NovelToon NovelToon

Menjadi Kuat Seorang Diri

Chapter 01 : Seorang Penyendiri

Begitu sosok pemuda itu muncul, setiap orang seketika berhenti berbicara.

Bagaimanapun penampilannya tidak seperti mereka, dia mengenakan pakaian serba hitam dengan helm hitam gelap yang menutupi seluruh wajahnya, dia juga mengenakan mantel yang terlihat compang camping serta pedang besar yang pegangannya terlilit oleh rantai.

Hampir semua orang tidak bisa mengingat kembali wajah aslinya namun mereka yakin itu adalah wajah tampan dan penuh cahaya, namun mengingat bagaimana beberapa bulan yang lalu dia kehilangan anggotanya, sulit untuk membayangkannya lagi.

Seorang wanita penunggu loket menegurnya dengan kesal.

"Sudah kukatakan Grey, berhentilah berpenampilan seperti ini.. cobalah untuk mengenakan pakaian seperti biasanya, kau membuat takut semua orang."

"Maaf, namun perlengkapan ini lebih nyaman untukku."

Wanita loket hanya mendesah pelan, dia adalah orang yang dekat dengan Grey sebagai penanggung jawabnya, saat itu dia begitu cemas dan juga senang karena ia masih selamat meski begitu apa yang hilang dari Grey sudah tidak bisa dikembalikan.

"Apa kau ingin mengambil quest lagi?"

"Aah, beri aku quest relawan."

Sesuai namanya quest relawan adalah quest tanpa upah, dimana siapapun yang tidak memiliki uang bisa menaruh permintaan di guild, tidak ada yang mengambilnya kecuali Grey karena itu membuat guild menaruh kekaguman padanya.

Dia hanya akan mengambil quest biasanya saat uangnya benar-benar habis.

"Silahkan."

"Aah, terima kasih Mary."

"Dengar Grey sesakit apapun dan menderitanya dirimu jangan sampai berfikir untuk mengakhiri semuanya, kau harus kembali dengan selamat."

"Aku tahu, jangan khawatir aku masih membawa mimpi teman-temanku untuk menjadi petualang tingkat atas."

"Begitu."

"Sampai nanti."

Seorang petualang bertubuh besar menghadang langkahnya.

"Kau ini sangat arogan, kau menjadi petualang tapi tak pernah bergaul dengan kami, apa kau berfikir bahwa kau lebih hebat dari kami semua."

"Hentikan, kau tidak mengerti," cegah orang yang duduk paling dekat dengannya.

"Berisik, orang ini hanya petualang tingkat besi, apa segitunya kalian takut padanya... aku petualang silver mana mungkin bisa dibandingkan dengannya, apa menurutmu hanya kau saja yang kehilangan hah."

Grey hanya berjalan tanpa mendengarkannya.

"Tunggu sebentar brengsek, aku masih belum selesai."

"Urus hidupmu sendiri."

Dia terus berjalan sampai menghilang dari balik pintu guild, Grey bukan berarti tidak ingin bergaul dengan mereka hanya saja dia merasa sulit jika mengingat teman-temannya.

Ia ingat bagaimana saling mengobrol dan bercanda gurau dengan mereka, namun saat gelombang monster terjadi yang menunggu mereka adalah sebuah kematian. Sebelum gelombang itu terjadi kembali dia harus bertambah kuat atau akan lebih banyak nyawa yang menjadi korbannya.

Dia membaca quest yang diberikan Mary di mana itu adalah sebuah permintaan dari seorang gadis kecil yang duduk di depan rumahnya selagi memeluk lututnya, saat dia melihat sosok Grey ia berdiri dengan senang.

"Apa Anda petualang?"

"Aah, aku menjalankan quest relawan."

"Syukurlah... tolong bantu ibuku, dia sakit dan seseorang harus mendapatkan obat untuknya."

"Bisa aku melihatnya dulu."

Di ruangan itu ada seorang suster dan seorang wanita yang terbaring di ranjang.

"Tanaman seperti apa yang harus aku ambil?"

Suster itu menjawab.

"Bunga Lily biru wanita ini terkena penyakit wabah zombie, bunga itu sudah sulit ditemukan dan aku yakin satu-satunya tempat yaitu berada di gunung merapi yang dijaga seekor naga, apa kau ingin mengambilnya?"

Wabah zombie adalah sebuah wabah yang terjadi saat gelombang pertama, wabah ini muncul saat zombie dikalahkan yang mana energi kutukan darinya menyebar ke udara kemudian terhisap manusia, karena itulah saat bertarung dengan mereka harus ada seorang yang memiliki sihir suci untuk menetralisirnya atau hasilnya akan seperti ini.

Wabah zombie akan mengikis kesehatan yang terjangkit kemudian mati dan merubahnya menjadi zombie baru. Terkadang mereka akan dibunuh sebelum hal itu terjadi.

"Aku sudah menerima questnya jadi sudah jelas aku akan mengambilnya."

"Kau sendiri?"

"Sendiri sudah lebih cukup."

Grey berbalik setelah mengelus rambut anak kecil itu yang mana meninggalkan kebingungan setelahnya.

"Tolong selamatkan ibuku."

"Aah... aku akan kembali, jadilah gadis baik dan tunggulah di sini," suara Grey dipenuhi keyakinan dan tekad kuat, dia selalu berharap suatu hari bisa membunuh Undead King dan mengembalikan semuanya sedia kala.

Chapter 02 : Puncak Gunung Merapi

Grey tidak berharap menaiki gunung akan semudah seperti membalikkan telapak tangan, di sepanjang jalan dia harus berhadapan dengan beberapa burung merah yang terus mengincarnya sebagai hewan buruan, dia mengayunkan pedangnya untuk membelah burung itu jadi dua bagian.

Jika dia terus berada di sana semuanya tidak akan berubah, maka dari itu Grey memilih berjalan selagi menepis semuanya.

"Kalian benar-benar merepotkan," tepat Grey naik lebih jauh burung tersebut memutuskan untuk mundur dan sekarang dia dihadapkan dengan beberapa kadal merah, kadal ini musuh alami burung sebelumnya di mana mereka suka mencuri telur.

Bahkan sebelum mencapai puncaknya perjalanan cukup berliku-liku.

Dia menebas mereka lewat pedangnya dan beberapa telah menggigit lengan dan kakinya meski demikian itu bukan sesuatu yang sulit untuk dihadapinya, dengan pedangnya dia mengiris mereka kecil-kecil dan menghabisi mereka tanpa ampun.

Ada beberapa petualang yang ia temukan sedang melawan mereka juga, yang terdiri dari dua orang pria serta satu job pendeta, itu adalah kelompok standar yang ditetapkan oleh guild.

Mereka bergerak dengan baik untuk menghabisi mereka.

"Kalian melakukannya dengan baik," menyadari bahwa Grey berada di belakangnya, mereka memekik terkejut.

"Jangan khawatir aku juga dari guild."

"Kenapa kau berpenampilan seperti itu?"

"Maaf, maaf, aku berniat naik ke puncak jadi sampai nanti."

"Tunggu sebentar, bukannya tempat itu berbahaya bahkan petualang atas tidak mau pergi ke sana."

"Tak masalah, ini misiku."

Grey meninggalkan mereka untuk melanjutkan langkahnya kembali, tanah pasir bercampur kerikil dia lewati hingga akhirnya dia sampai di puncak gunungnya.

Tanaman lily biru adalah tanaman yang bisa hidup di manapun dalam kondisi apapun, bahkan mereka bisa ditemukan di ruang bawah tanah, bawah laut, dungeon dan tempat tersembunyi lainnya.

Jika seseorang bisa mengembang biakkan di kota, aku rasa semua orang tak akan kesulitan mencarinya dan wabah zombie bisa ditekan sedikit mungkin.

Itu hanya sebuah harapan yang dinginkan banyak orang namun kenyatannya, jika tanaman ini dipetik mereka sukar untuk tumbuh di tanah berbeda.

Memikirkan hal itu hanya akan sia-sia, jadi Grey membuang pikiran apapun lalu berseluncur ke bawah untuk turun semakin dekat. Di depannya banyak hamparan bunga lily biru namun dia tidak melihat naga.

Apa dia pergi ke suatu tempat?

Ketika Grey memikirkannya naga keluar dari lava panas, naga itu mendarat di depannya selagi mengibaskan sayapnya sebelum berjalan mengitari tubuh Grey yang waspada dengan pedang di tangannya.

Grey berharap dia tidak perlu bertarung sayangnya tidak bagi naga tersebut, tingginya sekitar 15 kaki dengan tubuh bersisik serta mulut yang menyemburkan api.

Grey berguling untuk menghindari nafasnya sebelum bangkit dan berlari dengan ujung pedang yang diarahkan ke tubuh sangat naga, dia sedikit melukainya sebelum melompat ke belakang saat naga tersebut menggunakan cakarnya untuk menyerang.

Grey memosisikan pedangnya dalam bertahan saat tubuhnya ditabrak kepala naga secara langsung.

"Roaaaaaaarg."

Naga itu meraung dan kembali menyemburkan nafas api, Grey menyadari seharusnya dia membawa perisai sebelum datang kemari sehingga dia bisa sedikit lebih mudah menghadapi seekor naga.

Menyesal juga sudah terlambat.

Dengan bersembunyi di belakang batu, ia bisa berlindung sementara waktu saat naga berhenti dia kembali bergerak.

Tidak seperti sebelumnya, Grey memilih untuk menyerang naga tersebut. Dia mengayunkan pedangnya secara diagonal yang mana membuat luka dalam.

Ketika sang naga kembali menyemburkan nafasnya, Grey tidak menghindarinya melainkan menerobos maju selagi menusukan pedangnya hingga menembus jantungnya.

Naga itu meraung sebentar sebelum ambruk ke bawah, jika ini naga yang jauh lebih besar Grey jelas tidak akan bisa mengatasinya, secara refleks dia buru-buru berguling-guling di pasir untuk memadamkan api yang membakar pakaiannya.

Chapter 03 : Petualang Peringkat Gold

"Kupikir aku akan mati."

Selagi membersihkan pakaiannya dari debu, Grey mulai memetik banyak bunga lily biru dengan tangannya, mereka seperti bunga lily pada umumnya hanya saja berwarna biru, ketika dia asyik melakukannya seorang berteriak dari belakangnya.

"A-apa kau mengalahkan naganya?" suara itu berasal dari seorang wanita berambut pirang sepinggul dengan pakaian serba putih serta pedang suci di punggungnya. Jumlahnya dua buah yang diletakan menyilang.

Tidak ada yang tidak tahu tentangnya.

"Irena Lexa.. petualang tingkat gold, apa kau datang kemari untuk mengambil bunganya?"

"Tolong jawab dulu pertanyaanku, apa kau mengalahkan naganya terlebih seorang diri?"

"Tentu."

"Tapi kau petualang besi."

"Aku pikir naganya lemah mungkinkah dia sedang sakit."

"Omong kosong, mana mungkin naga sakit," teriak Irena namun dia segera memerhatikan bagaimana naga tersebut dibunuh dengan satu tusukan.

"Aku sedang sibuk bisakah kau pergi jika tidak punya urusan denganku."

"Hah? Maksudmu kau ingin mengusirku."

"Aku tidak bermaksud begitu."

"Aku datang kesini karena permintaan bunga lily itu juga kalau boleh, apakah aku bisa sedikit memintanya padamu?"

"Tentu, ambillah sebanyak yang kau inginkan, aku harus membawa naganya juga aku rasa harganya cukup tinggi."

Grey menggunakan cincin penyimpannya dan seketika naga tersebut menghilang dengan mudah.

"Seorang petualang besi memiliki cincin ruang, benar-benar mencurigakan."

"Apa yang mencurigakan dengan itu?"

"Cincin ruang sangat mahal bahkan hanya peringkat gold ke atas saja yang mampu membelinya."

"Kau terlalu berlebihan."

Grey berjalan melewati Irena saat namanya dipanggil dia berhati tanpa berbalik.

"Namamu Grey kan, jika sekuat ini kenapa kau hanya peringkat besi."

"Sudah kubilang kau terlalu berlebihan, aku mungkin hanya beruntung melawan naga tersebut, jika aku kuat aku tidak mungkin membiarkan teman-temanku terbunuh begitu saja."

"Grey kau?"

"Selamat tinggal."

Grey hanya melambaikan tangan dan berjalan semakin menjauh membuat Irena sangat kesal, tak hanya tidak tahu ekpresi yang ditunjukannya saat berbicara dia juga kesal dengan tipe pria misterius.

Mungkin saja sebenarnya Grey itu pembunuh bayaran yang menyamar? Kriminal, atau mungkin penjahat buronan, semakin memikirkannya hanya semakin menambah nilai buruk di kepala Irena sendiri sehingga ia memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi dan memetik beberapa bunga yang sudah dia minta.

Mengalahkan naga di peringkat besi, semua orang jelas tidak akan percaya dengan hal itu, gumamnya demikian.

Grey disambut oleh gadis kecil yang dia temui sebelumnya, dengan ringan ia memberikan banyak bunga lily pada suster yang merawatnya.

"Kamu benar-benar mengalahkan seekor naga?"

"Cuma kebetulan, ada sosok Irena di sana."

"Ah, kau sangat beruntung karena ada petualang tingkat gold bersamamu, dengan obat ini aku yakin bisa menyelamatkannya namun, bukannya lebih baik kau menjual sisanya ke guild."

"Tak apa, kurasa bunga ini mungkin perlu digunakan untuk yang lainnya."

"Terima kasih, dengan bahan sebanyak ini seluruh kota bisa diselamatkan tanpa kesulitan."

"Aku senang mendengarnya."

Bunga lily mulai direbus kemudian dituangkan sebagai teh yang diminumkan kepada orang yang sakit.

Efeknya akan terlihat dengan cepat, dimana warna tubuhnya kembali dan lingkaran hitam di matanya mulai menghilang.

Ketika wanita itu siuman putrinya langsung memeluknya.

"Petualang ucapan terima kasih belum bisa membalas semuanya."

"Tak perlu dipikirkan."

Grey melemparkan sebuah kantong berisi 15 koin emas.

"Ini?"

"Gunakan itu untuk mengurus keperluanmu ke depannya, sampai nanti."

"Terima kasih banyak."

Mereka semua hanya melihat kepergian Grey dari tempat mereka berada. Perkataan suster saja yang terdengar memecah keheningan tersebut.

"Aku tidak tahu apa yang telah dialaminya, namun seseorang sepertinya mungkin memiliki rasa sakit lebih dalam dari yang orang bayangkan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!