan itu terpercik sedikit di kulit mulusnya.
"Ya ampun baru goreng telur aja susah banget, gimana dengan lainnya." keluh Jessie.
Setelah menyelesaikan menggoreng dua telur, kini dia menanak nasi di magic com. Dia membolak-balikkan panci penanak nasi itu, dia binggung harus memberikan berapa banyak air dan beras pada panci itu.
Daripada dia salah dan nasinya menjadi tidak layak dimakan, akhirnya dia browsing bagaimana caranya untuk menanak nasi.
"Goreng telur udah, menanak nasi juga udah beres, terus apa lagi ya?" gumamnya pada dirinya sendiri.
"Ah sepertinya bikin ayam teriyaki mudah ya seperti Kak Shafa biasa buat untukku, coba ah aku telpon kakak minta diajarin caranya."
Lalu Jessie menelpon kakak iparnya untuk diajari membuat ayam teriyaki kesukaannya, dan Shafa juga memberikan resep yang paling mudah untuk Jessie. Dia salut pada Jessie karena mau belajar masak untuk sang suami.
"Semangat ya belajar masaknya putri manjaku! Aku yakin kamu pasti bisa. Kalau kamu mau coba resep lain, kamu bisa nelpon kakak lagi!" ucap Shafa menyemangati adik iparnya.
"Iya kak, makasih banyak kakakku sayang!"
"Sok-sokan mau belajar masak! Bedain garam sama gula aja nggak bisa!" goda Barrack, sang kakak.
"Udah bisa kak! Apaan sih Kak Barrack ngeselin aja! Udah aku mau lanjut masak! Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.."
Jessie mulai melanjutkan masaknya, dia mengambil stok ayam di lemari es milik James, memotong dan memberi bumbu pada ayam itu. Jessie berkali-kali me!mencicipi masakannya dan berhati-hati memberikan garam, dia takut masakannya terlalu keasinan. Dia sadar dia baru belajar memasak jadi walaupun rasanya tidak seenak buatan orang lain, setidaknya masakan buatannya tidak keasinan maupun hambar.
Dua Jam Jessie berada di dapur dan akhirnya menu masakan pertamanya telah selesai, ada nasi hangat, telur mata sapi dan ayam teriyaki untuk sang suami.
"Tok.. Tok!"
"Kak James!" panggil Jessie.
"Ada apa!" jawab James dari dalam kamar.
"Ayo kita makan! Aku udah masak makan malam untuk kita," teriak Jessie dari balik pintu.
"Iya! Tunggu aku di meja!"
"Oke!"
Setelah itu Jessie duduk menunggu James.
James keluar dengan celana pendek dan kaos oblongnya, dan rambutnya dia biarkan berantakan seperti biasanya.
Entah kenapa Jessie malah terpana melihatnya seperti itu, dia menatap James tanpa berkedip.
"Apa ini?" tanya James yang memandang Jessie yang masih terbengong.
"Hei Jess!" panggil James lagi.
"Ah maaf aku nggak fokus Kak," Jessie tersenyum malu.
"Nggak usah terlalu kagum padaku! Aku memang udah biasa diperhatikan seperti itu!" ucap James dengan angkuh.
"Ehemm!" Jessie hanya berdehem untuk membalas ucapan James.
Dia berfikir apa James benar-benar tidak menyadari jika dirinya juga dambaan semua pria, jika dia mau, dia bisa mendapatkan yang lebih baik dari James. Tapi James pahlawan di masa kecilnya, cinta monyetnya dan laki-laki yang selalu Jessie kagumi.
"Maaf aku hanya bisa masak ini Kak, karena ini pertama kalinya aku masak, entah enak atau tidak. Ini ada telor mata sapi dan ayam teriyaki, semoga kakak suka!"
Jessie meminta piring James untuk mengambilkan nasi untuknya.
"Eh tunggu! Aku ingin memastikan makanan ini layak dimakan manusia apa tidak!"
"Hah!" Jessie terkejut dengan ucapan James tapi berikutnya dia hanya bisa menghela nafasnya panjang.
Dia pasrah jika James tak ingin makan masakannya, karena dia sendiri pesimis dengan rasa masakan itu.
James mengambil satu kotak kecil ayam yang dibumbui saus berwarna coklat itu lalu memasukkan ke mulutnya.
"Bagaimana rasanya Kak? Apa tidak enak?" tanya Jessie dengan was-was.
"Lumayanlah untuk pemula!" ucap James datar lalu menyodorkan piringnya pada Jessie.
Bagi James masakan Jessie lumayan enak walau dengan menu sederhana seperti itu, apalagi Jessie tidak pernah masak sama sekali. Setidaknya dia mau berusaha untuk menjadi istri yang baik untuknya.
Jessie bernafas lega, setidaknya James tidak menolak masakannya. Dan akhirnya mereka makan malam bersama tanpa berbicara lagi dan kembali ke kamar mereka masing-masing saat selesai menyelesaikan makan mereka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Jessie belum bisa tidur, lalu dia memutuskan untuk pergi ke dapur membuat susu hangat.
Saat dia berjalan ke arah dapur, dia melihat James yang membuka lemari untuk mencari sesuatu.
"Apa yang Kak James cari?" tanyanya.
"Aku ingin buat Kopi,"
"Sini aku buatkan! Kak James duduk aja ya!"
James mengangguk dan duduk di meja makannya.
Beberapa saat kemudian, Jessie membawa dua cangkir kopi dan susu mereka, lalu Jessie duduk tepat di depan James.
"Terimakasih!"
James menerima kopinya dan akan beranjak dari tempat duduknya, tapi dengan cepat Jessie menahannya.
"Kak James kita harus bicara,"
"Hm, bicaralah!"
James duduk kembali di kursinya.
"Besok aku akan mulai bekerja di sebuah perusahaan periklanan tapi bukan milik kakak. Apa Kak James mengijinkanku bekerja?" tanya Jessie.
"Lakukan apapun yang kamu mau! Aku tidak peduli, kamu mau kerja, kamu mau jalan-jalan atau kemanapun terserah kamu! Dan kamu juga jangan pernah mencampuri urusanku!"
"Tapi Kak, diakui atau tidak aku tetap istri kakak. Aku wajib memberi tahu apapun yang aku lakukan kepada kakak, walau kakak juga tidak mau tahu."
"Ya udahlah terserah kamu." ucap James cuek sedangkan Jessie hanya terdiam menahan rasa kecewanya.
"Eh aku penasaran kenapa wanita sepertimu terlalu terobsesi padaku dan ingin menjadikanku suamimu! Sebenarnya apa tujuanmu?" tanya James.
"Kak James tahu, kita mengenal sejak kita kecil, dan kakak menyelamatkanku dari anak-anak yang membullyku. Aku sangat mengagumi kakak sejak lama, tapi waktu itu aku belum mencintai kakak. Setelah Kak James membelaku didepan David, aku mulai mencintai kakak. Aku yakin kakak adalah orang yang tepat menjadi suamiku, karena kakak sangat baik dan dewasa." ucapnya dengan jujur.
"Omong kosong apa itu Jessie! Aku menganggapmu sebagai adik, makanya aku membelamu jika ada yang menyakitimu. Tolong buang khayalanmu jauh-jauh karena sampai kapanpun aku hanya akan menganggapmu adik tidak lebih!" ucap James kesal.
"Aku akan tetap mencintai kakak walau aku hanya dianggap adik."
"Terserah kamu!"
James meninggalkan Jessie dan masuk kedalam kamarnya lagi.
"Aku nggak akan menyerah Kak James! Aku yakin bisa membuat kakak mencintaiku!" gumam Jessie.
**
Pagi pun tiba, Jessie membuatkan sandwich dan susu hangat untuk sarapan mereka berdua. Jessie selalu terlihat cantik dan se*si dengan setelan kerjanya dan James sangat tampan dengan setelan jasnya.
"Kak bareng boleh ya?"
"Nggak bisa Jessie!"
"Sekali aja kak!"
"Tapi kita kan nggak searah, masa aku ke tempat kamu dulu lalu ke kantorku. Aku males harus kejebak macet lama!" keluh James.
"Ya udah aku naik taksi online aja,"
"Bagus! Begitu kan lebih cepat, kalau kamu mau mobil, nanti aku ambilkan mobilku yang dulu di mansion mama,"
"Nggak usah deh kak! Biar nanti supir yang antarkan mobilku," ucap Jessie dengan perasaan kecewa.
Dan setelah menyelesaikan sarapan mereka, keduanya pun berangkat bekerja.
Jessie menuju ke kantor Robert, karena beberapa waktu lalu dia melamar disana tanpa embel-embel nama besar keluarganya. Jessie adalah wanita yang cerdas jadi Robert memberikan Jessie kesempatan untuk belajar bersamanya. Jessie juga sempat meminta Robert agar menyembunyikan identitasnya sebagian salah satu pewaris Hansel Grup. Karena selama ini Jessie juga tidak begitu menyukai publikasi.
"Tok.. Tok!"
Jessie mengetuk ruangan Robert.
"Masuk!"
"Ceklek!"
"Morning Jessie! Selamat bekerja di perusahaanku, semoga kinerjamu tidak akan mengecewakanku!" sambut Robert.
"Terimakasih sudah memberikan saya kesempatan bekerja di perusahaan anda Pak Robert, saya juga berharap tidak akan mengecewakan anda," Jessie tersenyum manis.
"Perkenalkan ini asistenku Mike Petter, dia yang akan mengajarimu apa saja tugas seorang sekretaris dan seluk beluk tentang semua yang berhubungan dengan perusahaanku," ucap Robert.
"Hallo Kak Mike, perkenalkan namaku Jessica Aira, mohon bimbingannya ya kak!" ucap Jessie tersenyum manis pada Mike dan mengulurkan tangannya didepannya.
"Hallo juga Jessie, semoga kamu betah ya menghadapi Boss kita yang labil ini!" goda Mike melirik Robert dengan senyuman jahilnya.
Dan Robert menatapnya tajam.
"Bercanda Boss, jangan terlalu serius nanti cepat tua!" Mike terkekeh.
"Ehem! Maaf apa saya boleh tahu dimana ruangan saya Pak Robert?"
"Ah iya aku sampai lupa! Antarkan Jessie, Mike!"
"Baik Boss!"
Hari pertama Jessie bekerja di perusahaan Robert Cristian Stewart berjalan dengan lancar dan Robert sangat puas dengan hasil kerja Jessie. Dia adalah wanita yang sangat cekatan dan mudah belajar, jika dia tidak mengerti dia juga tidak malu untuk bertanya.
Robert Cristian Stewart adalah Pemilik Perusahaan besar yang bergerak di bidang Industri Musik, Periklanan, dan Produksi Film. Cabangnya berada di Inggris yang pernah dipimpin oleh Shafa kakak ipar dari Jessica. Robert dan Shafa bersahabat baik selama bertahun-tahun. Jessie tadinya akan ikut andil mengelola perusahaan periklanan kakaknya, tapi dia ingin mencari pengalaman tanpa nama besar keluarganya, dia ingin sukses dengan kakinya sendiri.
Menjelang petang, Jessie pun akhirnya tiba di apartemen milik suaminya dengan mengendarai mobilnya sendiri yang tadi siang diantarkan supir pribadi mamanya.
"Ceklek!"
Jessie membuka apartemen suaminya, tapi suasana apartemen masih gelap, itu tandanya sang suami belum datang.
Dia masuk ke kamar dan membersihkan dirinya, memakai setelan baju pendek dan rambutnya di gulung sembarangan.
Dia memasak makan malam untuknya dan sang suami, dia membuka YouTube untuk melihat menu yang simpel dan mudah dibuat. Dan menu malam itu sop daging, nasi putih dan telur gulung ala Jepang, terlihat menggugah selera dan membuatnya lapar. Tapi dia harus menahan laparnya sampai suaminya tiba di apartemen.
Lama Jessie menunggu hingga waktu menunjukkan pukul 8 malam, dia sudah sangat lapar dan akhirnya dia memutuskan untuk makan sendiri di meja makan.
Setelah dia menyelesaikan makan malamnya, dia menunggu James di sofa sembari menonton televisi hingga tanpa sadar dia pun telah tertidur di sofa.
"Ceklek!"
James membuka pintunya dan melihat Jessie tengah tertidur di sofanya.
"Jess! Bangun! Pindah sana ke kamarmu!" ucap James membangunkan istrinya.
"Ah Kak James," Jessie menengok jam dinding di atas televisi dan melihat ternyata sudah pukul 11 malam.
"Kenapa kakak baru pulang? Padahal aku sudah memasakkan makan malam untuk kakak, ayo makan biar aku hangatkan sop dagingnya!" ucap Jessie yang akan beranjak dari tempat duduknya.
"Udah nggak perlu repot-repot! Aku dah makan malam tadi, jangan masak lagi buatku karena aku tidak akan makan lagi di rumah. Dan jangan menunggu kepulanganku, karena belum tentu aku akan pulang kerumah. Sudah aku ingatkan berkali-kali, jangan bertanya maupun ikut campur urusanku dan aku juga tidak akan peduli padamu! Apa ucapanku kurang jelas Jessie!" ucap James dengan dingin.
Jessie menghela nafasnya panjang, mencoba menahan segala emosinya, "Baiklah kak!"
Jessie pergi meninggalkan James dan masuk ke dalam kamarnya, dia tahu akan jadi seperti ini dan lagi-lagi dia menangis.
Di kamar James, dia sedang berusaha menghubungi seseorang berkali-kali.
"Kamu kemana sih Renata? Susah sekali dihubungi, apa kamu marah aku menikahi Jessie? Kenapa kamu nggak bisa bersabar untukku sih!" gerutu James lalu melemparkan ponselnya begitu saja.
Renata adalah kekasih James yang usianya 6 tahun di atas James, tapi wanita dewasa itu sangat cantik dan kalem sehingga James sangat tergila-gila padanya. James telah berjanji akan menikahinya diam-diam setelah melangsungkan pernikahan dengan Jessica, tapi sialnya Renata tidak bisa dihubungi dari tiga hari yang lalu.
***
Selama tiga bulan ini Jessie bekerja dengan baik di perusahaan Robert, dia selalu menemani Robert dan Mike saat meeting di luar kantornya.
Sedangkan James masih sama masih bersikap dingin pada Jessie, kepergian Renata selama 3 bulan dari hidupnya membuat James hampa, patah hati dan uring-uringan setiap hari. Entah dia harus mencari dimana lagi, dia pernah mendatangi rumah Renata, tapi ayah Renata malah mengusirnya.
James juga sempat mendatangi tempat Renata bekerja, tapi teman Renata bilang dia sudah resign dari kantornya. Dunianya terasa hancur, Renata yang sangat dicintainya meninggalkannya, dia berfikir seharusnya dia tidak menerima pertunangan ini dan memutuskan menikahi Renata. Tapi entah kenapa dia malah mengecewakan orang yang dicintainya.
Jessie sendiri masih terus bersabar menghadapi sikap menyebalkan James, dia selalu memasak sarapan dan makan malam untuk suaminya walau James tidak pernah menyentuh masakannya lagi. Dia tetap tersenyum dan bersikap manis saat berada di rumah bersama suaminya, setiap malam Jessie juga selalu menunggu kepulangan James di sofa seperti biasanya.
Tapi James selalu membangunkannya, dia tak bosan melarang Jessie untuk menunggunya pulang kerja. Dan Jessie pun kekeh selalu menunggu James pulang setiap hari.
Pagi itu di perusahaan Robert, para tim sedang berkumpul mempersiapkan syuting iklan suatu produk susu diet khusus pria, model prianya begitu tampan berwajah blasteran dengan otot-otot yang terbentuk begitu sempurna.
Hari itu, Robert yang kebetulan tidak banyak pekerjaan, dia ingin melihat langsung jalannya syuting dengan ditemani oleh asistennya dan Jessie.
Beberapa dari tim tiba-tiba orang ribut dan panik karena suatu hal lalu salah satunya melaporkan pada Robert masalah yang terjadi.
"Maaf Pak Presdir, model wanitanya masuk rumah sakit tiba-tiba dan kami tidak ada pengganti. Padahal semua sudah siap, lalu apa kami harus menunda syuting hari ini?" ucap salah satu staff Robert dengan gemetaran.
"Ck! Bagaimana sih sudah diberi uang muka malah tidak datang, benar-benar model tidak profesional!" ucap Robert dengan kesal.
"Maafkan kami Pak Presdir,"
"Sekarang kalian carilah pengganti secepatnya! Harus ada dalam 15 menit, semua properti dan tim sudah siap, kalau batal saya yang rugi!" seru Robert.
"Baik Pak Presdir,"
"Eh tunggu," Mike mencegah staff itu pergi.
"Boss, bagaimana kalau Jessie saja yang menggantikan model wanita itu? Aku kira Jessie adalah wanita yang tepat," usul Mike.
"Eh! Kak Mike, aku tidak bisa! aku tidak pernah jadi model sebelumnya, nanti iklannya malah hasilnya jelek." tolak Jessie yang merasa sangat malu.
Selama ini dia jarang tampil di publik maupun sosial media, bahkan tak banyak orang tahu jika dia adalah salah satu pewaris Hansel Grup.
"Wah bagus sekali idemu Mike! Aku setujulah! Bagaimana Erik? Apa Jessie bisa masuk?" tanya Robert pada staffnya.
"She's very perfect, sir!" ucap Erik Si Staff dengan binar bahagia, setidaknya semua aman dari amukan Tuan Besarnya.
"Tapi Pak Robert saya.." Jessie masih saja menolak.
"Ini perintah Jess! Sudahlah coba saja, itung-itung buat pengalaman, siapa tahu passion kamu di dunia model, kamu akan semakin bersinar dan terkenal nantinya Jess!" saran Robert.
Sebenarnya kalau dia menyukai publikasi, menyandang nama Hansel Grup saja membuatnya bisa bersinar dan terkenal, tapi Jessie bukan tipe wanita yang menyukai publikasi.
"Baiklah Pak Presdir, saya akan coba," ucap Jessie yang akhirnya pasrah.
Setelah itu Jessie mulai di dandani sangat cantik dan menarik, dia tidak tampil terbuka tapi semua orang terpana melihat kecantikannya.
Adegannya hanya adegan biasa sekedar bergandengan tangan dan si model pria mencium tangan Jessie dengan sangat romantis.
Hingga beberapa jam berlalu akhirnya syuting iklan itu telah selesai, semua tim berterimakasih kepada Jessie karena berkat Jessie syutingnya lancar, Tuan besar mereka pun terlihat sangat puas dan tidak marah lagi.
Bahkan si model pria terang-terangan meminta berkenalan dengan Jessie.
"Nona, kamu luar biasa! Kenalkan aku Verrel, aku berharap kamu juga bisa meneruskan bakat terpendam kamu yang satu ini," goda si model bernama Verrel itu.
"Terimakasih Verrel, aku Jessica Aira, sepertinya aku tidak terlalu berbakat bidang ini karena rasanya sangat grogi saat dipandang banyak mata. Aku tidak terbiasa dengan hal itu," Jessie tersenyum menertawakan dirinya sendiri.
"Ya memang sih masih kaku, tapi kalau dipoles sedikit pasti akan sempurna,"
Jessie terkekeh mendengar ucapan Verrel lalu pamit pergi menghampiri Bossnya.
"Bagaimana Jessie? Benar kataku kan kamu sangat berbakat? Prediksiku memang tidak pernah meleset!" ucap Robert tersenyum sombong.
"Aku malu Pak Presdir, tolong jangan menjadikanku model iklan lagi. Nanti produknya malah tidak laku," keluh Jessie.
"Kamu terlalu merendah Jessie! Kamu lumayan berbakat, tinggal latihan dikit aja pasti sempurna!" puji Mike.
"Benar kata Mike! Ya sudah, ayo kita balik lah ke meja kita, sebentar lagi juga jam pulang," ajak Robert.
"Baik Boss!"
Robert beranjak dari duduknya lalu berjalan diikuti Jessie dan Mike.
**
Satu Minggu berikutnya, iklan yang Jessie bintangi bersama seorang model pria telah dirilis di beberapa televisi swasta. Hasilnya lumayan bagus dan memuaskan, banyak yang memuji kecantikan dan akting Jessie yang natural walaupun masih agak kaku.
"Klien kita sangat suka dengan iklan yang kamu bintangi Jess! Wajah kamu sepertinya membawa keberuntungan, mereka ingin kamu membintangi satu iklan produk susu diet lagi tapi yang khusus untuk wanita. Apa kamu mau menerima tawaran mereka Jessie?" tanya Robert saat Jessie memberikan laporannya pada Robert.
"Tapi aku tidak ingin jadi model Pak Robert, aku hanya ingin jadi pebisnis yang sukses, bukan model iklan!" keluh Jessie.
"Okelah aku nggak maksa kamu! Kamu yang menjalani semuanya jadi kamu pikir-pikir dulu saja sebelum mengambil keputusan daripada kamu menyesal nantinya."
"Baik Pak Presdir!"
**
Sementara di kantor milik James, dia terlihat sangat marah dan kesal luar biasa setelah Fino asistennya memberikan video iklan yang dibintangi oleh Jessie.
"Apa-apaan ini? Bilangnya hanya kerja di kantor periklanan, ini malah jadi model, dipegang-pegang lagi sama laki-laki lain! Dianggapnya apa aku? Bre***sek!" umpat James dengan kemarahan luar biasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!