NovelToon NovelToon

Rahasia Dibalik Pernikahan

Janda

Derap langkah kaki dari seorang wanita dengan terburu-buru memasuki sebuah sekolah taman kanak-kanak, dan tak lupa sesekali menatap jam tangan yang terpasang di pergelangan kiri tangannya.

Dan hari ini, tidak ingin terlambat seperti hari kemarin, saat dirinya di sibukkan dengan pekerjaan, dan akhirnya terlambat menjemput malaikat kecilnya.

Namun, langkah kakinya terhenti saat dirinya melihat seorang pria yang sangat di kenalnya, sedang bercanda dengan gadis kecil yang berusia kurang lebih lima tahun.

Gadis kecil yang ingin dirinya jemput, setelah pulang dari sekolah, tepat di jam makan siang.

"Mama," panggil gadis kecil tersebut pada wanita yang baru saja menghentikan langkahnya.

Lalu gadis kecil tersebut berlari menghampiri wanita yang baru saja di panggil dengan sebutan mama.

"Sayang," ujar wanita tersebut sambil berjongkok dan merentangkan tangannya untuk menyambut gadis kecil yang menghampirinya. "Maaf Nana sayang. Mama terlambat lagi menjemput kamu," Wanita tersebut langsung memeluk gadis kecil tersebut yang tidak lain dan tidak bukan adalah putri kecilnya.

"Tidak apa-apa Mama. Ada Om Anton yang menemani aku," sambung gadis kecil tersebut setelah sang mama melepas pelukannya.

Kemudian wanita tersebut beranjak dari tempatnya, lalu menoleh ke arah pria yang tadi di panggil oleh sang putri dengan sebutan Om Anton, saat pria tersebut sudah mendekati dirinya dan juga sang putri.

"Kenapa Bapak ada di sini, bukannya tadi Pak Anton mengatakan ingin makan siang di luar?"

"Iya. Dan aku ingin makan siang bersama dengan Nana," jawab pria tersebut yang bernama Anton.

"Maaf Pak, lain kali saja," tolak wanita tersebut, lalu menggendong sang putri, dan membalik tubuhnya kemudian melangkahkan kakinya.

"Risa, kenapa kamu selalu melarang aku untuk mengajak Nana makan bersama," kata Anton, dan menghentikan langkah wanita yang di panggilnya Risa.

Wanita yang menjadi sekretarisnya di kantor, dan juga wanita yang mencuri hatinya setahun belakangan ini.

Dan Anton tidak peduli dengan Risa yang berstatus janda anak satu, karena dirinya begitu tertarik dengan Risa yang begitu mandiri menjalani hidupnya.

Hembusan nafas kasar keluar dari bibir Risa lalu membalik tubuhnya untuk menghadap ke arah Anton.

"Maaf sebelumnya, Pak, bukannya aku melarang. Namun, Pak Anton sudah sangat baik padaku selama ini, dengan mengijinkan aku menjemput Nana pulang sekolah, ketika aku masih bekerja, dan aku merasa tidak enak dengan semua ini, Pak," jelas Risa mengingat lagi Anton atasannya begitu baik padanya. Telah mengijinkan dirinya selama ini menjemput sang putri di sekolah, meskipun jam pulang sekolah Nana sang putri bertepatan dengan jam istirahat makan siangnya.

Dan Risa sering telat kembali ke kantor setelah mengantar sang putri pulang, walaupun jarak rumah dan juga kantor tempatnya bekerja bisa di tempuh hanya lima belas menit. Tapi Anton tidak pernah mempermasalahkannya.

Namun, bukan itu yang menjadi alasan pertama Risa selalu melarang Anton mengajak sang putri untuk makan bersama.

Karena Risa tahu persis, Anton menyukai dirinya, dari beberapa kali sang atasannya tersebut memberikan perhatian padanya dan coba mengungkapkan perasannya.

Dan itu yang selama ini di hindari oleh Risa, selama menyandang status janda hampir empat tahun lebih, karena dirinya ingin fokus pada sang putri, dan tidak ingin memberi kesempatan pada siapa pun pria yang ingin mendekatinya.

Karena di pikirannya tidak terlintas sedikit pun untuk memiliki pendamping, karena masih trauma dengan pernikahan pertamanya, di mana sang suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga, hingga Risa memutuskan untuk menyandang status janda.

"Risa tapi ini hanya–"

"Maaf Pak, aku permisi dulu," sambung Risa memotong perkataan Anton, lalu kembali membalik tubuhnya dan pergi meninggalkan Anton.

Setelah kepergian Risa, Anton menghembuskan nafasnya kasar. Karena lagi dan lagi dirinya tidak bisa mendekati putri sekretarisnya tersebut.

"Sebanyak apa pun kamu menolak, aku akan terus mendekati putrimu dan juga mendapatkan cintamu Risa," ucap Anton dan tatapan matanya terus tertuju ke arah punggung Risa yang semakin menjauh dari tempatnya berada.

*

*

*

Risa menghembuskan nafasnya lega, setelah memarkirkan motor matic miliknya di tempat parkir perusahan Japote Grup, tempatnya hampir satu tahun lebih bekerja sebagai sekretaris Anton. Karena siang ini, Risa tidak terlambat kembali ke kantor di jam istirahat siang.

Meskipun Risa harus mondar-mandir perusahaan, sekolah sang putri, rumah dan kembali ke perusahaan lagi yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Risa mendudukkan bokongnya tepat di atas kursi kerjanya, saat sudah berada di ruang kerjanya yang berada tepat di depan ruang kerja Anton sang atasan.

Lalu Risa mengambil satu bungkus roti dari dalam tas miliknya, dan meletakannya di atas meja, mengingat lagi, jika dirinya belum sempat makan siang, karena tidak ingin telat kembali ke kantor.

Namun, baru saja ingin mengigit roti yang sudah berada di tangannya, Risa urungkan saat telepon intercom berbunyi.

Dan Risa pun segera beranjak dari duduknya, setelah mengangkat telepon intercom tersebut, di mana yang menghubunginya adalah Anton, dan menyuruhnya untuk datang ke ruangannya.

Risa segera mendekati meja kerja Anton saat sudah masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Iya Pak, ada yang bisa aku bantu?" tanya Risa yang sekarang berdiri tepat di depan meja kerja di mana Anton sedang duduk di kursi kerjanya sambil mengukir senyum dari ke dua sudut bibirnya ke arah Risa, yang tentu saja tidak melihat senyum dari sang atasan karena Risa menundukkan kepalanya.

"Bagaimana bisa kamu akan membantu aku, jika aku berada di sini. Tapi tatapan mata kamu tertuju ke arah lantai, kamu pikir aku apaan Ris?"

"Oh maaf Pak,"

Risa lalu menegakkan kepalanya dan menatap sang atasan yang tersenyum ke arahnya.

Tentu saja Risa tidak membalas senyum sang atasan, karena bagi Risa senyumnya hanya untuk sang putri, yang selalu bersama dirinya di kala senang dan juga sedih, dan sang putri lah yang menjadi penenang di kala banyak orang yang mencemooh dirinya karena status yang di sandangnya.

Anton yang sudah mengetahui jika senyumannya tidak akan di balas, memudarkan senyuman, lalu satu tangannya menyodorkan bungkusan makanan ke arah Risa.

"Makan siang lah terlebih dahulu, sebelum memulai aktivitas kembali,"

"Aku sudah makan siang Pak," tolak Risa.

Tentu saja Anton tahu jika sang sekretaris berbohong, karena dirinya tadi melihat jelas, jika Risa ingin memakan roti, karena ruang kerja di mana dirinya berada, bisa dengan jelas melihat ruang kerja Risa, karena dinding yang menjadi pembatasan adalah dinding kaca.

"Jangan berbohong, makanlah terlebih dahulu, karena satu jam lagi kamu harus pergi ke perusahaan Mr. X," perintah Anton. "Dan jangan menolak lagi, jika kamu sakit, perusahaan aku ini akan rugi, karena harus mengeluarkan uang untuk biaya rumah sakit. Apa kamu paham!"

Jika dengan cara halus tidak bisa membuat Risa mengambil makanan yang diberikannya, Anton pun bisa mengatakan ucapan menyindir agar Risa tidak menolak pemberiannya.

Dan benar saja, Risa langsung mengambil makanan yang ada di hadapannya, lalu berpamitan untuk keluar dari ruangan kerja Anton.

Tentu saja membuat Anton tersenyum bahagia sambil menatap Risa keluar dari ruangannya.

"Apa aku juga harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan Risa? Sepertinya boleh di coba," batin Anton sambil berpikir.

Bersambung...........

Salah Paham

Risa masih sibuk dengan layar laptop yang ada di hadapannya, tanpa menyadari jika di depan meja kerjanya sudah berdiri Anton sang atasan.

Hingga beberapa kali Anton berdehem, tidak sama sekali membuat Risa menoleh ke arahnya.

"Apa kamu tidak ingin pulang?" akhirnya Anton bertanya pada Risa yang sekarang menoleh ke arahnya.

"Pak Anton. Maaf, Apa yang Bapak katakan barusan?" tanya Risa balik karena dirinya yang sedang fokus pada pekerjaannya hanya sepintas mendengar apa yang baru saja Anton katanya.

Bukannya menjawab pertanyaan Risa, Anton malah mengukir senyum dengan salah satu tangannya menunjuk ke arah jam dinding yang terdapat di tembok sisi kanan meja kerja Risa.

"Ya ampun," Risa terkejut saat tatapan matanya mengikuti jari telunjuk sang atasan yang menunjuk jam dinding di ruangnya.

Bagaimana dirinya tidak terkeju, saat mendapati jam dinding tersebut sudah menunjukkan pukul enam sore, padahal jam pulang kerjanya adalah jam empat sore.

Dan itu artinya Risa sudah menghabiskan waktu selama dua jam untuk mengerjakan pekerjaan, yang bisa di selesaikan esok hari.

Risa lalu menyimpan berkas yang baru saja di kerjakan nya, sebelum mematikan dan menutup laptop yang ada di hadapannya.

Dengan segera Risa beranjak dari duduknya dan mengambil tas miliknya yang dirinya letakkan di laci besar meja kerjanya, sebelum melangkahkan kakinya ingin keluar dari ruang kerjanya, tanpa mengatakan apa pun pada Anton yang masih berdiri tepat di depan meja kerjanya.

Karena Risa tidak ingin berlama-lama membuang waktu dan ingin cepat pulang bertemu dengan sang putri yang pasti sudah menunggu kepulangannya.

Namun, baru beberapa melangkah, Risa menghentikan langkahnya, dan memegang keningnya saat merasakan pusing di kepala.

Anton yang melihat Risa menghentikan langkahnya dan memegangi keningnya, dengan segera berjalan menghampirinya.

"Ris, ada apa? Kamu baik-baik saja?" tanya Anton sambil menyentuh bahu Risa saat sudah mendekatinya.

Risa menyingkirkan tangan Anton yang masih berada di bahunya.

"Aku baik-baik saja," jawab Risa lalu melangkahkan kakinya kembali keluar dari ruang kerjanya.

Meskipun pusing di kepalanya belum juga hilang, tapi Risa terus melangkahkan kakinya sambil memijat keningnya untuk menetralkan rasa pusingnya.

Sesampainya di tempat parkir di mana motor maticnya terparkir, Risa masih merasakan pusing di kepalanya yang malah semakin menjadi.

"Ya Tuhan, ada apa denganku," ucap Risa yang sekarang juga merasakan tubuhnya tidak enak, dan matanya mulai berkunang-kunang.

"Risa!" teriak Anton lalu menahan tubuh Risa yang hilang keseimbangan.

Ketika Anton sedari tadi memang sengaja membuntuti Risa dari belakang, ketika merasa ada yang tidak beres dengannya.

"Kamu baik-baik saja?"

Bukannya menjawab pertanyaan Anton, Risa langsung menegakkan tubuhnya saat masih di tahan oleh Anton.

"Aku baik-baik saja,"

"Jangan bohong Ris, sepertinya kamu tidak enak badan," ujar Anton, ketika baru saja tidak sengaja menyentuh kulit lengan Risa yang terasa panas. "Mari aku antar pulang?"

"Maaf, terima kasih Pak, aku bisa pulang sendiri," jawab Risa menolak ajakan sang atasan.

Dan baru saja Risa ingin naik ke atas motor miliknya, tubuhnya kembali kehilangan keseimbangan. Dan dengan sigap Anton menahan tubuhnya kembali.

"Jangan menolak. Aku akan mengantar kamu pulang. Tidak mungkin kamu mengendarai motor dengan keadaan kamu seperti ini, Ris,"

Risa pun tidak lagi menolak ajakan Anton, saat pusing di kepalanya tidak juga hilang, dan tubuhnya pun sekarang menjadi lemas.

Hingga Anton yang sekarang memeluk bahunya untuk memapah ke arah mobilnya, juga tidak mendapat penolakan dari Risa. Padahal selama ini Risa paling tidak suka di sentuh oleh pria termasuk Anton sang atasan.

***

Jam di pergelangan tangan kiri Anton menunjukkan pukul tujuh malam, saat mobil yang di kendarai nya berhenti tepat di depan rumah Risa.

Rumah yang sangat sederhana di pemukiman padat penduduk, dan rumah yang beberapa kali di datangi oleh Anton.

Karena Anton yang menyukai Risa, coba mendekati Nana putri dari Risa, berharap dengan dirinya dekat dengan Nana, Risa akan menerima perasaan cintanya.

Namun, ternyata itu tidaklah mudah, karena saat Anton sudah mendatangi rumah Risa, Anton langsung di suruh pulang dengan alasan Nana sedang tidur dan dengan alasan yang lainnya.

Hingga Anton yang tahu di mana Nana sekolah, akhirnya menemuinya di sekolah, tanpa sepengetahuan Risa, tapi lama kelamaan Risa akhirnya tahu, dan coba untuk menjauhkan sang putri dengan nya.

Anton yang masih berada di dalam mobil menoleh ke samping kiri di mana Risa berada, yang masih tertidur di tempatnya.

Saat tadi Risa sempat meminum obat pereda pusing yang tersedia di mobil Anton sebelum tertidur.

Anton ingin membangunkan Risa dengan menggoyangkan bahunya, tapi dirinya urungkan. Karena merasa tidak tega untuk membangunkan Risa yang masih terlelap.

Akhirnya, Anton yang tidak ingin membangunkan Risa, turun dari mobil terlebih dahulu lalu membopong tubuhnya.

Anton yang sudah berada di depan pintu rumah Risa beberapa kali mengetuk pintu tersebut. Namun, tidak ada tanda-tanda pintu akan di buka dari dalam.

Yang ada pintu tersebut terbuka sendiri, karena rupanya pintu tersebut tidak di tutup dengan rapat.

Tentu saja membuat Anton langsung masuk ke dalam rumah, karena kedua tangannya sudah merasa pegal, tak lupa Anton memanggil Nana dan juga ibu Ria, ibu dari Risa yang sudah di kenalnya

Anton yang tidak tahu harus merebahkan tubuh Risa di mana, karena Nana dan juga ibu Ria belum juga muncul, akhirnya menuju sofa yang ada di ruang tamu rumah tersebut.

Namun, kurang beberapa langkah lagi sampai sofa tujuannya, kaki Anton menginjak mainan bola karet yang ukurannya sebesar bola kasti, hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di atas sofa panjang yang ditujunya, dengan menindih tubuh Risa.

Hingga Risa terbangun dari tidurnya, dan tidak bisa melakukan apa pun saat nyawanya belum seutuhnya terkumpul, apa lagi wajahnya dan juga wajah Anton berdekatan dengan bibir ke duanya saling menempel.

"Ya Tuhan, apa apaan ini!" teriak pria paruh baya dari arah pintu yang sekarang melangkahkan kakinya mendekat ke arah Anton dan juga Risa yang menoleh ke arah pria paruh baya tersebut, dan melihat keduanya dengan posisi yang sama, di mana Anton masih menindih tubuh Risa. "Risa!" teriaknya lagi.

Membuat Risa langsung mendorong tubuh Anton untuk menjauh, dan dengan segera Risa beranjak dari posisinya.

"Pak Toha, ini tidak seperti yang Bapak lihat," jelas Risa pada pria paruh baya tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah, ketua RT di pemukiman Risa tinggal.

Karena Risa yakin pasti pak Toha akan berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.

"Aku melihat neng Risa sedang berbuat mesum dengan seorang pria, dan itu melanggar peraturan di lingkungan ini, mengingat lagi neng Risa masih berstatus janda,"

"Pak ta–"

"Jangan mengelak lagi neng Risa, aku juga melihat apa yang sedang neng Risa lakukan," sambung pria paruh baya lainnya yang tadi bersama dengan Pak Toha memotong perkataan Risa.

"Lingkungan ini memiliki aturan yang harus di taati, dan neng Risa sudah melanggarnya," jelas pak Toha.

"Pak. Benar apa yang di katakan Risa, jika ini hanya salah paham," ujar Anton coba membela Risa.

"Tidak bisa, kalian harus segera menikah sebelum warga lain mengetahui apa yang terjadi, dan menyeret kalian keliling kampung,"

"Apa!"

"Apa!"

Bersambung...........

Halo Guys, selamat datang di cerita baru aku, semoga kalian suka ya.

Dan jangan lupa masukin novel ini ke daftar subscribe ya, agar tidak ketinggalan jika aku sudah up, caranya ada di bawah sini👇👇👇

Tekan titik tiga di kanan atas

Lalu klik subscribe

Kesempatan Berharga

Anton dan Risa sama-sama terkejut mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Pak Toha.

"Kenapa kalian terkejut? Harusnya kalian senang karena kalian tidak akan lagi berbuat Zina seperti barusan,"

"Pak Toha, dengarkan aku. Yang Bapak lihat hanya salah paham, aku dan dia tidak sedang melakukan apa pun," jelas Risa lagi untuk menepis tuduhan pak Toha.

"Ya ampun neng Risa, salah paham yang seperti apa? Kami melihat neng Risa sedang bercumbu dengan pria ini," sambung pria yang berada di samping pak Toha dan menunjuk ke arah Anton.

Dan pria tersebut tak lain dan tak bukan adalah pak Samsul wakil ketua RT yang tadi menemani pak Toha keliling lingkungan untuk meminta iuran bulanan kepada setiap warga.

"Dan benar apa yang di katakan oleh pak Toha, neng Risa harus menikah dengan pria ini, untuk kebaikan neng Risa sendiri dan juga kebaikan lingkungan ini. Neng Risa tahu persis bukan, aturan di lingkungan tempat tinggal ini. Dan neng Risa tidak bisa menolak lagi untuk menikah dan mempertanggung jawabkan apa yang neng Risa baru saja lakukan."

"Tidak bisa begitu Pak, aku dan–"

"Neng Risa diamlah!" perintah Pak Toha menghentikan ucapan Risa.

Dan pak Toha sekarang menatap ke arah Anton yang berdiri tepat di samping Risa.

"Untuk kamu, apa kamu siap untuk menikahi neng Risa?"

"Tentu aku siap. Jika itu untuk kebaikan Risa dan lingkungan ini," jawab Anton yang tidak ingin kehilangan kesempatan berharga ini.

Risa menoleh ke arah Anton ketika mendengar apa yang baru saja di katakan nya.

"Pak Anton, apa yang bapak katakan?"

Namun, Anton tidak menjawab pertanyaan Risa.

Karena di lubuk hatinya begitu bahagia, saat ke dua pria paruh baya yang masih berada di depannya, mengatakan ingin menikahkan dirinya dan juga Risa.

Dan Anton akan selalu bersyukur karena bola karet yang tadi di injaknya bisa mengantarkan dirinya untuk memiliki Risa selamanya.

"Bagus, artinya kamu pria yang bertanggung jawab. Dan kapan kamu akan menikahi neng Risa?"

"Besok." jawab Anton dengan pasti. "Dan aku akan mengurus semua berkas yang di perlukan,"

"Pak Anton. Apa yang Bapak katakan ini?"

"Neng Risa sudahlah, harusnya Neng Risa senang. Karena pria ini mau bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukannya, dan dia juga sudah menyelamatkan nama baik neng Risa dan juga lingkungan ini," sambung Pak Toha.

"Ada apa ini?" tanya wanita paruh baya yang baru masuk ke dalam rumah sambil menggandeng gadis kecil yang tak lain dan tak bukan adalah Nana putri Risa.

"Mama," panggil Nana yang langsung berlari menghampiri Risa.

Begitupun dengan wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Ibu Ria, ibu kandung Risa. Yang berjalan menyusul Nana, sambil menatap Risa, Anton dan juga Pak Toha dan Pak Samsul bergantian.

"Ada apa pak Toha?" tanya Ibu Ria penasaran, ketika melihat raut wajah ke empatnya yang terlihat tegang.

"Bagus Bu Ria datang. Neng Risa sudah melanggar peraturan di lingkungan ini dengan berzina,"

"Apa!" Ibu Ria begitu terkejut mendengar apa yang baru saja pak Toha katakan. "Maksud pak Toha apa?"

Dan pak Toha langsung menceritakan apa yang di lihatnya, dan juga mengatakan jika Anton akan menikahi Risa besok untuk bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukannya.

Kemudian ibu Ria sekarang mengalihkan tatapannya ke arah sang putri dan juga Anton bergantian.

"Apa yang di katakan oleh Pak Toha benar?"

"Ti–"

"Benar Bu, dan aku akan bertanggung jawab dengan apa yang sudah aku lakukan," jawab Anton menyela ucapan Risa.

"Terima kasih Nak Anton," ujar ibu Ria sambil mengukir senyum dan ke dua tangannya meraih tangan Anton dan menggenggamnya. "Ibu tahu Nak Anton pria yang baik,"

Risa langsung menggelengkan kepalanya mendengar ucapan sang ibu yang tidak seperti di bayangkan nya. Lalu Risa menggendong sang putri menuju ke kamarnya, meninggalkan semua orang tanpa mengatakan apa pun.

Karena Risa yakin, apa pun pembelaannya tidak akan pernah di gubris, saat sang ibu begitu antusias mendengar Anton yang akan menikahinya.

Selepas kepergian pak Toha, pak Samsul dan juga Anton dari rumahnya, setelah membahas acara pernikahan esok hari. Ibu Ria tersenyum bahagia mendapati sang putri akan menikah lagi setelah empat tahun lebih menjanda.

Meskipun dirinya tahu pernikahan ini bukan keinginan sang putri, tapi Ibu Ria begitu antusias karena pria yang akan menikahi sang putri adalah Anton.

Pria yang sudah Ibu Ria kenal, dan Ibu Ria juga tahu jika Anton sudah lama mencintai Risa.

Saat Anton beberapa kali datang berkunjung ke rumah dan meminta izin untuk mendekati Risa.

Ibu Ria mengetuk pintu kamar sang putri sebelum masuk ke dalam. Dan melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur, di mana Risa sedang merebahkan tubuhnya sambil memeluk Nana untuk menidurkannya.

Lalu ibu Ria duduk di pinggiran tempat tidur, tepat di belakang sang putri. Saat ibu Ria tahu Risa belum tidur, hanya Nana yang sudah tertidur lelap.

"Anton sangat mencintai kamu Risa, ibu sangat tahu dia salah satu pria baik yang pantas menjadi pendamping kamu,"

"Tapi ibu belum mendengar apa yang sebenarnya terjadi, karena apa yang di katakan pak Toha itu tidak benar, aku dan juga–"

"Ibu tidak ingin mendengar pembelaan kamu," sambung ibu Ria memotong perkataan sang putri. "Ibu begitu bahagia akhirnya kamu akan menikah lagi,"

"Ibu egois!" seru Risa yang sekarang beranjak dari tidurnya. "Ibu tidak mengerti perasaan aku,"

"Perasaan apa? Apa karena kamu tidak mencintai Anton?"

"Iya, dan aku tidak ingin menikah dengan pria yang tidak aku cintai,"

Ibu Ria beranjak dari duduknya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh sang putri, lalu menatap ke arah Risa yang juga menatap ke arahnya.

"Kamu yang egois Ris, lihat anak kamu. Nana butuh seorang ayah, dan ibu yakin Anton akan menjadi sosok ayah yang baik untuk Nana. Dan untuk cinta, cinta itu akan datang dengan berjalannya waktu, dan ibu yakin, kamu akan mencintai Anton nantinya. Bukan cinta di awal namun setelahnya menyakitkan, seperti cinta kamu pada mantan suami kamu itu, apa kamu masih ingat apa yang dia lakukan padamu?"

"Cukup Bu, Aku tidak ingin membahas masa lalu," sambung Risa yang langsung turun dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Saat Risa mendengar apa yang di katakan oleh sang ibu. Jika dirinya dulu sangat mencintai mantan suaminya, namun cintanya di balas dengan perlakukan kasarnya.

"Ya Tuhan. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menikah dengan Pak Anton? Atau aku harus pergi untuk menghindari pernikahan ini?" tanya Risa saat sudah berada di luar kamar.

"Pergi saja, dan jangan pernah kembali!" seru ibu Ria yang sudah keluar dari kamar sang putri dan mendengar jelas apa yang baru saja di katakannya.

Bersambung...................

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!