NovelToon NovelToon

Istri Bayaran Tuan Edgar

Pertemuan Pertama

"Alana, saya akan kembali mengingatkan kamu, kalau obat ibumu sudah hampir habis. Dan kamu harus segera membelinya lagi."

Alana menghela napas panjang, sembari membaca pesan itu sekali lagi. Ia ingin mengabaikan dan menganggap kalau dirinya tidak pernah menerima pesan tersebut.

Duduk di bangku taman sendiri, mata Alana menatap anak-anak kecil berlari kesana-kemari, sementara ibu mereka mengejar dan berusaha menangkap. Itu berhasil membuat Alana tersenyum di tengah kepedihan yang ia rasa.

Alana mengalihkan tatapannya, tapi ia justru melihat seorang pria duduk seorang diri yang sedang menatap ke arahnya juga. Dengan gerakan cepat Alana kembali mengalihkan pandangannya, wajahnya bersemu merah karena tak sengaja saling tatap dengan pria tampan itu.

"Dia tampan sekali, baru kali ini aku melihat pria setampan itu, wajahnya begitu bersih saat terkena pancaran sinar matahari. Andai aku bisa memilikinya pasti aku akan sangat senang" gumam Alana pelan, ia bahkan malu sendiri dengan gumaman nya barusan.

Alana tersentak kaget saat mendengar ponselnya berbunyi, dengan gerakan cepat Alana melihat ponselnya. Alana menarik napas panjang saat salah satu perawat dari rumah sakit menghubunginya.

"Halo" ucap Alana pelan, suaranya cukup lirih.

"Kamu dimana sekarang Al ?, aku takut terjadi apa-apa denganmu" ucap seseorang di seberang sana.

Alana tersenyum, wanita yang sedang menelponya saat ini sudah bagaikan keluarga padahal mereka kenal karena Alana sering di rumah sakit untuk membawa ibunya.

"Maaf kan karena sudah membuat Tante khawatir, aku baik-baik saja. Saat ini aku sedang mencari pekerjaan. Obat ibu hampir habis dan aku harus segera membeli nya" jelas Alana.

"Tante punya sedikit simpanan Al, kamu bisa pakai uang itu dulu untuk membeli obat ibumu"

Alana terdiam, selama ini ia sudah banyak merepotkan Tante Ria, dan kali ini ia ingin mencari uang itu sendiri.

"Terima kasih atas tawaran nya Tan, tapi kali ini aku ingin mencari uang itu sendiri. Tante tenang saja aku akan segera kembali kerumah sakit untuk menebus obat ibu"

Setelah mengatakan itu Alana langsung menutup teleponnya, ia tidak ingin Tante Ria terus memaksanya untuk meminjam uang. Sudah cukup Alana merepotkan wanita itu.

"Permisi"

Alana menoleh saat mendengar seseorang berbicara, ia tersentak kaget saat melihat pria tampan yang ia lihat tadi menghampirinya.

Apa ini mimpi ? Atau doa nya tadi langsung di kabulkan tuhan ?. Sekarang pria tampan itu berdiri di hadapannya dan berbicara padanya.

Mata Alana berkedip beberapa kali dengan detak jantung yang begitu kencang.

"Apa anda tidak apa-apa ?" tanya Pria itu. Jantung Alana semakin berpacu kencang, matanya terus menatap pria tampan itu.

"Eheeeem" pria itu berdehem membuat Alana langsung tersadar dengan kebodohannya.

"I-ya aku baik-baik saja" balas Alana cepat.

Pria itu mengerutkan keningnya, mungkin ia menganggap Alana sedang tidak sehat. Tanpa permisi pria itu duduk tepat di samping Alana hingga aroma tubuhnya dapat tercium oleh Alana.

"Perkenalkan aku Edgar" ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arah Alana.

Alana membalas menjabat tangan Edgar. "Aku Alana"

"Nama yang bagus" Edgar menganggukan kepalanya berulang "Dan apakah kamu tinggal disini ?"

Alana menatap sekitar tempat itu, itu adalah kawasan apartemen mewah. Dan mana mungkin ia mampu tinggal disana.

"Aku hanya orang biasa, dan mana mungkin aku mampu tinggal disana" jawab Alana, ia kembali menatap Edgar sepertinya jawabannya tadi tak di pedulikan oleh pria itu.

Suasana mendadak hening tak ada lagi yang membuka pembicaraan. Alana diam sambil memikirkan caranya yang ingin mencari pekerjaan. Sekiranya pekerjaan apa yang bisa ia lakukan dan akan mendapatkan uang yang banyak.

Sementara ia hanya lulusan SMA, pernah terlintas di pikiran Alana untuk mendaftarkan diri di sebuah BAR, tapi Alana kembali menepis pikiran itu, ia yakin ibunya akan marah besar jika ia bekerja sebagai wanita malam.

"Tadi aku mendengar kalau kau sedang mencari pekerjaan" kata Edgar kembali membuka pembicaraan.

Alana menoleh dan menatap Edgar dengan marah, berani-beraninya pria itu menguping pembicaraannya tadi. Walau ia memang sangat ingin mendapatkan pekerjaan tapi Alana tetap tak suka jika ada yang menguping pembicaraannya.

"Aku punya pekerjaan yang bagus jika kamu mau" lanjut Edgar lagi. Alana menatap pria itu lagi, ia hampir tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

Sekelompok anak berlari melewati Alana dan Edgar. Pikiran Alana berkelana jauh, saat ini ia sedang bicara dengan orang asing dan menawarkan pekerjaan. Alana harus mempertimbangkan semuanya, bagaimana jika Edgar adalah orang jahat atau sekelompok orang yang menjual para wanita. Atau Edgar memberinya pekerjaan dengan meminta dirinya menemani Edgar tidur, bukankah itu sangat buruk ?.

Alana memang sangat menginginkan pekerjaan, tapi tetap saja wanita itu harus waspada, apalagi dengan sosok Edgar yang baru saja ia kenal. Bisa jadi pria itu sedang berakting dan seseorang sedang memgambil video.

Mata Alana menyapu sekitar, demi mencari seseorang yang ia curigai sedang mengambil video. Tapi sayangnya tidak ada disana hal yang perlu Alana curigai.

"Pekerjaan apa ?" tanya Alana yang akhirnya menjawab setelah berperang dengan pikirannya.

Dengan ragu Edgar menatap Alana, "Tinggal bersama ku"

Plaaak.

Secara tak sengaja Alana memukul lengan Edgar, benar saja dugaannya tadi kalau Edgar adalah pria jahat yang akan mempermainkan dirinya. Harusnya tadi ia tak perlu menanggapi ucapan pria gila itu.

"Dasar pria mesum" teriak Alana menggema. Beberapa orang yang berada disana spontan menatap kearah Alana dan Edgar. Tapi Alana tak peduli yang saat ini ia ingin lakukan adalah memberi tahu pria itu kalau dirinya bukan wanita murahan.

"Jangan pernah kau berpikir kalau aku akan bersedia tinggal bersamamu dan tidur dengan mu, aku bukan wanita murahan seperti yang ada di pikiranmu itu" sambung Alana lagi, napas wanita itu naik turun karena menahan amarahnya.

"Hei, singkirkan pikiran kotor itu" balas Edgar yang tak habis pikir dengan jalan pikiran Alana, bisa-bisa nya Alana berpikiran terlalu jauh.

"Siapa yang menyuruhmu tidur dengan ku ? aku punya banyak gadis yang bisa aku pilih jika aku mau, dan wanita sepertimu tak ada apa-apanya bagiku" sambung Edgar lagi.

"Ku kira kau bisa di ajak kerja sama, tapi ternyata aku salah. Terima kasih dan saya permisi" setelahnya Edgar berdiri dan berlalu dari hadapan Alana.

Alana menatap kepergian Edgar, walau ia masih terasa jengkel tapi hatinya cukup penasaran pekerjaan apa yang akan di tawarkan pria itu.

"Sebenarnya pekerjaan seperti apa yang kau tawarkan ?" teriak Alana menggema. Berharap Edgar akan menghentikan langkahnya lalu menjelaskan pekerjaan yang tadi ia katakan.

Ciuman Mendadak

Edgar menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan Alana. Pria itu kembali mendekati Alana. Dengan menarik napas dalam-dalam Edgar menatap Alana sembari berkata "Aku ingin kau menjadi istriku"

Mata Alana melebar, dulu ia pernah bermimpi bahkan sangat menginginkan seorang pangeran melamarnya seperti ini. Tapi tidak seperti ini yang Alana harapkan. Jika di lamar seseorang akan menjadi momen romantis, beda dengan sekarang, semua ini sangat membingungkan.

"Apa ini hobimu ?, Melamar seseorang yang baru saja kau temui. Kita bahkan tidak saling mengenal"

Edgar menatap Alana dengan jengkel.

"Dengarkan aku dulu !" Pinta Edgar.

"Ok" balas Alana, ia tetap duduk disana untuk mendengarkan setiap kata yang akan Edgar ucapkan.

"Aku berasal dari keluarga kaya, bahkan harta keluargaku tidak akan habis tujuh turunan" kata Edgar dengan sombongnya, membuat Alana memutar matanya malas.

"Kedua orang tua saya sangat menginginkan saya menikah dengan gadis yang baik, supaya saya bisa mengurus bisnis keluarga. Jika saya menolak mereka akan memberikannya pada orang lain" sambung Edgar lagi.

Alana menatap raut wajah Edgar yang berubah begitu kesal, Alana terkekeh geli melihat nya.

"Lalu kenapa kamu memilih ku ?, Aku yakin kamu punya pacar" tanya Alana penasaran.

Edgar menyeringai kemudian kembali berkata "Kalau soal pacar jangan tanyakan hal itu, aku bahkan memilikinya lebih dari satu. Tapi masalahnya kedua orang tuaku tidak menyetujui jika aku menikahi salah satu dari mereka" jawab Edgar kemudian.

Mendengar hal itu rasanya Alana ingin sekali menampar pipi Edgar. Pria itu begitu percaya diri dan menganggap para wanita menyukai dirinya.

"Kedua orang tuaku belum pernah bertemu dengan mu, jadi pasti orang tuaku akan menyetujui jika aku menikahi kamu" sambung Edgar lagi.

Alana menatap Edgar serius, selama ini ia pikir orang tua seperti itu hanya ada di dunia novel yang sering ia baca. Tapi nyatanya itu benar-benar ada. Dan sayangnya Alana akan menghadapi semua itu.

"Lalu apa yang aku lakukan ?" Tanya Alana hati-hati

"Tidak banyak" jawab Edgar membalas tatapan Alana "Kamu harus menikah dengan ku, dan setelah satu tahun kita akan bercerai" lanjut Edgar lagi.

Alana menatap Edgar terperangah, menikah memang impiannya, tapi ia tidak pernah bermimpi menikah dengan pria yang tidak mencintainya. Apalagi ia menikah hanya dalam satu tahun. Bukankah itu terlalu menyakitkan untuk nya.

Rasanya Alana ingin menolak, tapi hatinya mengatakan tidak saat pikirannya mengingat pengobatan sang ibu. Mungkin Edgar bisa membantu masalahnya saat ini.

"Ok, aku mau menikah dengan mu" balas Alana dengan suara pelan "Tapi aku punya satu syarat, kamu harus membayar ku setiap minggu, kalau kamu gak mau, maka aku tidak mau menikah dengan mu"

Kali ini Edgar yang menatap Alana. "Aku pikir kau wanita baik-baik, tapi ternyata kau sama saja dengan wanita di luar sana, yang kehabisan uang untuk membeli barang-barang mahal" kata Edgar meremehkan.

Alana langsung menoleh dengan cepat, hampir saja ia menampar pipi pria itu. Untung Alana berhasil menahan diri untuk tak melakukannya.

"Jangan sembarangan berkata, jika kau tak mengetahui apa-apa" kata Alana dingin

Alana berdiri dan berlalu pergi dari hadapan Edgar. Ia merutuki kebodohannya karena meladeni pria sombong dan brengsek seperti Edgar.

Melihat Alana pergi, Edgar langsung menyusul.

"Beri aku nomor ponselmu ! Dan kamu juga harus menyimpan nomorku" ucap Edgar menghentikan langka Alana.

Tanpa banyak bertanya Alana langsung memberikan nomor ponselnya, ia juga menyimpan nomor ponsel Edgar.

"Dimana rumahmu ? Aku akan mengantarmu" ucap Edgar.

"Tidak usah aku bisa pulang sendiri" balas Alana yang masih meragukan Edgar.

"Kita perlu saling mengenal sebelum aku membawamu kerumah untuk di perkenalkan dengan kedua orang tuaku" jelas Edgar.

Alana menarik napas dalam, ia akhirnya mengangguk sebagai tanda setuju kalau ia mau di antar pulang oleh Edgar.

"Kamu tunggu disini ! Aku ambil mobil dulu" ucap Edgar.

Alana menatap kepergian Edgar, hingga tak berapa lama sebuah mobil mewah berwarna merah berhenti di hadapannya. Edgar menurunkan kaca jendela mobil.

"Ayo masuk !" Pinta Edgar.

Sepanjang perjalanan Alana hanya diam, ia bicara hanya untuk menunjukan arah jalan kerumahnya. Hingga tiba di depan rumah sederhana kening Edgar mengkerut.

"Kamu tinggal disini ?" Tanya Edgar

Alana tak menjawab karena ia merasa itu bukanlah hal penting, tentu saja Alana tinggal disana karena untuk tinggal di lingkungan mewah ia tak memiliki banyak uang.

Dulu saat sang Ayah masih hidup. Alana dan ibunya bisa tinggal di tempat yang lumayan bagus. Tapi semenjak Ayahnya meninggal semuanya berubah.

Alana membuka pintu mobil lalu turun tanpa mengucapkan apa-apa pada Edgar. Tak Alana sangka kalau Edgar akan mengikutinya sampai rumah, Alana memelototi Edgar membuat pria itu mengangkat bahu seraya berkata-.

"Masih banyak yang harus aku jelaskan padamu, contohnya memberi tahu mu kalau kita harus berpura-pura saling mengenal, dan saling mencintai"

Rasanya Alana ingin sekali memukul pria itu, ia tak bisa menahan nya lagi "Ok aku mengerti, jadi sekarang pergilah !" Ucap Alana sambil menyilangkan kedua lengannya dan menatap Edgar.

"Iya aku akan pergi, tapi besok kita harus bertemu lagi untuk menyusun rencana. Kamu juga harus bertemu dan berkenalan dengan teman-temanku"

Alana berpikir dua kali, detak jantungnya berdetak sangat kencang. Telapak tangannya berkeringat, Edgar pasti bisa melihat ketakutan dimata Alana. Pria itu seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia urungkan. Kepala Alana mengangguk dengan pelan kemudian berjalan menuju pintu.

"Apa kamu tidak ingin memberiku ciuman selamat tinggal" ucap Edgar berhasil menghentikan langkah Alana.

Wanita itu kembali menoleh dan hendak memaki pria itu, tapi Edgar langsung mendaratkan sebuah ciuman di bibir Alana, membuat wanita itu membulatkan kedua matanya dengan sempurna.

Setelah mencium bibir Alana, pria itu menatap Alana sambil menyeringai. Satu pukulan yang cukup keras Alana berikan.

"Dasar pria gila, brengsek !" Umpat Alana sambil meludah ke sembarang arah, ia langsung masuk kedalam rumah dan membanting pintu dengan kuat.

Alana bersandar di pintu, detak jantungnya semakin kencang.

Edgar terperanjat kaget saat mendengar suara pintu yang di banting cukup keras, ia mengakui kebodohannya karena mencium Alana tanpa aba-aba. Wajar jika wanita itu marah padanya.

Tapi saat Edgar menatap bibir Alana, ia tak bisa menahan diri untuk tak menciumnya. Alana begitu cantik, dia berbeda dari para wanita yang selama ini Edgar pacari.

Pria itu kembali ke mobilnya, ia berharap Alana tidak akan membatalkan ucapannya tadi. Karena jika Alana menolak Edgar bingung harus mencari wanita baik kemana lagi.

"Huh, kenapa aku tidak bisa menahan diri saat melihat bibirnya"

Mencari Pakaian.

Alana meraba bagian bibirnya, ciuman yang tadi Edgar berikan membuatnya kehabisan kata-kata. Bahkan untuk menarik napas saja susah.

"Dasar pria mesum" Alana bergumam dengan penuh kekesalan, ini kali pertama ia berciuman dengan seseorang. Padahal niat Alana, bibirnya akan ia persembahkan untuk suaminya kelak. Tapi, Edgar justru mengambilnya tanpa pemberitahuan.

Tidak ingin terus merasakan kekesalan, Alana memilih untuk ke kamarnya. Sepertinya mandi dan mendinginkan tubuhnya adalah jalan terbaik. Hari ini terlalu banyak tenaga yang ia kuras untuk mencari kerja demi membayar pengobatan sang Ibu.

*

Malam sudah datang, usai makan malam dengan menu seadanya Alana membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sudah keras. Menatap langit-langit kamar yang sudah usang karena termakan usia.

"Apa pria itu benar-benar akan memberiku uang jika aku mau menikah dengannya ?" Alana berpikir, ingatannya kembali tertuju pada ucapan Edgar tadi.

Ada rasa ragu yang Alana rasakan, apalagi ia baru bertemu dengan Edgar. bisa saja kan kalau pria itu hanya ingin menipunya untuk memuaskan diri. Buktinya tadi Edgar berani menciumnya padahal mereka baru saja bertemu.

*

*

*

Keesokan harinya mata Alana langsung terbuka saat telinganya mendengar ponselnya yang berdering sejak tadi, Alana mengubah posisi untuk mencari benda persegi itu. Usai mendapatkannya kening Alana mengkerut saat melihat nama Edgar disana.

"Halo" ucap Alana ragu.

"Kau masih tidur ?" suara Edgar terdengar di ujung telepon.

"Kalau iya kenapa ?"

"Astaga, apa kau lupa kalau hari ini kita akan bertemu lagi ?"

Alana melirik jam dinding yang menggantung. Kemudian menarik napas panjang "Ini masih jam 07 pagi" ucap Alana, lagian ia tidak terlalu berniat untuk bertemu dengan teman-teman Edgar.

"Jangan menunda waktu, bersiaplah ! 30 menit lagi aku akan menjemputmu". Setelah itu Edgar menutup telepon secara sepihak. Membuat Alana bersungut kesal.

Alana memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidur yang menurutnya sangat nyaman. Demi Edgar yang memintanya bertemu lagi.

Setelah mandi Alana langsung memilih pakaian yang pas untuk bertemu dengan Edgar. Lemari yang tadinya rapih sekarang berantakan tak karuan, hingga Alana menjatuhkan pilihannya pada sebuah kaos dan celana jens. Ia segera memakai pakaian itu, kemudian mengoleskan bedak tipis ke wajahnya.

Suara klakson mobil sudah terdengar di luar rumah, membuat Alana memutar bola mata. Saat ini ia sedang mengikat tali sepatu favoritnya.

"Enggak sabaran banget sih" Alana menggerutu, sambil menyambar kunci rumah lalu bergegas pergi.

"Hai" sapa Edgar sembari tersenyum saat melihat Alana sudah keluar rumah. Pria itu begitu tampan, dia mengenakan T-Shirt berwarna biru tua yang sangat pas dengan warna kulit Edgar. Ia kembali membunyikan klakson untuk membuat Alana kembali kesal.

"Hentikan ! atau aku tidak akan pergi dengan mu"

"Ok sayang"

Mata Alana melotot mendengar panggilan Edgar. Terasa sangat menggelikan bagi Alana.

Setelah mengunci pintu rumah, Alana langsung memasuki mobil Edgar. Mobil di lajukan dengan kecepatan tinggi, membuat Alana terkejut.

Alana berjuang memasang sabuk pengaman, ia tidak ingin mengeluarkan suara untuk menyuruh Edgar memelankan laju mobil. Karena ia yakin pria itu hanya ingin mengerjainya.

"Kita mau kemana ?" tanya Alana saat Edgar menghentikan mobilnya tepat di depan tokoh pakaian.

"Belanja dulu" jawab Edgar santai.

Mendengar hal itu Alana langsung terdiam. Edgar mengajaknya belanja sementara dirinya tidak punya uang sepeserpun. Bahkan tadi ia tak makan apa-apa karena memang stok makanan sudah habis.

"Aku tidak butuh apa-apa" ucap Alana berusaha menolak untuk di ajak belanja "Atau jangan-jangan kamu sengaja membangunkan aku sepagi ini supaya kamu ada teman belanja" tuduh Alana kemudian

Edgar mendengus, ia menatap Alana dan berkata "Lihat penampilan mu saat ini !, kamu memakai kaos tua yang lusuh. Tidak ada pacarku yang penampilannya seperti ini apalagi gadis yang akan ku nikahi. Kamu tenang saja aku yang akan membayar belanjaan mu"

Alana terdiam, apa yang di katakan Edgar benar adanya. Kaos yang ia pakai saat ini warnanya sudah sangat lusuh. Tapi menurut Alana itu masih sangat layak untuk di pakai.

"Tapi aku tidak ingin kamu membelikan pakaian untukku" Alana berkata dengan pelan.

Edgar memutar matanya malas, ia pun menjawab "Dengar !, jangan bersikap egois padaku sekarang. Anggap saja pakaian ini seragam yang akan kamu gunakan sebelum bekerja"

Berpikir sejenak, Alana memiliki ide cemerlang. Ia akan membuat Edgar menyesal karena ucapannya. Alana pun turun dari mobil dan membanting pintu mobil dengan cukup keras. Membuat Edgar mengumpat penuh kekesalan.

"Cewek aneh" sungut Edgar. Ia pun segera menyusul Alana

Setiba di tokoh itu, keduanya langsung di sambut oleh seorang wanita dengan ramah. Mata wanita itu begitu kagum dengan sosok Edgar yang begitu tampan.

Alana berdehem sejenak saat melihat tatapan wanita itu "Kami sedang mencari pakaian yang sangat mewah, bisakah kamu menunjukan koleksi tokoh ini"

Edgar mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Alana, namun hanya di balas senyuman manis oleh wanita itu.

"Tentu, toko kami baru saja mempunyai barang baru. Sebentar saya ambil dulu" ucap wanita tadi, yang di bajunya tertempel nama Nada.

Tidak berselang lama Nada kembali dengan lengan penuh pakaian yang warna-warni, Alana langsung mengambil sebuah atasan dengan kerah berwarna merah. Bahkan ia langsung jatuh cinta pada atasan itu, tapi matanya langsung melotot saat melihat harga yang tertera.

Harga baju itu setara dengan biaya makannya selama berbulan-bulan, membuat tubuh Alana bergetar karena tak percaya bahwa ia baru saja memegang sebuah pakaian yang sangat mahal.

Edgar mengambil beberapa lembar pakaian, lalu memberikannya pada Alana "Cobalah pakaian ini ! aku ingin melihatnya" pinta Edgar.

Alana mengangguk, walau sejujurnya ia tidak ingin melakukannya. Alana membenci mencoba berbagai pakaian, karena menurutnya itu sangat menyebalkan. Selama ini Alana tidak memikirkan pakaian itu cocok atau tidak di tubuhnya.

Dengan susah payah Alana membawa pakaian yang tadi Edgar berikan keruang ganti, disana Alana menatap pakaian yang ia bawah. Ia mengambil atasan berwarna ungu dan langsung mencobanya. Saat Alana sedang menatap dirinya di pantulan cermin, tiba-tiba pintu di ketok.

"Apa kamu sudah menemukan baju yang cocok ?" tanya Edgar.

Alana membuka pintu dan berjalan keluar. Mata Edgar membulat saat melihat penampilan Alana saat itu.

"Aku belum punya pilihan" Alana berkata, membuat Nada menatap Alana dengan raut wajah kesal. "Dan pakaian di dalam kebanyakan berwarna kuning, aku tidak suka warna itu jadi tolong carikan yang lain" pinta Alana dengan tegas.

Nada menatap Alana, ia memasang wajah masam lalu bergegas pergi untuk mencarikan Alana pakaian yang lain. Dan berharap kali ini Alana akan menyukainya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!