Barita atau bari adalah seorang laki-laki yang tampan, baik dan berprestasi. Mulai dari sekolah bari selalu berprestasi sampai bari masuk dunia kerja, hasil karya pemikirannya pantas diperhitungkan.
Kesuksesannya di dunia pendidikan dan kerja tidak sebanding dengan perjalanan pernikahanya dan percintaannya di rumah tangganya. Baik tidak menjamin rumah tangganya aman damai dari kehancuran karena bari tidak bisa tegas mengambil keputusan dalam rumah tangganya dan juga menghadapi sikap ibunya.
Narita atau nari istri barita, seorang wanita lembut dan mantan guru TK. Narita ditinggal mati oleh kedua orang tuanya saat usianya remaja. Akhirnya dia tinggal dirumah neneknya yang bertetangga dengan barita.
Sering bertemu menumbuhkan benih cinta sejati mereka. saat narita kelas dua sekolah menengah atas mereka akhirnya resmi pacaran. Perjalanan cinta mereka tidak terlalu banyak pasang surutnya karena sejujurnya narita bukan orang yang banyak tuntutan begitu juga barita.
Konflik mulai timbul saat menjelang pernikahan mereka. keluarga om dan tantenya narita yang mata duitan malah tidak menggunakan uang yang dikasih keluarga barita untuk acara pernikahan tapi malah dibuat untuk nambahin duit mereka beli mobil.
Sejak saat itu keluarga barita selalu menyindir keluarga narita. Ibu marlina mamanya barita selalu menuduh narita sekongkol dengan keluarga narita untuk meminta uang banyak sama keluarga barita. Walaupun mereka tahu seiring berjalannya waktu bahwa narita tidak ikut serta dalam persekongkolan itu.
Bahkan om dan tantenya menjual rumah nenek narita sesuka hati mereka tanpa berunding dulu dengan narita.
Ketika masalah persekongkolan hampir terlupakan ternyata ada masalah lain. narita belum juga hamil ketika usia pernikahan mereka hampir satu tahun. Semenjak saat itu entah kenapa makin hari ibu marlina semakin menekan narita. hampir setiap hari narita harus kena marah mertuannya kalau suami dan bapak mertuannya tidak dirumah.
Pernah narita ingin kerja lagi sebagai guru TK, tapi ibu mertuanya tidak setuju sama sekali. Sementara barita setuju saja yang penting suami pulang istri sudah dirumah. Merasa ditentang oleh anaknya membuat ibunya bari makin membenci narita. Dan karena narita tidak ingin ada perdebatan panjang akhirnya diapun mengalah, tidak usah lagi kerja.
Setiap hari narita makin tertekan, sekarang ibu mertuanya tidak sungkan mengatakan dia wanita mandul, apalagi kadang ibu mertuanya mempermalukan dia di depan teman-teman arisannya dengan mengatakan hanya nompang hidup dirumahnya karena tidak punya keluarga.
Tekanan demi tekanan membuat narita lebih banyak menyendiri atau curhat kepada orang yang mengerti.
Sampai dia bertemu dengan sepasang suami istri, ternyata orang tua dari salah satu bekas muridnya, yang ternyata pemuka agama, ibu tesa dan pak roni. mereka bekerja sebagai pelayan di satu rumah ibadah.
Narita sangat nyaman cerita dengan pasangan ini sampai-sampai dia berhasil mencurahkan isi hatinya semua termasuk perlakuan mertuanya. dan ini sedikit membuatnya lega karena cerita ke orang yang tepat.
Dari keluarga ini narita banyak mendapatkan masukan positif, tentang hidup, pergumulan dan mungkin berkah dibelakangnya.
Tapi sekuat-kuatnya dan sesabar-sabarnya manusia pasti ada sisi menyerahnya. Dan sepintar-pintarnya narita menyimpan kelakuan mertuanya dihadapan bari, pasti ada celah bari untuk mengetahuinya.
Sampai dimana narita bertahan terhadap sikap mertuannya. Apa yang barita lakukan untuk mempertahankan rumah tangganya? Dan kenapa sebenarnya mertuanya kurang menyukai narita?
Ikutin terus ya teman-teman!
Jangan lupa like, coment dan vote ya.
Terimakasih
I love you
Hai readers, aku muncul lagi ya. jangan lupa tetap like dan coment.
Barita baru bangun ingin kekamar mandi, tapi begitu melewati ruang tengah dia mendengar ibunya sedang marah-marah sama narita istrinya.
"Kalau ngga niat mengerjakannya tidak usah dikerjakan, jangan menghancurkan barang-barangku, kamu pikir itu semua barang murah" teriak ibu martina kearah narita menantunya yang sedang membersihkan pecahan piring beling yang baru tanpa sengaja dia jatuhkan.
"Maaf bu, tadi nari ngga sengaja, ini agak licin" jawab narita sangat sopan.
"Alasan aja kamu, mau sengaja ataupun tidak sengaja, tetap aja kamu salah, tahu ngga. kalau kamu sengajain juga udah saya suruh pergi kamu dari rumah ini" ucap bu martina berapi-api. biasanya jam segini dia sangat bebas memarahi dan memaki-maki narita karena suaminya pasti belum bangun begitu juga barita anaknya suami narita.
"Ma" teriakan barita yang kaget dengan ucapan mamanya sampe kata-kata menyuruh pergi, panggilan itu membuat ibu martina kaget setengah mati, tapi sudah kepalang tanggung dia harus tetap sok marah karena barang yang dipecahin itu. Dia juga tidak tahu sudah berapa lama bari panggilan akrab barita mendengar ocehannya sama istrinya.
Dia menoleh sama barita dengan tenang dan seolah sangat menyayangkan sikap ceroboh narita.
"Lihatlah bar ini, masa dia bisa menjatuhkan piring-piring ini" adunya membuat narita hanya diam sambil membereskan pecahan itu.
"Ya sudahlah mah, sudah pecah juga, dimarahi juga tidak mengembalikan piring itu kan. lagi pula hanya piring doang, mama sampai ngomong suruh pergi segala" bari berusaha menengahi dan menjelaskan bahwa istrinya pasti tidak sengaja.
"Bela aja terus, makanya istrimu makin ngelunjak" ucap bu martina sambil berlalu. Sebenarnya ibu martina juga takut kalau sampai bari anaknya marah sama dia dan membencinya.
Bari masih berdiri dekat pintu mengamati narita membereskan semua itu.
"Memang kenapa tadi bisa jatuh dek" tanyanya lembut sambil membantu melihatin sisa pecahan disekitar itu.
"Iya bang, kayaknya agak licin nih terus aku ngga seimbang, jadi jatuh piringnya" ucap narita penuh sesal.
"Ya sudah, sepertinya sudah habis, abang mau mandi dulu, abang harus berangkat pagi" ucap barita tenang
"Ohhh abang mau mandi, ya sudah aku buatin kopi dulu ya bang"
"Iya, seragamnya hari ini yang kaos ya dek" ucap bari sambil melangkah masuk kamar mandi.
"Iyaa bang" narita sudah paham seragam bari karena tiap hari dia yang selalu menyiapkan pakaian kerja suaminya.
Narita masuk ke kamar mereka setelah membuat kopi untuk suaminya di atas meja. Dia mulai membereskan kamar dengan merapikan tempat tidur dulu. Lalu menyiapkan keperluan kerja suaminya mulai dari hal kecil seperti memeriksa pulpen, name tag ataupun kunci motornya.
Tidak berapa lama bari sudah kelar mandi.
"Sudah mandinya bang, tumben cepat" goda narita.
"Emang biasanya abang mandi lama ya" ucapnya sambil berdiri depan cermin.
"Iyalah, sini keringin rambutnya" ucap narita sudah megang handuk putih kecil. Bari mendekat seperti biasa sambil menyodorkan kepalanya.Barita sangat mencintai narita dari dulu walaupun banyak konflik yang justru datang dari keluarga masing-masing. Tapi cinta mereka berdua tetap kokoh sampai saat ini. Hanya saja masalah mulai timbul lagi karena sampai sekarang pernikahan tahun kedua mereka belum dikaruniai buah hati dalam pernikahannya.
"Dek, kalau mama marah-marah tidak usah tanggapi ya" ucap bari bicara serius menatap mata narita.
"Iya bang, tenang aja, saya memang salah kok tadi" ucapnya membesarkan hati suaminya, padahal dalam hati narita sedang bingung, setelah suaminya nanti berangkat kerja makian apa lagi yang harus dia terima dari mertuanya.
"Sebenarnya saya ingin kita misah dari rumah ini, tapi kasihan juga mama sama bapa" ucap bari sambil memakai baju seragamnya.
"Tidak usah bang, kasian ibu sama bapak, saya ngga apa-apa kok. biasa itu mah sedikit beda pendapat mertua sama menantu" ucap narita berusaha menutupi kegundahan hatinya.
"Kamu memang istri idaman, abang sangat bersyukur sama Tuhan dijodohkan sama kamu" ucap bari serius sambil memeluk narita setelah selesai mengganti pakaiannya.
"Hmmm pagi-pagi sudah gombal nih si abang ganteng" ucap narita membalas pelukan penuh kasih sayang dari suaminya.
"Bukan gombal dek, tapi realitas. kalau gombal mah, aku pasti sudah bilang i love you miss nari" ucap bari mengusap punggung istrinya.
"Padahal kamu tahu, aku sulit mengucapkan kata-kata indah" lanjut bari.
Narita sebenarnya membenarkan kata-kata bari. sejujurnya barita bukanlah laki-laki yang pintar dan gampang mengucapkan kata-kata manis. Dia hanya menunjukkan rasa cintanya dengan perbuatan dan perlakuannya.
"Iya deh, iya, sekarang berangkat sana, katanya mau berangkat pagi"
"Hehhhh kalau sudah bersama kamu aku jadi malas berangkat nih" ucap bari asal sambil mengurai pelukan mereka.
"Eitsss tidak boleh begitu, pergunakanlah waktu sesuai porsinya. bersyukur punya kerjaan yang bagus dan nyaman loh. banyak orang yang ingin kerja tapi tidak ada kesempatan" ucap narita seperti curhat sendiri.
'Aku salah satu orang yang ingin kerja tapi tidak punya kesempatan bang'batin narita
"Iya deh, kalau sudah istriku yang ngomong aku sudah tidak berdaya" ucap barita sambil duduk dikursi kecil untuk memakai sepatu yang sudah disiapin oleh narita.
"Oh iya dek, hari ini kan gajian, ntar malam kita makan diluar ya" ucap bari sambil memakai sepatunya.
"Oh iya bang, iya deh, boleh tuh, aku ingin makan mie goreng yang di jalan B itu bang, sudah kangen, sudah lama tidak makan" ucap narita semangat.
"Kok kamu ngga pernah bilang aku kalau kamu ingin makan disana" ucap bari merasa bersalah. Padahal istrinya selalu menyiapkan dan menuruti semua keinginan bari, tapi kenapa dia sama sekali tidak peka dengan keinginan istrinya.
"Aku takut abang lagi sibuk" ucap narita sambil membawa tas kerja suaminya. Tapi bari langsung menangkap tangan narita yang satunya. Dia menatap mata narita dalam-dalam.
"Lain kali, jangan takut bilang aku ya, kamu ingin apa, aku tidak ingin melihat kamu sampai menahan keinginanmu. aku merasa sangat berdosa tidak bisa membahagiakan istriku. sementara kamu tahu, aku bukan laki-laki yang pintar mengambil hati dan membaca isi hatimu. jadi tolong jangan takut berbagi apapun itu ya dek" ucap bari serius sebelum mereka keluar kamar.
"Iya bang"
Bari menggandeng tangan narita menuju meja makan. ternyata bapak mertuanya baru aja bangun tidur.
"Tumben pagi sudah rapi bar"
"Kami mau ada pameran pa"
"ohhh"
"Bapak mau dibuatin kopi sekarang"tanya narita
"Boleh, ibu kemana"
"Paling didepan pak, tadi pagi sudah drama marahin nari" ucap bari sambil minum kopinya.
"kenapa"?
"Nari yang salah pak, nari jatuhin piring sampai akhirnya pecah" potong narita
"Ohhh, ngga usah terlalu ambil hati nar, ibu memang ceplas ceplos ngomongnya"
"iya pak"
Hai readers, jangan bosan ya. tetap dukung dan luka ya tulisan ini.
Terimakasih
I LOVE YOU ALL❤
Setelah selesai sarapan dan menghabiskan kopinya barita langsung berangkat ke kantor.
Narita mengantar suaminya ke depan seperti biasa, sampai motornya berlalu dari halaman seperti biasa.
Melihat anak dan menantunya sudah menuju motor bari, ibu martina langsung melengos masuk.
"bari berangkat dulu ma" pamit bari sama ibunya
"iyah" ucap namanya sambil berlalu ke dalam.
"Kamu jangan terlalu ambil hati sikap mama ya de" ucap bari lagi mengingatkan istrinya.
"iya bang"
"Ntar malam kita makan diluar, makan mie goreng kesukaanmu, oke" ucap bari sambil menutup penutup wajah helmnya. Narita hanya senyum sambil mengangguk membalas ucapan bari.
Setelah semua persiapan oke, bari langsung melajukan motornya keluar dari rumah.
Setelah suaminya tidak terlihat lagi, narita masuk lagi ke rumah dan meneruskan kerjaannya.
"Jangan kamu pikir karena bari selalu membelamu kamu bisa senang ya, ini rumah saya, saya yang jadi aturan di rumah ini" ucap bu martina di dekat pintu masuk. ternyata dia sengaja menunggu narita masuk disitu. dia yang belum tahu kalau suaminya juga sudah bangun dan sedang ngopi langsung memarahi narita.
"iya bu" ucap narita
"Kalau kamu ngadu-ngadu ke bari, aku pastikan kamu akan keluar dari rumah ini. wanita sepertimu ngga pantas dirumah ini. Sudah susah, yatim piatu ngga bisa hamil lagi. karena bari kasihan aja sama kamu, makanya kamu dipertahankan" ucap bu martina tanpa perasaan membuat hati narita tersayat-sayat.
Ingin rasanya narita berlari sejauh mungkin dan bekerja sambil kuliah, supaya dia berhasil menjadi orang kaya dan tidak disepelekan lagi.
Tapi kembali lagi, dia tidak berdaya, sekarang sudah ada suaminya. sebenarnya kalau dia ingin kerja dan kuliah, pasti suaminya akan mendukung supaya tidak jenuh dirumah. Tapi sudah barang tentu mertuanya akan melarang dan mengatakan hanya menghabiskan uang saja.
Pak rudi sangat kaget mendengar ucapan istrinya. Dia tahu istrinya tidak terlalu menyukai narita, tapi juga tidak menyangka bahwa istrinya akan mengucapkan kata-kata kasar itu.
"mama" bentak pak rudi yang tidak senang dengar ucapan istrinya.
"Mama mikir ngga dengan ucapanmu itu" bentak pak rudi lagi.
Ibu martina lumayan kaget melihat suaminya sudah bangun dan sudah megang gelas kopi.
Dia agak takut, takutnya suaminya ini mendukung bari untuk pindah dari rumah ini.
"papa sudah bangun"?
"Sudah, dari tadi sudah bangun. dan cukup kaget dengan kelakuanmu dan ucapanmu", ucap pak rudi.
"Ucapan yang mana, bapak mau belain nari juga, biar makin besar kepala dia" ucap bu martina sambil menatap nari dengan sangat sinis.
"Mama sudah kelewatan" ucap pak rudi berlalu dari tempat itu.
Melihat suaminya belai narita juga, ibu martina tambah berang.
"Senang kamu kan, dibelain sama suami saya, puas kamu kan" ucapnya sambil menatap garang narita.
Narita tidak menjawab, hanya diam terpaku. Dia juga tidak berniat menjawab dan membela diri, bagi narita itu percuma, tidak ada gunanya. Yang ada semakin dijawab ibu mertuanya akan semakin berang. Dia sudah menduga perdebatan ini akan terjadi, sehingga mungkin dia sudah menyiapkan mentalnya.
Tapi walau bagaimanapun persiapan mental narita, tetap aja airmatanya jatuh kalau sudah sendirian di kamar.
Begitu masuk kamar mereka, air mata narita sudah tidak bisa dia tahan.
Sampai kapan Tuhan derita ini?
Sampai kapan aku harus mendengar kata-kata hinaan tiap hari?
Kalau aku sharing sama suamiku, apa yang akan terjadi. katakanlah suamiku membekali maka dia akan menentang ibunya. Alhasil ibu mertuaku pasti semakin menekan aku terang-terangan.
Sementara kalau aku simpan sendiri, hubungan suamiku dan ibunya memang adem, tapi bagaimana dengan hatiku, tidak bisakah aku merasa lelah, tidak bisakah aku merasa marah?
Harus bagaimana Tuhan supaya tidak ada yang tersinggung dan tersakiti, batin narita dalam tangisnya.
Lebih baik sekarang aku beresin rumah, setelah itu main keruma ibu tesa deh, mungkin cerita sedikit bisa mengurangi bebanku, batin ester.
Setelah pekerjaan rumahnya selesai, ibu mertuanya biasanya sudah berangkat ke usaha kolam ikannya. Narita punya kesempatan untuk bertamu kerumah ibu tesa.
Sebelum kerumah ibu tesa, narita membeli sedikit buah diwarung pinggir jalan.
Dalam perjalanan keruma ibu tesa, hati narita masih sangat sedih. Dan raut wajahnya itu terbawa sampai ke rumah ibu tesa.
tok tok tok
"permisi"
"iya sebentar" terdengar sahutan dari dalam rumah.
"Halo ibu" sapa narita begitu pintu terbuka
"Halo miss nari, senang bertemu, ayo masuk dulu miss" ucap ibu tesa membiasakan diri memanggil narita seperti panggilan putri mereka.
"Apa kabar semua bu, apa saya mengganggu" ucap miss narita sangat sopan.
"Kabar baik, tidak miss, siapa yang terganggu. justru saya yang ingin bertanya ada apa ini gerangan miss narita mampir ke rumah kami, dan wajah miss terlihat seperti putus asa", ucap ibu tesa sopan.
"Ayo miss duduk dulu," ajaknya
"Apa lagi sibuk" tanya narita lagi.
"Kebetulan tidak miss, saya lagi santai hari ini. kalau suami sudah jalan dari pagi" jelas ibu tesa.
"Syukurlah saya tidak mengganggu bu"
"Ya tidak atuh, datang aja kapan aja, kami juga senang kok"
"Makasih bu" ucap narita menunjuk sedih,
*Ternyata masih ada yang mau peduli padaku, batin narita*.
"kenapa miss sepertinya banyak beban, siapa tahu bisa kami bantu" ucap ibu tesa setelah mereka berdua duduk berhadapan.
"iya bu" jawab narita singkat
"Maaf bu tesa, saya memang lagi ruwet, pikiran saya lagi bercabang-cabang"
"Kenapa bisa begitu miss nari"?
"Sangat panjang ceritanya bu tesa" ucap narita. Ibu tesa yang sering memberikan konseling dan bimbingan bagi yang mau menikah cukup mengerti ada masalah. Dia hanya diam dulu sampai miss narita mulai ceritanya.
"Tadi pagi saya berdebat lagi dengan mertua saya bu"
"Kenapa" tanya ibu tesa
"iya bu", ucapnya sambil terisak.
"Coba cerita pelan-pelan aja bu " bujuk ibu tesa bijak.
"Saya sangat sedih dan tersinggung dia bilang anak yatim piatu yang tidak tahu diri bu"
"Dia juga bilang saya ngga bisa hamil"
"Jadi sebenarnya saya ngga pantas ada dirumah itu"
"Suami saya hanya karena kasihan sama saya bu, makanya saya dibiarkan tinggal"
"Saya bingung bu, sampai kapan bisa menyimpan ini semua, sementara suami saya tamunya semua baik-baik aja"
Airmata narita seperti biasa sudah tidak bisa di kondisikan, mengalir begitu saja sambil cerita.
Lalu ibu tesa mendekati narita dan meraih tangannya dan mengajak narita untuk berdoa, minta petunjuk sama Tuhan.
"Miss narita, apapun masalahmu, yang menurutmu sangat sulit untuk dipecahkan, bahkan miss sama sekali jalanya sudah buntu, ikhlas dan percayakan kepada Tuhan. Dia bisa melakukan segalanya bahkan beratus kali dari masalahmu" tutur ibu tesa tenang.
"Sebagai manusia kita hanya perlu menjalaninya"
"iya bu"
Hai semua
Dukung terus ya, liku, coment dan vote ya
Terimakasih
I LOVE YOU ALL
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!