NovelToon NovelToon

Semalam Dengan Mantan Ku

Bertemu Kembali

ciiiitttttt

Mobil yang ditumpangi, dua orang pria tampan berhenti mendadak saat ada sebuah motor menghadang jalan mereka.

Seorang gadis cantik pun turun dari motor matic nya, ia menghampiri mobil itu dan menggedor jendela mobil tersebut dengan sangat kencang.

" Keluar kalian. " Teriak si gadis cantik tersebut yg masih mengenakan helmnya.

Dua orang pria yang berada di dalam mobil pun langsung keluar menghampiri gadis itu.

Gadis cantik itu langsung menaikkan kaca helm nya, alangkah terkejut dia melihat pria yang kini berdiri di depannya.

" Kak Dean? "

"Alenka?" Dean pun sama terkejutnya dengan gadis itu. Ia tak mengira akan bertemu kembali dengan gadis yang membuatnya patah hati untuk kedua kalinya.

" Loh kalian saling kenal? " Tanya Dion penasaran.

" Hemm. " Jawab Dean singkat hanya dengan deheman. Keduanya saling memandang dengan tatapan penuh permusuhan.

" Loe ngapain? Nguntit gue ya?" tanya Dean sambil menatap tajam Alenka.

" Gak usah kepedean deh kak, ngapain juga aku ngikutin kamu kaya gak ada kerjaan aja. " gerutu Alenka yang kesal dengan tuduhan tak berdasar mantan kekasihnya itu.

" Nih kamu lihat baju aku kotor gara-gara mobil kamu ngebut terus, genangan air di hajar juga. Gak mikir apa pengendara motor bisa kena cipratannya !" Oceh Alenka .

Sangat sial nasibnya pagi ini, pikirnya. Sudah terlambat, terkena cipratan air kotor, lalu harus bertemu dengan mantan pacarnya, sama sekali bukan hal yang ia harapkan.

" Harusnya loe salahain nih sebelah gue, Dion." Ucap Dean sambil menunjuk ke arah Dion. " Dion yang bawa mobil."

" Kan loe juga yang nyuruh gue buru-buru, De. " sahut Dion yang tak terima di salahkan oleh sahabatnya sekaligus Boss nya itu.

" Aku gak peduli siapa yang bawa mobil, sekarang kalian harus tanggung jawab, Aku itu lagi buru-buru ini. " Kesal Alenka dengan wajah cemberut nya.

" Gue juga lagi buru-buru, gak cm loe doang. Gue ada meeting penting pagi ini. " Sahut Dean tak mau kalah.

" Hari ini aku ada wawancara kerja, sekarang karena kalian aku jadi telat apalagi baju yang aku pakai sekarang udah kotor begini, Udah pasti gak akan diterima kalo kaya gini. " keluh Alenka dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

" Ribet banget si loe, nanti gue telepon perusahaannya buat nerima loe. " Celetuk Dean asal. Entah kenapa ia tak suka melihat Alenka yang hampir menangis seperti itu.

" Heh anda pikir anda siapa? Pemilik perusahaannya? mana mungkin kakak punya kuasa sebesar itu." Cibir Alenka. Bisa-bisanya Dean mengatakan hal semudah itu, pikir Alenka.

Dean menatapnya tajam " loe ngeremehin gue? "

Bisa-bisanya gadis di depannya ini meragukan kekuasaannya, pikir Dean.

" Kalo loe di tolak di sana kerja di kantor kita aja. " celetuk Dion asal yang langsung mendapat lirikan tajam dari Dean.

" No. " jawab Dean dan alenka serentak.

Bagaimana bisa Dion berkata demikian, Dia yang punya perusahaan tapi kenapa Dion berani sekali memberi penawaran tanpa bertanya dulu padanya. Pikir Dean.

" Kalo ngomong jangan asal, mau gue jahit mulut loe. " Ancam Dean, yang sama sekali tak terlihat sedang bercanda.

" Aku juga mana mau kerja sama Boss playboy kaya dia" tunjuk Alenka pada Dean.

Hal yang sangat mengerikan menurut Alenka jika ia bekerja dengan Dean. Didekat Dean membuatnya sangat muak dengan pria itu.

" Nih duit buat loe, beli baju baru sana. " Dean berucap seraya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompetnya.

" Tapi ini udah telat, wawancara kerja aku gimana. " Lirih Alenka dengan tatapan sendu. " Aku butuh banget kerjaan ini. "

Dean menghela napas pelan sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing, ia di kejar waktu untuk meeting. Tapi ia juga harus bertanggung jawab pada gadis merepotkan di depannya ini.

" Dion, loe anter Alenka cari baju terus anter ke perusahaan tempat dia mau interview, loe jelasin kenapa Alenka telat. Bilang ini salah kita. " Titah Dean pada sang sahabat sekaligus orang kepercayaannya.

"Gue bawa mobil sendiri aja, pak Wira pasti udah nunggu kita di kantor. Loe naek motor sama Alenka ya."

" Siap, pak boss. " Jawab Dion sambil memberi hormat yang membuat Dean terkekeh dengan tingkahnya.

Setelah keduanya sepakat, Dion pergi bersama Alenka dan Dean menuju ke kantornya.

"Pak, toko baju dimana yang pagi-pagi gini udah buka? " tanya Alenka pada Dion yang saat ini sedang mengendarai motornya.

" Tenang Len, mama nya Dean itu punya butik kita kesana aja sekarang. Tadi Dean udah hubungi karyawan mamanya yang ada di sana. " Sahut Dion setengah berteriak, pasalnya saat ini mereka sedang berada di jalan raya yang padat kendaraan sehingga berbicara dengan nada biasa tak akan terdengar.

" Oke. " Jawab singkat Alenka.

Lain Alenka lain pula Dean yang saat ini baru saja sampai di perusahaannya. Ia bergegas menuju ruang rapat dimana seorang kliennya sudah menunggu sejak 45 menit yang lalu . Beruntung kliennya sabar menunggu Dean, karena Dion sudah mengirim pesan sebelumnya bahwa Dean mengalami insiden kecil saat menuju kantor tadi.

" Maaf Pak Wira, sudah membuat Anda menunggu. " Ucap Dean sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan napas yang masih terengah karena Dean berlari menuju ruang rapat, ia tak enak hati membuat kliennya menunggu selama itu, padahal selama ini ia adalah pria yang selalu tepat waktu.

" Tak apa Pak Dean, saya mengerti Pak Dion sudah memberitahu saya tadi. " ucap Pak Wira sambil tersenyum ramah.

" Terima kasih atas pengertian nya Pak. "

************

" Yang ini aja mba. " Ucap Alenka pada salah satu pegawai butik yang sedang menemaninya memilih dan mencoba baju.

" Baik, Nona. Ada lagi yang Anda butuhkan? " Tanya pegawai itu lagi.

" Ini aja cukup mba. "

" Udah Len ? yuuk gue anter ke kantor loe. " Kata Dion sambil berdiri beranjak dari duduknya.

" Loh aku belum bayar Pak. "

Dean sudah memberikannya uang, mana mungkin sekarang dia membawa baju itu begitu saja tanpa membayar apalagi ini butik milik mamanya Dean, pikirnya.

" Enggak usah bayar, tadi Dean udah pesan begitu sama gue. " Jelas Dion yang tau apa yang Alenka pikirkan. " Dan satu lagi jangan manggil gue Pak, gue gak setua itu Alenka. "

" Iya, Pak eh eemmmm ..... "

" Kak aja, gue sama Dean seumuran kok".Dion tersenyum manis pada Alenka, hal yang jarang ia lakukan pada seorang gadis. Ia yang terkenal dingin pada wanita tapi semudah itu bisa tersenyum seramah itu pada seorang Alenka.

" Baik, Kak. Ini uang kak Dean gimana? Aku kan udah dapet baju gratis. " Alenka terlihat bingung saat ini, ia tak ingin Dean berpikir bahwa Alenka memanfaatkannya, tadi saja tak sengaja bertemu di bilang penguntit, apalagi sekarang dapat baju plus dapat uang, ia takut Dean akan menuduhnya macam-macam.

" Anggap aja ini uang ganti rugi buat kamu ,Len. Udah yuuk nanti kamu telat. " Ajak Dion sambil menarik pelan tangan Alenka.

Dion melajukan motornya, mengantar Alenka ke perusahaan tempat dimana ia akan melakukan wawancara kerja. Dion tercengang saat sampai di depan perusahaan tempat Alenka melamar pekerjaan.

.

.

.

...----------------...

Hai ketemu lagi sama author receh, ini kisah nya Dean, Dion dan Kalan. sekuel dari novel My enemy my husband, jgn lupa mampir ya guys.

Like, komen, gift dan vote nya kalo boleh, jangan lupa subscribe ya.. Aku usahakan up tiap hari. Mohon dukungannya 🙏🙏🙏

Transfusi darah

Dion tercengang saat sampai di depan perusahaan tempat Alenka melamar pekerjaan.

" Len, ini gak salah kantornya? Bener kamu melamar pekerjaan di sini? " Tanya Dion penasaran dan cukup terkejut sepertinya.

" Iya, kak kenapa? "

" Gak apa, yaudah yuuk kita masuk. " Dion berjalan bersama Alenka memasuki gedung perusahaan yang ternyata adalah perusahaan milik Dean, tempat ia bekerja juga sebagai orang kepercayaan Dean.

Baru saja memasuki lobby, semua mata karyawan tertuju pada Dion, bagaimana mungkin boss kedua mereka berjalan bersama seorang gadis, karena sejauh ini Dion bukan orang yang mudah didekati oleh seorang gadis. Berbeda jauh dengan boss besar mereka Dean yang memang kerap kali berganti pacar setiap bulan .

Alenka yang merasa menjadi pusat perhatian langsung menundukkan wajahnya, entah apa yang mereka bicarakan membuat Alenka merasa sedang menjadi bahan pembicaraan beberapa karyawan di sana.

" Kak, kita gak nanya dulu. Dilantai berapa ruang HRD nya? " tanya Alenka yang bingung karena Dion terus saja berjalan tanpa bertanya pada siapa pun seolah ini adalah kantor tempat Dion bekerja.

" Aku tau lantai berapa, kamu tenang aja. " ucap Dion santai saat mereka masuk ke dalam lift. Alenka pikir mungkin ini adalah perusahaan salah satu Klien Dean, maka dari itu Dion tau letak ruangan di kantor ini.

Ting

Pintu lift terbuka, Alenka terus mengekor di belakang Dion sampai akhirnya Dion berhenti di depan sebuah ruangan.

" Len, kamu tunggu di sini. Aku masuk dulu dan akan menjelaskan apa yang terjadi sama kamu tadi. "

" Kak Dion yakin gak apa masuk sendiri, kalau nanti tetap gak mau terima penjelasan kakak gimana ? Gak lebih baik aku ikut masuk aja biar aku bisa ikut jelasin langsung. " Alenka merasa takut kalau Dion tak bisa meyakinkan pihak HRD untuk memberinya kesempatan untuk interview karena Alenka lihat jam di pergelangan tangannya menunjukkan bahwa dirinya sudah amat sangat terlambat.

" Loe tenang aja, gue bakal jamin loe langsung di terima di sini, Jadi sekarang loe tunggu di sini dulu. Paling 10 menit kelar. " Dion mencoba menahan senyum melihat wajah tegang Alenka, bagaimana mungkin Alenka meragukannya sementara kantor ini milik Dean tempat ia bekerja sebagai orang kepercayaan Dean, tak jarang para karyawan memanggilnya dengan sebutan boss kedua.

Setelah mencoba meyakinkan Alenka bahwa semua akan baik-baik saja, Dion masuk tanpa mengetuk lebih dulu, membuat si pemilik ruangan langsung menunduk memberi hormat pada Dion. " Silahkan duduk Pak! " ucap pria paruh baya bernama Kamil itu. " Ada yang bisa saya bantu Pak Dion? " Lanjutnya.

" Begini Pak, di depan ada gadis bernama Alenka yang harusnya melakukan interview tadi pagi, karena ada insiden dengan saya dan pak Dean jadi dia datang terlambat ke sini. Bisa bapak beri kesempatan padanya untuk melakukan interview? Kalau bisa setelah itu langsung di terima saja." Jelas Dion. "Dia teman sekolah big boss dulu . " Bisik Dion kemudian pada pak Kamil.

" Baik, Pak siap akan saya laksanakan perintah bapak. "

" Jangan kasih tau dia ya kalau saya bilang begini. Saya gak mau dia mengira bahwa dia di terima di perusahaan ini karena Pak Dean atau saya. " kata Dion.

Pak Kamil yang bingung dengan ucapan Dion langsung bertanya " Lalu dia di terima karena apa, Pak?"

" Karena rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. " Celetuk Dion asal. Tinggal bilang iya saja susah sekali kenapa mesti bertanya pikir Dion, Ingin sekali Dion membalasnya dengan kata-kata mutiara... Kamu Nanyeeaa? tapi tak mungkin ia lakukan di depan pria paruh baya itu, bisa malu yang ada dia.

Pak Kamil hanya bisa mengatakan " Baik, pak. "

Dia bingung sendiri sebenarnya, bukankah tadi Dion sendiri yang bilang kalau Alenka langsung di terima kerja saja karena dia teman sekolah big boss, tapi kenapa sekarang Dion berkata bahwa Alenka tak boleh mengira ia di terima karena teman dari pemilik perusahaan. Aneh sekali bukan menurutnya. Lalu karena apa? Kemampuannya? Pengalamannya? Ia bahkan baru lulus kuliah . Membuat Kamil menarik napas dalam. Lebih baik ia menuruti perintah boss kedua daripada banyak berpikir lagi. Pikirnya.

Setelah Dion keluar, Alenka langsung masuk menemui pak Kamil, ia melakukan wawancara kerja seperti para pelamar kerja lainnya, kemudian pak Kamil langsung mengatakan bahwa ia di terima sebagai asisten dari big bossnya dan mulai bisa bekerja besok pagi.

Alenka keluar dari ruangan HRD dengan senyum mengembang di wajahnya " Kak, makasih ya akhirnya aku diterima kak. Semua berkat kakak yang bisa meyakinkan Pak Kamil untuk memberi aku kesempatan ikut interview. "

"Sama-sama, Len. " ucap Dion sambil tersenyum.

" Aku mau pulang dulu kak, besok aku mulai kerjanya jadi aku antar kakak ke kantor kakak ya? Kan kakak kesini gak bawa kendaraan. " Alenka merasa tak enak hati kalau harus pulang begitu saja setelah Dion membantunya, bukan kah kurang ajar rasanya kalau ia menyuruh Dion naik taksi online. Walaupun mungkin ia harus bolak-balik tak apa pikirnya anggap saja sebagai ucapan rasa terima kasihnya.

" Gak usah, Len. Mobil kantor lagi menuju ke sini kok. Jadi kamu pulang duluan aja. Aku juga mau ada meeting di sini. " Mau tak mau Dion berbohong karena kalau Alenka tau ia akan menjadi asisten Dean, gadis itu pasti menolak. Setidaknya kalau ia sudah tanda tangan kontrak mau tak mau Alenka tak akan bisa menolak, pikirnya.

Dion baru menyadari kalau Alenka adalah gadis yang pernah Dean perlihatkan fotonya dan mengatakan bahwa Alenka adalah kekasihnya saat SMA yang sekarang tentu sudah menjadi mantan, oleh sebab itu Dion sengaja membuat Alenka menjadi asisten Dean.

" Ooh yaudah kalo gitu aku duluan ya kak. Sekali lagi makasih atas bantuannya. "

Dion hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Setelah kepergian Alenka ia langsung berjalan masuk ke dalam lift menuju ruangan Dean.

.

***********

ceklek

Suara pintu ruangannya yang dibuka membuat Dean yang sedang menatap layar laptop nya langsung menoleh ke arah pintu " Loe udah selesai? gimana si bawel? "

Dion langsung mendudukan bokong nya di sofa yang tak jauh dari meja kerja Dean. " Si bawel? " tanya Dion dengan wajah bingung.

" Itu si Alenka. Udah selesai semua urusannya? Gimana di terima gak sama perusahaannya? " Dean bertanya dengan mata yang tak lepas dari dokumen yang berada di atas meja kerjanya.

" Ooooh Alenka. Udah beres dia udah di terima kerja, katanya mulai besok dia bisa kerja. " Sahut Dion sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, entahlah sepertinya besok dia akan kena amuk Dean, pikirnya.

" Asisten pribadi gue gimana? Pak Kamil udah dapat belum? "

" U-u-udah, besok mulai kerja katanya. " ucap Dion terbata.

" Kenapa jadi gagap gitu ngomongnya? Loe sakit? Pucet amat? Butuh transfusi darah? " Celetuk Dean asal.

" Sialan, loe pikir gue sakit apa. " Kesal Dion. Bisa-bisanya bercanda seperti itu, pikir Dion.

"Ya abis muka loe pucet kaya orang kurang darah." Kata Dean sambil terkekeh.

"Butuh transfusi dana kalo gue mah, bukan darah. " Kalau saja bukan boss nya mungkin sudah Dion setrika mulutnya yang asal ceplos itu.

" De, gue baru inget. Alenka mantan loe waktu SMA kan? Yang pernah loe kasih lihat fotonya ke gue?" Sejak tadi ini lah yang ingin Dion tanyakan dia sungguh penasaran dengan hubungan keduanya.

Dion dan Dean yang bersahabat sejak kecil harus berpisah saat Dion harus pindah sekolah keluar kota jadi ia pun tak mengenal siapa saja teman semasa SMA dan kuliah Dean, ia hanya dengar melalui cerita Dean itu pun hanya beberapa yang Dean ceritakan seperti Alenka, bahkan Dion tak pernah tau penyebab sahabat nya itu putus dengan Alenka, karena mereka hanya sesekali bertemu saat liburan jadi Dean dan Dion lebih banyak menghabiskan waktu bersama untuk bersenang senang dengan para sahabat mereka ketimbang menceritakan masalah pribadi.

" hem, kenapa? " tanya Dean yang kini berpindah duduk di sofa berhadapan dengan Dion.

" Loe putus kenapa? Loe gak pernah cerita sama gue. " wajah Dion mulai serius mempertanyakan masa lalu Dean.

.

.

.

...----------------...

Masa Lalu

Semenjak orang yang dicintainya sejak kecil selalu menolak cintanya membuat Dean Ardiansyah yang saat itu baru menginjak 17 tahun memutuskan menjadi seorang playboy, Dean berpikir kalau dengan kesendiriannya membuat ia tak bisa lupa dengan cinta pertamanya, mungkin dengan berganti pacar dia sejenak bisa melupakan seorang Kyara, atau bahkan mungkin salah satu pacarnya nanti bisa membuatnya jatuh cinta dan menggantikan Kyara di hatinya.

Setiap bulan selalu berganti pacar karena merasa tak ada gadis yang bisa membuatnya jatuh cinta seperti Kyara hampir membuat Dean putus asa. Terlebih saat ia benar-benar terpuruk saat cinta pertamanya menikah dengan orang lain.

Saat tahun ajaran baru Dean yang mulai menginjakkan kaki ke kelas 12 mendengar adik kelasnya yang baru duduk di kelas 10 menjadi bahan pembicaraan teman-teman nya, banyak yang mengatakan gadis itu sangat cantik dan sekarang menjadi idola baru di sekolah mereka, tetapi gadis itu tak mudah di dekati oleh laki-laki, banyak yang sudah Alenka tolak untuk menjadi pacarnya sehingga membuat jiwa playboy Dean tertantang seketika.

Tak mudah mendekati Alenka, biasanya dalam sehari ia bisa langsung meluluhkan hati gadis incarannya, tapi dengan Alenka Dean butuh dua bulan untuk meyakinkan gadis itu untuk menjadi kekasihnya.

Disekolah mungkin Dean terlihat seperti laki- laki dingin, cuek dan tidak terlalu kelihatan bahwa dia adalah seorang playboy tapi jangan salah di luar sekolah Dean adalah pro player, tapi kebanyakkan pacarnya berasal dari sekolah lain, terkadang anak kuliahan juga sehingga tak banyak yang tau sepak terjang nya di luar sekolah, ia jarang mengencani gadis dari sekolahnya hanya ada beberapa saja yang pernah menjadi pacarnya. Satu di sekolahnya, satu di kampus dan satunya di sekolah lain dan lainnya lagi.

Setelah pendekatan dua bulan pun mereka mulai berpacaran. Alenka merasa bahwa Dean anak yang baik dan tulus padanya, itu lah yang ada dipikiran Alenka saat itu.

" Terus gimana? Eh bentar jangan lanjutin dulu ceritanya, pesen kopi dulu sama gorengan. Enak dengerin cerita loe,b bikin gue makin penasraan. " ucap Dion seenak jidatnya. Dia pikir ini tempat nongkrong apa, batin Dean.

" Ini jam kerja gila, ngapain jadi ngopi sama gorengan . Loe pikir kita lagi nongkrong di pos ronda." kesal Dean pada temannya yang tak punya adab itu.

" Ya, kan gak enak kalo dengerin loe curhat cuma diem aja gini, biasanya dulu di kantin sekolah kan curhat sambil ngemil, De. " sahut Dion yang masih mencoba merayu Dean agar memesankan kopi dan gorengan pada OB.

" Gue gak curhat setan, loe kan tadi nanya masa lalu gue sama Alenka gimana. Ya gue hanya cerita bukan niat mau curhat. Kalo loe gak kepo gue juga gak mau ceritain. " timpal Dean tak mau kalah. Meski sudah lama bersahabat tapi, ya begitulah mereka kalau dipersatukan pasti akan sering beradu mulut.

" Yaudah terusin cerita loe, gue mau tau. " Dion tak ingin berdebat lebih lama, ia lebih tertarik mendengar kisah Dean dan Alenka.

" Ya, awalnya gue anggap Alenka kaya cewek-cewek lain yang gue pacarin, cuma setelah sebulan pacaran gue mulai nyaman sama dia, gue udah mulai bisa lupain Kyara sedikit demi sedikit, tapi di saat gue udah mulai buka hati, eh dia minta putus setelah delapan bulan gue pacaran, padahal dia doang satu-satu nya cewek yang gue pacarin selama itu, pas hari kelulusan gue malah dapat hadiah putus dari dia, gue juga gak tau apa alasannya minta putus dari gue.

Awalnya Dean tak terima saat Alenka memutuskannya tanpa alasan apalagi saat Alenka menuduhnya selingkuh. Sungguh Dean tak habis pikir dengan tuduhan sang kekasih, tapi saat melihat Alenka dekat dengan Tommy, Dean baru menyadari mungkin Alenka memutuskannya karena ia menyukai Tommy. Dan saat itu juga Dean memutuskan melepaskan Alenka.

Dean yang ingin setia pada satu wanita kembali menjadi seorang playboy setelah merasa di khianati oleh Alenka , Apalagi pergaulan yang bebas di Amerika membuat ia semakin menjadi.

.

**************

.

" Rumit hubungan loe, udah bener gak usah terlalu serius, loe serius dikit malah patah hati. Mending ikutin moto hidup gue sendiri lebih baik , tapi kalau mau jadi playboy gak usah pake perasaan. " nasehat Dion yang memang trauma menjalin hubungan dengan wanita karena ia gagal menikah dan ditinggalkan begitu saja oleh kekasih yang sudah lima tahun di pacari nya, untung Dion masih bisa berpikir waras dan tak menjadi gila karena peristiwa itu.

Setelah kejadian itu Dion memutuskan kembali ke ibu kota dan menetap di sini, Dion juga memilih bekerja dengan Dean untuk melupakan kenangan pahitnya di kota kelahiran sang ibu.

" Ngapain gue kaya loe maen sendiri mulu, gila! kalo bisa dapetin cewek kenapa mesti pake

sabun, sia- sia lah ketampanan dan kemapanan gue ini kalau gak bisa menjerat cewek-cewek di luar sana. " kata Dean dengan bangga.

" Cih gonta ganti lobang aja bangga." cibir Dion dengan wajah mengejeknya.

" Yang penting udah pernah ngerasain, sama para mantan pacar gue yang bule- bule itu. Apalagi Michelle, aish body nya. Ah di sini kenapa gak ada yang kaya Michelle, gue jadi kangen sama dia. " celetuk Dean tanpa sadar.

" Brengsek, lagi ngelanjor loe ya? " Dion melempar bantal sofa ke arah wajah Dean dengan cukup kencang.

" Setan, ngapain sih loe. Apaan lagi ngelanjor bahasa planet mana itu? " cibir Dean yang merasa tak ada yang salah, lalu kenapa Dion melempar kan bantal sofa ke wajahnya, pikirnya.

" Ngelanjor itu, NGELAmuN JORok. " Dion bergidik ngeri saat Dean tersenyum sambil melamunkan mantan pacar bule nya Michelle, dengan wajah yang sulit Dion artikan sungguh membuatnya merinding.

" Dah lah, kerja sana. Ngapain malah jadi ngobrol di ruangan gue. Hush. hush sana. " usir Dean dengan mengibaskan tangannya seperti sedang mengusir anak ayam.

" Untung Big Boss, kalau enggak udah gue tenggelamkan di dasar laut. " gumam Dion pelan sambil beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruangan Dean.

.

.

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!