Rayden Alexander adalah seorang pengusaha sukses yang kaya raya.
Namun siapa sangka! Dibalik kesuksesannya sebagai seorang pengusaha, Rayden menyimpan sisi gelap yang tak seorangpun ketahui!
"Mau sampai kapan kamu terus begini, ray? ". Ucap ibunya, ketika melihat ray pulang larut malam. Tercium aroma alkohol yang begitu menyengat dari mulut Rayden.
"Na na na! ". Rayden malah meracau tak jelas, hal tersebut membuat Margaretha menghela nafas berat.
Margaretha pun memapah putranya ke dalam kamar dan menidurkannya di atas ranjang. Ia pun membuka sepatu dan menyelimuti tubuh putranya.
"Sampai kapan kamu begitu, Ray? ". Gumam Margaretha sebelum ia pergi dari kamar Rayden. Ia pun mematikan lampu dan menutup kamar putranya.
"Aku harus cari cara agar Rayden bisa berubah! Apa aku nikahkan saja dia? ". Gumam Margaretha sembari berlalu pergi.
Margaretha menghubungi sahabatnya untuk mencarikan Rayden pasangan. Banyak foti yang dikirimkan oleh sahabatnya. Namun yang menarik perhatian Margaretha adalah foto seorang gadis yang lugu.
"Sepertinya dia gadis yang baik! ". Gumam Margaretha sembari memperhatikan foto gadis tersebut.
"Siapa nama gadis ini, Youbi? ". Ucap Margaretha penasaran.
"Oh dia, dia adalah Nesya! ". Ucap youbi disebarang telepon.
"Aku tertarik dengan gadis ini! Kapan aku bisa bertemu dengannya? ".
"Besok aku antar dia ke rumah kamu ya, retha! ". Ucao youbi.
Panggilan pun di matikan, Margaretha tak sabar menunggu hari esok. Ia ingin segera bertemu dengan calon menantunya.
"Semoga kau adalah gadis yang tepat untuk Rayden! ". Gumam Margaretha dengan penuh harap.
Keesokan paginya, Margaretha tengah menunggu putranya di meja makan. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Rayden turun dari tangga dan menghampiri sang Ibu.
"Pagi, mam! ". Rayden sudah biasa menyapa Margaretha setiap pagi.
"Pagi, Ray! Ayo duduk, sarapan! ". Ucap Margaretha dengan senyum di bibirnya.
Rayden duduk di meja makan dan mulai menyendokan nasi goreng di piringnya.
"Kamu nggk ke kantor, Ray? ". Ucap Margaretha disela aktivitas makannya.
"Nggk mam, hari ini aku mau libur dulu lah! ". Ucap Rayden sembari melirik sekilas ke arah Ibunya dan kembali melanjutkan makannya.
"Kebetulan! Mama mau ngenalin kamu sama seorang gadis! ".
Rayden yang sedang mengunyah makanannya pun berhenti, kini ia menjadi tak berselera makan. Nafsu makannya sudah hilang, karna ucapan Ibunya. Rayden tau pasti ibunya ingin menjodohkan dirinya.
"Udahlah, buat apa mama capek-capek jodohin aku! Udah aku bilang berapa kali, aku nggk mau menikah! " Rayden menyimpan sendoknya dan berdiri dari posisi duduknya.
"Umur kamu udah matang, kamu harus segera menikah! Mama mau nimang cucu dari kamu, Ray! ". Ucap Margaretha dengan nada penuh pengharapan.
"Mama gak bisa maksa aku terus ya! Aku selalu nurutin ke mauan mama selama ini. Tapi, untuk satu hal ini! Maaf aku gak bisa kabulin! ". Ucap Rayden dan hendak pergi. Namun langkahnya terhenti oleh ucapan ibunya.
"Apa kamu mau hidup sendirian? Mama ini udah tua, Ray! Mama gak bisa selalu sama kamu. Jika kamu menikah, otomatis kamu punya teman hidup dan punya anak yang akan menemanimu! ". Teriak Margaretha.
Rayden berbalik dan menatap wajah sang ibu.
"Aku gak butuh istri, aku gak butuh anak! Untuk apa anak jika hanya membebani aku saja. Mama lihat kan bagaimana perlakuan papa pada kita! Dia ninggalin kita mah, dia lebih memilih wanita lain dari pada kita. Maka dari itu aku gak mau punya istri atau pun anak! ". Setelah mengatakan hal itu Rayden berlalu pergi ke lantai atas.
"Ray, Rayden ! ". Teriak Margaretha, namun Rayden tak memperdulikan teriakan Ibunya.
Dada Rayden terlihat naik turun, ia menahan amarah. Namun ia tak bisa mengeluarkannya di depan sang Ibu. Ia amat menyayangi sang Ibu. Ia membenci sang papa, yang tega meninggalkan dirinya hingga kini.
"Aaaaaaahhh". Rayden berteriak setelah masuk ke dalam kamarnya. Ia pun memecahkan kaca dengan melempar sebuah benda ke cermin.
Prangg...
Kaca-kaca pun berhamburan dan semua barang yang ada di atas nakas pun berserakan di lantai.
"Untuk apa menikah, jik harus saling menyakiti! ". Ucap Rayden. Ia teringat dengan sosok papa yang membuatnya menjadi seperti ini.
Setelah beberapa saat Rayden bergelut dengan amarahnya. Ia pun berganti pakaian dan turun kembali ke bawah. Lebih baik Rayden pergi dan mencari hiburan diluar.
"Mau kemana kamu, Ray? ". Margaretha bertanya, ketika melihat putranya sudah rapi dan hendak pergi.
"Pergi! ". Ucap Rayden singkat
Margaretha menghela nafasnya, ia tak bisa memaksa Rayden. Karna saat ini ia tahu, bahwa Rayden tengah marah.
Rayden pun pergi menggunakan mobilnya menuju sebuah bar yang ada di kota tersebut.
Rayden masuk ke dalam dan mulai meminum beberapa gelas souju. Ia ingin menghilangkan rasa sakitnya.
"Tambah! ". Ucap rayden sembari menyodorkan gelasnya ke hadapan waiters.
Sampai kini, Rayden telah menghabiskan banyak souju, dan kepalanya mulai terasa pening dan berat.
"Tambah lagi! ". Ucap rayden.
"Tapi, pak! Anda sudah menghabiskan banyak soujo! ". Ucap sang waiters menolok memberikan soujonya pada Rayden.
Hal tersebut membuat Rayden marah, ia hendak berdiri dan menghajar sang waiters. Namun sayang! Rayden tak mampu menopang tubuhnya. Hingga ia hampir saja terjatuh.
"Hati-hati! ". Ucap seorang wanita yang begitu lembut.
Beruntung seseorang meraih tubuh Rayden. Dan mendudukan Rayden di sebuah kursi.
"Ayo duduk dulu! ". Rayden menuruti ucapan gadis tersebut dan duduk di kursi.
Namun Rayden makin tak terkendali, ia meracau tak jelas. Hingga akhirnya sang wanita memesan sebuah kamar, agar Rayden bisa beristirahat disana.
Wanita tersebut memapah Rayden dan mencoba membaringkan tubuhnya dibatas ranjang. Namun Rayden malah memeluk wanita tersebut dan membawanya ke dalam pelukan hangat Rayden.
"I love, baby! ". Bisik Rayden di telinga gaids tersebut.
Hal tersebut membuat bulu kuduk wanita tersebut meremang. Ia terbawa oleh suasana yang diciptakan oleh Rayden. Hingga ia terhanyut ke dalam pelukan Rayden.
Wanita itu terpikat oleh ke tampanan dan juga kelembutan yang Rayden berikan.
Setelah beberapa saat kemudian, Rayden terbangun dan menyadari satu hal. Ia berada dalam satu ranjang bersama seorang wanita yang ia tak kenal. Bahkan ia tak memakai sehelai benang pun.
"Astaga! Apa yang sudah aku lakukan! ". Ucap Rayden dengan nada tak percaya.
Rayden segera bangkit dan memakai pakaiannya kembali. Ia pun menuliskan sebuah surat dan menyimpan sejumlah uang di atas surat yang ia tulis.
Rayden segera pergi dan meninggalkan wanita tersebut yang masih terlelap.
Rayden harus segera pulang, karna begitu banyak panggilan suara dari sang Ibu. Rayden lupa menyalakan ponselnya tadi.
"Ayolah, angkat! ". Ucap Rayden yang berusaha menghubungi nomor sang Ibu. Namun tak ada jawaban sama sekali.
Kini rayden di landa rasa cemas dan ingin segera sampai di rumahnya. Ia begitu khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada sang Ibu.
Rayden segera berlari ke dalam rumah. Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu. Ketika melihat mamanya sedang mengobrol dengan seorang gadis di ruang tamu.
"Eh ray, ayo sini gabung sama kita! ". Ucap Margaretha, ketika melihat Rayden di ambang pintu dengan ngos ngosan.
Rayden pun menghampiri sang ibu dan ikut duduk bersama mereka.
"Ray, kenalkan ini Nesya. Dia baru datang dari desa! " Ucap Margaretha memperkenalkan gadis disebelahnya.
Gadis yang bernama Nesya pun mengulurkan tangannya pada Rayden. Namun Rayden sama sekali tak menyambut hangat uluran tangan Nesya.
"Nesya! ". Nesya memperkenalkan diri, namun mendapati ulurannya tak di sambut oleh Rayden, ia segera menarik uluran tangannya.
"Ray, jangan gitu donk! Nesya mau kenal lho sama kamu! ". Ucap Margaretha memperingati anaknya.
"Buat apa sih mah? Lagian mama pasti udah cerita soal aku kan sama dia! ". Ucap Rayden, sembari memutar bola mata malas.
"Udah gak papa, tante! ". Nesya melerai pertengkaran antara Ibu dan Anak tersebut.
Rayden tak menanggapi ucapan Nesya, tak berapa lama kemudian, Rayden menerima sebuah panggilan dan berpamitan pergi ke kamarnya.
"Hallo, iya.. ". Ucap Rayden sembari berlalu pergi menuju lantai atas.
Margaretha dan juga Nesya memandang kepergian Rayden.
"Maaf, ya! Nes. Rayden emang kayak gitu orangnya. Semoga setelah menikah nanti, kamu bisa merubahnya! ". Ucap Margaretha pada Nesya.
Nesya pun menganggukan kepalanya. Nesya sudah tahu bahwa dirinya harus menikah dengan Rayden.
"Ganteng sih! Tapi, ko dingin banget, apa dia normal? ". Gumam Nesya dalam hatinya.
Tiba-tiba Margaretha membuyarkan lamunan Nesya.
"Yaudah nesya! Sekarang kamu istirahat, pasti kamu capek kan baru datang dari juga! ". Ucap Margaretha dan di angguki oleh Nesya.
Margaretha mengantarkan Nesya menuju kamarnya, kebetulan kamar Nesya berada di dekat kamar Rayden.
Margaretha membuka pintu kamar. Betapa Nesya begitu takjub dengan isi kamar ini. Perabotan yang mewah dan juga indah, tentunya sangat mahal.
Nesya terpana saat masuk kedalam kamar, ia pun tak henti-hentinya menutup mulutnya sendiri.
"Ya tuhan, ini kamar atau istana sih? ". Gumam Nesya dalam hatinya. Jujur saja Nesya begitu takjub dengan isi yang di kamar ini.
"Yaudah Nes, sekarang kamu istirahat ya! Tante keluar dulu ". Margaretha pun meninggalkan kamar Nesya dan memberikan kesempatan Nesya untuk beristirahat.
Nesya pun merebahkan dirinya di kasur yang amat empuk. Ia pun melompat- melompat di atas kasur tersebut.
"Ya tuhan, mimpi apa aku ini? Aku bisa menikmati ini semua! ". Ucap Nesya sambil melompat-lompat kegirangan.
Ketika Nesya sedang asyik melompat-lompat di atas kasur. Tiba-tiba Rayden membuka pintu kamar dan memperhatikan tingkah konyol yang di lakukan oleh Nesya.
"Apa yang kau lakukan? ". Ucap Rayden, sontak saja Nesya berhenti melompat dan terlihat salah tingkah. Kemudian, Nesya turun dari ranjang.
"Aku tanya, apa yang kau lakukan? ". Rayden mengulangi pertanyaannya.
"A-ku... ". Nesya begitu gugup menjawab pertanyaan dari Rayden.
"Katakan! Apa kau kau lakukan disini? ". Kali ini Rayden berbicara dengan nada tinggi.
"Ada apa ini, Ray! Mengapa kamu berteriak? ". Tiba-tiba Margaretha menghampiri Rayden dan Nesya. Ia tak sengaja mendengar teriakan Rayden.
" Kenapa, gadis ini masih ada disini? Mah! ". Ucap Rayden sambil melirik ke arah Margaretha.
"Nesya akan tinggal disini beberapa waktu! ". Ucap Margaretha dengan santainya. Dan tersenyum ke arah Rayden.
"Apa? Tinggal disini! Untu apa? ".
"Iya, tinggi disini. Dia akan menjadi istrimu, Ray! ". Margaretha menjelaskan maksudnya pada Rayden.
"Jangan aneh-aneh lah mah! Mana bisa begitu". Rayden menganggap ucapan Ibunya Sebagai guyonan semata.
Rayden pergi kembali ke kamarnya. Ia meninggalkan Nesya dan Margaretha.
Margaretha hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Rayden.
"Maaf ya, Nes! Rayden udah ganggu waktu istirahat kamu! ". Margaretha merasa tak enak dengan tingkah Rayden.
"Gak papa, Tante! ". Ucap Nesya.
"Yaudah, lebih baik kamu tidur, gih! "
Nesya pun masuk ke dalam kamarnya dan menuruti ucapan Margaretha.
Sementara Margaretha, ia menuju kamar Rayden dan mengutuk pintu kamarnya.
Tok... Tok.. tok!
"Ray, boleh mama masuk? ". Ucap Margaretha dari luar.
Tanpa menunggu persetujuan dari Rayden, Margaretha pun masuk ke dalam kamar putranya.
Margaretha menghampiri Rayden yang masih sibuk dengan pekerjaan kantornya. Ia masih sibuk dengan laptopnya.
"Ada apa ma? ". Rayden melirik ke arah Margaretha yang sedang memperhatikannya.
Margaretha duduk di samping Rayden, ia mengambil laptop putranya. Ia pun menutupnya dan memandang wajah sang putra.
"Ray, mama harap! Kamu mau menikah dengan Nesya! ". Ucap Margaretha dengan penuh harap.
"Udah berapa kali aku bilang, ma! Aku gak mau nikah! Begini aja aku udah seneng, ko! ". Tutur Rayden.
Margareta terlihat menghela nafasnya dan mulai mendekatkan duduknya, agar lebih dekat dengan Rayden.
"Ray, sampai kapan kamu begini? Apa kamu mau terus menerus di bayangi masa lalu? ". Ucap Margaretha, terlihat lelehan bening jatuh dari wajah Margaretha. Rayden yang tak bisa melihat Ibunya menangis, langsung memeluk Ibunya, Rayden terlihat menghela nafasnya.
"Oke, aku mau menikahi Nesya! ". Akhirnya Rayden kalah dengan tangis sang Ibu. Karna bagi Rayden Ibunya adalah segalanya.
"Benarkah itu, Ray? ". Margaretha mencari kebenaran atas ucapan sang putra.
Rayden pun mengangguk dan terlihat Margaretha mengembangkan senyumnya. Ia amat bahagia, akhirnya Rayden mau menikah dengan wanita pilihannya.
"Kapan kamu akan menikahi Nesya? ". Ucap Margaretha dengan antusias.
"Mama yang atur semuanya! ". Rayden memberikan kesempatan untuk Ibunya untuk mengatur acara.
"Yaudah, gimana kalo acaranya di gelar satu minggu lagi? Kamu setuju? ". Ucap Margaretha, dan di angguki oleh Rayden. Ia menyerahkan segalanya pada sang Ibu.
Margaretha pun pamit dari kamar Rayden, dan Rayden pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia kembali di sibukan dengan Laptopnya.
Malam ini, Rayden akan lembur dan menyelesaikan pekerjaannya.
"Gara-gara gak masuk kerja, al hasil kerjaan jadi numpuk! ". Gumam Rayden.
Menjelang tengah malam, Rayden masih belum selesai. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Rayden.
Tok.. tok.. tok.!
"Masuk! ". Ucap Rayden. Ketika mendengar ketukan, ia mengira bahwa yang mengetuk adalah Ibunya.
"Ray, ini aku bawakan kopi, kayaknya kamu masih lembur! ". Rayden memandang ke arah suara. Ternyata Nesya yang mengetuk pintu bukan Ibunya.
Nesya meletakan cangkir kopi di atas nakas. Kemudian ia diam sejenak memperhatikan Rayden. Namun Rayden tak mengucapkan terimakasih pada Nesya.
"Untuk apa kamu masih di sini? ". Rayden melirik ke arah Nesya yang masih berdiri di dekatnya.
"Ng-ggak ko, yaudah aku keluar, ya! ". Nesya pun keluar dari kamar Rayden dan menutup pintunya Kembali.
"Ya tuhan, mengapa laki-laki itu dingin sekali. Harusnya dia mengucapkan terimakasih atau apalah! Dasar orang kaya. " Nesya menggerutu tak jelas seiring keluar dari kamar Rayden.
Ia tak menyangka laki-laki yang akan dia Nikahi adalah seorang laki-laki yang amat dingin.
pagi hari pun tiba. mentari pagi menyapa dari celah-celah dan menyinari kamar Rayden.
Namun seperti biasa, Rayden masih sibuk dalam mimpi indahnya.
tok.. tok.. tok!
Margaretha mencoba mengetuk pintu kamar Rayden dengan ritme pelan. namun tak ada sahutan dari dalam.
"Ray, cepat bangun! ini udah siang, lho! ". ucap Margaretha.
namun masih saja tak ada jawaban dari dalam kamar Rayden.
Margaretha, terlihat geram dengan tingkah sang Putra yang sulit bangun pagi.
Margaretha bergegas mengambil kunci cadangan kamar Rayden dan membukanya.
ceklek..
pintu pun terbuka lebar, Margaretha menghampiri Putranya yang masih tertidur pulas.
"Ray! banguun.. kamu nggak ke kantor apa? ". teriak Margaretha.
"hmmmm! ". gumam Rayden. ia masih belum terbangun.
Margaretha segera mengambil air yang berada di atas nakas dan menyiramkannya tepat diwajah Rayden.
byurrrr...
"hujan.. hujann! " teriak Rayden.
Rayden terbangun, ia menyadari bahwa Ibunya yang telah menyiram dirinya dengan segelas air.
"mama, apa-apa sih mah? ". tanya Rayden, ia pun mengelap wajahnya yang nampak basah kuyup.
"apa-apa? kamu gak lihat ini jam berapa? lihat jam donk, Ray. kamu harusnya pergi ke kantor! bukannya bermalas-malasan. " Margaretha terlihat geram.
sementara seseorang di ambang pintu tengah cekikikan, melihat Rayden di perlakukan sedemikian rupa oleh Margaretha.
"hihihi, anak mami! ". gumamnya.
Nesya pun menutup mulutnya. ketika Rayden melirik tajam ke arahnya.
"apa kau lihat-lihat? ". ucap Rayden dengan ketus.
"tidak! ". sahut Nesya, ia pun menunduk dan tak berani menatap Rayden yang masih menatap tajam padanya.
"cepat kamu mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor! ". ucap Margaretha dengan nada tegas.
"oke! ". ucap Rayden.
Rayden bergegas menuju kamar mandi. setelah beberapa saat berlalu, Rayden sudah siap dan rapi. ia menggunakan balutan jas berwarna biru dongker.
"ah dasar, mama ku paling cerewet! ". ucap Rayden ketika ia tengah bersiap.
Rayden menuruni anak tangga satu persatu, ia pun bergegas menuju ruang makan untuk sarapan.
"sudah selesai rupanya kamu, Ray? ". ucap Margaretha, ketika melihat Rayden yang duduk.
"hmmm". ia hanya bergumam dengan lirih.
Rayden duduk di kursi untuk sarapan. ia mengambil 2 lembar roti tawar dan mengoleskan sedikit selai kacang ke atasnya.
ketika Rayden akan menyuapkan roti tawar ke mulutnya. tiba-tiba, Margaretha memanggil Nesya dan menyuruhnya untuk ikut sarapan bersama.
", ayo sini. ikut sarapan sama kita! " ucap Margaretha.
sontak saja hal tersebut membuat Rayden mengurungkan niatnya untuk memakan Rotinya.
"kenapa harus sarapan bareng sih ma? nanti juga dia bisa sarapan sendiri! ". ucap Rayden.
"iya tante, saya sarapannya bisa nanti saja! ". ucap Nesya tak enak. apa lagi ia melihat tatapan Rayden yang begitu menakutkan.
"tuh kan, ma! ". ucap Rayden.
"Ray, kamu gak boleh kek gitu donk! ". ucap Margaretha, ia menegur Putranya.
Rayden pun diam tak menanggapi ucapan Ibunya.
sementara Nesya, kini dirinya telah duduk dan ikut sarapan bersama Margaretha dan juga Rayden.
Rayden menikmati sarapannya sembari menatap sinis ke arah Nesya.
"yang seperti ini akan menjadi istriku? ah dasar mama, mau saja di bodohi oleh wanita ini! ". gumam Rayden dalam hatinya.
Rayden segera menyesaikan acara sarapannya. ia pun segera berdiri dan hendak pergi.
"Ray, jangan buru-buru donk! ". ucap Margaretha.
Rayden menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Margaretha.
"apa lagi si ma? bukannya tadi mama bangunin aku, biar aku cepat-cepat pergi ke kantor! ". ucap Rayden.
"iya, tapi tunggu Nesya! ".
Rayden mengerutkan keningnya, ia begitu heran dengan ucapan ibunya.
"menunggu Nesya? memangnya mau kemana dia? ". tanya Rayden.
"ikut kamu ke kantorlah, Ray! ". Margaretha berkata sembari menghampiri Nesya yang melongo sama seperti Rayden.
"what? ikut aku ke kantor? ya, gak bisa donk ma! ". Rayden tak setuju dengan ucapan Ibunya.
"ayolah, bawa dia. sekalian ajari dia! kan kasian dia seharian cuma di rumah doang. " ucap Margaretha.
"tapi dia gak bisa ngapa-ngapain ma! ". Rayden tetap tak mau mengajak Nesya.
"Ray, sejak kapan kamu menolak keinginan mama? ". ucap Margaretha, ia sedikit melotot ke arah Rayden.
Rayden pun menghela nafasnya sejenak pp membuangnya secara perlahan.
"oke! ". akhirnya Rayden mengalah demi sang Ibu.
Margaretha tersenyum dan menyuruh Nesya untuk segera bersiap-siap. sebab hari ini Nesya akan pergi ke kantor.
"ayo, Nes. cepat bersiap-siap! " ucap Margaretha.
Nesya pun mengangguk dan pergi ke kamarnya dan mengganti pakaiannya.
Rayden dan Margaretha duduk di ruang tamu sembari menunggu Nesya bersiap.
"Nesya, cepatlah sedikit! aku sudah telat. ". teriak Rayden.
Rayden terus melihat jam tangan di tangannya. waktu menunjukan pukuk 07:30.
"Nesya! ". teriak Rayden sekali lagi.
"sabar donk, Ray. " ucap Margaretha.
Rayden tak menanggapi ucapan Ibunya. ia pun memilih memainkan ponselnya sembari menunggu Nesya selesai.
"Nesya, kamu udah selesai. cantik banget! ". ucap Margaretha ketika melihat Nesya keluar dari kamar.
"ayo, aku sudah siap! ". ucap Nesya.
sontak saja Rayden melirik ke arah Nesya. ia pun memperhatikan menampilan Nesya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"kau berlama-lama berhias! hanya seperti ini penampilanmu. menyedihkan! ". Ucap Rayden sembari tersenyum mengejek.
Nesya pun menunduk dalam ketika mendengar ucapan tajam yang keluar dari mulut Rayden.
"Ray! ". ucap Margaretha.
"kenyataannya kan ma! ". ucap Rayden.
Rayden pun beranjak dari duduknya dan segera berjalan menuju mobilnya.
"ayo cepat, mau ikut atau tidak? ". ucap Rayden sembari melirik ke arah Nesya.
Nesya pun mengangkat wajahnya dan berjalan mengikuti Rayden menuju mobilnya.
Rayden masuk dan duduk di kursi kemudi. sementara Nesya, ia hendak duduk di kursi belakang. namun Rayden menegurnya.
"aku bukan sopirmu dan kau bukan nyonya! ". ucap Rayden ketus, ia pun melirik tajam ke arah Nesya.
Nesya pun menutup pintu mobilnya dan melihat ke arah Rayden.
"lalu, aku harus duduk dimana? ". ucap Nesya polosnya.
"duduk di pangkuanku! ". Ucap Rayden kesal.
Nesya pun melotot ke arah Rayden. ia pun menggelengkan kepalanya pelan.
"mana mungkin aku duduk di pangkuanmu? ". ucap Nesya tak setuju.
Rayden mulai di buat kian marah dengan kepolosan gadis di sampingnya.
"kau itu pura-pura bodoh atau memang bodoh! ". ucap Rayden geram.
"aku? ". Nesya menunjuk dirinya sendiri.
Rayden mengepalkan kedua tangannya. bisa-bisa dia bisa jadi gila dibuat gadis di sampingnya.
"cepat masuk dan duduk di depan! ". ucap Rayden.
Nesya pun mengangguk dan duduk di depan di samping Rayden.
"susah sekali? ". ucap Nesya.
ia berusaha memasang sabuk pengaman. namun dirinya tak bisa menggunakannya.
Rayden pun menghela nafasnya dan membantu memasangkan sabuk pengaman pada Nesya.
deru nafas Rayden terasa begitu dingin mengapa kulit Nesya. ia pun memejamkan matanya, merasakan aroma min dari mukut Rayden.
"mengapa kau memejamkan matamu? jangan berpikiran yang tidak-tidak! ". ucap Rayden ketus.
"tidak! aku tidak memikirkan apapun. " ucap Nesya.
Nesya pun menelan salivanya dengan susah payah. Rayden bisa berubah menjadi baik, namun bisa juga berubah menjadi menyeramkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!