1 april.
Malam hari yang sepi dan mencekam, terlihat dua pria berjas hitam sedang berjalan sempoyongan dengan satu buah botol al kohol masing-masing di tangan mereka. Keduanya sedang menikmati mabuknya hingga terlihat kacau dan bau asap rokok menyeruak di ke seluruh tubuh mereka.
Tampak dua pria itu menyusuri lorong geng kecil di depannya sambil meracau tidak jelas bersama-sama.
"Istri bodoh! Harusnya aku bunuh dia saja malam ini, dia berani menghancurkan pesta malamku!"
"Arghhh!"
"Bangsad! Ingin sekali kurobek-robek mulutnya yang terus mengoceh itu!"
Pria botak tampak geram dengan istrinya yang cerewet, sedangkan pria di sebelahnya tertawa bodoh dan menepuk pria botak itu.
"Hey bro, daripada kau membunuhnya, lebih baik kau jual istrimu itu!" saran yang cukup gila.
Detik kemudian pria botak itu melempar botolnya hingga pecah ke tanah, kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Merasa saran sangat menguntungkan.
Namun, keberuntungan yang dia pikirkan tidak akan terwujud karena hidup kedua pria itu yang akan berakhir malam ini. Keduanya yang asik tertawa langsung terdiam saat jalan mereka terhalang oleh sosok hitam yang berdiri di depan mereka.
"Hei, bocah! Menyingkirlah!" bentak pria botak itu geram karena sosok itu hanya terdiam dan tidak bergerak dari tempatnya.
Sedangkan pria yang satu asik meneguk al koholnya. Karena tidak direspon, pria botak menghampiri sosok itu. Bahkan menepuk-nepuk dada kiri sosok itu dan tidak peduli aroma busuk yang terasa.
"Hei bocah, kau punya telinga, kan? Telinga yang kau miliki tidak rusak, kan? Apa kau mendengarku, sialan?!" cerca pria botak itu dan kemudian mematung setelah dua mata merah sosok itu menghentikan detak jantungnya.
"Woi, jangan bicara padanya! Lupakan bocah itu, lebih baik kita segera pulang sebelum istrimu datang mencari kita kemari!" panggil pria yang satu menghampiri si botak, namun saat tangannya memegang lengan si botak, tiba-tiba tubuh temannya ambruk ke tanah.
Pria berkacamata itu syok melihat si botak tergeletak dengan dua matanya tercopot dengan darah segar mengalir dari mulutnya.
"Ahhhhhhhhh!" teriaknya histeris mendapati temannya sudah mati. Dia pun merinding dan bergetar ketakutan, sontak saja ia menatap ke sosok di sebelahnya. Seketika saja botol di tangannya lepas dan terdengar kacamatanya retak, kemudian ikut terjatuh. Terlihat pria itu menatap kosong lalu tiba-tiba mata kanan tercongkel keluar dengan sendirinya dan detik kemudian mata kiri ikut tercongkel keluar.
Lebih parahnya, mulutnya terbuka dengan sangat lebar dan terlihat sesuatu keluar dengan paksa lalu dihisap oleh sosok tersebut. Namun karena terlalu menikmatinya, kepala pria itu meledak hingga darah terciprat kemana-mana dan kemudian ambruk dengan mengenaskan.
Bruuk!
Sosok itu menjulurkan lidah panjang, ia menyeringai dengan mengerikan lalu berjalan pergi meninggalkan dua mangsa yang telah habis dia nikmati malam ini.
"Selanjutnya gadis cantik itu, hahahaha!" Sosok itu tertawa, kemudian menghilang dalam kegelapan. Meninggalkan tempat itu yang dipenuhi bau darah yang menyengat.
^^^_____^^^
2 april.
Gara-gara ditemukan dua jasad oleh kepolisian tadi pagi, membuat satu kota kembali ketakutan adanya kematian yang tidak wajar itu. Setia waktu dekat, pasti ada selalu kematian yang sama terulang-ulang, dan pihak polisi selalu menyatakan pelaku dua jasad itu adalah pelaku yang sama pada korban sebelumnya.
Masyarakat semakin ketakutan dengan kekejaman insiden ini, mereka takut dijadikan tumbal berikutnya.
.
.
^^^To be continued_^^^
Ini cerita repost ulang karena gagal kontrak, semoga saja lancar dan bisa lulus kontrak, happy reading. Terima kasih.
Hal takhayul mulai mengusik masyarakat kecil, bahkan telah mengusik pengusaha-pengusaha kelas bawah, tengah, maupun atas. Seperti yang terjadi sekarang, kematian dua pria itu menjadi gosip di pertemuan rapat Tuan Devandra yang sedang membicarakan proyek kerjasama.
"Apa kau sudah dengar, Brey? Dua karyawan dari perusahaan ini yang jadi sasaran tumbal, mungkin tumbal selanjutnya adalah karyawanmu," bisik pria berjas silver sambil melirik Tuan Devan yang terlihat tenang membicarakan inti kerjasama meeting siang ini.
"Ck mengerikan sekali, kematian mereka di luar tanganan polisi, bagaimana mungkin isi dalam perut hilang begitu saja? Ini bukan kasus pembunuhan! Ini jelas-jelas kerjaan para dukun!"
"Para pengikut setan! Harusnya polisi bertindak dengan memanggil seorang paranormal!"
Penjelasan itu memang benar, hal yang tidak wajar harusnya ditangani oleh paranormal. Namun polisi selalu beranggapan hal takhayul itu tidak berlaku di masa sekarang. Siapa yang akan percaya dengan hal mistis?
Setelah meeting selesai dan semua orang pergi, terlihat ruang rapat kembali sunyi dan mencekam. Hanya dua pria yang berada di ruangan itu, yang tidak lain adalah Tuan Devan dan sekretarisnya.
"Bos, anda baik-baik saja?" tanya sekretaris itu melihat Tuan Devan sangat lelah.
"Ren, apa masih ada hal yang harus aku lakukan setelah ini?" tanya Tuan Devan kepada Ren dan tanpa melihatnya.
"Setelah rapat tadi, Bos hanya perlu memeriksa-" jawab sekretaris Ren terhenti saat Tuan Devan mengangkat tangannya dan berdiri lalu menatapnya datar.
"Hari ini aku sangat lelah, suruh seseoran yang menggantikan ku," ucap Tuan Devan mulai ingin meninggalkan ruangan.
"Tapi, Bos-" ucap sekretaris Ren mengekorinya dari belakang.
"Ren, aku sangat lelah, sekarang tidak ada waktu aku memikirkan kerjasama ini, aku serahkan urusan kantor padamu," tatap Tuan Devan serius pada sekretaris Ren lalu berjalan ingin pergi dari perusahaan.
"Huuh, berita ini benar-benar berhasil mengusik ketenangan Presdir Devan, ditambah dua korban berasal dari perusahaan kita. Sebenarnya, siapa pelaku pembantaian ini?" gumam Sekretaris Ren membuang nafas berat, lalu ia pun melanjutkan tugasnya. Sedangkan Tuan Devan pulang ke rumah.
Terlihat pria berkuasa itu terus berjalan memasuki rumah megahnya, melewati dengan dingin dua pelayan yang menyambutnya. Pandangan Tuan Devan sangat serius melihat ke depan, dan setelah menuruni anak tangga yang menuju ke penjara bawah tanah, seketika langkahnya berhenti di depan pintu besi yang dikunci rapat-rapat.
Aura hitam dan negatif sangat kuat dirasakan di balik pintu besi itu. Tapi Tuan Devan tidak terlihat takut, ia malah membuka gembok pintu itu lalu membuka lebar-lebar pintu tersebut.
Sontak, dua mata birunya menatap seorang remaja terduduk di ujung ruangan dengan tangan yang terikat rantai dan penutup mata yang berisi mantra penangkal.
Terlihat remaja itu hanya diam dihampiri oleh Tuan Devan. Penampilan kumuh remaja itu sangat menyedihkan, dia adalah Devino Nevandra, putra pertama dan pewaris generasi keluarga yang memiliki mata terkutuk.
Jarak Tuan Devan begitu dekat, ia berdiri di hadapan putranya yang sudah terkurung selama tiga bulan ini.
Semenjak ulang tahun ke tujuh belas Devino usai digelar, kutukan itu rupanya mulai berlaku kepada jiwa Devino.
Sehingga Devino tidak pernah merasakan dan melihat sinar matahari di dalam penjara itu, hanya kegelapan yang selalu dia rasakan dan keheningan yang menjadi temannya.
Tuan Devan di lubuk hatinya sangat tidak tega memperlakukan calon pewarisnya, namun demi keselamatan semua orang di rumah, dia terpaksa memenjarakan Devino ke dalam penjara ini. Namun dengan berita adanya korban lagi di luar sana, dia mungkin terpaksa akan membunuh anaknya sendiri.
"Katakan, apa kali ini kau yang sudah membunuh dua karyawan Papi, Vino?" tanya Tuan Devan. Namun Devino tidak merespon, dia hanya terduduk diam dan menunduk saja.
"Vino! Jawab Papi, apa kau pelakunya!" desak Tuan Devan menarik rambut hitam Vino agar putranya itu mengangkat wajah untuknya, namun tetap saja Vino diam.
Ingin rasanya dia membuka penutup mata itu, tapi seorang paranormal melarangnya. Karena sekarang di depannya bukanlah Devino melainkan kutukan itu yang sudah mengendalikan sebagian tubuh Vino. Jika dia menatap dua mata putranya sekarang, mungkin Tuan Devan yang akan masuk obrolan berita.
.
.
^^^To be continued_^^^
"Papiiii!" teriak seorang gadis di dekat pintu, ia tampak ngos-ngosan, dan secepatnya ia masuk menghampiri Tuan Devan. Gadis itu menarik tangan ayahnya lepas dari rambut Vino dan mendorong mundur sang Ayah.
"Apa yang Papi ingin lakukan kepada Kakak? Kenapa Papi kemari hanya sendirian?" tanya gadis itu bernama Devina, adik kembar Devino.
"Jangan bilang Papi ingin melenyapkan Kak Vino? Iya, kan?!" tanya Vina setengah teriak lalu merentangkan kedua tangannya di depan Tuan Devan.
"Vina tidak akan biarkan Papi melakukan itu! Vina tidak mau kehilangan saudara kembar Vina!" ujar Vina dengan mata birunya, ia melotot ke ayahnya sendiri.
Tuan Devan memejamkan mata sejenak, ia tahu putrinya selalu datang apabila sesuatu terjadi pada Vino. Sepasang saudara kembar yang memiliki ikatan batin yang kuat. Padahal jam sekarang Vina harusnya masih berada di sekolah.
"Vina," ucap seseorang memanggilnya. Tuan Devan berbalik melihat istrinya datang juga ke penjara bawah tanah bersama seorang bocah lelaki.
"Mami, lihatlah Papi, Papi tiba-tiba pulang kerja dan langsung kemari, Papi pasti ingin melenyapkan Kak Vino," adu Vina ke Nyonya Ella, istri Tuan Devan.
Terlihat Nyonya Ella diam mendengar pengaduan putrinya, membuat Vina tampak kecewa.
"Harusnya Papi dan Mami cari cara supaya kutukan ini lenyap! Bukan malah berniat melenyapkan Kak Vino!" ucap Vina keras. Kedua matanya sudah mulai basah, karena dari hari yang lalu, Vina sempat mendengar pembicaraan Tuan Devan dengan paranormal.
"Sayang, kami sudah berusaha, bahkan kakakmu pernah melakukan operasi mata, tapi kamu tahu sendiri, itu tidak berguna, siapa pun yang mencoba menyingkirkan mata kakakmu, dia akan mati seperti yang terjadi pada Dokter saat itu!" tutur Nyonya Ella menenangkan putrinya.
"Jalan satu-satunya, Papi harus membunuh-" ucap Tuan Devan terhenti saat jeritan hebat mengalihkan mereka. Vina tampak terguncang melihat Kakaknya teriak kesakitan. Kedua tangan Vino ingin meraih penutup mata namun selalu ditangkis oleh mantra penangkal. Tampaknya, kehadiran mereka membuat jiwa iblis terusik.
Nyonya Ella syok melihat Vina ingin memeluk Kakaknya, tapi Tuan Devan menarik Vina menjauh dan juga istrinya. Vina meronta, dia ingin menenangkan saudaranya sendiri tapi Tuan Devan dengan keras membentaknya habis-habisan.
"Aku tidak peduli, lepaskan aku, Papi!" pinta Vina.
"Jangan keras kepala, kembalilah ke atas bersama Ibumu." Tuan Devan mendorong paksa putrinya keluar dari penjara itu, tetapi seketika Nyonya Ella mencegat.
"Tunggu, sayang," tahan Nyonya Ella.
"Kenapa kau?" tanya Tuan Devan ke istrinya.
"Cey? Ce-ceysa? Ceysa di mana sayang?" tanya Nyonya Ella melupakan anak ketiganya.
Sontak, seseorang memanggil dari belakang membuat ketiganya berbalik.
"Papi,"
Deg
Vina dan kedua orangtuanya syok melihat bocah lelaki itu duduk ke pangkuan Vino dan memeluk lengan kakaknya.
Tidak! Bukan cuma itu yang membuatnya terkejut, melainkan dua tangan Vino tidak lagi terikat rantai dan penutup mata Vino terjatuh ke paha Ceysa.
"Ceysaaaa!" pekik Nyonya Ella menerobos diikuti Tuan Devan dan Vina sebelum Ceysa dijerat oleh kutukan tersebut.
Akan tetapi, tiba-tiba saja sesuatu tidak terduga terjadi hari ini kepada Devino. Tuan Devan dan Nyonya Ella terdiam membisu bertatapan dengan anak pertamanya. Terutama Vina.
Sedangkan Ceysa terlihat normal melihat orang tuanya diam tanpa bicara. Mungkin ketiganya sangat terkejut dapat menatap kedua mata Devino, atau mungkin kah ketiganya berhasil dijerat oleh kutukan?
.
.
^^^To be continued_^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!