NovelToon NovelToon

Pasangan Yang Terpisah

Luka Dan Duka

Sebuah Pulau di seberang ibukota Boston.

Di tepi pantai terdapat seorang gadis bernama Flora yang sedang menangis atas kepergian kekasihnya yang bernama Victor Gonzalez. ia memandang lautan besar itu dengan rasa luka dan duka.

Victor adalah tunangan Flora dan rencananya kan menikah dalam waktu dekat, di saat Viktor mendapatkan panggilan dari keluarganya yang tinggal di Boston ia pun segera kembali ke keluarganya. dan di saat dia ingin kembali lagi ke pulau itu kapal yang dia tumpangi telah terjadi ledakan di bagian mesin sehingga menyebabkan kapal itu hancur tak tersisa, semua korban kapal itu tidak ada satu pun yang terselamatkan.

"Victor aku merindukanmu, dalam hayat ini kita tidak berjodoh, aku berharap kita berjodoh dihayat yang akan datang," batin Flora dengan mengeluarkan air matanya.

"Hidup tanpamu sangat hampa, aku telah memegang janjimu tapi kau gagal mengabulkannya. Victor, aku harus melanjutkan hidupku tanpa dirimu, ini sangat tidak mudah bagiku dan menyakitkan sekali," batin Flora dengan menangis tanpa berhenti.

" Flora, jangan menangis! aku yakin dia juga tidak ingin melihatmu bersedih terus," bujuk temannya yang bernama Cristine.

Karena merasa sedih yang mendalam Flora memeluk erat temannya itu dan menangis dengan terisak, ia masih belum bisa menerima kehilangan yang sangat menyakitkan itu. Victor adalah cinta pertamanya yang sangat mencintai dirinya dan kini semua hanya tinggal kenangan.

"Menangislah! buang semua rasa sakitmu dan mulai hidup baru! biarlah dia melindungimu dari sana, aku yakin kau bisa melaluinya," bujuk Christine dengan memeluk sahabatnya itu.

5 tahun kemudian.

Ibukota Boston.

Famous Group

"Tuan Joseph, maaf. ini adalah kesalahanku, tolong jangan penjarakan aku, aku mohon!" pinta seorang pria yang bekerja di Famous Group.

"Bruce Willy, kau sangat mengecewakanku, dirimu adalah salah satu pemegang saham di Famous Group, tapi kau malah dengan beraninya mengelapkan uang di perusahaanku, jika hari ini aku tidak menghukummu apa aku masih layak sebagai bos Famous Group?" ucap atasannya yang sedang duduk di kursi besarnya.

"Tuan Joseph, anakku masih kecil dan keluargaku masih mengharapkan ku untuk membiayai mereka, tolong lepaskan aku!" pinta Bruce Willy dengan berlutut dan sambil menangis.

"Luiz, panggilkan pengacara urus masalah ini!" perintah Atasannya dengan tegas.

"Siap, Tuan Joseph," jawab Luiz dengan sopan.

"Tuan Joseph, tolong memberi aku kesempatan lagi untuk menebusnya!" pinta Bruce sambil berlutut dan menangis.

"Berisik, bawa dia pergi!" bentak atasannya dengan kesal.

"Siap, Tuan Joseph," jawab Luiz yang menarik Bruce meninggalkan kantor milik atasannya itu.

Famous Group adalah salah satu perusahaan terbesar di amerika, bisnis keluarga Famous bukan hanya di dalam negeri bahkan mereka juga memiliki hotel dan peusahaan di luar negeri.

Wallace Joseph adalah pria berusia 30 tahun yang berparas tampan dan berpenampilan dewasa, seluruh bisnis keluarganya Wallace yang mengelola sendiri setelah ibunya menyerahkan pada dia, dia dikenal dengan sikapnya yang sombong dan tegas dan bijaksana.

Wallace Joseph juga memiliki seorang ayah tiri yang selalu berusaha ingin merebut semua hak Wallace di dalam perusahaannya maupun di rumahnya, akan tetapi dengan sikap Wallace yang begitu keras membuat ayah tirinya tidak berdaya sama sekali.

Restoran mewah..

Di malam itu Wallace makan malam bersama dengan tunangannya, Claudia.

"Wallace, beberapa hari ini kau selalu sibuk, kapan baru ada waktu untuk kita berkencan?" tanya Claudia yang sambil menyantap makanannya.

"Aku adalah pebisnis tentu saja aku sibuk dengan bisnisku," jawab Claudia dengan cuek.

"Wallace, kita sudah bertunangan selama tiga tahun, tapi kita jarang keluar bersama."

"Di saat kau ingin bersamaku seharusnya kau tahu pekerjaanku yang selalu sibuk" jawab Wallace tanpa melihat ke arah Claudia.

"Iya, seluruh waktumu dihabiskan ke bisnis keluargamu, kapan baru kau memberi waktu untukku?"

"Sudahlah! kau bisa batalkan saja pertunangan ini!"

"Apa maksudmu?"

"Jika kau merasa beban, maka batalkan saja pertunangan kita dan ikuti jalan masing-masing."

"Kenapa kau mengatakan seperti itu?"

"Karena inilah hidupku, aku memiliki tanggung jawab besar untuk bisnis keluargaku, ambisiku adalah untuk memperbesarkan bisnisku, jadi masalah kencan aku tidak punya waktu sama sekali," jelas Wallace dengan bersikap dingin dan bangkit dari tempat duduknya.

"Wallace, ingin kau kemana?"

"Aku sudah siap makan, aku masih ada urusan lain," jawab Wallace.

"Tapi aku belum selesai makan."

"Aku akan menyuruh Luiz mengantarmu pulang!" kata Wallace yang berjalan ke arah pintu besar restoran itu.

"Tuan Joseph," sapa Luiz yang sedang membukakan pintu belakang mobilnya.

"Bawa aku ke villa! setelah itu nanti kau antar Claudia pulang ke rumahnya!" ujar Wallace dengan masuk ke mobilnya.

"Baik, Tuan Joseph," jawab Luiz dengan menurut.

Setelah tiba ke villa mewahnya Wallace langsung melepaskan semua pakaiannya dan mandi mengunakan air shower, Wallace memang sering tidur di villa pribadinya itu, di karenakan hubungannya dengan ibu dan ayah tirinya tidak pernah harmonis selama ini.

Di malam itu Wallace menikmati whiskey sambil merokok di ruangan tengah

Wallace dikenal sangat suka hidup menyendiri, setiap malam dia hanya pulang ke villa pribadinya dan hanya sekali-kali dia pulang ke rumah besarnya itu.

"Pa, begitu cepat dirimu pergi, aku sangat merindukanmu, dan pria itu selalu saja ingin mengunakan mama untuk melawanku, aku Wallace Joseph tidak akan bermurah hati pada mereka, termasuk mama, Janice Smith," batin Wallace yang sedang memainkan pianonya karena sedang merindukan papanya yang telah meninggal di saat dia baru berusia 12 tahun.

Keesokan harinya

"Tuan Joseph, jadwal kita besok, kita harus ke pulau seberang untuk memantau lokasi di sana," kata Luiz yang mendatangi villa.

"Atur saja!" jawab Wallace dengan singkat.

"Ada lagi, nyonya besar ingin bertemu dengan anda, beliau berharap anda pulang makan siang hari ini," ujar Luiz dengan sopan.

"Ingin aku pulang pasti ada niatnya, baik... aku akan pulang," jawab Wallace

Pulau.

"Flora, kapan kamu berangkat ke Boston?" tanya Christine yang sedang duduk bersama dengan Flora di ruang tamunya.

"Beberapa hari lagi, aku mendapatkan pekerjaan di sana, ada temanku yang bekerja di situ, jadi dia membantuku melamar kerja untuk bagianku, kebetulan perusahaannya sedang seleksi beberapa karyawan baru," jawab Flora dengan senyum.

"Bagus kalau begitu, Boston adalah kota besar, tidak mudah untuk dirimu di sana, jadi berhati-hatilah!" kata Christine.

"Iya, aku akan berhati-hati," jawab Flora dengan mengangguk.

Setelah kepergian tunangannya 5 tahun yang lalu Flora berusaha untuk bangkit, selama 5 tahun ini dia selalu saja berusaha mencari kesibukan dengan cara bekerja di beberapa tempat dalam sehari.

Kehidupan Flora sangat sederhana dan tanpa ahli keluarga lain di sisinya, karena Flora memang tidak memiliki sanak saudara dan hanya memiliki seorang sahabatnya, Christine. dari sejak dia masih kecil orang tuanya telah meninggal karena penyakit.

Menuju Ke Pulau

Flaura berjalan ke pantai karena mengingat kekasihnya yang telah meninggalkannya selama lima tahun, air mata membasahi pipinya tanpa berhenti. kenangan masih teringat dengan begitu jelas dalam ingatannya.

"Sudah lima tahun berlalu, aku masih saja merindukanmu, kali ini aku ingin ke boston untuk bekerja di sana, mungkin dalam waktu dekat aku tidak bisa pulang ke pulau ini. Victor walau jodoh kita telah berakhir tapi selamanya kau ada di hatiku," batin Flora yang melihat ke arah lautan besar itu.

Mansion Joseph

Wallace pulang ke rumahnya atas permintaan ibunya, Janice Smith, di siang itu ibunya bersama ayah tirinya dan Wallace berkumpul di ruang keluarga.

Elvis yang di panggil sebagai paman adalah ayah tiri Wallace, yang menikahi ibu Wallace saat ayahnya Wallace baru meninggal tidak lama.

Hubungan Wallace tidak baik di karenakan niat Elvis yang selalu ingin berusaha merebut harta kekayaan keluarga Joseph.

"Wallace, beberapa hari ini apa yang kamu sibukkan sehingga tidak pulang ke rumah?" tanya Janice yang sedang duduk bersama di ruang keluarganya.

"Sibuk dengan urusan bisnis," jawab Wallace dengan bersifat cuek.

"Sesibuk apa sehingga kau harus tinggal di luar?" tanya Janice dengan dingin.

"Bukankah sudah biasa aku tidur di villa pribadiku? kenapa harus di permasalahkan?" tanya Wallace dengan bersikap cuek.

"Wallace, mama hanya ingin kamu ingat sini adalah keluarga mu!"

"Nama keluargaku adalah Joseph, ini sudah cukup membuatku ingat," balas Wallace dengan dingin.

"Baiklah kita tidak perlu bahas tentang itu lagi!" jawab Janice.

"Janice, jangan marah! Wallace sudah dewasa jadi tidak mungkin kau selalu mengikatnya di rumah," ujar Elvis dengan tatapan sinis ke arah Wallace.

"Tidak perlu berbasa-basi! ada apa menyuruhku pulang?" tanya Wallace.

”Wallace, mama berharap kamu segera menikahi Claudia, dia adalah gadis baik dan kalian sudah lama bersama seharusnya sudah tiba saatnya membahas masalah pernikahan kalian," sebut Janice dengan senyum.

"Aku tidak pernah mengatakan ingin menikahinya," jawab Wallace dengan ketus.

"Kalian sudah lama bersama, pihak wanita adalah keluarga yang baik, ada benarnya kata mamamu, kalian harus menikah" lanjut Elvis.

"Kalian telah memaksaku bertunangan dengannya, dan sekarang ingin aku menikahinya, bukankah ini agak berlebihan jika kalian ingin mengatur kehidupanku," kata Wallace dengan raut wajah tidak senang.

"Mereka adalah keluarga terpandang, tidak salah jika kalian menikah, kan?" tanya Janice mulai kesal.

"Kalau kalian ingin memaksaku jangan salahkan aku tidak hadir di hari pernikahan itu," jawab Wallace dengan tatapan serius.

"Kenapa kau tidak bisa mengerti? pernikahan bisnis itu sudah biasa, dulu saat mama menikah dengan papamu itu juga karena bisnis," kata Janice meninggikan nadanya.

"Dan papaku harus menikah dengan seorang wanita yang tidak memiliki hati nurani dan berselingkuh di belakangnya, setelah dia meninggal istrinya langsung menikah dengan pria lain," jawab Wallace mulai kesal.

"Wallace Joseph, apa kau tahu apa yang kau katakan?" bentak Janice dengan bangkit dari tempat duduknya.

"Apa aku ada salah bicara? pernikahan demi bisnis pada akhirnya akan menimbulkan luka di hati, itu yang papaku rasakan, menikah denganmu dengan hatinya yang tulus dan apa yang kamu berikan padanya? kebahagiaan atau penderitaan? yang kamu berikan padanya adalah perselingkuhan," bentak Wallace yang menghampiri Janice.

"Kau...," ucap Janice yang ingin melayangkan tamparan ke arah putranya.

"Kenapa? apa kehabisan kata? bersama pria ini dan melukai papaku, apa kamu masih berharap aku akan berdamai denganmu? tampar saja aku!" sebut Wallace dengan kesal.

"Janice, hentikan! jangan salahkan Wallace! ini memang salahku, aku telah melukai dia," ujar Elvis yang berpura-pura menyesal.

"Elvis, jangan salahkan dirimu! jangan mendengarkan kata anak ini," ujar Janice.

"Begini saja, kalian ingin aku menikahi wanita itu? baik aku akan lakukan," kata Wallace yang kembali duduk di sofa.

"Apa kau serius?" tanya Janice.

"Benar, aku serius, aku akan menikahinya setelah aku bosan aku akan membawa wanita manapun pulang ke rumah, dan dia ataupun kalian tidak berhak menyalahkan ku atau melarangku" jawab Wallace dengan santai.

"Wallace...," bentak Janice dengan emosi.

"Aku hanya mengikuti caramu, menikah demi bisnis keluarga, dan kemudian berselingkuh bukankah ini semua aku pelajari darimu?" jelas Wallace dengan sengaja dan senyum.

"Sudahlah! jika kau ingin menantu pilihan kalian senasib dengan papaku, maka lakukan saja pernikahannya, wanita itu adalah pilihan kalian tentu saja aku tidak akan mengabaikannya dan akan melayaninya dengan baik," kata Wallace dengan sengaja dan meninggalkan kediaman keluarganya itu.

"Anak ini hanya membuat ku kesal," ketus Janice yang emosi.

"Janice, jangan marah lagi! ini salahku aku tidak pantas memaksanya aku bukan ayah kandungnya," kata Elvis dengan berpura-pura sedih.

"Elvis, kau melakukannya hanya demi kebaikannya, jadi bukan salahmu," bujuk Janice.

"Aku sangat akrab dengan keluarga Claudia sehingga percaya dengannya akan menjadi menantu yang baik," ucap Elvis.

"Dasar bocah tidak tahu diri, sampai sekarang masih tidak ingin menikah dan sengaja menentangku, bahkan wanita tua ini juga tidak bisa memaksanya" batin Elvis.

Perjalanan

"Tuan Joseph kita mau kemana?" tanya Luiz yang sedang mengendarai mobilnya.

"Ke Villa!" jawab Wallace dengan memejamkan mata.

"Baik," jawab Luiz yang sedang menyetir.

Keesokan harinya..

Wallace dan Luiz berangkat ke Pulau untuk urusan kerja, Famous Group berencana membangun proyek di pulau seberang Boston yang dijalani oleh Wallace.

Setelah tiba di pulau, Wallace dan Luiz langsung memantau lokasi yang ingin mereka menjadikan terget untuk project mereka.

Setelah beberapa jam kemudian.

"Luiz, aku berkeliling sebentar!" kata Wallace.

"Baik, Tuan," jawab Luiz dengan menurut.

Wallace berjalan dengan santai sambil menikmati pemandangan di kota

itu.

Di sisi lain Flora yang berada di sekitaran sana sambil berjalan mengingat masa lalunya, di saat Victor masih hidup mereka pernah berkencan di tempat itu, tempat itu adalah sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan bagi Flora.

"Aku hanya ingin melihatmu untuk sekali lagi, tapi ini sudah tidak mungkin," gumam Flora sambil melihat pemandangan sana.

"Aku memilih ke Boston karena ingin mulakan hidup baru, aku tidak bisa melupakanmu di sini sangat banyak kenangan kita. Victor, kita bersama hanya setengah tahun tapi kenanganmu adalah selamanya bagiku," batin Flora.

Di saat Flora melihat ke sekitaran sana dia melihat seorang pria yang berpenampilan rapi dan wajahnya yang familiar baginya, di saat itu posisi Flora tidak jauh dari pria itu, dia melihat selama beberapa saat dan tanpa beralih pandangan.

Flora yang melihat pria itu mengeluarkan air matanya..

Pria yang dia lihat itu yang tidak lain adalah Wallace Joseph yang sedang berdiri melihat ke arah lautan besar dan tanpa dia sadari seorang gadis yang sedang melihat ke arahnya dengan perasaan kesedihan yang mendalam.

Perasaan Aneh

Flora memberanikan diri untuk melangkah maju ke arah pria yang mirip dengan kekasihnya itu dengan wajahnya yang telah di basahi air mata.

"Victor," suara panggilan Flora dengan mata berair.

Mendengar ada suara panggilan, Wallace menoleh ke arah suara itu berada, di saat Wallace melihat Flora yang asing baginya dia menatap penuh dengan penasaran, seorang gadis yang sedang menatapnya dengan penuh kesedihan..

"Victor, akhirnya kau kembali, ke mana saja dirimu selama ini? kenapa menghilang selama lima tahun, aku masih berharap kepulanganmu," ucap Flora yang berlari ke arah pria itu dan memeluknya dengan erat.

"Sudah Lima tahun kau pergi begitu saja, aku sangat merindukanmu selama ini, kenapa kau tidak datang mencariku?" sebut Flora yang menangis dengan histeris sambil memeluk Wallace.

Bukannya menjauhi tapi Wallace malah terdiam dan membiarkan gadis yang dia tidak kenal itu memeluk dan menangis dengan histeris. ia merasa aneh dengan perasaannya.

"Victor, jangan pergi lagi! aku tidak bisa tanpamu. kita akan mulai dari awal." kata Flora yang menangis tanpa berhenti.

Setelah beberapa menit kemudian Flora melepaskan pelukannya dan mencium bibir pria itu.

Wallace yang dicium oleh gadis itu membulatkan mata besarnya, karena pertama kali dalam hidupnya seorang wanita yang berani menciumnya.

Flora mencium bibir Wallace tanpa melepaskannya, sementara Wallace yang biasa menjauhi diri dari wanita kini malah hanya pasrah.

"Ciuman ini seperti?" batin Wallace.

Tidak lama kemudian Wallace pun menjauhkan dirinya dengan mendorong Flora menjauh darinya.

"Anda sudah salah mengenal orang, aku bukan orang yang kau cari," ucap Wallace yang mendorong gadis itu.

"Victor, ada apa denganmu? aku adalah tunangamu, Flora," katanya dengan menangis histeris.

"Anda salah mengenal orang, aku bukan tunanganmu," sebut Wallace yang melangkah pergi ke arah lain.

"Viktor, ada apa denganmu? apa kau ada kesulitan lainnya sehingga kau berpura-pura tidak mengenalku?" tanya Wallace yang ikuti langkah pria itu.

"Jangan mendekatiku! apa kau ingin mengunakan cara ini mengodaku? oleh karena itu kau mengunakan trik ini, trik yang sangat murahan," bentak Wallace yang menghentikan langkahnya.

"Victor, apa yang kau katakan? kau mengalami kecelakaan di kapal dan aku telah mengira kau sudah meninggal dan hari ini kau malah berpura-pura tidak mengenalku, kenapa kau begitu kejam padaku?" sebut Flora dengan histeris.

"Alasan yang luar biasa, tidak sedikit wanita yang mengunakan trik untuk mendekatiku, jangan mengira tangisanmu itu bisa membuat ku kasihan padamu," kecam Wallace.

"Tuan Joseph," suara panggil Luiz yang muncul di sana.

"Tuan Joseph, nona ini ?" tanya Luiz yang melihat ke arah Flora

"Coba kau ulangi lagi ucapanmu!" bentak Flora dengan menatap kecewa ke arah Wallace.

"Tidak perlu bersusah payah mengunakan cara tipuan ini untuk mendekatiku, air matamu tidak berguna bagiku, banyak wanita mendekatiku hanya demi uang, dan aku tidak akan memberi uang untukmu," balas Wallace dengan tatapan kesal.

Plak..

Tamparan dari Flora yang mengenai wajah Wallace.

Tamparan yang dilakukan oleh Flora tentu saja mengejutkan bagi Luiz, atasannya selama ini tidak ada yang berani melawannya selama ini kini malah di tampar oleh wanita asing.

Sementara Wallace bukannya marah melainkan merasa muncul perasaan yang aneh terhadap gadis itu.

"Victor, selama lima tahun kau menghilang tanpa kabar, aku mengira kau sudah meninggal akibat ledakkan kapal di saat kau ingin kembali ke Boston, aku merindukanmu setiap saat selama lima tahun ini, dan aku sangat gembira di saat melihatmu lagi, tapi semua ucapanmu malah membuat hati ku sakit, aku tidak menyangka kau sudah berubah, dengan mengunakan cara ini untuk membuangku, kau sangat hebat, kau bukan lagi Victor yang ramah dan bersikap lembut, kau sudah berubah," kata Flora dengan mengeluarkan air matanya tanpa berhenti.

"Nona, ini ada kesalahpahaman, tuan kami bernama Wallace bukan Victor," jelas Luiz.

"Iya, dia pintar menyamar menjadi orang lain hanya demi ingin membuang tunangannya yang bodoh ini, kalau saja aku tahu niatmu maka aku akan membuang jauh-jauh kenanganmu itu," ketus Flora.

Di saat Wallace melihat tangisan Gadis itu dia merasakan kepedihan di hatinya dengan tatapan dalam ke arah Flora.

"Victor, jika ini yang kau mau aku akan pergi, kau bukan lagi Vixtor yang dulu baik padaku, kau bukan dia lagi," kata Flora dengan rasa kecewa yang mendalam dan meninggalkan pria itu.

Wallace yang melihat air mata Gadis itu ia merasakan sakit di hatinya, secara tiba-tiba merasakan ada perasaan familiar terhadap Flora.

"Tuan Joseph, anda tidak apa-apa? dia begitu berani menamparmu tadi?"

"Tidak ada apa-apa, aku sudah lelah mari kita.pergi!" kata Wallace yang berjalan ke arah lain.

"Baik, Tuan Joseph," jawab Luiz dan kemudian ikuti langkah atasannya itu.

Flora berlari tanpa berhenti dengan sambil menangis mengingat semua perkatan pria tadi, setelah tiba suatu tempat Flora pun menghentikan langkahnya.

"Wallace, kenapa kau begitu kejam padaku? jika ingin berpisah maka katakan saja kenapa mengunakan cara ini untuk menyakitiku? apa salah ku sebenarnya? apa salahku sebenarnya?" batin Flora dengan menangis histeris.

"Lima tahun aku mengira kau sudah meninggal, ternyata kau masih hidup tapi kau telah berubah, dan tidak berniat untuk mencari ku dan pergi begitu saja, apa yang membuatmu begitu kejam terhadapku? apa desakan dari keluargamu atau kau sudah menikah?" gumam Flora dengan hati yang terluka.

Setelah menangis selama setengah jam Flora pun berjalan menuju ke rumahnya dengan berlinang air mata dan kekecewaan yang sangat mendalam.

Sementara Wallace kembali ke rumah pulau yang dia sewa untuk sementara, dengan kejadian tadi bukannya membuat dia kesal melainkan rasa iba di hatinya.

Di malam itu Wallace berdiri di jendela memandang ke arah laut sambil mengingat kejadian tadi siang.

"Siapa dia? kenapa aku malah merasa dia sangat familiar? padahal aku belum pernah bertemu dengannya" batin Wallace sambil mengingat tangisan gadis itu.

Sepanjang malam Wallace hanya berdiri di jendela sambil menghabiskan minuman anggur yang dia bawa dari kota, dengan pikiran yang kusut karena wajah gadis itu muncul di dalam pikirannya.

Kemudian dia duduk bersandar dengan menarik nafas yang panjang, perasaan binggung dan aneh serta merasakan sedih campur menjadi satu.

"Kenapa aku bisa membayangkan dia terus? dia bukan wanita pertama yang mengoda ku, selama ini aku merasa muak pada wanita yang mendekatiku, tapi kenapa ciumannya malah membuat ku aneh seharusnya aku marah padanya, tapi kenapa aku tidak bisa marah ataupun benci terhadapnya?" batin Wallace sambil menghabiskan minuman yang di gelasnya.

Setelah menghabiskan minumannya Wallace pun kembali ke kamarnya. di saat dirinya ingin memejamkan mata dia terbayang ciuman dari gadis itu.

"Kenapa aku malah terbayang ciuman wanita itu?" gumam Wallace dengan mengusap wajahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!