NovelToon NovelToon

Aku Menyesal Membuangmu

Ngimpi!!

...Selamat datang di karya terbaru author ya 🤗...

...Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan tanda sayang buat author biar makin ngebut nulisnya 🤭...

"Ngapain kamu di sini???"

Suara ketus itu Rajesh yakin mampu menusuk jantung hati paling dalam milik seorang gadis yang malam itu resmi dinikahinya meski dengan sangat terpaksa.

Terpaksa??

Gara gara kemunculan gadis itu dalam hidup Rajesh, membuat segalanya jadi kacau. Rajesh yang semula bebas bergerak dan mau berbuat apa pun sekarang harus mulai membatasi diri dan pergaulannya hanya karena statusnya yang kini sudah jadi seorang suami.

Suami dari seorang gadis yang datang entah dari planet mana tapi bisa dengan gampangnya mengambil hati Gunawan dan Rina, orang tua Rajesh. Gadis yang awalnya hanya seorang pembantu di rumah besar ini lalu dengan mudahnya naik pangkat jadi Nyonya Rajesh.

"Cihhh,,, bahkan aku tak sudi menganggapnya istri.Aku ini Rajesh Anantara. Pengusaha muda sukses yang digandrungi banyak gadis gadis cantik nan seksii di luaran sana yang tinggal ku tunjuk dengan jariku saja maka mereka akan suka rela menyerahkan apa pun miliknya.

Bukan wanita menyedihkan seperti dia!!!

Dekil,,,,bau,,, sok sok'an ngerti agama dengan berpenampilan tertutup begitu. Apa indahnya coba?? Namanya saja Indah. Tapi sama sekali tidak ada satu pun hal indah yang kulihat darinya. Dia itu bukan indah melainkan buruk!!!" Rajesh terus mengumpat dalam hatinya.

Ia begitu tidak terima ketika diharuskan menikahi seorang pembantu seperti Indah hanya karena permintaan konyol mama Rina yang ingin Rajesh segera menikah. Mama Rina pikir dengan menikah, Rajesh akan berhenti bermain wanita di luaran sana. Rajesh akan punya tanggung jawab dan perlahan bisa berubah.

"Biar mama yang carikan jodoh untukmu kalau kamu gak bisa cari sendiri." ucap mama Rina malam itu.

"Terserah mama aja deh. Rajesh malas bahas ini." gerutu Rajesh yang merasa risih terus menerus disuruh menikah.

Rajesh pikir dengan sekali mengiyakan permintaan mama Rina, itu akan selamanya membungkam mama Rina. Tidak akan ada yang cerewet lagi padanya. Lagipula Rajesh sangat yakin mama Rina pasti tau wanita seperti apa yang jadi kesukaannya.

"Heh!! Ngapain masih di sini sih??!!! Ini kamarku. Sana pergi!!!" usir Rajesh sekali lagi ketika melihat wanita bernama lengkap Indah Putri Wardoyo itu masih saja berdiri kaku di tempatnya.

Ia begitu emosi mendapati kenyataan ternyata mama Rina malah memilih salah satu pembantu di rumah mereka untuk jadi istri Rajesh. Rajesh menyesal mengiyakan permintaan mama Rina yang sudah tidak bisa ditawar lagi dan juga sudah diiyakannya.

"**,,, ta,, tapi mas,,," wanita itu sepertinya akan menolak.

"Gak ada tapi tapian!! Aku mau kamu pergi sekarang!! Jangan ganggu aku!!!"

Tok tok tok,,,

Belum hilang rasa kesal Rajesh pada wanita itu, sekarang ada pengacau lain di balik pintu kamarnya.

"Siapa???" ketus Rajesh.

"Ini mama Jesh,, buka pintunya. Mama cuma mau bicara sebentar sama Indah." suara mama Rina terdengar lembut dari balik pintu namun itu sukses membuat Rajesh kelabakan.

"Sini kamu!!" Rajesh menyeret tangan Indah.

Wanita itu hanya sedikit meringis kesakitan akibat cekalan tangan Rajesh yang kasar dan kuat.

"Dengar ya!! Jangan berani berani ngadu sama mama dan papa tentang apa pun yang kulakukan sama kamu. Aku bukan takut sama aduanmu tapi aku cuma gak mau nyakitin perasaan mama dan papa. Ngerti kamu!!!" ancam Rajesh dengan menunjuk nunjuk wajah Indah.

"Jesh,,, buka pintunya dong." kembali suara mama Rina terdengar.

"Heh pembantu!! Ngapain masih bengong?? Sana buka pintunya!!!" usir Rajesh dengan kasar.

Belum juga Indah melangkah, kembali Rajesh memanggilnya. " Heh,,, Inget senyum!!! Gak usah masam gitu mukamu. Udah jelek,,, makin jelek aja jadinya." gerutu Rajesh.

Indah hanya mengangguk tanpa protes. Dan itu membuat Rajesh tersenyum puas.

"Sampah satu ini hanya perlu kugerus saja setiap hari. Biar makin membusuk." ucap Rajesh dalam hati.

Rajesh yakin, makin sering dia perlakukan Indah dengan buruk, maka Indah akan menyerah dengan sendirinya. Rajesh berharap Indah akan memilih pergi dari hidupnya.

"Nyonya,,, Ada apa ya?" tanya Indah.

Gadis belia berusia 22 tahun yang sudah lama mengabdi di rumah besar milik keluarga Gunawan. Gadis manis itu dibawa oleh mama Rina dari tanah kelahiran mama Rina ketika suatu hari mereka mengunjungi rumah kakek dan nenek Rajesh yang kala itu masih hidup.

Indah adalah gadis sebatang kara yang tidak jelas asal usulnya karena ia menderita gangguan ingatan saat ditemukan oleh kakek Rajesh di tepian sebuah sungai dekat rumahnya. Karena tak ingat apa pun dan tidak pernah ada pihak lain yang mencari atau pun mengakuinya, maka kakek Wardoyo menamainya dengan nama Indah Putri Wardoyo dan merawatnya layaknya putri sendiri.

Lalu mama Rina yang sangat menginginkan anak perempuan pun membawanya ke rumah besar ini. Di sini Indah dicukupi dan disekolahkan namun di mata Rajesh, Indah tetaplah pembantu. Hanya sampah yang dipungut oleh mamanya.

"Apa Rajesh memperlakukanmu dengan baik nak?" tanya mama Rina lembut sembari mengusap pipi halus milik Indah.

Indah menoleh ke belakang di mana Rajesh memindainya dengan pandangan curiga. Kemudian tatapan mata Rajesh yang mengintimidasi hanya dibalas senyuman oleh Indah. Indah kembali bertatap muka dengan mama Rina, mertuanya.

"Sangat baik nyonya. Mas Rajesh kan putra tuan Gunawan dan nyonya. Pasti kalian sudah mendidiknya dengan sangat baik. Jadi tidak mungkin kalau dia bisa berlaku buruk kepadaku karena kalian tidak pernah mengajarkan hal demikian bukan?" Indah kembali tersenyum menutupi getir hatinya.

"Kamu memang manis nak. Oh ya,,, berhentilah memanggil kami dengan sebutan tuan dan nyonya. Kami ini sekarang adalah mertuamu. Orang tuamu juga. Jadi panggillah kami dengan sebutan mama dan papa."

"Baik nyo,,, eh,,, mama." bibir Indah masih kaku menyebut nama itu.

"Mama ingin kamu berjuang ya nak untuk meluluhkan hati Rajesh. Kalau ada perilaku buruknya kepadamu, mama mohon maafkanlah dia. Dia hanya butuh waktu nak. Sabarlah." pinta mama Rina.

"Inshaallah ma. Indah akan selalu sabar dan berusaha menjadi istri terbaik untuk mas Rajesh." meski ragu namun Indah bukan tipe wanita yang gampang menyerah sebelum berusaha.

"Terima kasih nak. Sekarang kembalilah pada Rajesh. Lakukan apa yang jadi tugasmu sebagai istri malam ini." mama Rina senyum senyum membuat wajah Indah memerah menahan malu membayangkan tugas istri di malam pertama.

"Rajesh,,, Jadilah suami yang baik malam ini dan seterusnya ya nak." pesan mama Rina yang hanya dijawab dengan acungan jempol oleh Rajesh dan tentu saja senyum masamnya.

Indah menutup pintu kamar dan kembali mendekati Rajesh.

"Jangan kege'erran kamu ya!! Aku gak bakalan mau nyentuh kamu!! Apalagi jadi suami yang baik. Cihh!!! Aku gak sudi!!" ketus Rajesh.

"Jangan kebangetan gitu mas. Apa apa yang berlebihan itu gak bagus lho. Takutnya benci dan kekesalanmu itu berubah jadi cinta lho." cetus Indah membuat Rajesh melotot.

"Ngimpi!!!"

\=\=\=\=\=\=\=\=

...Sampai di sini dulu ya. Kira kira mau dilanjut lagi gak ini??? Kasih masukan dong sayang sayangku,,,...

...With love,...

...Author....

Sok kuat!!

"Jangan terlalu yakin dulu mas. Masih terlalu awal buat kamu ngomong kayak gitu." ujar Indah lembut.

"Songong banget kamu!! Tuh,,,," Rajesh menyeret bahu Indah dengan kasar dan mendorongnya hingga Indah berdiri menatap pantulan dirinya di cermin besar.

"Tuh liat baik baik. Jangan kedip bila perlu!! Buka mata kamu lebar lebar. Lihat bayangan dirimu sendiri dengan bayanganku. Ada cocok cocoknya?? Kamu sama aku itu bagai bumi dan langit. Jauuuhhh!!!! Kamu cuma perempuan gak jelas yang banyak kekurangan sementara aku,,, Aku punya banyak nilai plus. Jadi jangan ketinggian kamu ngehalunya."

Indah hanya tersenyum menanggapinya. Dilihatnya baik baik pantulan dirinya yang berdiri tepat di depan tubuh kekar nan tinggi milik Rajesh. Tubuh yang sejatinya sudah halal baginya.

Begitu sombong dan congkaknya Rajesh saat mengatakan itu. Wajah sinisnya pun sangat mendominasi. Lalu ketika ia sadar tangannya masih belum bergeming dari bahu Indah,,, seketika ia mengibas ngibaskan tangannya layaknya jijik habis pegang benda kotor.

"Gak sudi aku tuh sentuh sentuh kamu!!" ujarnya kemudian.

"Aku kan sudah halal untukmu mas. Jadi tidak apa apa kok kalau kamu sentuh. Tidak menimbulkan dosa yang ada malah bisa dapat pahala lho kalau kamu benerin cara nyentuhnya."

"Nggak sudi!!! Mending dapat ribuan dosa karena nyentuh wanita lain daripada dapat sepotong pahala karena nyentuh kamu!!!" ketus Rajesh.

"Astaghfirullah. Hati hati kalau bicara mas. Takutlah sama yang di Atas. Ingat,,, hukumanNYA selalu pedih lho mas."

"Bodo!! Lagian kamu tuh ya,,, pembantu gak jelas aja berani beraninya nyeramahin aku." Rajesh sangat tidak terima diingatkan.

"Aku istrimu mas." Indah tetap lembut mengingatkan.

"Di atas kertas!! Biar ku perjelas itu!!!" kecam Rajesh dengan nada suara meninggi.

"Mau di atas kertas atau di mana pun,,, setelah kamu mengucapkan kalimat akad tadi, itu artinya kamu punya tanggung jawab kepadaku mas. Aku hanya gak mau Allah murka kepadamu karena kamu lupa akan apa yang sudah jadi tanggung jawabmu." tak lelah Indah mengingatkan.

"Bawel kamu ya lama lama. Aku ngantuk nih. Udah!! Aku mau tidur." Rajesh segera naik ke peraduannya.

Baru saja hendak menutupi tubuhnya dengan selimut kesayangannya, Rajesh terkejut merasakan ranjangnya bergerak seperti ada yang naik di sisi sebelahnya.

"Heh pembantu!!! Ngapain kamu??? Turun!!!" titahnya penuh emosi melihat Indah sudah hampir merebahkan tubuhnya.

"Turun gak!!!! Atau aku dorong kamu??!!" Rajesh makin emosi karena Indah malah hanya diam dan kebingungan.

"Terus aku tidur di mana mas?" tanya Indah polos.

"Terserah!! Mau di kolong jembatan kek,,, di kuburan kek,, di neraka kek,,,Masa bodo!!! Yang jelas bukan di sini. Haram hukumnya buat kamu menyentuh ranjang ini!!!" tunjuk Rajesh ke ranjangnya.

"Mas tapi,,,"

Indah belum selesai bicara tapi Rajesh sudah mendorongnya untuk turun hingga Indah hampir jatuh tersungkur.

"Astaghfirullah mas. Kamu kok kasar sekali."

"Itu hukuman buat perempuan kampung yang merasa dirinya hebat bisa menikah denganku. Dengar ya,,, Itu belum seberapa. Kalau kamu tetap aja kukuh mau hidup sama aku,,, aku jamin kamu bakal dapat yang lebih buruk dari ini!!!" ancam Rajesh.

Indah hanya diam memandangi lelaki yang sudah berlaku kasar kepadanya baik secara fisik maupun perkataannya. Indah memandangi Rajesh dengan sendu.

"Apa?? Kamu udah mau nyerah?? Bagus. Lebih cepat kamu nyerah, maka lebih baik. Pikirkan saja hukuman hukuman apalagi yang akan kamu dapat dariku kalau kamu masih tetap ngeyel hidup sama aku. Hhh,,, Kamu pasti takut kan??" ejek Rajesh dengan senyuman mencibir.

Namun di luar prediksi Rajesh, Indah malah menggelengkan kepalanya.

"Nggak mas. Aku nggak takut dengan hukumanmu selama aku yakin apa yang aku lakukan itu sejatinya nggak salah. Aku lebih takut sama hukuman Allah kalau aku memutuskan menyerah dalam pernikahan kita ini. Allah benci perceraian mas."

"Aaarrgghhh,,,, Sok kuat!! Kita lihat saja nanti sampai di mana kamu sanggup. Sana tidur!! Di lantai aja. Jangan mengotori sofaku atau karpet mahalku dengan tubuh dekilmu itu." titah Rajesh tanpa peduli apa akibatnya jika istrinya sampai benar benar tidur di lantai.

Rajesh mengangkat tangannya memberi isyarat agar Indah tak lagi mendebatnya ketika bibir Indah baru terbuka. Rajesh segera menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut tebalnya setelah sebelumnya ia dengan sengaja mengatur temperatur suhu AC di kamar itu menjadi lebih dingin.

"Rasain kamu. Emang enak tidur kedinginan. Ini baru permulaan ya. Jangan ngarep ada malam pertama pertamaan. Yang ada hanya penderitaanmu di malam ini dan malam malam selanjutnya." Rajesh tersenyum puas di balik selimutnya.

Sementara itu Indah memandangi sekelilingnya dengan tangan yang menyilang di depan tubuhnya. Ia mulai merasa kedinginan meski pakaiannya serba tertutup. Indah punya riwayat alergi dingin yang mungkin sejak lahir sudah ada atau sejak ia terendam lama di sungai sebelum kakek Wardoyo menemukannya.

"Ya Allah,,, kuatkan tubuh dan hati hambaMU ini ya Allah. Semoga derita ini bisa menjadi penghapus dan meringankan dosa dosaku. Aamiin." dengan tubuh mulai menggigil Indah merebahkan tubuhnya di lantai keramik super dingin itu.

Susah sekali ia memejamkan mata. Di samping karena kedinginan, juga setiap malamnya memang Indah selalu sulit tidur. Ia akan berusaha keras mengingat jati dirinya. Siapa dirinya,,, namanya,,,keluarganya,,, dan segala sesuatu tentangnya. Meski hingga malam ini pun tak satu pun kelebat bayangan atau ingatan yang mengarah kesana.

Semua tetap gelap kecuali senyum kakek Wardoyo yang menolongnya. Senyum itu bagai lentera di gelapnya malam.

Indah meneteskan airmata tiap kali ingatannya kembali pada kejadian di mana kakek Wardoyo menyelamatkannya. Tidak terbayang apa jadinya kalau tidak ada beliau. Mungkin Indah sudah tak bernyawa lagi saat ini.

"Terima kasih ya Rabb atas Segala sesuatu yang sudah Engkau gariskan untuk hamba. Hamba yakin semua akan indah pada waktunya." Indah masih menangis namun bukan menangisi malam dinginnya yang semestinya menjadi malam terhangatnya.

"Tidak apa tidak ada malam pertama Indah. Mungkin memang bukan malam ini,,, Bisa jadi malam esok. Jika malam ini suamimu menutup pintumu menuju pahala dan surgamu,,, yakinlah ada banyak jalan lagi untuk mencapai ridhoNYA. Sabarlah,,, suamimu hanya manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan dosa. Sudah jadi tugasmu mendampinginya dan senantiasa mengingatkannya. Mengajaknya bersama sama melangkah ke jalan yang diridhoiNYA."

Indah memejamkan matanya menikmati dan mensyukuri segala dingin yang menjalari tubuhnya. Indah percaya segala sesuatu yang dijalani dengan ikhlas akan mendapat kebaikan. Indah juga yakin,, para malaikat dan Rabbnya malam ini menjaganya.

Lain Indah, lain pula Rajesh yang malah susah tidur. Padahal tubuhnya tidak kedinginan. Ia memutuskan duduk ketika tidak terdengar suara atau gerakan apa pun dari indah.

"Tidur di mana pembantu dekil itu??" gumamnya mencari cari ke sekeliling kamarnya.

Lalu seulas senyum menyungging saat melihat tubuh meringkuk kedinginan di lantai seberang ranjangnya.

"Hhh,,, jadi makin penasaran aku melihat sampai di mana kamu sanggup menjalani ini. Sok kuat!!!"

...\=\=\=\=\=\=\=...

...Sudah ada yang mulai emosi sama Rajesh belom nih???...

...With love,...

...Author...

Sandiwara Pernikahan

Keesokan paginya, Indah terbangun tepat saat adzan subuh berkumandang. Segera ia berusaha bangkit meski sekujur tubuhnya terasa dingin dan ngilu ngilu di persendian. Lantai yang keras juga membuat tubuhnya sedikit merasakan sakit.

"Bismillah,,, Kamu kuat Indah." Indah mensugesti dirinya sendiri.

Gegas ia menuju ke kamar mandi dengan langkah tertahan dan pelan takut membangunkan pemilik kamar yang terlihat begitu pulas tidurnya di balik selimut hangatnya.

Indah memutuskan mandi air hangat untuk menghilangkan pegal pegal di sekujur tubuh.Tak lupa ia pun membasahi kepalanya dan memakai shampoo yang sudah dipersiapkannya sebelumnya. Indah mana berani memakai perlengkapan mandi Rajesh? Lagipula Rajesh tidak memakai merk sabun atau pun shampoo yang dipakai Indah.

Dengan rambut setengah basahnya, Indah keluar dari kamar mandi. Melihat posisi selimut Rajesh yang tersingkap hampir setengah badan, Indah pun menghentikan langkahnya.

"Kasihan kamu mas. Nanti kedinginan." gumamnya pelan sembari membetulkan letak selimut itu.

Gerakannya dibuat sepelan mungkin agar tak membangunkan Rajesh namun sialnya rambut panjangnya yang masih setengah basah tak tertutup hijab itu tergerai dan menyentuh kulit tangan Rajesh.

"Heh,,,mau ngapain kamu? Kenapa kamu bisa di sini hah??" Rajesh yang terkejut dan lupa bahwa dalam kamar ini dirinya tak lagi tinggal sendiri.

"A,, aku cuma mau membetulkan selimutmu mas."

"Halah alasan!! Lagian kamu ngapain sih dikamarku?? Berani sekali kamu masuk ke kamarku!!!" Rajesh benar benar lupa.

"Mas,, aku istrimu. Dari semalam aku di sini." ujar Indah lembut.

Rajesh diam mengingat ingat. Kemudian dengan gerakan frustasinya ia mengacak rambutnya sendiri.

"Huh,,, sepagi ini kamu udah buat aku kesal saja. Jam berapa sih ini kok kamu udah bikin ulah??" gerutu Rajesh.

"Sudah subuh mas. Mumpung kamu udah bangun,,, kamu mau sekalian sholat subuh dulu sama aku? Kita jamaah yuk mas." ajak Indah dengan senyum manisnya.

"Tuh kepala isi apaan sih?? Ada otaknya gak sih?? Bisa mikir gak sih?? Siapa juga yang sudi jamaah sama kamu??? Trus aku jadi imamnya gitu?? Ogah ya,,, Gak sudi!!"

"Tapi mas,,, kan kamu suamiku. Sudah sepantasnya kamulah yang jadi imamku."

"Gak usah ngaku ngaku!! Udah sana kalau mau sholat ya sholat aja sendiri sana." usir Rajesh.

"Trus kamu gimana?"

"Ya tidur lagi lah. Gak tau aku masih ngantuk apa???" ketus Rajesh.

"Sholat itu hukumnya wajib lho mas. Lagian kamu kok bisa lawan kantukmu untuk ngomelin aku banyak banyak sementara ngelawan kantukmu untuk dua rakaat saja kok rasanya berat banget." sindir Indah.

Rajesh terdiam. Hatinya membenarkan ucapan Indah. Sudah lama ia jauh dari tuhannya. Sudah lama ia tak pernah sholat lagi. Dan kalau boleh jujur, ia bahkan sudah lupa bacaan sholatnya.

"Jangan bilang kalau aku mulai lebih penting dari hal hal lain ya mas. Sampai sampai kamu bisa kesampingkan hal wajib dan penting lainnya hanya demi mengomeliku." cibir Indah dengan senyum manisnya.

"Ngaco!! Suka ngaco emang kamu. Selain ngaco,,, bisa apa lagi kamu?? Oh ya,,, memanfaatkan kebaikan orang demi bisa menguasai hartanya juga salah satu kebisaanmu." ejek Rajesh.

"Lebih baik aku sholat dulu mas. Keburu habis waktunya kalau aku pakai ngeladenin kamu. Lagipula, kamu juga belum sepenting itu buatku sampai sampai aku harus korbankan waktuku. Aku bukan kamu, mas."

Rajesh melotot mendengar sindiran Indah itu. Ia begitu kesal dan masih ingin berdebat dengan Indah namun wanita itu sudah mengabaikannya dan memulai sholatnya setelah mukenanya terpasang sempurna.

Rajesh meremass remass selimutnya dengan hati dongkol karena tak bisa meluapkannya pada Indah. Mau tidur lagi pun sudah tidak bisa. Matanya sudah segar akibat ulah Indah pagi ini.

"Kemarin sudah merebut status lajangku. Semalam sudah mau merebut ranjangku juga. Pagi ini membuatku bahkan gak bisa tidur tenang. Nanti, esok, lusa,,, mau berbuat apalagi dia???" omel Rajesh dalam hati sambil tetap memandangi Indah yang masih terlihat khusyuk dalam sholatnya.

"Diihh kenapa malah ngeliatin dia sih?? Bisa gede kepalanya kalau tau aku perhatiin. Mendingan aku mandi saja."

Baru akan melangkah ke kamar mandi, Rajesh menghentikan langkahnya karena Indah memanggilnya.

"Mas, tunggu."

"Apa sih?? Gak bisa banget lihat aku gerak ya." Rajesh memutar bola matanya dengan malas tanpa menoleh.

"Ini handuknya."

"Gak usah sok baik. Sok ngurusin aku. Sok perhatian sama aku. Tau kenapa?? Karena itu akan percuma!! Itu gak bakalan buat aku luluh. Apalagi buat aku menganggap kamu istri. Bagiku, kamu tetap pembantu!!" ketus Rajesh.

"Nggak apa apa. Terserah mas saja mau menempatkan aku di posisi seperti apa. Yang jelas, aku akan tetap melakukan apa yang jadi tugasku sebagai istri. Aku nggak ngarep ucapan terima kasih darimu apalagi pujian atau timbal balik. Aku hanya ingin berbakti kepadamu dan tidak membuat Rabbku murka. Udah gitu aja,,,"

Lagi lagi Rajesh terdiam.

"Kok malah bengong mas. Mandi dulu gih. Jangan lupa pakai air hangatnya ya. Ini masih terlalu pagi untukmu mandi. Kamu kan biasanya bangunnya siangan. Takut tubuh kamu kaget dan malah masuk angin nanti." ucap Indah lembut.

"Tuh tau kalau aku selalu bangun siang. Jadi tau diri juga dong siapa yang buat aku sepagi ini mandi. Tau diri juga dong kalau udah ngeganggu aku banget keberadaanmu di sini???" Rajesh merasa mendapat pembahasan yang tepat.

"Ya tau dong. Aku kan istri kamu. Ya kali istri gak tau dan paham apa aja yang terjadi pada suaminya. Gak lucu dong mas."

"Aaarrgghh,,, ngomong sama kamu lama lama aku kena penyakit darah tinggi. Kamu nyebelin tau gak sih??!!!"

"Baru nyebelin aja kan? Bukan nyebelin banget???" Indah malah menggoda Rajesh.

"Makin kesini kamu makin berani ya. Udah mulai goda godain aku lagi. Heh,,, situ waras nggak sih???" gerutu Rajesh yang makin emosi digoda Indah.

"Menggoda suami sendiri itu hukumnya halal mas. Jadi di mana salahnya??" Indah mengangkat kedua bahunya seolah tak mengerti letak kesalahannya.

"Termasuk dengan membuka hijabmu dan sengaja mempertontonkan rambutmu yang sama sekali gak ada bagus bagusnya itu??? Lagian ya,,, ngapain juga sih sepagi ini udah keramas?? Kamu pikir aku bakal kegoda gitu?? Sorry ya,,, aku masih waras!!!" ketus Rajesh mulai mencari cari pembahasan lain yang sekiranya bisa membuat Indah makin tidak betah.

"Kan kita abis malam pertamaan. Ya biar semua orang tau kalau kita udah melakukannya semalam. Kamu juga harus keramas lho mas. Setidaknya, biar mama dan papa tidak curiga kalau menantunya ini masih gadis. Kan kita lagi main sandiwara pernikahan." Indah kembali tersenyum meski hatinya sakit mengingat malam pertama yang dilaluinya semalam.

Dan senyum itu membuat Rajesh kembali berdecak kesal. Tak menyahut lagi, Rajesh memilih menutup pintu kamar mandi keras keras. Indah hanya geleng geleng kepala melihat ulah Rajesh.

"Sabar Indah,, Sabar. Orang sabar kekasih tuhan." Indah kembali mensugesti dirinya sendiri dengan kebaikan.

"Bisa gila aku lama lama kumpul dia." gerutu Rajesh yang tanpa sadar membenarkan ucapan Indah agar ia juga keramas kalau mau sandiwara pernikahannya berjalan baik.

"Brrrr,,,, dingiiiiinnnnn,,,," Rajesh menggigil karena tak terbiasa mandi sepagi ini apalagi plus keramas.

...\=\=\=\=\=\=...

...Mak mak sayang udah pada keramas juga belom pagi ini?? 🤭...

...With love,...

...Author....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!