[S1] STUCK WITH YOU | Jirosé (END)
Bab 1: Pertemuan Pertama
Pagi itu, udara dingin menyelimuti Seoul. Roseanne Park—atau biasa dipanggil Rose—terbangun dengan mata masih setengah tertutup. Alarmnya sudah berbunyi sejak setengah jam lalu, tapi dia terlalu lelah untuk peduli. Hari ini adalah pertemuan pentingnya dengan tim produksi drama adaptasi dari novelnya, termasuk dengan aktor utama, Park Jihoon.
Lisa Manoban (stylist)
Rose! Bangun! Kamu mau telat ke pertemuan pertamamu dengan Park Jihoon!
Roséane Park
(membalikkan badan di tempat tidur)
Hah? Jam berapa sekarang?
Lisa Manoban (stylist)
(melipat tangan, berdiri di depan pintu kamar)
Sudah setengah sembilan. Kalau kamu nggak keluar sekarang, Hoseok Oppa bakal ngamuk.
Roséane Park
(mendadak bangkit)
Astaga! Kenapa kamu nggak bangunin aku lebih awal?
Lisa Manoban (stylist)
Aku udah bangunin tiga kali. Kamu yang terus minta lima menit lagi.
Roséane Park
(berlari ke kamar mandi)
Tunggu aku lima menit lagi!
Lisa Manoban (stylist)
Lima menit? Kamu serius? Itu waktu untukku bikin kopi, bukan buat kamu mandi!
Tempat: Ruang rapat StarVision
Hoseok, sang sutradara, sedang duduk di ujung meja panjang sambil menatap jam tangannya. Sementara itu, Park Jihoon duduk di seberang meja dengan wajah datar dan raut kesal.
Jung Hoseok (sutradara)
Roseanne Park, kau tahu sudah berapa lama aku menunggu?
Roséane Park
(masuk tergesa-gesa sambil membawa dokumen)
Dua puluh menit, mungkin? Maaf, aku ketiduran.
Jung Hoseok (sutradara)
(menghela napas)
Ketiduran? Kau pikir ini pertemuan biasa? Kau akan bertemu Park Jihoon!
Roséane Park
(berdiri, menghadap Jihoon dengan senyum kecil)
Maaf membuatmu menunggu, Park Jihoon-ssi.
Park Jihoon
(melipat tangan)
Waktu adalah hal yang sangat berharga, terutama dalam industri ini.
Roséane Park
(menarik kursi dan duduk)
Dan ide adalah hal yang tak ternilai, terutama bagi penulis. Aku harap kita bisa saling menghormati.
Park Jihoon
Kuhormati kau sebagai penulis, selama kau bisa menghormati aku sebagai aktor.
Jung Hoseok (sutradara)
(menengahi)
Oke, oke, sebelum kalian mulai perang dingin, mari kita fokus pada karakter utama dan adaptasi naskah ini. Jihoon, kau sudah membaca novelnya, kan?
Park Jihoon
(mengangguk)
Tentu saja. Ceritanya menarik, tapi aku punya beberapa catatan.
Roséane Park
(menarik alis, tertarik)
Catatan?
Park Jihoon
Ya. Karakter utama, Seojun, terlalu idealis. Tidak semua orang akan percaya pada motivasi yang begitu murni.
Roséane Park
Seojun memang idealis. Itu inti ceritanya.
Park Jihoon
Tapi idealisme yang terlalu berlebihan bisa membuat penonton sulit terhubung dengannya.
Roséane Park
Kuharap kau sadar bahwa kau bukan penulis cerita ini.
Park Jihoon
Dan aku berharap kau sadar bahwa aku yang harus memerankan karaktermu.
Lisa Manoban (stylist)
(berbisik ke Hoseok)
Wow, suasana di sini memanas lebih cepat dari kopi pagi.
Jung Hoseok (sutradara)
Baiklah, istirahat sebentar. Kita bahas lagi setelah semua tenang.
Park Jihoon
(berdiri dan merapikan jasnya)
Kalau begitu, aku pamit dulu. Kuharap kita bisa lebih produktif di pertemuan selanjutnya.
Roséane Park
(tersenyum dingin)
Tentu, aku juga berharap begitu.
Lisa Manoban (stylist)
(menggoda Rose setelah Jihoon keluar)
Rose, aku nggak tahu ini proyek adaptasi atau drama dalam drama.
Roséane Park
Aku juga nggak yakin. Tapi yang pasti, Park Jihoon bukan lawan yang mudah.
Lisa Manoban (stylist)
Tapi kau suka tantangan, kan?
Roséane Park
Tentu saja. Mari kita lihat siapa yang menang.
Rose menarik napas panjang sambil memandang pintu ruang rapat yang baru saja ditutup oleh Jihoon. Pertemuan pertama ini sudah cukup memberi gambaran bagaimana proyek ini akan berjalan—panas, penuh argumen, dan mungkin, sedikit lebih dramatis daripada yang ia bayangkan.
Author, Nanda
yuk yuk silakan dikomen jangan lupa untuk like vote dan hadiahnya ya thank you
Bab 2: Ketegangan Awal
Waktu: 10:00 pagi, dua hari setelah pertemuan pertama
Tempat: Gedung produksi StarVision, ruang baca naskah
Rose tiba di ruang baca naskah dengan semangat baru. Setelah pertemuan pertamanya dengan Jihoon yang penuh ketegangan, dia memutuskan untuk lebih mempersiapkan diri. Namun, ketika dia masuk ke ruangan, Jihoon sudah duduk di sana dengan raut wajah dinginnya.
Jung Hoseok (sutradara)
Rose, Jihoon, mari kita mulai sesi pembacaan naskah pertama ini. Aku ingin kalian fokus pada dialog Seojun dan Eunha di adegan pertama.
Roséane Park
Aku sudah membuat beberapa penyesuaian pada dialog. Kuharap Jihoon bisa mengikutinya tanpa masalah.
Park Jihoon
(menatap Rose tajam)
Selama dialog itu masuk akal dan sesuai dengan karakter, aku akan melakukannya.
Roséane Park
(tersenyum sinis)
Tentu saja. Aku menulisnya dengan sangat hati-hati.
Jung Hoseok (sutradara)
Baik, Jihoon, mulai dari dialog pembuka.
Park Jihoon
(membaca dengan nada tegas)
"Eunha, kau tahu ini bukan tentang aku atau kamu. Ini tentang bagaimana kita menyelamatkan semuanya."
Roséane Park
(mengangguk)
Bagus. Nada itu sangat cocok untuk Seojun.
Park Jihoon
Aku tahu. Tapi aku rasa kalimat ini lebih baik diubah. Bagaimana jika aku berkata, "Eunha, kita harus melupakan perbedaan kita demi mereka"? Lebih emosional, bukan?
Roséane Park
Tidak. Seojun bukan tipe orang yang bicara seperti itu. Dia tegas, bukan melankolis.
Park Jihoon
Tapi itu membuatnya terdengar lebih manusiawi.
Roséane Park
Dan itu membuatnya kehilangan kekuatannya.
Jung Hoseok (sutradara)
Hei, hei, kita sedang membacakan naskah, bukan debat. Fokus pada intinya dulu.
Roséane Park
(berbisik ke Lisa yang duduk di sampingnya)
Astaga, dia benar-benar keras kepala.
Lisa Manoban (stylist)
(tertawa kecil)
Sepertinya kamu ketemu lawan yang sepadan.
Jung Hoseok (sutradara)
Lanjut ke dialog berikutnya. Jihoon, fokus.
Park Jihoon
Baik. "Eunha, aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan. Aku hanya ingin memastikan kau selamat."
Roséane Park
Hentikan. Kalimat itu terdengar terlalu personal. Seojun tidak akan mengatakannya seperti itu.
Park Jihoon
(menaruh naskah dengan sedikit kesal)
Lalu, menurutmu, bagaimana aku harus mengatakan itu?
Roséane Park
Dengan ketegasan. Seojun selalu mendahulukan logika dibandingkan perasaan. Coba lagi.
Park Jihoon
"Eunha, keselamatanmu adalah prioritas. Jangan pikirkan yang lain."
Roséane Park
(tersenyum puas)
Itu dia.
Jung Hoseok (sutradara)
Bagus. Sekarang kita mulai mendapat ritmenya.
Lisa Manoban (stylist)
(membisikkan komentar lagi)
Drama ini bahkan belum mulai syuting, tapi aku sudah melihat banyak konflik seru.
Roséane Park
Aku hanya ingin memastikan semuanya sempurna.
Lisa Manoban (stylist)
Dan Jihoon juga ingin memastikan dia tidak kalah darimu.
Setelah beberapa jam membaca naskah, suasana mulai mencair meskipun masih ada ketegangan. Rose dan Jihoon sama-sama memiliki ego yang kuat, tapi perlahan mereka mulai memahami cara bekerja satu sama lain.
Tempat: Restoran kecil di dekat gedung produksi
Rose dan Lisa duduk di meja sambil menikmati makan siang.
Lisa Manoban (stylist)
Jadi, gimana perasaanmu setelah sesi pertama?
Roséane Park
Capek. Tapi aku rasa ini akan jadi proyek yang menarik. Jihoon itu menjengkelkan, tapi dia cukup profesional.
Lisa Manoban (stylist)
Cukup profesional? Barusan aku lihat kalian hampir adu mulut di ruang baca.
Roséane Park
Itu bagian dari proses. Aku hanya ingin ceritaku dihidupkan dengan cara yang benar.
Lisa Manoban (stylist)
Dan dia hanya ingin memastikan aktingnya tak tertandingi.
Roséane Park
Persis. Kalau kita bisa menyeimbangkan itu, mungkin drama ini akan jadi masterpiece.
Lisa Manoban (stylist)
Mungkin, atau mungkin juga kalian berdua akan terus bertengkar sampai drama selesai.
Roséane Park
(tertawa kecil)
Kalau itu terjadi, semoga kita tidak saling membunuh.
Lisa Manoban (stylist)
Semoga. Tapi aku rasa, di balik semua ketegangan ini, ada sesuatu yang lain.
Roséane Park
Apa maksudmu?
Lisa Manoban (stylist)
(tersenyum nakal)
Kamu tahu apa yang aku maksud.
Rose menggeleng dan kembali memakan makan siangnya, tetapi hatinya sedikit gelisah. Apakah dia benar-benar hanya merasa kesal terhadap Jihoon, atau ada sesuatu yang lain yang mulai tumbuh tanpa dia sadari?
Author, Nanda
gimana nih bab 2 nya yuk di komen, jangan lupa untuk like, vote dan hadiahnya ya, see u di bab selanjutnya
Bab 3: Proyek Dimulai
Waktu: 08:00 pagi, seminggu setelah sesi baca naskah
Tempat: Lokasi syuting drama di sebuah taman kota
Hari pertama syuting dimulai lebih awal dari biasanya. Tim produksi sibuk mempersiapkan alat, menata set, dan memastikan semua detail sudah siap. Rose berdiri di pinggir set, mengamati dengan seksama bagaimana adegan pertama diambil.
Jung Hoseok (sutradara)
Rose, kau yakin dengan adegan pembukanya?
Roséane Park
Sangat yakin. Ini adegan yang menentukan karakter Seojun. Dia harus terlihat kuat dan penuh karisma sejak awal.
Jung Hoseok (sutradara)
Bagus. Pastikan kau tetap di sini untuk memberi masukan kalau ada yang perlu diubah.
Roséane Park
(melihat ke arah Jihoon yang sedang bersiap)
Aku akan memastikan dia melakukannya dengan benar.
Jung Hoseok (sutradara)
Kuharap kalian bisa bekerja sama tanpa adu mulut hari ini.
Roséane Park
Aku tidak akan memulai duluan.
Jung Hoseok (sutradara)
Tapi aku yakin kau juga tidak akan diam kalau dia memprotes.
Roséane Park
(tersenyum tipis)
Kita lihat saja nanti.
Jung Hoseok (sutradara)
Oke semuanya, kita mulai adegan pertama. Jihoon, kau siap?
Park Jihoon
(mengangguk)
Tentu saja.
Jung Hoseok (sutradara)
Baik, ingat, Seojun adalah orang yang percaya diri tapi dingin. Ini momen pertama dia bertemu Eunha, jadi ekspresi dan nadamu harus tepat.
Jung Hoseok (sutradara)
Kamera, rolling. Dan… action!
Park Jihoon
(berjalan perlahan, memandang lawan mainnya dengan tatapan dingin)
"Eunha, aku tidak akan membiarkanmu membuat keputusan bodoh ini. Kau tahu apa yang dipertaruhkan."
Roséane Park
(berbisik ke Lisa di belakang layar)
Bagus. Tatapannya tepat seperti yang kubayangkan.
Lisa Manoban (stylist)
Tapi nada bicaranya agak terlalu tegas, tidak?
Roséane Park
Tidak, itu pas.
Jung Hoseok (sutradara)
Cut! Bagus, Jihoon. Tapi coba buat nadamu sedikit lebih lembut di kalimat terakhir. Seojun tidak hanya tegas, dia juga peduli.
Roséane Park
Aku setuju. Seojun harus menunjukkan sisi emosionalnya di sini.
Park Jihoon
(berbalik ke arah Rose)
Oh, jadi kau setuju denganku kali ini?
Roséane Park
Jangan salah paham. Aku hanya setuju pada arahan Hoseok.
Jung Hoseok (sutradara)
Oke, kita coba sekali lagi. Posisi, semuanya.
Tempat: Area istirahat lokasi syuting
Setelah beberapa pengambilan, adegan pertama selesai dengan lancar. Rose duduk di salah satu bangku taman bersama Lisa, sambil menikmati kopi.
Lisa Manoban (stylist)
Gimana rasanya melihat ceritamu dihidupkan seperti itu?
Roséane Park
Aneh, tapi menyenangkan. Jihoon cukup baik di layar, meskipun di dunia nyata dia menyebalkan.
Lisa Manoban (stylist)
Dia nggak terlalu menyebalkan hari ini, kan?
Roséane Park
Belum. Tapi hari masih panjang.
Park Jihoon
(tiba-tiba datang membawa botol air)
Jadi, bagaimana pendapatmu tentang adegan tadi?
Roséane Park
(terkejut)
Kau peduli dengan pendapatku?
Park Jihoon
Aku hanya ingin tahu apakah kau puas.
Roséane Park
Cukup puas. Tapi kau bisa lebih baik lagi.
Park Jihoon
Tentu saja aku bisa.
Lisa Manoban (stylist)
(mencoba mencairkan suasana)
Ayo, kalian berdua. Ini baru hari pertama, jangan mulai bertengkar lagi.
Park Jihoon
Aku tidak bertengkar. Aku hanya memastikan semuanya sesuai standar.
Roséane Park
Dan aku hanya memastikan kau tidak mengacaukan ceritaku.
Lisa Manoban (stylist)
(berbisik pelan)
Astaga, ini baru episode satu, dan kalian sudah seperti pasangan suami-istri.
Hari pertama syuting selesai tanpa masalah besar. Rose mengemasi barang-barangnya sambil memikirkan kejadian hari itu. Di tengah perjalanan menuju mobilnya, dia mendapati Jihoon sedang berdiri di depan pintu mobilnya.
Roséane Park
Apa yang kau lakukan di sini?
Park Jihoon
Aku hanya ingin memastikan sesuatu.
Park Jihoon
Apakah kau benar-benar percaya bahwa aku bisa memerankan Seojun sesuai ekspektasimu?
Roséane Park
(terdiam sejenak)
Kalau aku tidak percaya, aku tidak akan membiarkanmu mengambil peran itu.
Park Jihoon
Bagus. Karena aku juga tidak akan membiarkan diriku mengecewakan.
Roséane Park
Kita lihat saja nanti.
Park Jihoon
Tentu. Sampai besok, Roseanne.
Rose menatap punggung Jihoon yang berjalan menjauh. Untuk pertama kalinya, dia melihat sisi lain dari aktor itu—sisi yang mungkin bisa membuatnya berpikir ulang tentang hubungan kerja mereka. Apakah ini awal dari sesuatu yang lebih besar? Atau hanya awal dari konflik yang lebih besar?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!