''Sayang, ayolah. Buka selimut mu, Mas benar-benar sudah tidak bisa menahan terlalu lama lagi.'' Bujuk Bram dengan nada mengiba. Ia duduk di pinggir kasur, memohon agar sang istri mengerti apa maunya.
''Hah ... Apa peduliku, sedangkan diri mu saja tidak bisa menuruti apa mau ku,'' balas Tiara angkuh dengan nada suara tinggi. Ia masih betah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Rasanya dirinya sungguh tak sudi sang suami menyentuhnya barang sedikitpun.
Bram menghembus nafas kasar, lalu berucap lagi.
''Mas sudah berusaha untuk menuruti apa mau mu, tapi .... mobil dengan merek yang kau minta itu sungguh mahal harganya. Mas tidak cukup uang untuk membelinya.'' Bram berharap sang istri akan mengerti.
''Makanya kamu bekerja lebih keras lagi, Mas. Agar kamu bisa memenuhi semua kebutuhan dan permintaan aku.'' Tiara membuka selimut yang menutupi tubuhnya, lalu ia duduk, ia menatap sang suami dengan tatapan remeh.
''Mas sudah bekerja lebih keras, bahkan saat orang-orang sudah pulang dan beristirahat di rumah, Mas masih tetap bekerja mengais pundi-pundi rupiah untukmu. Kenapa kamu sama sekali tidak pernah menghargai apa yang telah Mas lakukan untukmu. Bahkan kau melarang Mas untuk menyentuh mu hanya karena Mas tidak bisa menuruti keinginan mu. Egois sekali kamu Tiara. Padahal melayani suami adalah merupakan kewajiban seorang istri.'' Bram berkata dengan suara bergetar. Tiara benar-benar keterlaluan. Sudah selama sebulan ini ia melarang Bram untuk menyentuhnya hanya karena Bram tidak bisa membeli mobil Pajero yang ia minta dari sebulan yang lalu. Padahal Tiara sudah memiliki mobil, tetapi hanya karena ia yang selalu ingin terlihat kaya di antara teman-teman sosialita nya, makanya ia memaksa sang suami untuk membeli apa yang ia mau. Ia tidak peduli sang suami mendapatkan uang dari mana, yang ia tahu semua keinginannya terpenuhi.
Bram dan Tiara sudah menikah dari dua tahun yang lalu, tapi mereka belum mempunyai buah hati karena Tiara yang belum siap untuk menjadi seorang Ibu. Tiara sengaja menunda kehamilan dengan memasang KB implan di lengannya. Ia tidak ingin punya anak karena ia tidak mau tubuh nya yang indah menjadi kendor. Tiara memiliki paras yang cantik, dengan kulit putih mulus karena ia rajin melakukan perawatan. Dan Bram pun memiliki rupa yang paripurna dengan tubuh yang tegap serta tinggi atletis. Saat sedang jalan berdua, mereka terlihat seperti pasangan yang sangat serasi. Tapi sayangnya, kecantikan paras Tiara tidak sama dengan kecantikan hatinya. Tiara adalah tipekal wanita yang manja, egois dan begitu angkuh. Rasanya Bram tak sanggup lagi untuk menjadi suaminya. Harga dirinya terasa terinjak-injak dengan sifat dan sikap sang istri yang tak kunjung berubah.
Setelah menerima penolakan demi penolakan dari sang istri. Akhirnya Bram memutuskan untuk keluar dari kamar, ia berjalan dengan langkah kaki gontai menuju dapur. Bram akan membuat kopi hangat untuk menemani malam dingin nya.
Sedangkan Tiara berdecak kesal, karena lagi-lagi sang suami tidak bisa menuruti apa maunya.
''Biasanya Mas Bram selalu bisa menuruti apa yang aku minta, tapi kali ini? Sudah sebulan lamanya, dan Mas Bram masih belum sanggup membeli mobil pajero yang begitu aku idam-idamkan. Aku harus memberi alasan apa lagi saat teman-teman ku menanyakan tentang mobil pajero itu, padahal kemarin aku mengatakan kepada mereka kalau aku sanggup membelinya. Hah ... Dasar payah!'' Tiara bergumam lirih dengan kepala terasa pusing. Pusing karena memikirkan gaya hidupnya yang terlalu tinggi.
Bersambung.
Keesokan paginya, Bram membuka mata perlahan, cahaya matahari pagi menembus celah-celah jendela, membuat Bram sadar bahwa ia bangun sedikit kesiangan pagi ini. Tadi malam ia begitu kesulitan untuk menutup mata, karena ia yang harus menahan gejolak aneh pada dirinya, gejolak yang sudah dari beberapa minggu minta di salurkan. Rasanya Bram begitu stres memikirkan nasibnya. Punya istri tapi serasa tak punya.
Bram duduk di sofa dengan punggung ia sandarkan pada sandaran. Tadi malam ia tidur di sofa ruang keluarga, entahlah, Bram merasa muak melihat tingkah laku sang istri yang semakin hari semakin jadi, makanya ia memutuskan untuk tidur di sofa saja.
Jika para istri lain sibuk menyiapkan makanan dan bersih-bersih rumah pada pagi hari, maka berbeda dengan Tiara, Tiara masih meringkuk di bawah selimut dengan tenangnya tanpa memikirkan perut dan perlengkapan suami sebelum berangkat kerja.
Bram masuk ke kamar, setelah itu ia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, ia harus mandi dengan cepat, karena kalau tidak ia bisa telat dan ia takut sang atasan menegurnya. Bram bukanlah pria kaya yang memiliki jabatan seorang CEO di suatu perusahaan. Tapi ia hanya karyawan biasa yang bertugas di bidang pemasaran, ia memegang jabatan tertinggi di bidang tersebut. Bram memiliki rupa yang rupawan, dengan tubuh tegap serta tinggi atletis. Banyak wanita-wanita di luaran sana yang mengagumi dan menyukai nya, tetapi ia lebih memilih Tiara dan ia selalu setia dengan istri nya itu.
Saat Bram keluar dari kamar mandi, Tiara masih meringkuk di atas ranjang, Bram mengabaikan sang istri, ia mengambil pakaiannya di dalam lemari, lalu ia mulai memakai nya. Tapi saat Bram baru mulai membuka kancing kemeja bagian atas, tiba-tiba ia merasa sebuah pelukan mendarat di pinggang nya. Pinggang yang masih polos karena Bram belum memakai baju, hanya handuk bewarna putih yang melilit pinggang nya.
''Tiara, lepaskan, Mas mau kerja.'' Ucap Bram mencoba abai, ia masih merasa kesal dengan sikap sang istri tadi malam.
''Mas, apa kau tidak merindukan aku? Aku tadi malam kesulitan untuk tidur karena kamu memilih tidur di luar,'' ujar Tiara manja. Ia menyandarkan kepalanya pada punggung tegap sang suami.
''Bukan kah kamu merasa senang Tiara?''
''Iih ... Kok kamu malah ngomong gitu? Aku melarang kamu untuk menyentuhku selama sebulan ini karena aku mau memberi hukuman kepada kamu karena kamu tidak bisa menuruti apa yang aku mau.'' Tiara berkata dengan tangan nya mulai meraba dada bidang sang suami.
''Terus sekarang kenapa kamu malah memeluk ku?'' Bram berkata dengan nada sinis. Sebenarnya ia merasa senang di peluk oleh sang istri, tapi ia masih mempertahankan harga dirinya dengan tidak mudah luluh dengan rayuan sang istri.
''Aku kangen,'' balas Tiara manja. Bram pun ikut terpancing hasrat ke-lelakian nya. Apalagi tangan Tiara yang makin agresif, sekarang tangannya sudah meraba bagian bawah sang suami.
Karena sudah tidak dapat menahan gejolak yang begitu membuncah, akhirnya tanpa pikir panjang Bram langsung menggendong tubuh sang istri menuju kasur.
''Katanya mau kerja,'' ucap Tiara lirih dengan senyum menggoda.
''Mas akan bermain-main dengan mu sebentar Sayang.'' Bram berkata dengan nafas memburu. Setelah itu ia menerkam tubuh sang istri dengan tak sabaran. Tiara tersenyum senang, karena ia merasa rencananya berhasil. Nanti setelah Bram selesai bermain-main dengannya, maka Tiara akan meminta di belikan mobil Pajero yang pernah ia minta. Kali ini harus berhasil. Pikirnya.
Bersambung.
''Mas, kamu usahakan cari uang untuk beli mobil yang aku pinta, ya,'' Tiara berkata dengan nada manja saat dirinya sudah selesai melayani sang suami. Bram tidak langsung menjawab, ia kira Tiara tidak ingin meminta di belikan mobil Pajero lagi, tetapi dugaan nya salah.
''Mas ...'' rengek Tiara karena Bram tak membalas ucapannya. Bram sedang memakai kemejanya. Bram menarik nafas dalam lalu, berkata, ''Baiklah Sayang,'' Setelah Bram berkata seperti itu Tiara berteriak kesenangan.
''Terimakasih, Mas. Kamu memang suami yang baik. Aku tunggu mobilnya tiba di rumah,'' Tiara mengecup pipi Bram berulang kali sambil berkhayal mobil yang begitu ia idam-idamkan sudah berada di rumahnya, dan dia sudah bisa memamerkan mobil itu kepada gang sosialitanya.
Setelah itu Bram berangkat ke kantor dengan kepala yang terasa pusing, ia merasa pusing dan bingung akan mencari uang ke mana untuk membeli mobil yang di minta oleh sang istri. Berharap dari gajinya tak akan cukup, tabungan juga tidak punya, dan hutang pun menumpuk di mana-mana karena selama ini Bram selalu mengambil pinjaman di Bank bahkan ia juga meminjam uang temannya untuk membeli barang-barang branded yang di minta oleh sang istri. Rasanya ia sungguh tak sanggup lagi untuk memenuhi gaya hidup sang istri yang tak wajar, tak sebanding dengan penghasilan nya. "Lama-lama kalau begini terus aku bisa mati berdiri memikirkan hutang dan permintaan aneh Tiara yang tak ada akhirnya.'' Ucap Bram di dalam hati saat ia sedang dalam perjalanan menuju kantor. Ia mengemudi motor nya dengan kecepatan sedang.
***
Saat sudah tiba di perusahaan tempat nya berkerja, Bram di panggil oleh sang atasan karena ia yang datang terlambat. Saat sang atasan bertanya kenapa ia sampai terlambat, Bram beralasan kalau motornya mogok di jalan, dan sang atasan pun bisa memaklumi itu.
''Saya lihat kamu seperti tengah banyak pikiran Bram, ada apa?'' tanya sang atasan yang merupakan seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun. Meskipun usianya sudah empat puluh tahun, tapi ia masih terlihat cantik, seksi dan pres. Ia dan Bram duduk berhadapan di ruang kerjanya dengan sebuah meja sebagai pembantas.
''Saya tidak kenapa-kenapa Bu Putri.'' Jawab Bram sekenanya.
''Baiklah. Maaf, saya bukan nya mau ikut campur masalah pribadi kamu. Tapi saya cuma mau memperingati, jangan sekali-kali kamu bawa masalah pribadi ke dalam urusan pekerjaan, karena kinerja kamu bisa menurun, dan kalau sudah begitu tentu jabatan kamu sebagai kepala pemasaran juga bisa di turunkan dan di ganti oleh karyawan lain yang lebih profesional,'' Bu Putri menasehati seraya menatap wajah Bram lekat, selama ini Bu Putri memendam rasa kagum dan suka dengan sosok Bram yang tampan dan juga pekerja keras. Bu Putri merupakan seorang janda beranak satu di tinggal mati suaminya.
''Baik, Bu. Saya akan bekerja dengan baik,'' jawab Bram.
''Kamu malam-malam masih ngojek?'' tanya Bu Putri yang berhasil membuat Bram kaget dan malu, Bram menundukkan wajahnya. Ia tidak menyangka ternyata Bu Putri tahu tentang pekerjaan sampingan nya.
''Masih Bu.'' Jawan Bram akhirnya. Selama ini sepulang bekerja di kantor, Bram juga punya kerjaan sampingan sebagai tukang ojek. Semua itu di lakukan nya untuk memenuhi gaya hidup sang istri yang tak berkesudahan. Gaya hidup sang istri yang semakin hari semakin menjadi-jadi, hingga membuat Bram merasa stres karena memikirkan hutang yang sudah menumpuk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!