Almira Puteri, bocah berusia tujuh tahun itu. Menatap ke arah, kedua orangtuanya bertengkar hebat. Sambil menangis kesegukan, melihat ibunya berkata kasar kepada ayahnya yang sakit-sakitan.
Almira,juga di dorong oleh kedua kakak tirinya.
"Kakak Fani dan Angel, kenapa aku di dorong..hiks...hiks...ayah...". Almira, langsung berlarian ke arah ayahnya.
"Uhukk.....Uhukk....putriku,kita harus pergi dari sini. Semua ini,bukan milik kita lagi". Almira, menghapus air mata ayahnya.
"Keluarrr......". Seorang wanita,yang di anggap ibu kandung oleh Almira. Dia tega, mengusir dia dan ayahnya.
"Mamah, ini rumah kami. Kenapa kami,diusir". Almira, langsung bertanya.
"Bocah,rumah ini miliku sekarang dan kalian berdua tidak ada hak apapun lagi" Bentak wanita itu, matanya melotot ke arah Almira.
"Penjaga,seret mereka berdua ke luar pagar. Aku tidak sudi,mengurus mereka yang sakit-sakitan". Perintah wanita itu, dengan tegas
"Tidak perlu,aku dan anakku bisa sendiri pergi. Ingatlah, Wandari...karmamu akan segera, menghampiri ku. Sampai kapan pun,aku tidak rela semua harta kekayaanku jatuh ke tanganmu. Semua ini adalah,hak anakku. Kalian licik, benar-benar licik". Tegas Evander, ayahnya Almira.
"Ayo,pah. Kita pergi,". Almira,menarik tangan ayahnya.
Evander, menatap ke arah rumah yang akan di tinggalkan. Beribu-ribu kenangan indah,bersama istri pertamanya. Jerih payahnya sendiri,kini hilang di rampas oleh seorang wanita. Melainkan,kakak iparnya dulu.
Maafkan aku,sayang. Aku tidak bisa menjaga harta yang harus jatuh ke tangan anak kita.batin Evander, sambil menahan tubuhnya semakin melemah.
Petir menyambar-nyambar,di atas langit tidak ada satupun bintang di malam hari. Sepertinya,hujan akan turun.
Tiba saatnya, mereka berada di halte bus. Evander, merasa tubuhnya tak sanggup berdiri. Tiba-tiba tak sadarkan,sang anak menjerit-jerit memanggil ayahnya.
"Ayaaaahhh.....bangun,ayah..hiks....hiks... jangan tinggalkan, Almira". Isak tangisnya, di malam yang sunyi. Tidak ada satupun, orang yang lewat di jalanan. Almira,terus berteriak-teriak dan menggoyangkan tubuh ayahnya.
Ingin sekali kembali ke rumah itu, meminta pertolongan kepada ibu tirinya. Ia menempuh hujan deras,terus berlarian dan memanggil penjaga.
Almira, menceritakan semuanya namun sang penjaga memberi kabar kepada ibu tirinya.
Tak berselang lama, barulah penjaga itu kembali. Ada raut senyuman kecil, melengkung di sudut bibir Almira.
Saat mendengar ucapan penjaga itu, hatinya langsung sakit karena ibu tirinya. Begitu tega tak memperdulikan ayahnya. Malah sang ibu tiri, bahagia jika Ayahnya mati sekarang.
Almira,yang masih berusia tujuh tahun itu. Hatinya, langsung memanas dan tak akan melupakan ucapan ibu tirinya. "Ingatlah,aku akan kembali dan membalas semuanya". Gumam Almira,ia langsung menghampiri ayahnya tadi.
"Ayah,bangun....jangan tinggalkan Almira, tolooong...... Tolooong... Toooloong.....". Almira,terus berteriak-teriak dan meminta bantuan.
Hingga akhirnya,ada sebuah lampu mobil. Dari kejauhan, Almira langsung berlarian ke tengah jalan untuk menghentikan mobil itu.
Benar saja, mobil itu berhenti dan Almira langsung mendekati jendela mobil dan dia merasa lega karena bisa membantu ayahnya.
"Om, tolongin saya...ayah saya,sakit. Tolong,bawa kami ke rumah sakit". Almira, terus-menerus menggedor-gedor kaca mobilnya.
Seorang pria, langsung menurunkan kaca mobil. Almira, menduga jika mereka sepasang suami-istri.
Sepasang suami-istri itu, langsung mendekati ayah Almira.
Seorang wanita, terkejut melihat sesosok ayah Almira. "Dia, Evander sayang. Teman sekolah ku,dulu".
"Benarkah,sayang".
"Iya,om. Nama ayah saya, Evander". Sahut Almira.
"Kamu anaknya". Tanya wanita itu, langsung di angguki oleh Almira.
Pria itu, langsung membawa ayah Almira ke rumah sakit.
***************
Tiba di rumah sakit, langsung di tangani oleh para dokter.
Almira,merasa lega karena ayahnya pastikan selamat. Namun, kenyataan tidak.
Sang ayah,lebih dahulu meregang nyawanya. Sebelum, sampai di rumah sakit.
Almira,hanya diam dan terduduk lemas. Saat mendengar ucapan dari dokter,ia tak bisa berkata apa-apa lagi.
Kini di usia tujuh tahunnya,sudah menjadi yatim-piatu. Kedua orangtuanya,telah tiada.
Suami-istri itu, bersimpati kepada Almira. Mereka seperti, memikirkan sesuatu.
"Sayang, jangan takut dengan mamah yah.. panggil saja mamah, Sarah dan papah Irfan. Kami sepakat, untuk mengadopsi kamu. Gimana,kamu mau gak". Ucap Sarah,kepada Almira.
Almira, langsung menatap bergantian ke arah pasangan suami-istri itu. "Iya,mau mah".
"Siapa namamu,sayang". Irfan, berlutut di hadapan bocah berumur tujuh tahun itu. Namun Almira, menggelengkan kepalanya.
Irfan,paham dengan keadaan Almira. "Baiklah,namamu menjadi Jacqueline Fernandez". Irfan, langsung memberikan nama dan marga keluarga besar Fernandez.
Almira, tersenyum dan merasa senang mendengar nama barunya.
"Sayang,kami akan tinggal di luar negeri. Tidak apakan, suatu hari nanti. kami bisa menjenguk ayahmu,lagi". Sarah, membujuk Almira.
"Iya,mah. Jacqueline, menurut kemana pergi". Jawab Almira. Dia pasrah menerima semuanya, hatinya merasa hangat karena dirinya sudah di angkat menjadi anak mereka.
Irfan dan Sarah,merasa senang karena sudah mendapatkan anak perempuan. Karena Sarah,tidak bisa hamil lagi. Karena sebuah kecelakaan tunggal, mengakibatkan rahimnya harus di angkat. Mereka juga memiliki seorang anak laki-laki,bernama Aarav Fernandez. Yang masih berumur sepuluh tahun.
Almira, sudah berniat untuk melupakan nama aslinya. Dia tidak tahu, jika sepasang suami-istri ini adalah keluarga besar Fernandez. Yang sangat di kenal, oleh para pembisnis lainnnya.
Kekayaannya,tidak di ragukan lagi. Keluarga Fernandez,masih menjadi misterius dan tertutup. Tapi,di minati para wartawan dan orang-orang lainnya.
Keluarga Fernandez, menyerahkan penguburan jenazah Evander. kepada pihak rumah sakit, karena mereka harus segera pergi.
Almira,merasa sedih tidak melihat pemakaman ayahnya secara langsung. Karena keluarga Fernandez,harus segera pergi ke bandara karena jam berangkat pesawat.
**********
"kenapa lama sekali,baru datang? siapa dia,yah". seorang bocah laki-laki,itu menunjukkan ke arah Almira.
Almira, langsung bersembunyi di balik badan Sarah. "jangan takut sayang,". Sarah, langsung mengusap pucuk kepala Almira.
"Boy, dia adik perempuan mu" Irfan, langsung memberitahu kepada anak laki-lakinya.
"Oh...". Bocah laki-laki itu,hanya ber Oh saja. sambil menatap ke arah, Almira.
Saat memasuki pesawat terbang, mereka duduk di kursi VIP. "kemana pesawat pribadi ayah". Tanya Bocah laki-laki itu.
"Pesawatnya,ada kerusakan nak. Jacqueline,dia anak papah. namanya Aarav,kamu bisa manggil dengan sebutan V. lihatlah V,dia akan menjadi adik perempuan mu". Irfan, mencoba memperkenalkan diri mereka.
"Kak V". lirih Almira, sangat canggung apa lagi tatapan kakak angkatnya itu.
Irfan dan Sarah, merasa senang karena mendapatkan seorang anak perempuan. begitu cantik dan manis, terlihat sopan.
V,cukup puas memandangi adik angkatnya. setelahnya, dia memejamkan matanya dan pesawat sudah terbang. Almira,juga ikut memejamkan matanya dan mengingat kejadian dimana dia di usir dari rumahnya sendiri.
Tiga belas tahun, kemudian.
"Aaayaaahhh....". Teriak seorang perempuan, yang tiba-tiba terbangun. "Sial,kenapa mimpi itu terus menghantuiku". Gumam Jacqueline.
Jacqueline,tak bisa tenang dalam tidurnya. Sudah tiga belas tahun,dia masih trauma di masa lalunya.
"Tenanglah ayah,mamah. Aku siap, untuk balas dendam dan merampas harta kalian. Sudah tiga belas tahun, lamanya aku merencanakan ini semua". Gumam Jacqueline, menatap tajam ke arah cermin.
Almira Puteri,yang mengubah namanya menjadi Jacqueline Fernandez. Dia sangat beruntung, menjadi anak angkat di keluarga Fernandez. Walaupun,dia di perlakukan seperti bak putri.
Tapi,dia tak menjadi serakah. Semenjak sekolah,dia mengikuti berbagai kegiatan kontes model.
Hingga akhirnya,di usia mudanya yang masih dua puluh tahun dan lulus kuliah. Di usia mudanya,sudah menjadi seorang model terkenal dan populer di kotanya. Dengan kecerdasan dan kemampuan,dia mampu berdiri tanpa bantuan dari keluarga Fernandez.
Baginya,mudah menjadi model terkenal secara instan. Apa lagi,dia termasuk keluarga besar Fernandez.
Bertahun-tahun lamanya,dia menyelidiki kehidupan ibu tiri dan kakak tirinya.
Namun di sisi lain, dia tak ingin memberitahu tentang balas dendam kepada orangtua angkatnya.
Tok....Tok...
Suara ketukan pintu kamar, membuyarkan lamunannya.
Jacqueline, langsung membuka pintu kamar.Saat melihat siapa yang mengetuk,dia langsung salah tingkah.
"Kakak,". Jacqueline, langsung membenarkan baju piyama tidurnya. Sedikit berantakan dan terbuka.
"Aku ingin berbicara, padamu". Kakak angkatnya, ingin masuk ke dalam kamar dan langsung di cegah Jacqueline.
"Stop kak,kita berbicara di ruang kerja kakak V saja". Jacqueline, menghentikan langkah kaki kakaknya.
V, langsung menghentikan langkahnya dan menatap ke arah adik angkatnya. Namun, tatapan sang adik malah mengalihkan pandangannya. "Baiklah,aku tunggu". Dia, langsung membalikkan badan dan melangkah meninggalkan kamar Jacqueline. V, sangat ingin masuk ke dalam kamar adiknya itu. hampir setahun,dia tak pernah masuk lagi. semakin beranjak dewasa,sang adik angkat bertambah berubah.
Jacqueline, menghela nafas leganya. "Syukurlah, dia tak masuk. Gara-gara Melda,". Gerutu Jacqueline, kamarnya sangat berantakan sekali. Apa lagi foto-foto,kakak angkatnya berhamburan kemana-mana. Foto lama, diam-diam dia memotret kakaknya itu.
Jacqueline, menyimpan rasa cinta kepada kakak angkatnya. Awalnya,dia tidak mencintainya. Tapi, seiring waktu dan tinggal satu atap. Sehingga, cinta itu tumbuh berlahan-lahan.
Jacqueline,jarang sekali berbicara dengan kakak angkatnya. Dia merasa tak nyaman,sering kali menghindari kakaknya. Melupakan, itulah yang dilakukan Jacqueline.
Jacqueline,yang tak pernah berpacaran karena dia sibuk dengan menata karir dan merencanakan balas dendamnya.
para produser film, sangat menginginkan Jacqueline untuk membintangi beberapa film. namun,dia selalu menolaknya karena tak ingin menguras waktunya. Walaupun, banyak pria dari kalangan artis dan bisnis lainnya. sangat menyukai Jacqueline, namun dia selalu menolaknya dengan secara halus. para awak media, ingin sekali mencari skandal Jacqueline. tapi sayang,tidak menemukan apapun.
Jacqueline, menggantikan pakaiannya dengan baju santainya. Setelah selesai, barulah dia pergi ke ruang kerja kakak angkatnya itu.
Pintu terbuka lebar, terlihat sesosok kakak angkatnya duduk di sofa. Tengah menunggu dirinya, Jacqueline merasa canggung saat mereka tengah berduaan.
"Duduklah". V, menepuk sofa di sampingnya. Hanya bertelanjang dada, terlihat sixpack perutnya dan dada bidang kokoh. terlihat, lengannya begitu kekar. Jacqueline, mengagumi postur tubuh kakak angkatnya itu. Lama-lama memandang,bisa ileran mungkin.
"Baiklah,kak". Jacqueline, langsung duduk di sofa. Tetapi,agak jauh dari kakaknya. Dari jauh saja,dia sudah jantungnya berdegup kencang. apa lagi terlalu dekat, bisa-bisa tak sanggup.
Ck,kenapa dia jauh sekali dengan ku. Apa dia takut, kepadaku. Batin V, sambil melirik ke arah adik angkatnya itu. Jacqueline, terbilang takut dengan kakaknya itu. Dia sangat was-was, jika melakukan kesalahan. bisa saja karirnya hancur, bahkan nyawanya juga bisa melayang.
Jacqueline,hanya melirik sekililing sambil membuang mukanya. Sedangkan V, memandang adik angkatnya dengan tatapan tajam. Saat ini Jacqueline, menggunakan baju lengan pendek dan celana pendek. Rambutnya yang panjang,di ikat tinggi. Memperlihatkan, jenjang putih lehernya Jacqueline.
"Apa benar,kamu akan ke kota K" V, langsung ke intinya saja.
"Soal itu,aku ada job di sana kak. Lumayanlah,". Kekehnya Jacqueline, tersenyum manis.
"Tidak perlulah ke sana,aku ganti dua kali lipat. Aku bayar, batalkan kerjasama mu itu". Tegas V, memandang adik angkatnya itu. "Apa kamu tidak kasian,kepada mamah? dia sangat menyayangi,tidak tenang jika kamu jauh".
"Tidak bisa kak,aku sudah tanda tangan kontrak dan berjanji. Lagian, kota K adalah kota kelahiran ku. Hanya dua mingguan,kak dan aku ingin berkunjung ke makan kedua orangtuaku ". Kata Jacqueline, dengan raut wajah sedih." Papah dan mamah, sudah mengijinkan aku pergi".
"Ke sana sangat jauh, Jacqueline. Menurutlah, betapa sedihnya mamah jauh darimu. Kau tahu,mamah sangat mencintaimu dan gelisah jika kamu jauh darinya. mengertilah,jangan membantah perkataanku". V, berharap adik angkatnya memahami perkataannya.
Jacqueline, mendengus kesal. "Tidak mau,aku sudah bilang akan berangkat. Papah dan mamah, mengijinkan aku pergi. Aku juga,tidak membutuhkan ijin mu". Bentak Jacqueline, langsung beranjak pergi dan keluar dari ruang kerja kakak angkatnya itu.
V,hanya mengusap wajahnya dengan kasar. Entah kenapa, adiknya ini tiba-tiba membantah perkataannya. biasanya, selalu menuruti perintahnya tanpa ba-bi-bu.
"Tumben-tumbenan, akhir-akhir ini. Dia selalu,melarang ku ini itu. Sepertinya ada sesuatu,Ck". Jacqueline,hanya berdecak kesal. Mulutnya, komat-kamit kaya dukun.
"Satu jam lagi,aku harus pergi pemotretan". Gumam Jacqueline,ia bergegas menuju kamar mandi.
Jacqueline,tak sabar menginjak kakinya di kota kelahirannya. Sudah tiga belas tahun,dia tinggal di luar negeri. Sudah waktunya, mengubah kehidupan ibu tirinya itu dan memberikan pelajaran.
Setelah selesai semuanya, barulah Jacqueline menuruni anak tangga. Di ruang meja makan,dia menyapa orangtua angkatnya. "Pagi pah,mah...". Jacqueline,duduk di kursi dan berseberangan dengan mereka.
"Pagi,sayang". Sarah,mengecup kening anak angkatnya itu.
"Pagi, sarapan dulu". kata Irfan, tersenyum kecil. "mana kakakmu, Jacqueline". Irfan, calingukan mencari sesosok anak laki-lakinya itu.
"Tidak tahu,pah? mungkin,masih di kamar". jawab Jacqueline, sambil mengunyah nasi goreng spesialnya.
Berselang beberapa menit, akhirnya V turun dan duduk di sebelah adiknya itu. namun, Jacqueline sudah selesai dengan sarapan paginya. "Aku berangkat dulu,pah, mah". Jacqueline, langsung mencium punggung tangan mereka secara bergantian. tanpa, menyapa kakaknya itu. dia acuh dan langsung pergi begitu saja.
"Ck, kebiasaan". gumam V, memandang adik angkatnya pergi tanpa menghiraukannya.
kedua orangtuanya V,hanya cekikikan tertawa mendengar gumam anaknya. Seperti biasa, Jacqueline jarang sekali berbicara dengan kakaknya. Setelah,dia pernah di bentak keras oleh V. walaupun,V sudah meminta maaf kepada Jacqueline. Tetapi, sudah terlambat. karena bentakan itu, membuat Jacqueline sadar diri dia bukan kakak kandung melainkan kakak angkat saja.
Dalam kondisi apapun, Jacqueline tak pernah meminta bantuan kepada kakak angkatnya itu. Trauma, itulah yang di rasakan Jacqueline.
"Mamah dan papah, yakin? Membiarkan Jacqueline,pergi ke kota kelahirannya". V,membuka suaranya saat Jacqueline sudah pergi.
"Hemmm... Jacqueline,sudah besar dan dewasa. Biarlah,dia bebas". Jawab Irfan,ayahnya.
"Benar sekali,sudah waktunya mengelilingi dunia. Gak kaya kamu,sibuk kerja terus". Sahut Sarah, ikut-ikutan menimpali anaknya.
Mendengar jawaban kedua orangtuanya,V malah berdecak kesal. "Pah,mah...apa tidak takut, terjadi sesuatu nanti. Sama saja,merusak nama keluarga kita".
"V, mengertilah. Jacqueline,paham mana yang bagus dan salah. Kamu, tumben-tumbenan peduli dengan adik angkat mu. Biasanya, ogah-ogahan menyebut namanya". Kata Sarah, melirik ke arah anaknya.
"Aku hanya was-was, jika terjadi sesuatu nantinya. Demi kebaikan,dia dan kita". Tegas V, memandang kedua orangtuanya.
"Tenanglah,papah sudah menyiapkan beberapa bodyguard untuk Jacqueline di sana. Dia tidak sendiri,ada Melda juga". Irfan,tak mungkin melepas anak angkatnya itu. Dia sudah merencanakan semuanya.
"Malam ini, Jacqueline meminta ijin. Dia makan malam, bersama...". Sarah, menggantungkan ucapannya dan melanjutkan dengan membisik ke telinga suaminya.
"Wahhh... baguslah,mah. Dia pria sangat baik,aku yakin mereka sangat cocok". Irfan, langsung mengangguk dan tersenyum.
V, memandang kedua orangtuanya. Tentu saja,dia sangat penasaran siapa pria itu. "Dengan siapa mah? Jangan sembarangan, untuk menjodohkan Jacqueline. Walaupun,dia selalu menurut dan tidak mempermasalahkan jika kita menjodohkannya. Tetapi, aku yang akan mencari pria terbaik untuk Jacqueline".
Tentu saja pria terbaik itu, adalah kamu V. Batin Sarah, sebenarnya dia ingin menyatukan anak dan Jacqueline menjalin hubungan serius. "Sampai kapan,V? Sudah berpuluh-puluh kali,kamu mengucapkannya. Mana pria, terbaiknya". Sarah, seakan-akan mengejek-ejek anaknya itu.
V,nampak gelisah gusar. pasalnya,belum ada mencari siapa pria itu?. Ck,tambah jadi beban segala. Gerutu V.
"V,apa kamu tidak ada rasa cinta kepada Jacqueline. Hemmm...papah dan mamah,lebih menyukai Jacqueline menjadi menantu ini. Ingatlah, Jacqueline dan kamu. Tidak sedarah,kamu mengerti. Jangan nyesal,kalau Jacqueline memiliki pilihan hatinya sendiri".
"Apaan sih? Aku berangkat dulu,satu kali lagi. Jacqueline, sudah aku anggap sebagai adik sendiri. Sedikitpun,aku menyukai ataupun mencintainya. Hanyalah, sebatas adik". Tegas V, langsung meninggalkan kedua orangtuanya.
"Yang sabar mah, mungkin V memang tidak menyukai Jacqueline. Dia menyukai dan mencintai,hanya sebagai seorang adik". Irfan, langsung membujuk istrinya.
"Baiklah, Jacqueline sudah dewasa. Kita biarkan saja,pria pilihannya sendiri". Sarah, pasrah menerima semuanya. Cinta,memang tidak di paksakan.
Sebenarnya,sarah tahu. Jika Jacqueline, menyukai anaknya. Sarah,tak sengaja membaca buku harian Jacqueline dan mendengar ucapan Jacqueline langsung. Saat itu, Jacqueline asyik berbincang dengan Melda.
V, memandang keluar jendela mobil dan melonggarkan dasinya. Pikirannya, tertuju kepada Jacqueline dan sangat penasaran sekali siapa pria itu.
*********
Di suatu tempat lain, Jacqueline dan Melda. Mereka sudah sampai di lokasi, pemotretan dengan tema danau.
"Aaaahhhh....indah dan sejuk, udaranya". Jacqueline, menikmati pandangan di sekililing danau.
"Sangat indah". Ucap seorang pria,dia adalah seorang fotografer profesional.
"Daniel, hentikan. Aku belum siap, berpose". Jacqueline,menutup kemerahannya.
"Malam nanti, jadikan. Kamu harus menepatinya,". Daniel,terus memotret Jacqueline.
"Jam delapan malam, jemput aku". Jawab Jacqueline, sambil bergaya. "Foto aku dan Melda". Pinta Jacqueline, langsung menarik tangan Melda.
Beberapa menit kemudian, para model lainnya juga datang. Mereka saling, bergantian untuk berfoto.
"Kamu yakin, berkencan dengan pria lain? Bagaimana, dengan cinta pertama itu". Bisik Melda, terkekeh.
"Melda, sebenarnya kamu membantu ku. Untuk melupakan dia,atau menjerumuskan diriku semakin cinta". Jacqueline, mendelik ke arah Melda.
"Hehehhehe....maaf,gak sengaja. Akan tetapi, melupakan cinta pertama itu. Sangatlah,susah Jacqueline. Apa lagi,membuka pintu hati untuk pria lain" Melda,merasa kasian kepada Jacqueline.
Melda,teman sekolahnya dan kini menjadi sekretaris pribadi Jacqueline. "Sudahlah, sekarang giliranku".
Jacqueline, melepaskan mantel bajunya dan memperlihatkan baju ketat dan terlihat seksi. Lekukan tubuhnya,dan berisi sangat padat. kulit begitu mulus dan putih,tidak ada goresan luka sedikitpun.
Daniel,tak henti-hentinya memandang ke arah Jacqueline. Sangat menggemaskan dan cantiknya, sangat luar biasa. Daniel, mengedipkan mata sebelahnya.
Daniel, membantu Jacqueline untuk bergaya yang bagus. Sesekali, Daniel menyentuh pundak halus Jacqueline.
Di sudut lainnya,V tengah melihat pemotretan model di pinggir danau. Ada hati tak rela,jika bagian tubuh adiknya di sentuh. Walaupun,hanya lengan dan pinggang rampingnya.
"Ck,cabul". Gumam V, langsung membalikkan badannya.
"Tuan, fotografer profesional itu. Dia tidak cabul,hanya saja membantu Nona Jacqueline untuk bergaya. Agar hasil gambarnya,menjadi sangat bagus". Sekertaris pribadinya,malah membela fotografer itu.
"Diamlah....cari tahu,siapa pria malam ini yang berani mengajak adikku berkencan. Tidak tahu diri,bilang saja dia ingin masuk ke dalam keluarga Fernandez". Decak V, langsung meninggalkan danau tersebut.
Bilang saja, Anda cemburu tuan. Batin sang sekertaris,mana mungkin dia berani berucap seperti itu langsung.
Kembali lagi,di danau.
Jacqueline,sudah puas dengan pemotretannya.
Seorang model seksi, menghampiri dirinya. Dia adalah,pesaing berat Jacqueline.
"Aku dengar-dengar,kau ingin berkencan dengan fotografer profesional itu. Lumayan juga,seleramu".
"Terimakasih, Wulan. Aku dan kamu,memang berbeda. Aku banyak menang, buktinya saja. Aku bisa berkencan, dengan pria lajang. Tidak seperti dirimu, berkencan dengan pria beristri. Opsss...aku keceplosan ngomong, maafkan aku. Sudah mengucapkan, kata itu". Jacqueline, tersenyum smrik.
"Ck, buktikan kalau kamu bisa mendapatkan dirinya. Kau tahu,dia sangat susah di taklukkan hatinya". Wulan,malah menantang Jacqueline.
"Maaf,aku tidak suka dengan taruhan. Akan tetapi,aku suka dengan tantangan mu". Kedip mata Jacqueline. "Melda, waktunya kita pergi".
"Dahhh... Wulan, semoga harimu menyenangkan". Melda, mengikuti langkah kaki Jacqueline.
"Melda,apa buah dadanya itu asli? Sangat besar dan padat,aku saja tidak sebesar itu". Jacqueline,malah memegang dua melon miliknya.
"Mungkin saja,dia menggunakan implan payudara. Menakutkan sekali,ada juga dengan cara alami. Dengar-dengar sih,jika seorang pria meremas payudara kita. Maka payudara kita,akan membesar sendirinya" Kata Melda, membuat Jacqueline mengerutkan keningnya.
"Haaa...? Kok bisa membesar, emangnya tangan pria ada sesuatu kah.bisa membuat payudara, besar". Jacqueline,baru kali ini mendengar nya. Jika pria,meremas payudara setelahnya akan membesar.
Entah kenapa, Jacqueline malah otaknya traveling kemana-mana. Tiba-tiba saja,dia ingin dua melonnya di remas kakak angkatnya.
"Wouuyy, ngelamun aja". Melda, langsung membuyarkan lamunannya.
"Eeee...gak apa-apa,". Jawab Jacqueline, tetapi dua pipinya memerah seperti kepiting rebus. Astaga, kenapa aku berpikiran sampai ke situ. Sehingga,dia menjadi salah tingkah.
Melda,merasa heran melihat tingkah lakunya Jacqueline. pasti ada sesuatu, yang di sembunyikan Jacqueline.
Jacqueline, membuang muka ke jendela mobil. Semakin aku ingin melupakannya,kenapa semakin susah. Mana mungkin,dia sudah menganggap aku seorang adik. Menjadi pendamping hidup,di masa depannya.batin Jacqueline, dengan cepat dia menghapus air matanya. jangan sampai ketahuan Melda,bisa panjang lebar urusannya nanti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!