NovelToon NovelToon

Kawin Gantung Mafia Vs Abdi Negara

Ka-ka-kado

BHUG ...!

BHUG ...!

BRAK ...!

Gadis berambut pendek itu berhasil melumpuhkan lawannya, karena pihak mereka enggan membayarkan uang miliknya atas pembelian barang haram yang mereka pesan beberapa waktu lalu, kepada Arini.

"Dasar laki-laki sialan, jika tidak mampu membayar jangan ambil barang dengan ku, brengsek!" umpatnya, kembali menendangkan kakinya ketubuh pria yang sejak kemaren membuat ulah dengannya.

Dengan nafas masih tersengal-sengal, Arini menoleh kearah Samuel, memberikan perintah, "Cepat kau ikat kaki dan leher anak ini! Buat dia seperti bunuh diri, jangan tinggalkan barang bukti! Aku tidak ingin berurusan dengan hukum. Kau mengerti!"

Samuel menunduk hormat, "Baik Nona Zea!"

"Lakukan!"

Arini melangkahi tubuh pria yang sudah tidak bergerak tersebut. Melangkah dengan gagah berani menuju mobil mewahnya untuk menghadiri acara ulang tahun yang diadakan keluarga malam itu. 

Bergegas Arini merubah penampilannya, sebagai wanita yang cantik dan elegan. Setelah melepaskan wig serta celana jeans panjang yang ia kenakan, untuk menghadiri pertemuan dadakan tersebut.

"Hmm, aku sudah terlihat lebih cantik dan anggun. Mama dan Papa pasti sangat suka dengan penampilan ku," tawanya geli mengagumi kecantikan wajahnya sendiri, setelah mengenakan lipstik berwarna natural dibibir indahnya.

Arini mengenakan resleting gaun malam yang selalu ia sediakan didalam mobil untuk berjaga-jaga. Sambil melihat kearah luar, untuk menyesiasati situasi gedung tua yang menjadi markas penghabisan orang-orang telah berbuat curang padanya.

"Rasakan kau, siapa suruh tidak membayar hutang pada ku! Kau pikir aku ini panti sosial, memberikan barang itu secara cuma-cuma untuk kesenangan mu! Dasar laki-laki brengsek tidak berguna ..."

Bergegas Arini menekan tombol otomatis, melajukan kendaraan, menuju kediamannya yang berada di Setiabudi kota kembang. 

Lebih dari enam puluh menit perjalanan yang ia tempuh seorang diri. Arini memarkirkan kendaraannya dibawah pohon yang rindang berada di kediaman keluarga, hanya untuk kembali bersolek agar tidak diketahui oleh keluarga, apa pekerjaannya selama ini setiba di tanah kelahiran.

Ya, Arini yang biasa menggunakan nama Zea jika sudah bersama para rekan bisnis haramnya. Menjadi anak kesayangan Aldo dan Emi yang merupakan cucu satu-satunya dari Keluarga Anggoro.

Berkali-kali dia menata rapi rambutnya yang panjang dan berkilau, sebelum turun dari mobil yang ia beli dari bisnisnya sendiri.

Di usia 24 tahun Arini sudah menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa terbaik di salah satu universitas ternama di Swiss dan kembali ke Indonesia hanya untuk sekedar memastikan rencana kedua orangtuanya.

"Hmm, surprise apa yang akan diberikan Mama dan Papa padaku? Jangan-jangan Papa mau memberikan aku satu unit pabrik pil laknat ..." tawanya menyeringai lebar sebelum turun dari mobil kesayangannya.

Perlahan kaki jenjang itu turun dari mobil, melihat beberapa tamu undangan yang merupakan keluarga dekat dari Opa Anggoro, kemudian matanya melihat sosok pria yang pernah ia temuin di club' malam milik sang Papa.

Kedua alisnya menyatu, bergumam dalam hati, "Anak ini lagi! Dia selalu saja muncul di hadapan ku! Dia kan anak Papa Adit, ahh ... enggak seru kalau aku harus bertemu dengan anak ini. Apalagi aku dengar, dia lulusan angkatan ...!"

Bergegas Arini berlari kecil dengan balutan heels dua belas centimeter menghiasi kaki indah itu, sehingga terlihat sangat menawan juga elegan.

Abdi yang dilewati oleh Arini begitu saja, ketika akan memasuki kediaman keluarganya, sedikit mendengus dingin, bergumam dalam hati, karena gadis itu menabrak lengannya, tapi enggan berbalik hanya untuk mengucapkan kata maaf, "Siapa gadis itu? Apakah dia tidak memiliki tata krama ...?"

Dentuman musik terdengar sangat jelas, Arini memasuki kediamannya, kemudian menghampiri kedua orang tua hanya sekedar mencium dan menyapa orang yang telah membesarkannya hingga saat ini.

Emi memeluk erat tubuh ramping putri cantiknya, sambil berkata penuh kelembutan, "Dari mana saja, sayang? Sejak tadi Mama menunggu kamu."

Dengan manja Arini mengalungkan tangannya ke lengan sang Mama untuk sekedar minta maaf, "Sorry aku terlambat. Tapi ulang tahun kali ini, kadonya harus keren, karena kalau enggak berkesan, Arini pulang lagi ke Swiss dan tinggal sama Opa," sungutnya.

Aldo yang melihat putri kesayangannya sudah hadir bersama mereka, langsung meminta MC untuk memulai acara keluarga tersebut, ketika melihat sosok sahabatnya sudah berkumpul di ruangan mewah itu.

Tidak menunggu lama, lampu yang awalnya remang-remang, kini justru terang benderang menyinari ruangan yang tampak luas dengan tamu undangan dari pihak keluarga terdekat.

Acara puncak dimulai, Arini yang terlihat anggun kini sudah berada ditengah-tengah keluarga untuk mendengarkan satu pernyataan yang membuat dadanya semakin berdegup kencang.

Pikiran gadis muda itu, Aldo akan memberikan satu kejutan sebuah bisnis yang akan ia geluti di dunia nyata selain bisnis haram yang ia tekuni, dengan tangan dingin ia melirik kearah Emi dengan senyuman lebar yang memancarkan satu kebahagiaan.

Aldo mendekati Keluarga Aditya yang berdiri tegap dihadapan mereka, menatap wajah cantik sang putri satu-satunya sambil berkata dengan nada lembut.

"Arini binti Aldo Anggoro, Papa telah menikahkan kamu dengan Abdi Atmaja sejak usia kamu dua tahun. Jadi saat ini, karena kamu sudah menyelesaikan tugas mu menjadi seorang sarjana yang berprestasi. Diusia 24 tahun ini, Papa akan menyerahkan kamu kepada Keluarga Abdi Atmaja untuk menjadi seorang istri sah sebagai abdi negara, sebagai kado terindah Papa untuk kamu, sayang."

Kalimat yang keluar dari bibir sang Papa, dengan tatapan mata yang berbinar-binar, membuat Arini benar-benar ternganga lebar mendengar pernyataan tersebut.

Kedua bola mata Arini membulat besar, menatap lekat kearah Abdi yang di tunjuk oleh sang Papa.

Hal yang sama dilakukan Abdi ketika bersitatap dengan manik mata gadis yang ada dihadapannya, "Menikah diusia dua tahun? Kawin gantung ...?"

"Ka-ka-kado ... ka-ka-kado apa ini ...!" Dada Arini bergemuruh, bahkan terasa ingin menampar wajah sang Papa, karena telah tega menikahkannya dengan cara kawin gantung sedari kecil. "Pernikahan apa ini? Enggak kenal, tiba-tiba menikah. Emang masih jaman Siti Nurbaya ...?" geramnya dalam hati. 

Perlahan mata Arini terpejam, menelan ludahnya sendiri, menahan diri karena ini merupakan satu pemaksaan bahkan ia sama sekali tidak mengenal Abdi yang berdiri di samping orang tua mereka.

"Pa ... A-r-arini enggak kenal dia! Kita memang keluarga, tapi sama sekali kita enggak pernah kenal! Lelucon seperti apa ini!" Ia menoleh kearah Emi, meluapkan amarahnya, "Arini enggak mau, Arini belum mau menikah! Arini enggak cinta sama dia!" teriaknya lantang, membuat para tamu melihat kearah mereka.

Abdi yang mendengar penuturan dari Aldo, melakukan hal yang sama terhadap kedua orangtuanya.

"Apa-apaan ini! Abdi pikir, kita datang kesini karena ada acara keluarga seperti yang Mama bilang! Abdi enggak mau, Abdi tidak kenal sama cewek seperti ini, lihat saja penampilannya! Aneh, enggak ada cantik-cantiknya!" sesalnya turut berontak.

Aldo dan Aditya yang mendengar penolakan dari anak menantunya, menghardik kedua insan itu, tapi kedua-nya justru membuat acara semakin kacau balau, karena penolakan keputusan kedua keluarga.

Emi mencekal lengan putrinya, agar tidak pergi lagi, namun dapat ditepis oleh gadis muda itu dengan tatapan nyalang penuh amarah, "Mama saja yang menikah dengan laki-laki itu, jangan paksa Arini!"

Aldo yang mendengar ucapan tajam Arini, menghardik putri kesayangannya tanpa perasaan sungkan dihadapan para tamu, "Jaga ucapan mu, Arini! Jika kamu menolak Abdi, maka kamu akan Papa kirim ke pondok pesantren, bukan ke Swiss! Karena Papa tidak mau kamu terus bergaul dengan Samuel!"

Arini tidak perduli, dia menepis tangan Emi, berlari kencang meninggalkan ruangan yang tidak bersahabat tersebut, dengan air mata mengalir deras menuju mobilnya, sambil melepaskan high heels yang ia kenakan.

"Terserah! Terserah, Arini tidak menyukai laki-laki itu!"

Terdengar ucapan yang sama dari bibir Abdi ikut keluar dari kediaman mewah itu, "Siapa juga yang mau sama gadis itu! Tidak ada sopan santun, bahkan jauh dari kata baik ...!" umpatnya melepaskan kancing kemeja yang menyesakkan lehernya. 

Bisnis Nona Zea

Disaat hati enggan untuk bersahabat dihati dua insan anak manusia yang sudah berada di luar ruangan mewah milik Keluarga Aldo, yang hendak memasuki mobil mereka, seketika ajudan Aditya mencekal lengan Arini juga Abdi untuk membawa kembali kedalam ruangan.

Arini yang memiliki kemampuan bela diri, menghardik Asep yang sudah berada di belakangnya, "Lepaskan tangan ku!" teriaknya, menoleh sedikit mencari titik kelemahan pria kekar yang bertindak kasar padanya.

Tidak jauh berbeda dengan Abdi, yang langsung menepis tangan ajudan sang Papa yang benar-benar mencengkeram kuat lengannya, "Om, lepaskan tangan mu, dari lengan ku!"

Arini yang tidak menyukai tindakan pemaksaan, langsung membalikkan tubuhnya, kemudian mengunci tangan Asep dengan memelintir ke belakang tubuh pria mapan itu dengan sangat keras.

"Agh, Neng!" ringis Asep.

BRAK ...!

Dengan cepat Arini melempar tubuh Asep ke kap depan mobil sport miliknya, sambil berkata dengan nada tinggi, "Jangan pernah memaksa ku! Karena kau tidak tahu telah berurusan dengan siapa, ajudan bodoh!"

Abdi tertawa kecil mendengar ketegasan dari gadis cantik itu, "Hmm, sepertinya kamu wanita yang tegas, Neng Arini!"

Arini mengerlingkan bola matanya, menyunggingkan senyuman lirih ketika akan memasuki mobil mewahnya, "Jangan mimpi kau akan menjadi suami ku, Abdi Atmaja! Satu lagi, jangan pernah panggil aku dengan sebutan 'Neng'!"

Dengan wajah garang Abdi menghampiri gadis itu, hanya untuk menegaskan, "Tenang saja Neng Arini Aldo Anggoro! Aku tidak akan pernah mengakui mu sebagai istri, karena aku memiliki seorang kekasih!"

Mendengar pernyataan Abdi Arini tertawa kecil, memainkan jemari tangannya dihadapan Abdi, "Bagus, karena aku tidak akan pernah menyukai pemaksaan dan perjodohan bodoh ini! Jadi bersenang-senanglah dengan kekasih mu! Karena aku tidak memiliki waktu untuk bermain-main dengan perasaan. Selamat malam!"

Dengan angkuhnya Arini memasuki kendaraannya, kembali menekan tombol otomatis, melajukan kendaraannya membelah jalanan kota kembang, dengan perasaan hati yang tidak karuan.

"Damn it! Bagaimana mungkin aku harus menikah dengan laki-laki seperti dia? Kenapa Papa tidak pernah bicarakan masalah ini, dia tidak pernah memikirkan perasaan ku! Sejak kuliah, aku memang tidak menyukai cara Papa yang selalu memaksakan kehendaknya ...!" umpatnya selama dalam perjalanan.

Abdi yang penasaran dengan Arini, karena memiliki ketangguhan dalam bela diri, kembali memberikan perintah kepada salah satu rekannya bernama Joni melalui panggilan telepon ...

[Kau cari informasi tentang gadis yang pernah kita temui di club' malam ketika berada di Jakarta. Siapa dia dan dimana dia tinggal ...]

Tidak menunggu lama, Abdi menerima semua data tentang gadis bernama Zea dengan wajah yang sama, namun berambut pendek, mengenakan gaun malam yang seksi bahkan terlihat seperti wanita nakal didalam club' malam.

Abdi menghentikan kendaraannya, melihat wajah Zea dan membayangkan wajah Arini. Sangat jauh berbeda dari yang dia pikir merupakan gadis yang sama.

"Tapi bodynya terlihat sama, kenapa rambut wanita ini pendek dan berwarna coklat, bahkan dari tatapan matanya dia terlihat bukan wanita baik-baik, hmm ... apakah mereka ini satu kesatuan, geng mafia yang selalu sadis dan kejam itu ..." gumamnya dalam hati, masih menyesiasati penglihatannya dengan foto yang dikirim oleh Joni.

Abdi hanya bisa menerka-nerka, tapi tiba-tiba dia di kejutkan dengan satu kejadian di flyover tempat ia menghentikan kendaraannya, seketika ...

BRAK ...!

Terdengar suara alarm kendaraannya berbunyi, membuat Abdi tersulut emosi karena seseorang telah menabrak body belakang mobilnya dengan sangat keras.

"Agh ... brengsek!"

Bergegas Abdi keluar dari mobil, untuk melihat siapa yang telah menabrak kendaraannya.

Betapa terkejutnya Abdi, ketika melihat mobil sport mewah yang ia lihat di kediaman pamannya beberapa jam lalu, telah menghancurkan bemper belakang mobil miliknya.

"Sial!" Abdi menggeram, bahkan rahangnya mengeras merutuki kebodohan sopir yang mengendarai mobil mewah tersebut.

BRAK ...!

Abdi memukul kap depan mobil sport itu, sambil mengarahkan telunjuk kirinya dengan tatapan nyalang penuh amarah.

"Keluar kau, Nona!" sesalnya.

Namun mobil itu memilih mundur kemudian membuka kaca jendela dengan wajah tidak berdosa ketika berpapasan dengan Abdi yang benar-benar tampak akan memakan Arini bulat-bulat.

"Maaf suami ku, aku tidak sengaja. Karena aku sedang online dalam mengendarai kendaraan ku, bye ..."

Mendengar ucapan Arini, kemudian melajukan kecepatan kendaraannya membuat Abdi tidak bisa berkata-kata.

"Ogh shiiit! Apakah anak Paman Aldo seperti itu? Terbuat dari apa kepala dan hatinya. Brengsek kau, Arini. Aku akan membalas mu!" geramnya memasuki kendaraan dan mencoba untuk mengejar kendaraan gadis sialan yang telah berani berurusan dengannya.

Benar saja, Abdi berhasil mengikuti kecepatan mobil Arini yang akan memasuki tol Pasteur malam itu. Seketika ia menjaga jarak, karena tidak ingin melanjutkan perdebatan mereka malam itu.

"Aku akan mencekik leher mu, jika bertemu dengan mu lagi, Nona Arini ...!"

.

Pagi menjelang matahari sudah bersinar sangat tinggi, tubuh ramping itu masih meringkuk diranjang mewah kamar miliknya, tanpa mau membuka mata karena sibuk dengan kegiatannya sebagai seorang pebisnis dunia malam juga haram.

Ya, sudah lebih dari tiga hari Arini meninggalkan kota kembang, untuk melanjutkan kegiatannya sebagai sindikat pengedar benda haram bertaraf internasional.

Terdengar suara telepon miliknya yang berdering di nakas, membuat Arini menghulurkan tangan tegasnya dengan sangat malas.

Arini : "Hmm ha-halo ..."

Samuel : "Barang akan di kirim malam ini, Nona Zea. Apakah pembayarannya sudah selesai Nona, atau hanya tukar guling?"

Mendengar kata-kata 'tukar guling', Zea langsung mengerjabkan matanya, kemudian duduk di ranjang kingsize kamar mewahnya, karena tidak ada dalam sejarah bisnisnya menggunakan sistem pembayaran tukar guling.

Arini : "Eh Sam, dengar! Dalam bisnis ku tidak pernah ada sistem tukar guling! Kau cari siapa yang akan mengamankan barang-barang kita, dan sampai di negara mereka dalam keadaan selamat! Jangan sampai ada kesalahan, karena aku akan memenggal kepala mu!"

Samuel : "Ba-ba-baik, Nona Zea!"

Arini : "Satu lagi, nanti sore siapkan tempat aku yang biasa, karena aku ingin menghabiskan malam di club', kau mengerti!"

Samuel : "Baik Nona Zea!"

Arini mengakhiri panggilan teleponnya, meletakkan handphone diatas nakas, bergegas untuk bersiap-siap menuju pelabuhan yang terletak di kota metropolitan tersebut.

Akan tetapi, ketika Arini keluar dari kediamannya yang berada di lantai 20, setelah melakukan ritual dan berdandan selayaknya wanita tomboi, yang tidak dapat dikenali oleh kerabat dekat termasuk keluarga, seseorang mencekal lengan gadis cantik itu.

"Mau kemana, Nona Zea?"

Arini mengehentikan langkahnya ketika akan memasuki mobil miliknya, membalikkan badan, melihat dengan seksama seorang pria mengenakan topi, berkaca mata hitam dan masker penutup wajah, telah meremas kuat lengannya.

Arini menghentakkan lengannya, kemudian bertanya dengan nada sinis juga tegas, "Si-siapa kau! Apakah kita saling mengenal?"

Perlahan Abdi membuka kaca mata juga masker penutup wajahnya, kemudian tersenyum sumringah menatap kearah Arini.

"Sial, apa maksud mu duduk di kap mobil ku, laki-laki sialan! Aku tidak ada urusan dengan mu! Silahkan tinggalkan gedung apartemen ku, karena aku tidak punya waktu!" hardiknya.

Abdi mendengus dingin, mendengar hardikan seorang wanita yang bernama Zea, ternyata benar-benar Arini yang merupakan istri sahnya saat ini.

"Hmm, jadi nama mu Zea jika berada di Jakarta, dan Arini jika berada di kota kembang, sangat menarik! Oke, aku hanya memastikan apakah informasi yang aku dapatkan itu benar! Lanjutkan saja bisnis mu, Nona Zea. Hati-hati karena aku akan mencari tahu apa bisnis mu sebenarnya! Jika aku sudah mengetahuinya, aku akan menemui mu lagi, is-tri-ku!" tawanya menggoda Arini, memasuki mobil yang ia parkir di depan mobil gadis itu, kemudian berlalu meninggalkan parkiran sambil melambaikan tangannya dengan nakal.

"Bye Zea ..."

Jangan pernah main-main

Tangan mulus itu mengepal kuat, ketika melihat mobil yang ada dihadapannya berlalu meninggalkan parkiran apartemen miliknya. Berkali-kali ia hanya memejamkan kedua bola matanya, hanya untuk mengendalikan amarah yang membuncah.

Tampak senyuman itu mengembang dibibir Arini, "Kau pikir, dengan mudah akan mendapatkan informasi tentang ku? Hah ... Abdi, yang menjadi angkatan darat! Selamat datang dalam kehidupan ku, karena aku tidak ingin memiliki suami seorang abdi negara!"

Tidak mau berpikir masalah statusnya kali ini, Arini memasuki mobil miliknya, berlalu meninggalkan parkiran apartemen, menuju peti kemas yang berada di pelabuhan dalam waktu tempuh hanya dua puluh menit.

Benar saja, dua pengawal patroli yang menjadi orang suruhannya untuk memberikan jalan lebar tanpa kemacetan, ditambah dengan kecepatan yang ia kendarai cukup diatas rata-rata.

Ciit ...!

Mobil sport berwarna merah menyala itu masuk ke area pelabuhan dalam kecepatan tinggi, sehingga terdengar cicitan suara ban mobil yang berhenti didepan salah satu peti kemas bak pembalap di landasan.

Dengan cepat gadis cantik itu mengambil masker penutup wajah, serta mengenakan kaca mata hitam agar terhindar dari debu juga mata-mata yang menjadi musuhnya selama ini.

Ya, kini Arini telah berdiri didepan peti kemas yang terbuka lebar sambil menyesiasati sekelilingnya, dan bertanya kepada salah satu pekerjanya. "Hei! Tolong berikan tanda pita berwarna pink! Sebagai hadiah untuk Mr. Boul, bahwa ini merupakan kado valentine terindah dari ku!"

Salah satu pekerjanya yang biasa di sapa Luke, hanya menjawab, "Baik Nona. Apakah setelah ini kita akan menerima pembayaran, Nona Zea?"

"Tentu! How much money do you need, aku akan mentransfer ke accoun mu!"

Tampak raut wajah Luke tersenyum sumringah, sedikit berbisik ketelinga Arini karena perasaan bahagia, "Bagaimana jika 65 juta, Nona Zea?"

PLAK ...!

Dengan cepat tangan gadis muda itu melayang di wajah Luke, sambil berkata, "Aku membayar sesuai tenaga mu, bodoh! Aku akan mentransfer 25 juta! Setelah barang sampai di tangan Mr. Boul aku akan mengirim sisanya! Jangan curang, karena ini bisnis!"

Luke menunduk hormat, "Ba-ba-baik Nona Zea!"

"Hmm ..."

Arini keluar dari dalam peti kemas, melihat-lihat sekelilingnya, tersenyum sumringah menatap layar handphone miliknya, "Kita akan menjadi soulmate Boul! Kau tidak pernah memberikan peluang padaku, maka dari itu aku akan membuatmu ketagihan karena benda ini masih menjadi nomor satu di dunia, yang aku dapat dari Stevie ..."

Cukup lama Arini berada di peti lokasi pelabuhan, setelah menandatangani beberapa berkas dan menyelesaikan semua administrasi untuk segera diberangkatkan menuju salah satu negara Eropa.

Tidak banyak kesulitan yang Arini dapatkan, karena kepiawaiannya telah mengurus semua izin importir pangan berupa sayuran organik, yang ia kemas menjadi benda haram sangat menguntungkan.

Langkah kaki jenjang itu, beranjak meninggalkan kantor administrasi, kemudian memasuki mobil mewahnya hanya untuk sekedar memastikan bahwa barang haram yang di minta sahabat sekaligus teman kecilnya aman terkendali.

Mobil merah itu melaju kencang, menuju jalan keluar pelabuhan, tapi lagi-lagi berpapasan dengan mobil sang suami Abdi Atmaja.

Abdi yang langsung menoleh kearah mobil Arini yang berlalu dengan sangat kencang, membuat ia semakin penasaran dengan semua bisnis Zea selama berada di kota metropolitan tersebut.

"Hmm ternyata dia memang gadis nakal, yang berubah menjadi malaikat jika bersama orangtuanya. Makan apa Tante Emi waktu hamil Arini ..." gumamnya dalam hati ketika akan melakukan pemeriksaan atas dasar semua berita tentang kasus penyeludupan senjata api serta benda haram yang marak beredar di negara mereka.

Joni mengerenyitkan keningnya, ketika melihat wajah pria tampan yang ada di sebelahnya, tampak seperti memikirkan uang segunung yang akan mereka habiskan.

Dengan nada datar Joni bertanya, "Lo kenapa? Kenapa wajah lo jadi berubah kayak begini?"

Dengan cepat Abdi mengalihkan pandangannya, "Hmm enggak, i-i-itu tadi, gue ngelihat mobil cewek yang kita temui di club' malam itu. Emang club' malam itu punya Paman Aldo ya, Jon? Kok hmm eee ..."

Abdi tidak melanjutkan ucapannya, karena tidak ingin Joni yang menjadi rekan kerja satu team mengetahui tentang kawin gantung yang dilakukan oleh orang tuanya ketika masih kecil.

Joni yang tengah mengendarai kendaraannya, menyandarkan tubuhnya di pintu mobil kemudi sambil fokus pada badan jalan, hanya menjawab singkat, "Gue enggak tahu. Tapi seingat gue, club' malam yang di kota kembang memang punya beliau. Oya, gue lagi mencari keberadaan anak mereka lho. Katanya anak gadis mereka geulis, anggun dan sangat hmm! Tapi enggak stay di Indo. Katanya di usia berapa tahun gitu, diasuh oleh Opa-nya. Lagian mereka keluarga lo juga, Abdi. Masak sama keluarga enggak tahu sih, kalian sepupuan kan? Seingat gue Tante Nancy dan Om Aldo itu sepupu, karena Bapak mereka adik beradik. Begitu bukan, Abdi?"

Abdi hanya mengangkat bahunya, karena tidak ingin membahas apapun tentang keluarganya.

"Kita langsung minta data saja di ruangan administrasi, dan lo cek tuh peti kemas satu persatu. Beres pekerjaan kita, langsung ke club' saja. Lagian gue lagi ribut sama Sonya, yang tidak mengerti dengan pekerjaan kita. Kalau pacaran sama gadis manja yah gini ni ... cemburuan enggak jelas!" umpatnya.

Joni tertawa terbahak-bahak, mendengar celotehan sahabat kecilnya, "Makanya jangan pacaran sama anak rumahan. Pacaran tuh sama mafia kelas kakap, Zea!" tawanya menggoda Abdi.

Dengan wajah cemberut Abdi langsung menghajar lengan Joni, karena meminta ia untuk pacaran dengan gadis yang selama ini jadi target operasi mereka.

"Hmm, ternyata ide lo boleh juga! Nanti kalau ketahuan sama Sonya, gue jawab saja ... 'aku khilaf Sonya' ..."

Tawa mereka pecah, namun lagi-lagi Abdi kembali terdiam sejenak matanya teralihkan pada satu peti kemas yang dipintunya terikat seutas pita berwarna pink sebagai tanda kasih sayang.

Perlahan Abdi menggelengkan kepalanya, kemudian berkata pelan, "Gue yakin ini milik lo, Nona ...!" tawanya semakin berpikir nakal sejenak.

Setibanya mereka di kantor administrasi pemegang semua data peti kemas, Abdi kembali bertanya pada petugas penuh selidik, "Apa isi peti kemas yang terikat pita berwarna pink itu? Apakah pemiliknya seorang wanita?"

Petugas tersebut mengangguk membenarkan, namun tidak menyebutkan nama pemiliknya, karena diberkas yang mereka terima isinya hanya sayuran organik yang akan di kirim ke negara Eropa.

Senyuman Abdi menyeringai lebar, ketika melihat data penerima di negara kaya akan susu tersebut, "Fix ... ini punya kamu, Nona Zea. Ternyata kamu benar-benar gadis pintar dalam berbisnis. Aku akan mencari tahu, siapa di belakang mu ..."

Tidak begitu lama mereka menghabiskan waktu diarea pelabuhan, kemudian kembali ke kota besar untuk menghabiskan malam dengan suasana yang berbeda.

Terang berganti malam, kini mereka berada di salah satu club' malam di daerah kota metropolitan, dengan dentuman musik terdengar riuh dan tangan menghayunkan ke atas ...

"Selamat datang di club' kita ladies, malam ini kita akan berpesta bersama DJ Stevie yang sudah hadir malam ini, selamat bersenang-senang ..."

Kembali dentuman musik terdengar semakin keras, sehingga menggoyangkan pinggul para pengunjung dilantai dansa, membuat satu tangan kini menarik tubuh gadis ramping itu karena pengaruh pil laknat yang mereka dapatkan dari Stevie selaku DJ malam itu ...

"Hai sayang, aku sangat merindukan mu," kecupnya dileher jenjang Arini.

Tanpa basa-basi, Arini langsung menarik tangan kekar pria yang melilit di perut rampingnya, seketika ...

PLAK ...!

BHUG ...!

BHUG ...!

BRAK ...!

Kaki jenjang itu kembali berada di atas punggung pria tersebut, setelah tumbang ketika menerima pukulan bertubi-tubi dari tangan Arini.

"Jangan bermain-main dengan ku laki-laki brengsek!"

Sontak pemandangan itu, dilerai oleh Abdi, karena telah melumpuhkan Joni rekan kerja sekaligus sahabatnya.

Abdi menghardik Arini yang masih tersenyum menatap tubuh lawannya tak mampu bergerak lagi.

"Apa yang kau lakukan Nona!"

Arini mendecih, "Ciih, jangan pernah main-main dengan ku, anak sialan! Just it!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!