NovelToon NovelToon

My Annoying Duke

Surat Undangan Pernikahan Raja

Pagi hari itu cuaca terasa sangat dingin. Rintik air hujan mulai membasahi bumi. Air yang menetes dibalik kaca terlihat seperti air mata yang menetes ditengah kesedihan yang mendalam. Kecewa karena ditinggalkan oleh seseorang membuat Nicole seperti berada dibatas kehancuran. Pagi ini pula ia mendapatkan sebuah surat undangan dari Istana Artaleta. Perlahan ia membukanya. Nama pria yang begitu dicintainya terpampang dengan jelas disana. Sebuah benang berwarna emas dikaitkan pada kedua nama itu layaknya dua manusia yang akan disatukan oleh cinta. Nicole merasa lemas dan tak berdaya. Ia duduk dikursi sambil memandang rintikan air hujan yang terus membesar. Tangannya masih memegang kartu itu.

Pintu terbuka dengan kencang. Lisa berjalan dengan cepat untuk segera bertemu dengan sepupunya.

"Nicole, kau mendapatkan undangannya?"tanyanya cemas.

Nicole mengangguk tanpa melihat lawan bicaranya.

"Pria itu akan menikah dengan siapa?"tanyanya lagi. Nicole hanya menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Ya Tuhan, aku benar-benar bersedih untukmu Nicole. Disaat kau ingin berubah, semuanya telah terlambat."

Nicole menutup wajah dengan kedua tangannya. Perlahan ia mulai terisak. Lisa langsung memeluk sepupu kesayangannya dan merasakan kesedihan yang sama.

Nicole Louisa Edgar adalah keturunan dari Lord Edgar yang sangat terkenal itu. Louis Edgar dan Adriane Edgar yang merupakan kedua orangtua Nicole telah meninggal dunia karena kapal yang mereka tumpangi tenggelam saat akan menengok Nicole yang sekolah diluar negeri. Nicole dan Juan berkenalan ketika mereka berada di sekolah yang sama. Ketika ia mengutus seorang detektif untuk mencari keberadaan jenazah kedua orangtuanya, ia harus pulang dan meninggalkan Juan yang saat itu baru saja kehilangan ayahnya yang merupakan Raja Artaleta.

Jika saja ia tidak pulang saat itu, mereka pasti sudah bahagia. Tapi Nicole tidak pernah menyesal karena ia bisa menemukan jasad kedua orangtuanya. Hanya saja, rasa cintanya yang begitu besar membuatnya lemah. Ia tidak sanggup menahannya.

Nicole sempat berfikir bisa mengembalikan semua yang telah terjadi. Ia ingin kembali pada Juan. Tapi sayang setelah melihat kartu undangan itu, ia pikir ia terlambat.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Lisa

Setelah sedikit tenang, Nicole dapat menjawab. "Ya."

"Nicole, jika kau benar-benar mencintai Paduka, kau hanya perlu memastikan jika dia berbahagia dengan calon istrinya. Kau harus kuat dan tegar."

"Kau benar, Lisa. Akan kupastikan Juan bahagia dengan pilihannya."

Lisa merasa tenang melihat Nicole bersemangat kembali. Ia berharap ada seseorang yang baik hati menjadi pendampingnya. Nicole memang telah berubah. Namun tidak ada yang tahu itu kecuali Lisa.

Sebelum mengetahui kedua orangtuanya meninggal, Nicole hidup liar. Mengganti pasangan adalah keahliannya. Ketika mengenal Juan dan merasakan jatuh cinta, kehidupannya sedikit berubah. Keliarannya masih tetap sama namun ia tidak pernah mengganti pasangannya hingga saat ini.

Tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri kenapa ia melakukan itu. Keinginan utamanya yaitu mendapatkan perhatian lebih dari kedua orangtuanya. Terlebih lagi ia merupakan anak satu-satunya dan juga keturunan Lord Edgar yang telah ditunjuk sebagai penerusnya.

Nicole tidak pernah memiliki perasaan bangga terhadap nama itu. Ia malah menggunakan nama kakeknya untuk berkuasa. Semasa hidupnya Lord Edgar telah ditunjuk oleh keluarga istana sebagai perdana menteri. Tidak ada yang dapat melanggar perintahnya.

Dilain tempat

Valentino berada diperjalanan menggunakan kudanya menuju rumah. Sejak pesta kemarin malam, ia tidak pulang karena harus menemani Juan pulang ke istana. Semalaman Juan bertanya tentang adiknya. Tapi ia bersyukur karena pada akhirnya Juan dapat menemukan pengganti Lady Nicole yang sangat menyebalkan itu.

Vale turun dari kudanya saat ia telah sampai didepan rumah. Seorang pelayan berlari tergesa-gesa untuk membawa kuda Vale ke belakang.

"Kau tidak perlu terburu-buru seperti itu. Aku bukan papa" sahut Vale tegas

"Baik Tuan."

Nissa dan Imelda terlihat berlari menghampiri Vale. Pria itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Kedua wanita itu seperti berlomba lari untuk mengetahui siapa yang paling cepat tiba. Terkadang ia merasa seperti anak kecil jika diperlakukan seperti itu.

"Selamat datang Tuan." Ujar Nissa yang datang terlebih dahulu.

"Ya Nissa, terimakasih." Jawab Vale sambil memeluknya.

"Kau memang tiba paling dulu, tapi pria tampan ini anakku!" Imelda terengah-engah ketika tiba.

Vale melepaskan Nissa dan memeluk mamanya "Kalian seperti remaja yang tidak pernah melihat pria tampan saja."

"Jadi kapan kau menyusul adikmu?" Tanya Imelda tanpa melepaskan pelukannya pada anaknya.

"Menyusul? Zest bahkan belum menikah. Masih ada satu minggu."

"Jadi kau akan membawa pendamping saat Zest menikah?" Imelda tampak bersemangat disetiap ucapannya.

"Ya." Vale tidak mau memperpanjang pembicaraan mengenai pasangan hidup. Ia mengingat pernah mencintai wanita yang tidak pantas. Wanita yang tidak pernah menjadi miliknya. Ia bahkan telah menutup hatinya untuk wanita itu. Ia rela menutup hatinya untuk sahabatnya. Namun tidak disangka, wanita itu telah mengkhianati sahabatnya.

Jika mengingat wanita itu, hatinya bergejolak penuh amarah. Ia terlalu sebal dan kecewa. Jika ia bertemu dengannya lagi, akan ia pastikan wanita itu mendapatkan balasannya. Wanita itu tidak akan bahagia selama berada di Istana Artaleta.

“Apakah nyonya senang?”tanya Nissa

“Tentu saja, Nissa. Aku akan mengutusmu untuk terus berada disamping anak dan menantuku nanti.”

“Terserah Nyonya. Tapi saya akan senang sekali.” Vale menatap keduanya sambil menggelengkan kepala. Ia berjalan menuju kudanya untuk memngambil sesuatu.

Imelda berbisik pada Nissa ketika Vale menghampiri kudanya sejenak. “Aku tidak percaya pada anakku. Kau tahu bukan bagaimana anakku?’

Nissa hanya tersenyum sambil mengangguk.

Ketika vale mnghampiri mereka, ia menatap curiga. “Apa yang kalian bicarakan dibelakangku?”

“Tidak ada.” Jawab Imelda cepat.

Walaupun ibunya mengatakan tidak ada, tapi bagi Vale ada sesuatu yang dirahasiakan dari ibunya.

Mereka masuk kedalam. Vale langsung menuju kekamarnya. Ia menutup seluruh gorden. Ia merasa kelelahan dan yang diinginkan hanyalah tidur. Sudah dua minggu ia tidak pulang kerumah karena kesibukan istana. Juan memang menyiksanya. Ia yang akan menikah, semua pekerjaan diserahkan padanya. Baru saja ia menutup matanya, pintu terbuka dengan keras. Zest tiba untuk menghampirinya.

"Kakak!" Sahutnya sambil berkacak pinggang.

"Ada apa Paduka Ratu?" Jawabnya lemas.

"Kakak!" Teriaknya. "Kau tidak sayang padaku lagi? Hanya karena aku akan menikah dengan sahabatmu itu!" Tambahnya kesal.

Vale tersenyum dan membuka tangannya. "Kemarilah. Aku ingin memelukmu. Jika kau sudah menikah rasanya akan sulit."

Zest pun mendekat dan kemudian memeluk kakaknya. "Aku menikah hanya status saja, kakak. Kau masih bisa memelukku." Ucapnya sedih.

Vale melepaskan pelukannya. "Jangan katakan hal seperti itu. Aku tahu Juan. Ia tidak mungkin melakukan itu. Juan orang yang baik dan raja yang bijaksana. Aku bisa pastikan itu. Aku tidak pulang selama dua minggu ini karena calon suamimu itu sangat antusias pada pernikahan kalian.”

Zest terdiam sambil terus mendengarkan ucapan kakaknya. Setiap ucapan Juan dapat membuat hatinya tenang.

Nicole tengah berada diperjalanan menuju rumah Lisa yang berjarak kurang lebih 1km dari rumahnya. Ia menaiki kuda yang baru saja dibelinya.

Dari kejauhan ia dapat melihat seekor kuda melesat dengan kecepatan tinggi. Nicole dapat melihat dengan jelas pria yang berada diatas pelana kuda itu.

Nicole mencoba untuk menghindari pria itu. Berpapasan dengannya sama saja akan menemui masalah.

Vale terlanjur melihatnya. Nicole merasa gugup dan ketakutan. Vale tidak sama seperti Juan. Pria itu tampan namun hatinya sedikit kejam. Ia tidak segan memukul seseorang yang ia anggap salah. Itulah yang ia dengar belum lama ini. Sangat berbeda ketika mereka bertemu diluar negeri beberapa tahun yang lalu.

Ketika kuda mereka telah berdekatan, Vale memandang sinis padanya. "Apa yang kau lakukan disini wanita berhati iblis?"

Nicole terkejut namun ia masih dapat tersenyum walaupun hatinya sakit dikatakan seperti itu. "Sudah lama kita tidak bertemu, my lord. Itukah ucapan pertamamu saat kita telah lama tidak bertemu?"

"Tidak ada panggilan yang lebih bagus untukmu selain wanita berhati iblis."

Nicole tersenyum sambil menunduk. "Baiklah my lord, Ijinkan saya untuk melanjutkan perjalanan. Saya Selamat tinggal." Nicole mulai membawa kudanya menghindari pria itu. Tapi ia masih dapat mendengarkan pria itu mengumpatnya.

Vale merasa amarahnya membara akibat bertemu dengan wanita itu. Ada sedikit yang berubah. Wajah wanita itu terlihat letih. "Aku berharap tidak pernah melihatmu lagi." Ucapnya sambil membawa kudanya pergi dari sana.

Sepanjang perjalanan menuju kediaman Lisa, ia tak henti bersedih. Vale dulu sangat baik padanya. Sikapnya kini melebihi sikap Juan padanya. Padahal sejak mereka kecil, hubungan mereka sangat baik. Ia bahkan tahu ketika pria itu mengikutinya saat ia pulang sekolah dulu.

"Ada apa?"tanya Lisa ketika Nicole baru saja tiba dirumahnya. Nicole terlihat pucat.

"Aku bertemu dengan penerus duke of vanguard." Jawabnya pelan.

"Valentino? Apa yang ia katakan padamu?"

"Ia memanggilku wanita iblis." Nicole mulai menitikkan air mata. "Aku sudah berubah bukan? Iblis?apakah aku memang seorang iblis?" Tanyanya nanar. Ia tidak menghentikan air matanya yang turun.

Lisa menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak Nicole. Aku tahu semua tentangmu. Mereka tidak tahu keputusanmu meninggalkan Juan. Kau gadis yang baik, Nicole."

"Aku ingin mengatakan dan menjelaskan semuanya pada Juan dan Vale ini sia-sia. Aku masih akan tetap dibenci. Apa yang harus kulakukan?"

"Itu tidak benar. Kau harus buktikan pada mereka kalau kau sudah menjadi gadis yang kuat dan gadis terhormat. Kau bisa mendapatkan pria yang baik. Aku yakin itu."

Nicole merasa sangat beruntung memiliki kerabat satu-satunya yaitu Lisa dan keluarganya. Padahal sejak dulu keluarga Lisa tidak pernah diperlakukan dengan baik olehnya dan keluarganya. Ayah Lisa yang merupakan adik dari ayah Nicole, menikah dengan seorang wanita miskin. Ia dicoret dari daftar keluarga Lord Edgar. Walaupun kehidupan Lisa biasa-biasa, tapi ia tidak pernah mengeluh.

Lisa berada disebuah ruangan kecil. Ketika Nicole masuk kedalam,ia melihat beberapa gaunnya yang sudah terlihat jelek digantungkan pada sebuah kaitan kayu. Nicole mengerutkan keningnya. Lisa pasti akan bepergian.

"Apa yang sedang kau rencanakan?"tanya Nicole.

Lisa tersenyum. "Pernikahan Raja. Bukankah semua warga Artaleta diundang? Aku akan pergi untuk menemanimu."

Nicole menggelengkan kepalanya. Ia menghampiri sepupu tersayangnya itu lalu menarik tangannya keluar.

"Apa yang kau lakukan?" Lisa terkejut dengan sikap Nicole yang tiba-tiba.

"Kita membeli gaun yang pantas untuk kita gunakan ke pesta."

"Benarkah?" Lisa merasa bunga-bunga sedang menghampirinya.

Ketika berada ditoko pakaian, Nicole bersemangat untuk mencari gaun yang cocok untuknya dan Lisa. Ia tidak peduli berapapun uang yang harus ia keluarkan. Walaupun gaun ini bisa menyakitinya karena untuk menghadiri orang yang pernah berada dihatinya, ia tidak peduli.

Nicole mengingat ucapan Lisa. Jika ia mencintai Juan, maka ia harus pastikan Juan mendapatkan kebahagiaannya.

"Ada apa?" Tanya Lisa ketika ia menyadari Nicole sedang melamun.

"Aku tidak apa-apa." Jawab Nicole sambil tersenyum. Ia mengambil salah satu gaun yang digantung. "Ini cocok sekali untukmu, Lisa."

Lisa hanya tersenyum. Ia terus menatap wajah sepupunya. Walaupun dari luar ia tersenyum tapi jauh dilubuk hatinya ia menangis. Ia tahu itu. Nicole tidak pandai menyembunyikan perasaannya.

Menangis bahagia

Vale berada di luar istana untuk melihat para undangan yang datang. Ia diutus oleh Juan untuk mengawasi istana. Pernikahan tadi sungguh indah dan khidmat. Walaupun ia lihat sekali-kali adiknya cemberut tapi Ia merasa hidupnya sudah sempurna ketika melihat adik yang disayanginya telah menikah dengan sahabatnya.

Tiba-tiba pandangannya terpaku pada seorang wanita yang menunduk sambil membalikkan badannya. Ia bersembunyi dibalik pepohonan disekitar istana. Vale menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas siapa gadis itu. Seorang gadis lain menghampirinya. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan memeluk gadis lain. Ia memicingkan matanya dan seketika terkejut karena gadis itu adalah wanita yang paling dibencinya. Si gadis iblis. Gadis itu menangis. Seorang Nicole menangis?

Beberapa tahun gadis itu menghilang, kini ia kembali. Ia tidak akan membiarkan gadis iblis itu merusak pernikahan adiknya. Ia merasa harus menghampirinya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya lisa cemas.

"Aku senang karena Juan mendapatkan seorang pendamping yang sangat cantik dan lembut. Aku terlalu senang sehingga menangis."

"Haruskah kita pulang sekarang?"

Nicole menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kau lanjutkan perbincanganmu dengan pria tadi. Aku ingin berada disini sebentar lagi. Nanti aku akan menyusulmu."

"Baiklah. Kalau kau mau pulang, katakan padaku" Lisa pergi sambil sesekali berbalik untuk menatap Nicole.

Nicole mendesah dan mulai berjalan menyusuri taman istana. Ia berjalan perlahan. Suara musik dan riuhan tepuk tangan terdengar keluar. Ia duduk ketika menemukan sebuah gazebo istana. Iapun masuk kedalam dan duduk sambil menatap langit yang sudah gelap.

Hatinya sakit. Jauh dilubuk hatinya paling dalam. Juan adalah satu-satunya pria yang dapat membuatnya jatuh cinta. Ia tidak dapat memungkiri jika ia sedih. Satu sisi hatinya ia merasa bahagia namun sisi hati yang lainnya ia merasa kesedihan yang mendalam. Juan telah mendapatkan pilihannya.

Suara didalam istana semakin kencang terdengar. Bahkan bunga-bunga saja bermekaran dengan indahnya menandakan kebahagiaan mereka atas pernikahan raja. Mengapa dirinya tidak?

Jika kisah hidupnya seperti ini, bagaimana ia bisa melanjutkannya? Apakah ia bisa jatuh cinta pada pria lain sebesar cintanya pada Juan?

Vale bingung ketika ia tidak dapat menemukan Nicole ditempat tadi ia menangis. Ia berjalan untuk mencari gadis itu. Matanya terus mencari dan menemukan gadis itu sedang duduk seorang diri di gazebo. Matanya menatap langit. Ia seperti sedang berfikir. Apa yang gadis itu pikirkan? Apakah ia sedang berfikir sesuatu? Sesuatu yang jahat? Ia pasti tidak akan membiarkannya. Iapun berjalan dengan cepat dan menghampiri Nicole.

"Jika kau sedang merencanakan sesuatu yang jahat, aku tidak akan membiarkanmu lolos!" Sahut Vale membuyarkan lamunan Nicole.

Nicole terkejut dan menoleh kearah Vale. "Apa maksudmu?"tanyanya bingung.

Vale tersenyum sinis. "Aku tahu apa isi otakmu. Otakmu seperti iblis. Isinya bisa saja dendam dan hal-hal yang berbau negatif.”

Nicole tanpa sadar menitikkan airmata. "Kenapa kau jahat padaku? Belum puaskah kau mengatakan aku iblis?"

"Kau memang iblis. Kau tahu apa yang kau lakukan beberapa tahun kemarin?"tanyanya dengan suara lantang.

Nicole mengelap air matanya perlahan. "Aku mengakuinya jika aku meninggalkan Juan karena suatu hal. Tapi aku tidak pernah menyakitimu. Aku bahkan ingin meminta maaf atas apa yang telah aku lakukan."

"Permintaan maafmu tidak akan membuat Juan kembali padamu. Ia sudah menikah!" Sahutnya kejam.

"Ya Tuhan, ada apa ini?"tanya Lisa ketika ia menyusul Nicole. Ia masuk kedalam untuk berpamitan karena cemas pada Nicole. Ia mendengar seorang pria mengatakan sesuatu yang tidak-tidak pada sepupunya. Ia menghampiri Nicole dan memeluknya. "Maafkan aku My Lord, tapi perkataanmu sungguh tidak pantas. Kau tidak bisa mengatakan sesuatu yang buruk tentang sepupuku. Kau tidak tahu apapun. Kau keterlaluan." Ucap Lisa geram sambil membawa Nicole menjauh dari Vale.

"Aku berbicara sesuai dengan kenyataan." Jawab Vale sadis.

"Kau tidak tahu tentang aku!" Sahut Nicole kencang.

"Seorang keturunan duke seharusnya tidak boleh mengatakan hal kotor seperti itu. Kau tidak punya etika. Ayo kita pulang, Nicole. Jika kau terus berada disini hatimu akan semakin buruk." Ucap Lisa sambil menarik lengan Nicole. Mereka berdua pergi dari tempat itu meninggalkan Vale sendiri.

Vale menatap kepergian kedua wanita itu bingung. Ia merasa apa yang dikatakannya tadi sesuai dengan apa yang ia tahu dan rasakan. Nicole gadis liar. Itu memang benar. Iapun kembali kedalam. Karena yang terpenting perusak acara itu sudah pergi.

Ia melihat Zest sedang berdiri dengan anggun didampingi oleh ibunya. Matanya menatap sejumlah pasangan yang sedang berdansa. "Aku mencarimu." Ucap Juan yang menyentuh bahunya dari belakang.

"Maafkan aku Paduka. Tadi aku berada diluar. " jawab Vale.

"Aku tahu. Aku tadi melihatmu dengan Nicole. Apa yang kalian bicarakan?"

Vale terkejut. "Aku hanya memberikan sedikit peringatan.”

"Benarkah? Aku tidak melihatnya sebagai sebuah peringatan. Aku melihatnya seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar." Juan tertawa sambil berjalan menuju Zest.

"Itu betul sekali." Ucap Imelda yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya.

"Mama?" Vale terlihat kikuk ketika berhadapan dengan ibunya.

"Bagaimana jika mama melamar gadis itu untukmu?"

Vale membelalakkan matanya. "Itu tidak mungkin mama. Nicole bukan gadis baik-baik. Lagipula aku tidak mau. Ia bukan typeku. Ia bukan calon istri yang baik." Tegasnya.

"Namanya Nicole ? Baiklah. Mama akan mencari tahu. Mama melihatnya sebagai gadis yang cantik dan berpendidikan" Ucapnya sambil berlalu. Vale terpaku ditempat. Mengapa semua orang memojokkannya? Apakah salah jika ia melakukannya demi adiknya?

Ketika kembali kekamarnya, ia masih belum bisa berfikir dengan tenang. Melamar Nicole? Tidak pernah terbesit dalam hatinya. Walaupun ada sedikit perasaan senang jauh dilubuk hatinya paling dalam.

Ibunya salah jika merasa Vale mencintai Nicole. Justru ia sangat membencinya.

○○○○

"Nona, diluar banyak yang mengirimkan bunga" ucap salah seorang pelayan.

Nicole masih menyelesaikan riasannya. " Kau simpan saja. Paling isinya tentang lamaran."

Sejak menghadiri pernikahan Juan, lamaran untuknya sangat banyak. Namun tidak ada satupun yang ia terima. Ia tidak mau mengambil keuntungan karena menghadiri acara itu. Apalagi menyangkut pria.

"Baik, nona. Ada satu lagi. Ada surat lain untuk nona." Ucapnya.

Nicole membuka surat itu perlahan. Ia tersenyum ketika melihat isi surat itu. Pengajuan sekolahnya diterima. Tanpa diketahui siapapun, ia mengirimkan permintaan untuk melanjutkan pendidikannya sebelum Juan melangsungkan pernikahan.

Ia akan melanjutkan sekolahnya yang tertunda selama beberapa bulan. Setelah pernikahan Juan, Nicole tidak mau memikirkannya terlalu lama. Ia ingin menghilang dari Artaleta sejenak dan menata hatinya yang saat ini tengah rapuh.

Lisa yang ketika itu berada dirumahnya bingung melihat Nicole tersenyum sendiri ketika ia menghampirinya. "Ada apa?"

"Pengajuan sekolahku diterima, Lisa." Ucapnya girang.

"Betulkah?" Lisa seakan tidak percaya atas apa yang didengarnya. Ia melihat surat itu. "Bukankah kau diundang oleh Raja Juan untuk pergi bersama beberapa bangsawan kedaerah tertinggal dihari itu?"

"Aku akan datang beberapa jam saja. Lalu aku akan pergi. Aku akan membuktikan pada calon duke itu jika aku bukan orang yang ia kira. Aku telah berubah. Aku bukan Nicole yang dulu."

"Aku senang mendengarnya." Jawab Lisa sambil memeluk sepupu kesayangannya. "Tapi aku akan kesepian." Tambahnya.

"Aku yakin Lord Evanders akan sering menemanimu." Ejek Nicole.

Lisa gugup dan melepaskan pelukan Nicole. "Aku.. kami tidak ada hubungan seperti itu.."

"Aku tidak mengatakan kalian memiliki hubungan. Aku hanya mengatakan jika ia pasti menemanimu."

Lisa tertunduk malu.

Vale sedang berjalan diistana ketika ia berpapasan dengan Juan. Wajah Juan terlihat sumringah. Vale tahu ada yang terjadi pada sahabat sekaligus rajanya itu. Sepertinya pernikahan telah membuatnya berubah.

"Persiapkan dirimu." Ucap Juan

"Apa yang sedang kau rencanakan, paduka?"tanya Vale bingung.

"Sudahlah, jangan panggil aku dengan paduka. Kau harus ikut denganku kedaerah Azalea. Kau pernah mengatakan jika Zest pernah kesana."

Vale menganggukkan kepalanya. "Untuk apa kita pergi kesana?"

"Aku ingin melihat sendiri keadaan disana. Tadi Zest sempat mengatakan jika daerah itu lebih parah dari Tonzoni. Beberapa teman-temanku diundang termasuk Lady Nicole. Kau harus menyambutnya bukan?" Juan melirik pada sikap Vale.

"Untuk apa kau mengajaknya? Kau ingin membuat keadaan memburuk? Bagaimana jika Zest tahu apa yang pernah terjadi dengan kalian?"

"Zest pintar. Aku yakin ia tidak akan terpancing oleh berita itu. Untuk itulah aku memintamu menjaga Nicole agar tidak mendekati istriku."

Vale menatap Juan. "Apakah kau bahagia dengan pernikahan ini?"

Juan balas menatap Vale sambil tertawa "Tentu saja aku bahagia. Untuk itulah aku memintamu cepat menikah. Kau akan bahagia."

"Pernikahan tidak ada dalam kamusku. Setidaknya untuk saat ini." Vale mengatakannya dengan tegas.

"Aku tahu sesuatu." Ucap Juan membuat Vale bingung.

"Apa?"

"Perasaanmu pada Nicole. Kau menyukainya jauh sebelum aku bukan?" Tanya Juan membuat Vale menggelengkan kepalanya dengan cepat

"Tidak!"serunya cepat.

"Baiklah, terserah padamu. Aku hanya penasaran saja dengan perasaanmu sekarang. Tapi asal kau tahu, perasaanku pada Nicole langsung menghilang saat aku bertemu dengan adikmu" Terang Juan sambil berjalan pergi.

Vale terpaku ditempat. Bagaimana bisa Juan tahu tentang perasaannya dimasa lalu? Apakah gadis itu yang mengatakannya karena ingin membalaskan dendamnya? Bagaimana bisa? Gadis itu bahkan tidak tahu tentang perasaannya. Tidak ada yang tahu. Apa yang harus dilakukannya?

Ia melihat Juan telah berada disamping Zest. Melihat mereka, ada terbesit perasaan iri. Pasangan itu sangat serasi. Zest yang malu-malu terus digoda oleh Juan. Apakah jika ia menikah, ia akan merasakan hal yang sama? Siapa yang akan menjadi pendampingnya? Siapa yang akan merasakan cintanya? Ia akan jatuh cinta pada siapa? Siapa wanita itu? Bagaimana ia bisa bertemu dengannya?

Vale menggelengkan kepalanya. Ia harus mulai membuka hatinya pada orang baru. Ia pun harus merasakan kebahagiaan.

Kegiatan Amal di Azalea

Beberapa pakaian telah dipak. Begitu pula dengan perlengkapan selama Nicole jauh dari rumahnya. Sebuah kereta telah siap mengantarkannya ke pelabuhan sore ini. Pagi ini ia akan ikut bersama rombongan istana menuju Azalea.

Nicole menyumbangkan beberapa pakaian dan bahan makanan untuk membantu warga.

Ini adalah acara amal. Sekaligus bulan madu antara Juan dan istrinya. Nicole mengikuti acara ini karena iapun memiliki tujuan. Ia ingin memberikan selamat pada pria yang pernah mengisi hatinya itu dan mengucapkan selamat tinggal untuk sementara waktu. Ia ingin hubungan antara dirinya dan Juan membaik ketika ia pulang nanti. Rasanya akan tidak enak jika ia dan Juan masih memiliki dendam dimasa lalu. Karena bagaimanapun kakeknya telah menjadi tangan kanan kakek Juan sejak abad 19.

Lisa muncul dibalik pintu. Ia menatap Nicole yang telah bersiap untuk pergi ke istana. Tatapan Lisa mengandung kesedihan. Hanya tinggal Lisa keluarga satu-satunya saat ini. Mungkin ia akan merasa kehilangan. 9 bulan bukan waktu yang singkat. Tapi, Nicole tidak dapat berbuat banyak. Ia harus melakukannya. Ia ingin secepatnya pulih.

"Jangan menatapku seperti itu." Ucap Nicole

"Aku akan kehilanganmu, Nicole. "

"Jangan katakan itu, aku belajar untuk masa depanku. Jangan berkata seakan-akan aku tidak akan pernah kembali."

"Tapi.." ucapan Lisa terpotong oleh ketukan dari luar. Seorang pelayan berdiri disana. "Ada tamu untuk nona Nicole." Ucapnya.

Nicole menatap Lisa. "Siapa yang pagi-pagi bertamu?"

"Aku tidak tahu. Sebaiknya kita lihat saja." Jawab Lisa.

Nicole bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar diikuti Lisa.

Nicole terheran-heran ketika melihat siapa yang datang. Seseorang yang tidak terduga sama sekali. Tamu itu adalah Duchess of Vanguard. Siapa yang menyangka duchess itu akan berada dirumahnya. Ia melihat Nicole dan tersenyum ramah. Tiba-tiba ia merasakan kerinduan yang sangat kepada ibunya.

Imelda berdiri untuk menyambut Nicole. "Selamat pagi Lady Nicole." Ucapnya hangat.

Nicole memberikan hormatnya pada Imelda. "Sungguh kedatangan yang sangat mendadak. Apakah ada sesuatu, my duchess?"

Imelda tersenyum penuh arti. "Kau gadis yang cantik. Kau juga ramah. Aku langsung menyukaimu.”

"Terimakasih."

"Ada sesuatu yang ingin aku bahas denganmu, Lady."

"Baiklah, Tentang apa?"tanya Nicole ramah dan duduk disamping duchess.

"Aku lihat banyak sekali karangan bunga diluar. Untuk itulah, sebenarnya niatkupun sama dengan mereka. Ijinkan aku melamarmu untuk putraku."

Nicole terkejut. Begitupun dengan Lisa. Nicole tidak dapat berkata apa-apa. Sedangkan Lisa tersenyum penuh arti.

"Aku tahu ini terlalu cepat. Tapi, aku akan sangat bahagia sekali jika kau menjadi menantuku. Melihat kalian berdua bertengkar kemarin, rasanya lucu. Kalian cocok. Tolong pikirkan permintaanku ini, lady."

Teringat bagaimana pria itu memanggilnya iblis. Nicole jadi penasaran bagaimana hidupnya jika bersama iblis. Nicole tiba-tiba tersenyum licik.

"Jangan gara-gara kesal kau melakukan ini." Bisik Lisa.

"Aku tahu." Jawabnya pelan. "Maafkan aku my duchess, sebenarnya aku tidak berani menolak jika kau yang memintanya. Tapi, sayang sekali malam ini aku harus pergi keluar untuk melanjutkan sekolahku yang tertunda." Ucap Nicole ramah.

"Berapa lama? Aku harap kau tidak mengecewakanku, lady"tanya Imelda sedikit kecewa.

"9 bulan."

Wajah Imelda kembali ceria. "9 bulan bukan waktu yang lama. Aku akan menunggumu."

"myduchess? Apakah kau benar-benar meminta putramu menikah dengan Nicole? Apakah anakmu sudah tahu? Maafkan jika aku lancang"tanya Lisa yang begitu penasaran.

"Sejujurnya aku belum memberitahunya dengan pasti mengenai ini. Tapi selama ini ia tidak pernah menolak permintaan dariku."

"Lalu bagaimana jika anakmu menolaknya?"seru Lisa.

"Aku tidak akan membiarkannya menolak."jawab imelda seraya berdiri. "Kau diundang oleh Raja?"tanyanya ketika menatap Nicole.

"Aku diundang untuk ikut ke Azalea."

"Itu bagus. Kau bisa bertemu dengan Vale. Aku akan mengatakannya tentang kejadian hari ini."

Nicole menahan bahu Imelda. "Jangan katakan apapun, myduchess. Aku mohon. Aku bahkan belum menerima lamaranmu dengan layak. Aku akan memberitahukan padamu jawabannya dalam seminggu ini, aku akan menuliskan surat untukmu."

Imelda tersenyum. Ia sempat berkata sebelum pergi. "Akan aku lakukan apapun asal kau mau menjadi menantuku"

Lisa menarik lengan Nicole yang hendak pergi ke istana. "Kau bercanda bukan? Kau akan menerima lamaran Duchess of Vanguard?"

"Ya."jawabnya pendek.

"Apa yang kau pikirkan,Nicole! Kau jangan mengambil keputusan yang ceroboh seperti itu." Seru Lisa kesal. Ia tahu sifat Nicole. Ia takut Nicole terluka. Apalagi melihat sifat Vale.

"Aku tidak peduli. Akan kupastikan pria itu hidup dengan iblis. Aku akan membuatnya mencintaiku" Jawab Nicole yang saat itu langsung pergi meninggalkan Lisa.

Lisa tidak akan diam. Ia harus menemui duchess dan mengatakan jika mereka melakukan sesuatu yang salah. Jika dua orang saling membenci disatukan apa yang akan terjadi?. Lisa tidak mau sesuatu terjadi pada sepupu kesayangannya.

Tunggu! Nicole akan membuat pria itu mencintainya? Rencana apa yang akan Nicole mainkan? Sepertinya Nicole akan bermain api. Tidak..

Nicole menatap istana yang megah. Baru beberapa minggu yang lalu ia datang kesana untuk melihat Juan menikah. Ia dapat melihat para rombongan sudah bersiap untuk pergi. Tidak ada alasan baginya untuk turun dari kereta. Karena ketika keretanya sampai, rombongan itu akan segera pergi.

Beberapa pengawal dan pejabat terlihat menaiki kuda. Termasuk pria itu. Ia dapat melihatnya paling depan. Wajahnya yang tampan tampak serius. Ketampanan Vale tidak dapat dibandingkan dengan Juan karena keduanya tampan. Iapun melihat Ratu Zest. Wanita itu sangat cantik dan anggun. Gaunnya yang berwarna biru muda memperlihatkan aura kecantikannya yang mendasar. Melihatnya bersama Juan, mereka sangat serasi. Ratu Zest memperlihatkan wajahnya yang ceria. Melihatnya saja membuat Nicole merasa dirinya tidak pantas jika ia harus bersanding disamping Juan.

Ditengah perjalanan, mereka berhenti. Nicole melihat keluar dan menyaksikan dengan matanya sendiri. Juan keluar dari kereta ditemani dengan Zest. Selain itu, mereka kini menaiki kuda bersama. Zest terlihat sangat senang ketika ia duduk didepan Juan.

Vale melihat kebelakang. Ia dapat melihat Nicole membuka jendela dan menutupnya kembali. Wajah Nicole terlihat pucat. Wajar saja, pria yang pernah dekat dikehidupannya sedang bermesraan dengan wanita yang telah dinikahinya.

Vale tersenyum simpul. Rasakan itu, wanita iblis!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!