NovelToon NovelToon

Mom For ARCHIE

1. Baby Archie

Sheano Elza winara, pria tampan dan mapan berusia 30 tahun.

Pria itu berjalan tergesa-gesa dilorong rumah sakit, menuju ruang rawat VVIP.

Brak.

Pintu didorong dengan keras, menimbulkan bunyi yang membuat beberapa orang didalam ruangan Terkejut dan menoleh kesumber suara.

"Ma, ada apa?" Shean berjalan kearah wanita paruh baya yang sedang menenangkan seorang bayi kecil dalam gendongannya.

Nyonya Rose menatap putranya dengan pandangan yang sulit diartikan. Hanya tetesan air mata yang mengiringi kesedihan dalam hatinya.

"El-elma...istrimu pergi." Jawab mama Rose pelan. Matanya menatap malaikat kecil yang baru berusia 1 hari.

"Kak..."

"Elma baru kemarin melahirkan. Mana mungkin bisa pergi tiba - tiba." Setelah termenung sejenak, pria itu lantas menatap adik perempuannya yang berdiri disamping mamanya.

"Seorang pria datang dan mengajak kak elma pergi. Aku dan deyna sudah berusaha menahannya. Tapi kak elma menolak." Jelas Vena adik perempuan shean yang pertama.

"Ini titipan dari kak elma, kak." Deyna memberikan sebuah surat dan amplop.

Shean mengambil dua kertas itu dan membuka kertas yang dilipat terlebih dahulu. Matanya memanas dan tangannya mengepal kuat. Aura kebencian dan kemarahan terukir jelas dalam wajah tampannya setelah membaca isi surat dari mantan istrinya. Selain surat, ternyata amplop itu berisi surat dari pengadilan agama. Yang menyatakan mereka telah resmi bercerai.

isi surat elma.

Sebelumnya aku minta maaf padamu, shean. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita. Aku mencintai pria lain, dan aku memutuskan bersamanya. Titip putra kita, dia lebih butuh kamu.

I'm Sorry. Dan terima kasih untuk cintamu selama ini.

From : Elma Dinara.

*

*

*

*

*

"Kondisi nyonya Nita memburuk. Ibumu harus segera melakukan operasi jantung." Jelas dokter Zayn kepada anak dari salah satu pasiennya.

Arisha menunduk menatap wanita yang menjadi pahlawan hidupnya, kini terbaring lemah dengan banyaknya alat medis yang terpasang ditubuhnya. Air matanya tak bisa ditahan ketika melihat wanita kesayangannya sedang berjuang melawan antara hidup dan matinya.

Gadis berusia 24 tahun itu menghapus bulir - bulir air mata yang menetes diwajah cantiknya. "Tolong lakukan yang terbaik, dok. Saya akan berusaha mencari biayanya." Jawab Arisha pelan sambil menggenggam tangan ibunya.

Dokter Zayn mengangguk. "Usahakan secepatnya, ibumu tidak bisa menunggu lebih lama lagi." Ucap dokter Zayn.

Arisha mengangguk. "Baik dok."

Dokter zayn lantas keluar dari ruang rawat diikuti dua perawat dibelakang nya.

Arisha Camelia. Gadis cantik pemilik senyum manis, rambutnya coklat lurus panjang melewati bahu. Bola matanya coklat terang bersinar dan begitu indah memenjakan mata yang memandangnya. Hidungnya mancung bibirnya merah alami. Tubuhnya ramping bak aktris china.

Arisha semakin erat menggenggam tangan ibunya. Air matanya tak berhenti menetas melihat ibunya yang memejamkan mata, wajahnya pucat pasi.

Biaya perawatan ibu nita saja perharinya sudah mahal, ditambah biaya sekolah adiknya yang masih SMP kelas 9 dan keperluan sehari - hari. Kini biaya operasi yang mungkin saja bisa mencapai puluhan atau ratusan juta. Dari mana mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?.

Risha memejamkan matanya erat. Sekilas Bayangan ibunya yang tersenyum manis sebelum penyakit menyerangnya, kini muncul. Seolah memberi semangat, Risha pasti bisa melewati semua ini.

Risha keluar dari ruang perawatan ibu nita, hari sudah siang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 2 siang, untuk menenangkan fikirannya risha memilih menuju kantin rumah sakit. Kebetulan cacing - cacing dalam perutnya sudah teriak - teriak, karena dari pagi tidak diberi jatah makanan.

*

*

*

"Syuuuttt...Tenang ya, sayang. Jangan nangis terus, cucu oma. Cup cup cup..." Nyonya rose menepuk - nepuk pelan cucunya yang berada digendongannya. Dari tadi bayi kecil itu tidak mau berhenti menangis. Nyonya rose dan kedua anak perempuannya sudah kewalahan bergantian menenangkan bayi kecil itu.

"Coba ku gendong, ma." Tawar Shean. Dari tadi pria itu hanya diam menyaksikan ibu dan adik - adiknya yang terus menggerutu karena putranya tak mau berhenti menangis.

Bukan tak perduli pada putranya, pria itu hanya tidak mengerti cara mengurus anak. Terlebih seorang bayi yang seharusnya masih meminum ASI dari ibunya.

"Ma, sepertinya Archie lapar deh." Vena menatap keponakannya yang berada digendongan kakaknya.

Archiello Elza Winara, Nama yang diberikan shean beberapa menit lalu untuk putra kecilnya.

"Coba kau beri Archie, ASI kak." Deyna memberi usul kepada kakak perempuannya, membuat Vena menatapnya tajam.

"Bicara sekali lagi, Aku tak mau meminjamkanmu Laptopku lagi."

Deyna tersenyum dan menggelayut dibahu kakak perempuannya. "Iya, kakakku yang paling cuaannttikkk...Jangan judes - judes." Jawab deyna nyengir.

"Oowweeekkk...oowweeekkk...oowweeekkk..."

Suara tangisan Archie, yang sempat berhenti setelah digendong papanya, kini terdengar lagi.

"Ini semua gara - gara kalian. Tadi Putraku sudah diam, sekarang nangis lagi." Shean menatap tajam kedua adiknya yang tak mau diam.

Kedua anak perempuan itu bila bersama, memang seperti kucing dan tikus. Bertengkar, Namun tetap saling sayang. Ya namanya juga saudara, bumbu - bumbu dalam jalinan keluarga. Akan hambar bila tak ada perselisihan, namun setelah itu saling memaafkan.

"Iisshh...kenapa kami sih, perasaan memang archie aja yang sensitif deh." Deyna mengelak tak mau disalahkan.

Nyonya rose memberikan botol susu kepada putranya. Namun sayang, Baby archie menolak ketika Rasa Yang tidak terlalu manis itu menetes dimulut kecilnya.

"Ma, sepertinya harus ganti susu formula." ucap shean yang akhirnya menyerah memberikan susu untuk putranya.

"ini bukan yang pertama putramu menolaknya, shean. Kita sudah membeli hampir semua merk disupermarket dan anjuran dari dokter. Ah, apa sebaiknya kita beli saja, ASI dari mantan istrimu itu?" Jawab nyonya rose kesal. Wanita paruh baya itu begitu membenci mantan menantunya yang tega meninggalkan putra dan cucunya yang masih membutuhkannya.

shean mendengus kesal dengan jawaban mamanya. Pria itu lantas membawa keluar putranya dari ruangan bayi itu, mencari udara yang lebih luas. Siapa tahu putranya engap dan setelah itu mau diam.

Sambil menimang - nimang baby archie yang tak mau diam, pria itu mengoceh tidak jelas. Siapa tahu saja putranya mau diam, kan? Namun itu hanyalah dalam mimpi shean, Putranya tetap bersikukuh dengan tangisannya.

"Sini, berikan mama." Nyonya rose mengambil alih cucunya lagi.

Beberapa perawat bayi yang ditugaskan menjaga baby Archie selama dua hari ini juga turut berusaha menenangkan pewaris keluarga Elza winara. Namun bayi itu seolah tak menginginkan mereka semua.

Mendengar suara tangisan bayi disepanjang lorong rumah sakit dilantai 14, Risha menoleh. Matanya tertuju ke Depan ruangan VVIP, dimana beberapa orang tengah berkumpul. Didekat mereka, para pengunjung rumah sakit juga sedang berbisik-bisik, entahlah apa yang dibicarakan.

Tangisan bayi itu seolah mengundang Risha untuk mendekat. Hatinya ingin mengabaikan, karena bukan urusannya juga. Namun hati kecilnya tak sejalan dengan pikiran, hingga memberanikan diri, Gadis itu berjalan melangkah semakin dekat.

"Rishaa..."

*

*

*

*

*

Bersambung...

Hai gaes, jumpa lagi ya, sama othor yang udah lama ninggalin dunia NT...Aku kembali nih, dengan karya yang berbeda😁😁

2. Gadis Manis

"Rishaa..."

Saat hendak melangkah, Suara dari depan mengagetkan gadis cantik itu.

"Kau risha, kan?" Tanya Vena, yang baru kembali dari kamar mandi umum dirumah sakit.

Risha mengangguk dan menyipitkab mata. Rasa - rasanya dia tak mengenal gadis cantik berambut hitam berselang seling warna coklat keputihan.

"Aku Vena, Kau lupa? Juniormu waktu kuliah."

Risha mengingat - ingat kembali fikirannya. "Ah, iya. Kau, Vena?" Jawabnya. Tentu saja risha kenal vena, Anak jurusan Fashion Business. Gadis yang terpaut usia dua tahun lebih muda darinya. Kulitnya putih bersih dan terawat, wajahnya cantik bak model majalah kecantikan. Bodynya pas untuk gadis remaja seusianya. Sayangnya, sisilain gadis itu, judes dan suka memilih - milih teman yang sepadan dengan kriterianya.

"Aku tidak perlu mengulangi kata - kataku."

"Kak, dia siapa?" Tanya Deyna, yang kebetulan disamping kakaknya. Gadis itu penasaran dengan sesosok gadis manis yang disapa kakak perempuannya.

"Dia Arisha. Dulu salah satu seniorku dikampus. Cantik, dan pernah jadi pusat perhatian para cowok dulu." Vena enggan mengatakan kebenaran tentang risha yang pernah menjadi primadona dikampusnya. Ya maklum saja, risha gadis biasa. Sederhana, namun bermodal wajah manis dan menarik.

Deyna tersenyum sumringah. Dulu gadis itu begitu penasaran dengan sosok Arisha, gadis yang begitu dibenci kakak perempuannya karena kecantikannya. Dewi keberuntungan berpihak pada Arisha, dia cantik manis ramah dan tatapannya begitu memikat. Sayang sekali gadis itu masih saja menutup diri, bagi pria yang mendekatinya.

Saat hendak menyapa gadis yang begitu membuat deyna penasaran dulu. Tiba - tiba suara baby archie yang menangis sudah berada disamping mereka. Nyonya rose membawa cucunya menghampiri kedua anak perempuannya.

"Sudah selesai ke kamar mandinya? Ayo gantian tenangin Archie. Mama capek tau nggak?" Wanita paruh baya itu mengeluh.

Jangan ditanya lagi shean bagaimana? Pria itu sudah menyerah menenangkan putranya yang entah sifat keras kepala siapa yang menurun keanaknya itu.

"Aku capek, ma. Kak vena, aja." Deyna menolak.

"Lah kok, aku? Aku juga capek, ma. Dari kemarin aku yang jagain archie kok!"

keluhan kedua putrinya membuat nyonya rose tambah pusing. Suster tidak mau, dokter juga, papanya pun ditolak lalu siapa yang archie inginkan sih? Nyonya rose menggerutu kesal.

"Apa saya bisa menggendongnya?" Lancang sekali risha. Bukan keluarga, bukan saudara namun seenaknya bicara. Hatinya seolah mendorongnya menyentuh bayi mungil Tampan itu.

"Ma-maaf, saya salah bicara. Saya permisi." Risha sadar, tak seharusnya ikut campur dalam urusan orang lain. Sebelum terjadi masalah, lebih baik pergi saja.

Saat hendak berbalik, tiba - tiba nyonya rose mengizinkannya menggendong cucunya. Bila keluarga ditolak, bisa aja orang luar yang diterima, kan?.

Dengan ragu tapi mau, risha dengan hati - hati memperbaik posisi baby Archie yang baru saja diterimanya dari gendongan omanya.

"Sshhh sshhh sshhh...Anak tampan, Jangan nangis ya sayang." Suara lembut mengalun merdu dalam telinga Baby Archie.

Risha mengusap lembut kepala archie dan mengayunkan tubuhnya pelan seakan mengikuti irama musik. Bila tadi bayi itu menolak semua keluarganya, kini Ajaib. Perlahan tangisannya mulai mereda, tinggal isakan kecil. Dan kini, bayi itu mulai terlelap tenang. Nakal memang Archie, digendong sama yang manis dan bening aja langsung diem. Moga - moga bukan turunan dari papa Shean ya...

Shean yang sempat frustasi karena putranya tak mau diam, kini bernafas lega. Begitu juga mama, adik, dan suster yang disana. Pria itu menatap wajah Gadis yang berhasil menenangkan putra kesayangannya.

"Cantik." Gumam Shean pelan, dan hanya dia yang mendengar. Seulas senyum terlukis dibibirnya.

Tatapan risha tertuju pada pria yang berdiri dibelakang nyonya rose. Mata hitam pekat itu menatapnya. Sepersekian detik, mata coklat risha yang bersinar seakan melumpuhkan pandangannya shean. Mata hitamnya seolah ingin selalu menatap mata yang begitu memikat itu.

Merasa malu diperhatikan. Risha menunduk menatap mahluk ciptaan tuhan yang begitu sempurna digendongannya. Hidungnya mancung, alisnya yang lumayan tebal, kulitnya merah, bibirnya merah ranum. Wajahnya sangat tampan, benar - benar kopian dari papa shean. Jangan tanya matanya, Risha belum melihatnya terlalu jelas karena Archie tadi menangis, dan sekarang bola mata itu tertutup.

"Ekheemm...Jangan diperhatikan terus, kak. Terpesona, loh. Aku dengar - dengar, kak risha itu pandai memikat." Goda Deyna yang tiba - tiba sudah berapa disamping kakak laki - lakinya. Entah kapan datangnya gadis usil itu.

Shean menatap adiknya malas. "Anak kecil jangan sok tahu." Ketus shean.

"Isshh. Aku sumpahin ya kak, suatu saat kakak akan jatuh cinta lagi, secinta - cintanya sama Perempuan yang berhasil membuat Archie nyaman."

Shean tersenyum dan mengacak - ngacak rambut hitam adik kecilnya. "Kamu itu anak ingusan kemarin sore. Mana ngerti soal cinta. Tugasmu belajar dan sekolah, Archie urusan kakak."

"Hm ya ya ya..."

*

*

*

*

*

"Dari mana saja, kamu?." Suara lantang dan keras mengagetkan risha yang masuk kedalam ruang rawat ibunya.

Seorang wanita berambut sebahu warna hitam. Tatapannya tajam, dia adalah Yuni, ibu tiri risha. Wanita yang dinikahi ayahnya setelah bercerai dari ibunya. Wanita yang merenggut kebahagiaannya bersama keluarga kecilnya, yang merenggut ayahnya dari risha dan angga juga ibu anita, kini wanita itu berdiri didepannya dengan tatapan tajam.

"Ada urusan apa, anda kemari?" Risha membalik pertanyaan.

"Beginikah hasil didikan ibumu? Bicaramu sungguh tidak sopan!" Wanita itu tersenyum sinis dan melipat tangannya diperut.

"Setidaknya ibuku tidak pernah mengajarkanku, merebut apa yang bukan milik, kita." Sindir risha.

"Kau menyindirku?"

"Tidak. Tapi jika anda merasa ya bukan salah saya." Risha melengos dan menghindari wanita yang begitu dia benci. Gadis itu memilih duduk disofa yang tersedia diruang rawat bu nita.

Yuni dan Arga, dua orang yang dibenci risha. Sebab mereka, kehidupan yang dulu diimpikan banyak orang dalam keluarganya yang harmonis, kini hancur. Arga ayah kandung risha memilih pergi meninggalkan istri dan anak - anaknya yang masih kecil.

Bertahun-tahun risha dan ibunya berjuang memenuhi kebutuhan mereka, dan dari kerja keras ibunya lah yang mengantar risha sampai bisa lulus S1 Jurusan Management bisnis. Dan kini, biarlah risha yang bergantian dengan ibunya, menyekolahkan adik lelakinya, dan membiayai pengobatan ibunya. Ada pepatah, Usaha tidak akan mengkhianati hasil, dan serahkan semuanya pada sang pencipta alam semesta.

"Aku kesini atas perintah dari suamiku yang sekarang berada dinegeri orang. Kami akan menyumbangkan 50 juta untuk pengobatan ibumu." Yuni sengaja menyebutkan Kata 'Memyumbang.

Risha berusaha bersikap santai dan tersenyum.

"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih, Nyonya Yuni Argantara. Jika anda dan suami berniat menyumbang kepada saya. Setidaknya tunggulah sampai saya menjadi Yatim." Risha tersenyum manis.

"Kamu mendo'akan ayahmu, mati? Anak macam apa kamu, Sha?" Yuni merasa tidak terima.

"Saya tidak mendo'akan. Tapi itu kenyataannya, anda berniat menyumbang, padahal uang yang anda kasih itu juga hak saya. Tapi anda beruntung, karena saya juga tidak menginginkannya. Dari pada anda membuang - buang waktu disini, pintu keluarnya ada disebelah sana. Silahkan." Risha menunjuk arah pintu menuju keluar.

Merasa sudah muak, yuni berdiri. "Baiklah, jika itu maumu. Aku tak perlu repot-repot ke ATM mencarikan uang yang lebih baik aku pakai buat beli tas baru. Terima kasih, anak tiriku tersayang." Setelah mengatakan itu, yuni lantas langsung melangkah menuju pintu keluar.

"Ya, terserah."

Risha sudah pasrah dalam masalah yang silih berganti dikeluarganya. Tak mau ambil pusing mengenai ayah dan ibu tirinya yang tidak pernah dianggap ada. Fokusnya sekarang hanya ibu dan adiknya.

Baru saja hendak memejamkan mata, suara ketokan pintu langsung menyadarkan risha. gadis itu menggerutu kesal karena menyangka dibalik pintu adalah wanita yang beberapa menit lalu menghancurkan moodnya. Dengan terpaksa gadis itu berdiri dan melangkahkan kaki menuju pintu.

"Ada apa lagi, sih? Bukankah Saya sudah bil--..." Ucapan risha terhenti ketika melihat siapa yang datang.

*

*

*

Bersambung...

Hayo, mana kembang lopenya?...

3. Permainan takdir

Risha mengaduk - ngaduk Lemon tea yang berada didalam gelas didepannya. Sesekali menyeruput sedikit demi sedikit minuman yang menyegarkan kerongkongan itu.

"Ekheemm..." Seorang pria didepan risha berdeham. Setelah mereka saling diam satu sama lain.

"Saya tahu, kamu butuh uang untuk pengobatan ibumu, kan?" Shean menatap kearah luar jendela. Enggan sekali rasanya menatap gadis didepannya. Terlebih mereka baru kenal.

"Itu bukan urusan, anda."

Shean menarik salah satu ujung bibirnya. "Tapi saya bisa bantu, kamu." Pria itu mengalihkan penglihatannya kearah risha.

Risha menarik nafas dan mengeluarkannya. "Mohon maaf sebelumnya, tuan. Bukankah kita tidak saling mengenal? Saya kenal anda tadi karena kebetulan anda kakak dari Vena. Lantas, mengapa anda bisa tahu semua tentang saya?" Jawab arisha.

"Karena kamu, Satu - satunya orang yang disukai putra saya."

Risha menatap shean. Entah apa yang ada dalam fikirannya tadi, tangisan bayi itu seolah memanggilnya mendekat. Dan kini dia malah terjebak dengan kecerobohannya sendiri.

"Sebenarnya apa yang tuan, inginkan?" Ucap Risha pada akhirnya.

"Jadilah pengasuh Putra saya, maka saya akan membiayai seluruh pengobatan ibumu sampai ibumu sembuh." Tawar Shean.

Menarik juga bukan? Risha tak perlu pusing memikirkan biaya ibunya, hanya merawat seorang bayi kecil. Dan ibunya bisa sembuh. Namun semua tak seindah dalam khayalan risha. Shean bukan orang sembarangan, tak kan mudah lepas dengannya sekali pria itu menginginkannya.

Apa gunanya lulusan Management dengan nilai terbaik, kalau akhirnya hanya mengganti popok merawat dan menidurkan bayi?

"Tuan, sepertinya anda salah orang. Saya bukan pengasuh anak."

Shean membenarkan posisi duduknya menghadap risha. "Apa kamu pernah dengar, istilah pernikahan kontrak?" Tanya shean.

Risha memutar bola matanya. Pernikahan kontrak? Tentu saja dia tahu, itu semacam kisah yang sering dibaca dalam novel - novel buku koleksinya.

Risha mengangguk.

"Bagaimana jika kita melakukan itu? Kita menikah kontrak, itu seperti simbiosis mutualisme. Saya membiayai pengobatan ibumu dan biaya pendidikan adikmu, dan kamu menjadi ibu untuk Archie. Saling menguntungkan bukan?" Ucap Shean dengan ekspresi datarnya.

Saling menguntungkan. Namun pernikahan bukanlah sebuah mainan. Apalagi ada kontrak dalam perjanjian. Orang berada seperti shean, mana ngerti soal Arti pernikahan yang sesungguhnya?

"Saya tidak bisa mempermainkan sebuah pernikahan, maaf. Bagi saya menikah itu sekali dan seumur hidup, saya tidak mau mengingkari janji saya pada yang diatas. Walau apapun kondisi saya saat ini."

Shean mengulum bibirnya ketika mendengar jawaban yang diinginkan dari mulut risha. Gadis langka seperti inilah yang dicari. Sangat cocok menjadi ibu Archie, Jika putranya berada dalam asuhannya, bisa dipastikan putranya akan tumbuh menjadi pribadi yang baik.

Tak salah menanyakan soal risha kepada adik perempuannya. Satu - satunya orang yang meluluhkan putranya. Sangat mudah dalam waktu beberapa menit untuk mencari tahu gadis itu. Tak apalah, baru menduda sehari kini sudah mau cari lagi. Jangan bilang shean tak mencintai mantan istrinya, bahkan pria itu mencintainya lebih dari apapun. Namun sekarang prioritasnya hanyalah kenangan dari mantan istrinya, Archiello.

"Saya akan memberikan kamu waktu, dua puluh empat jam. Fikirkan tawaran saya baik - baik." Shean mengambil sesuatu dalam dompetnya dan menyerahkan kepada risha. "Ini kartu nama saya. Hubungi saya nanti." Lanjut shean, setelah membayar pesanan mereka, pria itu langsung melangkah pergi meninggalkan cafe yang berada disebrang rumah sakit.

Risha mengusap wajahnya berkali-kali. Menjadi istri kontrak, lebih tepatnya pengasuh anak.

Permainan takdir macam apa lagi yang tertulis untuknya kini? belum cukupkah semuanya? Keluarganya hancur, ibunya sakit, dan kini? Penawaran yang membawanya pada akhir yang risha sendiri tak tahu nantinya.

*

*

*

*

*

Pagi harinya. Baby Archie sudah diizinkan pulang, setelah dua hari mendapatkan perawatan karena kekurangan Kalsium.

Bayi itu nampak tenang terlelap dalam gendongan omanya. Nyonya rose kini duduk didepan rumah sakit sembari menunggu putranya yang mengurus biaya administrasi.

"Arisha" Sapa nyonya rose saat melihat gadis itu berjalan keluar dari pintu rumah sakit.

Merasa terpanggil, risha menoleh kesumber suara. Senyum kaku terukir dibibir pinknya. Mengapa takdir seakan mempermainkannya dengan mempertemukan nya kembali dengan Keluarga Shean. Pria gila yang hendak menjeratnya dalam permainan takdir pria itu.

Dengan ragu, risha berjalan mendekat kearah wanita yang menggendong Archie. Baguslah wanita itu sendirian, tak ada Shean Vena ataupun deyna.

"Selamat pagi, tante." Sapa risha.

"Pagi juga. Bagaimana keadaan ibumu?" Tanya nyonya rose.

Sepersekian detik, rhisa terdiam. Wanita itu tahu mengenai ibunya yang sakit, mungkin saja shean sudah menceritakannya.

"Ba-baik, tante." Bohong risha. Tan mungkin juga mengatakan kondisi ibunya yang sekarang sedang dan bertambah tidak baik - baik saja.

"Semoga ibumu segera sembuh, ya."

"Terima kasih, tante."

Bola mata coklat risha menatap kearah wajah damai yang terlelap digendong nyonya rose. Entah mengapa wajah damai itu sedikit menenangkan hatinya yang sedang gundah. Bola mata Bayi kecil itu perlahan terbuka, membuat risha bisa melihat mata hitam pekatnya. Sungguh mirip dengan papanya.

Suara rengekan tangisan Archie mulai terdengar. Sepertinya bayi itu bisa merasakan kehadiran calon ibunya.

"Boleh saya gendong, tante." Tawar risha meminta izin.

"Tentu saja." Nyonya rose tersenyum dan memberikan Archie ke risha.

Risha berdiri dan mulai mengayunkan gendongan tangan kirinya pelan. Bayi itu dibedong, jadi mudah buat digendong.

Ajaib sekali. Archie kembali diam dan matanya kembali terpejam, Setelah beberapa kali risha mengusap lembut kepalanya dan punggungnya.

"Archie itu memang pilih kasih, ya? Sama oma dan tantenya aja nggak mau. Eh, sama orang lain yang lebih bening mau." Canda nyonya rose.

Risha tersenyum , sungguh manis sekali senyumannya, walaupun tak ada cekungan di pipi kanan kirinya. Namun mampu menyihir pria yang berdiri tak jauh dari mereka.

Lagi, shean melihat putranya tenang karena gadis itu. Risha seperti ibu kedua bagi Archie, walau tidak lahir dari rahimnya, namun ikatan batin mereka seakan sangat kuat. Bahkan Archie pun bisa merasakan kehadiran jika risha berada didekatnya.

"Jadi pulang tidak, ma." Tanya shean setelah menghampiri mereka. Perusak suasana saja.

Setelah Archie benar - benar tidur kembali. Risha memberikan archie kegendongan nyonya rose dengan hati - hati.

"Tante, kalau gitu saya pergi ya." Pamit risha kepada nyonya rose.

"Terima kasih ya, rish."

"Iya tante."

Risha pun melangkah pergi tanpa menyapa ayah archie. Shean bersikap datar - datar saja pada sikap gadis itu.

*

*

*

"Kak risha." Panggil seorang anak laki - laki.

Risha yang hendak membuka pintu ruang rawat ibunya langsung menoleh kebelakang.

"Angga." Gadis itu memeluk adik laki - lakinya yang beberapa hari ini tidak bertemu.

"Kak gimana kondisi, ibu?" Tanya angga setelah pelukan mereka terlepas.

"Ibu akan segerah sembuh. Jangan khawatir." jawab risha. Tangannya mengusap pelan rambut adiknya.

pandangan risha tertuju pada perempuan yang mengantar adiknya kerumah sakit. Lisa, Adik tirinya. Anak dari pernikahan baru ayahnya. Usianya lebih muda 5 tahun darinya.

Lisa menatap kakak tirinya dengan tatapan tak suka. Gadis itu memang tidak pernah menyukai kakak tirinya, bahkan terang - terangan membencinya. Lisa begitu iri dengan apa yang dimiliki risha, kecantikan gadis itu tidak bisa dibandingi dengan kecantikannya yang kalah dibawah standar risha.

"Terima kasih sudah mengantarkan angga." Ucap risha acuh.

"Sebenarnya aku tidak mau. Tapi mau gimana lagi, ayahku menyuruh menjemput adikmu." Jawab lisa tak kalah judes.

"Lain kali kalau papamu menyuruh, Tolak saja. Biarkan Bibi yie yang mengantar."

"Sesuai perintahmu."

"Arisha..." Panggil seseorang, membuat arisha angga dan Lisa menoleh kesumber suara.

*

*

*

*

*

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!