NovelToon NovelToon

Mantan Menyebalkan!

Menolak

“Shen… mau kah kamu menjadi kekasihku?”

Sebuah kalimat yang sangat dihindari gadis bernama lengkap Shenina Anastasya beberapa tahun ini kini sudah memenuhi gendang telinganya hingga membuat gadis cantik tersebut membeku pada tempatnya dengan tatapan tidak percaya.

“Sejak pertama bertemu kamu, hati aku sudah tertuju pada kamu Shenina…” Kalimat lanjutan dari lelaki bertubuh tegap yang tengah berjalan ke arah Shenina tersebut semakin membuat Shenina mematung dan memejamkan matanya.

Ini tempat umum, di depan banyak orang... Shenina berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya agar pasokan oksigen dalam paru-parunya penuh.

Namun yang Shenina rasakan adalah Nyeri…

Hati Shenina tiba-tiba terasa sangat nyeri karena kejadian saat ini langsung menarik jiwanya untuk kembali ke masa lalu dimana sebuah kenangan terindah terukir namun meninggalkan luka yang begitu dalam hingga saat ini. Luka lama yang belum sembuh.

Sekuat tenaga Shenina berusaha membawa kembali jiwanya ke kehidupan saat ini dan melupakan kenangan buruk tersebut.

“Please, terima cinta aku Shen… aku sangat mencintai kamu Shenina… Aku tidak bisa berjanji untuk terus membuat kamu bahagia dan tertawa, karena di dunia ini tidak ada hubungan yang sempurna.

Tapi aku berjanji akan berusaha semampu aku dan sebisa aku untuk membahagiakan kamu, aku berjanji untuk setia sama kamu dan selalu ada disamping kamu dalam kondisi apapun, Shenina Anastasya.”

Mendengar kalimat panjang lebar yang diutarakan rekan kerjanya itu, Shenina memberanikan diri untuk membuka matanya.

Dan alangkah terkejutnya Shenina mendapati Dhani sudah berlutut dihadapannya dengan buket bunga mawar merah di tangan kanannya yang dipersembahkan spesial untuk Shenina.

Susah payah Shenina menelan salivanya hingga Shenina tersadar bahwa saat ini dia dan Dhani sedang menjadi pusat perhatian. Iya perhatian seluruh rekan kerjanya.

“Dhani… berdiri.. elo apa-apaan sih?” Tanya Shenina dengan lirih. Tidak lupa wajah kesal Shenina yang tidak bisa gadis cantik itu sembunyikan lagi karena ungkapan Dhani.

“Jawab dulu pertanyaan aku Shen… Please…” Ucap lelaki tampan bernama Dhani itu dengan tidak kalah lirih sehingga tidak terdengar oleh yang lainnya yang sudah heboh akan aksi Dhani malam ini.

“Nggak Dhan… gue gak bisa. Elu tahu itu.” Tolak Shenina pelan.

“Kamu tega mempermalukan aku dengan penolakan kamu di hadapan semua orang?” Tanya Dhani lirih dengan tatapan memohon.

Shenina memejamkan matanya kembali.

“Terima…”

“Terima…”

“Ayo… terima Dhani Shen… kasian Dhani kelamaan berlutut.”

“Terima..”

“Terima…”

Suara rekan kerja Shenina yang saling sahut menyahut menciptakan suasana rame di tengah dinginnya malam. Shenina menggelengkan kepalanya pelan.

Tidak, Shenina tidak mau hanya menggunakan perasaannya dalam mengambil keputusan. Shenina harus mengutamakan logikanya. Sebab Shenina pernah hanya mengandalkan perasaan tapi berujung menyakitkan.

“Please Shen,,, jangan jatuhkan harga diri aku dengan penolakan kamu.” Mohon Dhani dengan lirih.

Dhani sebenarnya tidak mempermasalahkan harga dirinya sebab semua orang sudah tahu akan perasaannya pada Shenina. Dhani hanya saja takut jika Shenina menolak pernyataan cintanya sedangkan dia sangat mencintai dan mengharapkan Shenina jadi kekasihnya dan pendampingnya kelak.

“Shenina… Maukah kamu jadi kekasih aku?” Tanya Dhani sekali lagi dengan suara lantang karena Shenina masih nampak diam.

Bukan hanya Dhani saja yang berdebar mendengar jawaban Shenina namun semua rekan kerja Dhani dan Shenina juga langsung terdiam karena teramat penasaran dengan jawaban gadis cantik yang terkenal pendiam selama di kantor itu.

“Shen… jangan buat kita kita menunggu jawaban elu dong!” Celetuk Iqbal yang sudah tidak sabar membuat Shenina semakin kalut.

“Dhani…” Panggil Shenina menunduk menatap wajah Dhani yang masih setia berlutut di hadapannya, didepan para teman-teman kantornya yang saat ini sedang melakukan Gathering tiga hari dua malam di sebuah Villa di daerah Puncak. Dan ini adalah malam terakhir Gathering.

Pandangan mata Shenina dan Dhani terpatri dalam beberapa detik.

“Sorry gue gak bisa menerima cinta elu Dhan…” Jawab Shenina lirih karena merasa bersalah pada rekan kerjanya tersebut akan perasaan yang tidak bisa Shenina balas. Padahal Dhani adalah lelaki yang baik dan lembut juga sabar.

“Kenapa Shen?” Tanya Dhani dengan tatapan yang menuntut penjelasan pada gadis yang ia kenal selama dua tahun ini. Padahal Dhani sudah tahu pasti alasan Shenina menolak dirinya.

“Sorry,,, gue gak bisa Dhan… gue belum kepikiran untuk menjalin hubungan dengan siapa pun.” Kata Shenina lagi yang langsung berlari memasuki Villa yang disewa oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Mata Dhani berkaca-kaca menatap punggung Shenina yang semakin menjauh dari jangkauannya hingga hilang di balik pintu Villa.

Semuanya yang ada di halaman Villa tersebut terdiam mendengar penolakan Shenina. Rekan-rekan kerja Shenina pikir, Shenina akan menerima pernyataan cinta Dhani mengingat selama di kantor Shenina tidak pernah dekat dengan lawan jenis manapun kecuali Dhani.

Namun nyatanya, gadis introvert itu tanpa berpikir panjang menolak dan mengabaikan perasaan Dhani. Tatapan iba dari rekan-rekan kerjanya tidak bisa Dhani hindari lagi. Tidak sedikit pula yang memberikan semangat pada Dhani agar tidak menyerah mengejar cinta Shenina karena menganggap Shenina hanya terkejut dengan aksi Dhani yang tiba-tiba ini.

...***...

“Gue gak nyangka elu bakal tolak Dhani, Shen… Muka Dhani melas banget Shen, kasian banget tau dia. Yah,,, prediksi anak-anak yang lainnya salah besar.” Ujar Manda, anak divisi Finance yang satu kamar dengan Shenina selama Gathering berlangsung.

Shenina yang sedari tadi berdiri mematung menatap jendela kini menengok sedikit ke belakang pada sumber suara. Ternyata teman sekamarnya Manda, Desti dan Alula sudah menyusulnya ke kamar.

“Mending menolak daripada menerima karena kasihan.” Bukan Shenina yang menjawab, melainkan Alula, rekan kerja Shenina selama dua bulan ini di divisi Marketing bersama dengan Desti dan Dhani juga. Alula adalah anak baru, namun pribadi Alula yang ramah dan asyik membuat Alula cepat akrab dengan yang lainnya.

“Bener juga sih Lul.. lebih menyakitkan sih itu jatuhnya.” Ucap Manda yang sudah duduk di atas ranjangnya. Sedangkan Shenina masih setia berdiri di dekat jendela besar yang menampilkan gelapnya malam.

“Tapi gue penasaran deh… Kenapa elu menolak Dhani She? Bukankah selama ini elu dekat dengan dia? Padahal kata anak-anak, kalian itu cocok loh… saling support dan melengkapi.” Alula si gadis cerewet tidak dapat lagi membendung rasa keponya. Alula belum tahu betul bagaimana hubungan Dhani dan Shenina yang sebenarnya mengingat dirinya baru dua bulan bekerja di perusahaan ini.

“Untuk jadi teman dan rekan kerja, gue sama dia memang cocok La, tapi nggak deh kalau hubungan lebih, gue belum siap menjalin hubungan itu La…” Jawab Shenina sembari tersenyum tipis namun mampu menciptakan lesung pipi yang sangat indah.

Alula mengangguk mengerti.

“Pantas saja, Dhani yang merupakan karyawan tertampan di kantor bisa jatuh hati dengan Shenina, ternyata saat senyum Shenina sangat cantik dan manis belum lagi dia baik banget lagi meskipun terkesan sangat pendiam.” Batin Alula.

“Sampai kapan elu gagal move on dari mantan yang udah mempermalukan elu itu sih Shen? Harusnya elu terima Dhani yang udah baik dan perhatian sama elu selama ini. Bukan elu sia-siakan dia! belum tentu elu nanti dapat cowok yang lebih baik dari Dhani. Elu gak mikir gimana harga diri Dhani elu jatuhkan di depan anak-anak kantor?" Celetuk Desti dengan nada kesal membuat senyum Shenina hilang seketika.

Shenina memilih diam dan enggan menciptakan perdebatan.

“Mantan?” Alula mengernyit.

“Mantan? Siapa mantan elu Shen?” Tanya Manda penasaran. Shenina yang irit bicara dan jarang bergaul bahkan menjaga jarak dengan lawan jenis ternyata punya mantan?

“Refal, nama mantannya Shenina saat kuliah.. kalian gak kenal. Dulu itu Shenina dan Refal adalah couple goals di kampus tapi siapa sangka, Refal mengkhianati Shenina hingga membuat Shenina enggan buka hatinya buat siapa pun. Shenina sih, jadi cewek sok sok jual mahal... diselingkuhi kan elu.” Jelas Desti karena Shenina hanya diam saja dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Enggak seharusnya elu ceritakan masa lalu gue ke orang Des! Elu gak punya hak untuk itu." Ucap Shenina menatap Desti dengan tatapan tidak percaya.

"Lupain Refal Shen... Lupain! Dhani itu cinta banget sama elu." Ucap Desti lagi dengan menggebu.

Entahlah, mendengar nama itu kembali rasanya Shenina kesulitan bernafas. Cinta pertamanya, kekasih pertamanya juga orang yang sudah menorehkan luka begitu besar padanya hingga saat ini.

Mendadak energi Shenina rasanya tersedot habis, ingin rasanya Shenina menimpali ucapan Desti namun terasa percuma mengingat Desti adalah orang yang suka nyinyir dan tidak mau mengalah.

“Shen.. are you oke?” Tanya Alula yang sepertinya paling peka ketimbang Desti, teman Shenina sejak lama.

“Gue gak apa-apa La.” Jawab Shenina berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.

“Gue istirahat dulu ya…” Ucap Shenina pada ketiga temannya sebelum merebahkan dirinya pada kasur empuk.

“Shenina itu temen elu dari lama Des, gak seharusnya elu berkata seperti itu.” Tegur Alula yang ikutan kesal pada Desti.

...to be continued...

Masalah

Entah kenapa, beberapa hari ini Shenina merasa asing berada di dalam kantor megah tempat ia bekerja saat ini.

Lebih tepatnya usai Gathering kemarin, teman-teman kantor Shenina seakan menjauhi Shenina dan menatap Shenina dengan tatapan yang tidak menyenangkan.

Shenina tidak ingin menerka-nerka apa yang membuat para teman-teman kantornya itu memandang dirinya seperti itu. Shenina berusaha 'bodoh amat' akan persepsi atau anggapan orang tentang dirinya.

Prinsipnya, asal dia tidak merugikan orang lain maka semua tidak akan jadi masalah.

Toh, selama dua tahun bekerja di perusahaan ini, Shenina memang tidak dekat dengan siapapun dan berbicara seperlunya saja termasuk dengan Desti, teman kuliahnya dulu. Dan soal Dhani, Shenina baru dekat dengan lelaki itu sekitar enam bulan terakhir karena mereka sering perjalanan kerja ke luar kota untuk menemui customer.

Ngomong-ngomong soal Dhani, lelaki itu berubah 180 derajat pada Shenina setelah Shenina menolak cintanya kemarin sewaktu Gathering Perusahaan.

Dhani yang selalu senyum pada Shenina, berbicara lembut dan perhatian sama Shenina hingga membuat Shenina sedikit luluh, sekarang nampak dingin dan selalu menatap Shenina dengan tajam.

"Shen... entar makan siang sama gue yuk, gue mau cobain restoran terbaru di Jalan Veteran... katanya enak sih.. mumpung masih ada promo diskon 40 persen." Ujar Alula dengan penuh semangat saat jarum jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Boleh La... kebetulan gue juga pengen cobain masakan disana." Jawab Shenina dengan tersenyum.

"Sip." Alula pun mengacungkan jempolnya pada Shenina sebelum kembali menatap layar monitor yang ada di meja kerjanya.

Hanya Alula-lah yang sering mengajak Shenina berbicara sebab Desti yang justru teman lama Shenina malah seakan menjauhi gadis berlesung pipi tersebut.

"Al.... elu gak ada capeknya sok akrab sama Shenina... padahal dia ngobrol juga irit banget. Gak asik juga. Gue aja meskipun kenal lama, tapi gak pernah deket." Bisik Desti yang bilik mejanya ada di samping kiri Alula, sedangkan Shenina berada disamping kanan Alula.

"Kenapa memang? Gue have fun aja berteman sama dia." Jawab Alula nampak cuek.

Entah kenapa semenjak kejadian di Villa sewaktu Gathering kemarin, Alula hilang respek dengan Desti setelah mendengar ucapan Desti pada Shenina perihal mantan. Apalagi sedikit banyak Alula mendengar apa saja yang Desti katakan pada orang-orang tentang Shenina.

Sedangkan Shenina yang mendengar obrolan mereka pun hanya tersenyum tipis. Shenina tidak peduli.

BRAK!

Shenina terperanjat kala sebuah tangan besar menggebrak meja kerjanya. Meksipun gebrakan yang di lakukan dengan tangan kiri itu tidak terlalu kencang, namun Shenina yang sedang melamun benar-benar kaget.

"Dhani..." Gumam Shenina menatap lelaki yang kini juga menatapnya dengan tajam hingga membuat Shenina mengernyit.

"Apa maksud elu buat harga segini pada PT. Artos Jaya Surabaya Shen?" Tanya Dhani memberikan berkas yang ia pegang itu dengan kasar sama Shenina.

Shenina tidak menjawab lebih dulu, gadis cantik 25 tahun itu memilih mengambil berkas itu kemudian membukanya. Shenina berusaha tetap tenang menghadapi Dhani yang beberapa hari ini sering meledak-ledak padanya.

"Bukannya ini juga udah elu setujui?" Tanya Shenina menatap balik Dhani.

"Setujui? kapan gue menyetujuinya?" Tanya Dhani yang menjabat sebagai kepala bagian Marketing.

"Tiga hari yang lalu." Jawab Shenina.

"Ngigau elu!"

"Kemarin itu kan....."

"Elu punya otak gak sih Shen?" Belum juga Shenina menyelesaikan kalimatnya, Dhani langsung memotong ucapan gadis itu.

"Eh Dhani, marah ya marah kalau emang Shenina salah... tapi jangan kasar gitu dong." Tegur Alula yang memang tidak suka dengan sikap Dhani pada perempuan.

"Elu anak baru jadi jangan ikut campur!" bentak Dhani membuat Alula langsung terdiam.

Alula sebenarnya bisa membantah bahkan mengajak Dhani berantem saat ini juga, tapi Alula sadar diri.. dia anak baru dan tidak ingin kehilangan pekerjaannya ini. Apalagi Shenina memberikan kode pada dirinya untuk tidak ikut campur.

"Dhan, kita bicarakan ini dengan kepala dingin. kasih gue kesempatan untuk menjelaskan, setelah itu baru elu tanggapi." Ajak Shenina agar suasana tidak kian memanas .

"Kepala dingin? Manager Keuangan, Manager Marketing sampe GM tadi udah negur gue gara-gara harga yang elu buat itu merugikan perusahaan ini Shenina.... gimana gue masih bisa mikir pake kepala dingin?" Shenina terdiam karena dia tidak tahu apa yang terjadi di ruang meeting tadi sehingga membuat Dhani se-emosi ini.

"Artos Jaya meminta packaging kualitas premium, dan bahan bakunya itu harus kita import dari luar negeri dan dari sananya naik. Elu tahu sendiri sekarang bea cukai naik 1 persen ditambah BBM naik... Sedangkan target kita bulan ini yang di tentukan perusahaan itu masih jauh Shenina. Harga yang elu kasih ke mereka cuma nutup modal dan biaya produksi doang!" Lanjut Dhani dengan penuh emosi.

Shenina mengigit bibirnya karena merasa bersalah karena adanya miskomunikasi hingga membuat Dhani dalam kesulitan seperti ini.

"Dhan... gue bisa jelasin semua ini..." Ucap Shenina. Bagaimana pun, Shenina tidak ingin dianggap tidak becus kerja karena pekerjaan ini sangat penting untuk seorang Shenina.

"Apalagi yang mau elu jelasin Shen?" Tanya Dhani. Sudah tidak ada aku-kamu lagi yang keluar dari mulut Dhani untuk Shenina.

"Desti kemarin yang bilang kalau elu udah setuju dengan harga yang gue ajukan Minggu lalu. Saat pihak Artos telfon gue mau konfirmasi ke elu, tapi Desti udah kasih tahu lebih dulu ke gue katanya pesan dari elu. Saat itu juga elu lagi di luar kantor." Kata Shenina sambil menatap Desti yang sejak tadi diam dan pura-pura tidak mendengar keributan di ruang marketing tersebut.

"Des, bilang dong sama Dhani apa yang elu omongin ke gue kemarin, jangan diem aja." Pinta Shenina.

"Gak!" Bantah Desti dengan suara lantang.

"Elu kan...."

"Gue gak ada bilang kalau elu ACC harga yang Shenina ajukan untuk PT Artos Jaya Surabaya Dhan.... Gue cuma sampaikan pesan dari elu kalau elu ACC harga yang sama untuk Artos itu ke PT. Hutama Abadi karena PT Hutama meminta bahan baku packaging-nya yang kualitas nomor dua." Elak Desti membuat mata Shenina membola, sepertinya Desti sengaja.

Tidak, kemarin.. lebih tepatnya tiga hari yang lalu Shenina mendengar sendiri jika Desti mengatakan bahwa Dhani sudah ACC harga yang ia ajukan pada PT Artos, bahkan PT Hutama. Shenina yakin dia tidak akan salah dengar terlebih Shenina terkenal orang yang detail dan teliti.

"Makanya punya kuping itu dipake dengan benar Shen! Jangan cuma buat pajangan!" Sarkas Dhani sebelum Shenina menanggapi bantahan Desti.

Hati Shenina rasanya sakit sekali mendengar ucapan Dhani yang teramat kasar. Namun hati kecil Shenina bersyukur dia kemarin menolak Dhani karena ternyata inilah sifat asli Dhani.

"Astaga, apaan sih elu Shen.. kenapa justru mengingat soal asmara, masalah di depan mata elu ini sangat genting. Sialan Desti." Batin Shenina.

"Des, gue ingat betul elu bilang bahwa Dhani udah ACC untuk PT Artos dengan harga yang sudah gue ajukan. Gue ajukan itu kan sebelum ada info bahan baku dari sana naik dan BBM juga belum naik. Dan dari harga yang gue buat, perusahaan mendapatkan untung yang cukup gede karena Artos mengambil dalam jumlah banyak." Ucap Shenina.

"Gue kan..."

"Jangan potong penjelasan gue Des!" Kata Shenina tegas membuat Desti terdiam sambil mengepalkan tangannya di bawah meja.

"Karena Desti bilang elu udah setuju, jadi saat pihak Artos telfon gue tiga hari yang lalu, gue menyampaikan harga itu. Gue bekerja disini udah dua tahun, dan selama dua tahun gue gak pernah melakukan kesalahan besar apalagi membuat perusahaan sampai rugi." Sebisa mungkin Shenina mengungkapkan pendapatnya karena BBM memang baru naik kemarin malam.

"Kok elu malah jadiin gue kambing hitam sih Shen? elu kalau salah denger mah ngaku salah aja... jangan jadiin gue kambing hitam dong... Lagian gue bilangnya ke elu itu harga untuk PT Artos itu untuk PT Hutama karena petinggi perusahaan udah mendapatkan bocoran info tentang kenaikan BBM. Untuk PT Artos sendiri nanti harga akan kita kaji ulang lagi." Desti jelas tidak mau disalahkan meskipun sebenarnya dia memang bersalah. Iya, Desti sengaja membuat kekacauan ini.

"Nggak elu gak bilang begitu Des!" Ujar Shenina.

"Shenina, gue gak mau tahu... elu harus selesaikan masalah ini, buat bagaimana Artos menyetujui harga baru yang kita tetapkan karena pesanan mereka sudah mulai di proses hari ini sama pabrik kita." Ucap Dhani yang ingin menyudahi perdebatan karena Dhani tidak tega melihat mata Shenina sudah berkaca-kaca.

"Tapi Dhan....."

"Nggak ada tapi-tapian, gue gak mau menerima alasan apapun dari elu yang salah memberikan harga pada customer! Kalau emang elu harus ke Surabaya, yaudah ke Surabaya buat melobby mereka.. gue buatkan surat jalan untuk elu.. dan kalau elu gak bisa mencapai kesepakatan sesuai keinginan petinggi perusahaan, terpaksa gue akan kasih elu SP satu!" Kata Dhani sebelum kembali ke kubikelnya yang berada di paling depan ruangan.

Mendengar itu, Desti tersenyum tipis. Dan sedari tadi, diam-diam Alula memperhatikan Desti dengan seksama.

"Bitchh!" Umpat Alula dalam hati.

to be continued

Sahabat Baru

"Untung elu kemarin tolak cinta Dhani... Gak kebayang kalau elu menjalin hubungan dengan lelaki model begituan..... kalau kesel dan marah, omongannya kasar dan pasti nanti ujung-ujungnya KDRT! Amit amit punya suami tipe begitu." Ucap Alula tanpa beban pada gadis dihadapannya yang tengah menikmati gurame bakar berukuran sedang.

"Gue emang gak ada perasaan lebih sama dia, so gak ada alasan buat gue menerima dia sebagai kekasih." Jawab Shenina dengan santai.

Saat ini, dua gadis cantik yang merupakan karyawan marketing di PT Adijaya itu tengah menikmati makan siang mereka di resto baru yang ada tidak jauh dari kantor mereka. Ya, mereka hanya berdua.

"Terus perasan elu buat siapa?" Tanya Alula kepo.

"Buat diri gue sendiri. Gue belum berminat menjalin hubungan dengan siapapun." Jawab Shenina sambil menghela nafasnya dengan berat.

"Elu masih normal kan Shen?" Tanya Alula.

"Gila aja.. gue normal lah, gue hanya ingin fokus aja sama impian gue. Kenapa elu tanya begitu?" Shenina mendelik kala Alula meragukan kenormalannya.

"Nggak, gue hanya penasaran aja dari ucapan Desti waktu di Villa kemarin kalau elu belum bisa move on dari mantan elu yang khianati elu Shen... siapa tahu elu trauma terus belok." Kata Alula dengan santainya dengan nada bercanda membuat Shenina mencebik kesal kemudian menghela nafasnya kasar. Sebab, pembahasan mengenai mantan benar-benar menguras energi dan emosinya.

"Jangan bahas mantan, gue males!" Jawab Shenina lirih dan Alula mengangguk paham.

"Tapi Shen, gue penasaran deh sama hubungan elu dan Desti, bukannya elu sama Desti teman kuliah, otomatis kalian udah kenal dalam waktu yang lama kan?" Alula yang memang kepo dari lahir tanpa segan bertanya pada Shenina tentang rekan kerjanya yang rese itu.

Shenina kini tersenyum menatap Alula sekilas, entah mengapa Shenina merasa nyaman pada gadis yang baru ia kenal dua bulan ini dan gadis yang usianya tiga tahun dibawah Shenina.

Bukan hanya itu, dengan Alula... Shenina bahkan bisa banyak bicara. Mungkin kepribadian Alula mengingatkan pada dirinya dulu. Iya dulu sekali sebelum luka itu menggerogoti hatinya.

Apalagi di dalam ruangan anak-anak marketing, komunikasi mereka menggunakan elu-gue kecuali rapat. Tidak peduli perbedaan usia diantara mereka membuat jarak usia antara Alula dan Shenina terkikis.

"Gue emang kenal sama Desti sejak kuliah, bahkan kita satu jurusan dan sempat satu kost juga... namun just say hello doang...gue gak pernah deket sama Desti apalagi ngobrol dan nongkrong sama dia. Kita beda circle. Gue juga gak nyangka bisa satu kantor bahkan satu divisi dengan dia padahal dunia luas banget." Jelas Shenina.

"Pasti Circle elu anak-anak pendiem, alim, rajin dan pinter-pinter ya?" Tebak Alula yang hanya mendapatkan jawaban dari Shenina berupa senyuman sebelum Shenina melanjutkan menikmati gurame bakarnya karena tidak berminat untuk membahas soal Desti, sungguh memuakkan untuk Shenina.

"Gue cuma mau bilang, elu hati-hati sama Desti Shen... dia bukan teman yang baik buat elu."

Shenina mengangguk.

"Gue udah tahu, emang anaknya tukang nyinyir dan tukang iri sih. dia selalu susah melihat orang senang, dan senang melihat orang susahm.... termasuk gosip yang berada di kantor sekarang beredar yang katanya gue hanya memanfaatkan dan memporoti Dhani doang, sama seperti dulu saat masih kuliah kerjaan gue memporoti cowok-cowok yang naksir gue kan? Dan masih banyak gosip sampah lainnya mentang-mentang dia satu kost sama gue. Gue juga tahu kalau dia yang menyebarkan berita sampah itu."

Mendengar jawaban Shenina membuat Alula melongo. Kalau Shenina tahu, kenapa dia diam saja? apa itu benar?

"Kok elu diem aja sih Shen? kalau gue jadi elu udah gue jejelin pake sepatu itu mulut si Desti. Soalnya gue gak percaya elu kayak gitu meskipun kita kenal belum lama." Jawaban Alula membuat hati Shenina menghangat, ternyata kualitas seorang teman tidak dapat dipatok dengan seberapa lama kita kenal sama dia.

"Thank udah percaya sama gue Alula... hanya saja gue gak mau buang-buang energi gue karena hal tidak penting seperti itu, Udah biarin aja, nanti juga ilang sendiri."

Bagi Shenina yang memang sudah malas dengan drama drama seperti itu, tentu tidak ingin ambil pusing. Dia ke kantor niatnya bekerja, jadi cukup dia bekerja dengan sebaik yang dia bisa.

Toh selama di kantor juga, Shenina tidak pernah dekat dengan siapapun meskipun banyak kaum Adam yang berusaha mendekati Shenina karena terpesona dengan wajah cantik nan manis Shenina.

Dan Shenina adalah tipe gadis yang enggan membuat masalah. Shenina justru lebih memilih menghindari suatu masalah.

Obrolan mereka pun berlanjut begitu saja hingga obrolan mengenai masalah pekerjaan. Lebih tepatnya masalah yang sedang dihadapi Shenina saat ini karena miskomunikasi yang diciptakan oleh Desti.

Meskipun Alula berusia tiga tahun dibawah Shenina, namun nyatanya Alula mampu memberikan masukan-masukan brilian pada Shenina saat nanti melobby pihak PT. Artos mengenai harga kemasan produk untuk perusahaan tersebut yang di pesan dari PT Adijaya, tempat Shenina bekerja.

Dua anak manusia yang memiliki paras cantik itu sama-sama merasa nyaman dan nyambung ngobrol ngalor ngidul hingga Alula mengajak Shenina untuk menjadi bestie.

Tanpa berpikir panjang, Shenina pun menyetujui. Selama dua tahun bekerja di PT Adijaya, baru Alula yang mampu membuat Shenina menjadi pribadi lebih terbuka dan mudah tersenyum saat mengobrol.

...***...

Waktu berlalu...

Siang ini, usai menerima telfon dari PT Artos yang ada di Surabaya untuk membahas kesepakatan harga baru karena terjadinya kesalahan perhitungan kemarin, Shenina mengerjap-ngerjapkan matanya seolah usai mendapat kabar bahwa ia memenangkan undian 10 Milyar.

"Elu kenapa dah Shen... kayak orang abis kesambet?" Tanya Nando, lelaki yang kubikelnya berada di baris depan Shenina.

"Gue kayaknya mimpi dan Nan.." Jawab Shenina lirih sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Set dah.. elu kenapa Shen? jangan bilang elu kesambet beneran?" Nando mengernyit.

"Dia mah kesambetnya setan tampan." Sambung Riki, lelaki yang meja kerjanya ada disamping Desti.

"Heh, elu kenapa malah diam saja Shenina Anastasya...." Kesal Nando yang penasaran.

"Tadi PT Artos habis menghubungi gue.. mereka setuju dengan harga yang gue katakan kemarin tanpa panjang lebar. Makanya gue merasa kek sedang bermimpi gitu." Jawab Shenina sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. Sungguh sangat imut dan menggemaskan.

"Keren elu Shen... congratulation! gue yakin elu bisa selesaikan semuanya." Alula menjadi manusia paling heboh dalam ruangan tersebut. Dhani yang mendengar obrolan mereka pun tersenyum tipis meskipun hatinya tidak menyangka.

"Iya, elu keren banget Shen.. padahal kita tahu sendiri.. orang-orang dari perusahaan itu kan rese-rese.. pengennya selalu dapat harga murah kualitas terbaik... barang harga selisih 1 rupiah/pcs aja mereka bisa melobby sampai berjam-jam." Ucap Riki yang ikut tersenyum.

"Kalian kalau kerja jangan banyak ngobrol." Peringatan datang dari Desti dengan nada tidak bersahabat. Desti tidak suka mendengar apa yang terjadi saat ini karena Desti berharap Shenina dapat SP alias surat peringatan.

"Elu kenapa dah Des, kayaknya dari kemarin habis gathering elu makin kesini makin kelihatan sentimen personal-nya sama Shenina deh... elu iri sama Shenina apa gimana si? kayaknya gak suka gitu Shenina diperhatikan orang lain atau dekat sama yang lain?" Tanya Alula secara langsung.

"Gue ngapain iri sama Shenina... hidup gue jauh lebih beruntung ketimbang dia. Gue hanya kesel, kerjanya dia gak profesional akhir-akhir ini." elak Desti.

"Gak iri tapi menyebarkan gosip gak mutu..." Celetuk Alula memancing emosi Desti.

"Jaga mulut elu ya! yang menyebarkan gosip Shenina wanita murahan itu bukan gue meskipun gue kenal Shenina dari lama." Ucap Desti dengan menggebu-gebu.

"Alula.. udah..." Suara lembut Shenina membuat Alula yang hendak membalas ucapan Desti jadi terdiam.

"Ngapain sih ribut-ribut, udah gak masalah. Terserah orang mau sebarin gosip apa tentang gue, gue gak peduli yang penting gue gak seperti yang mereka bicarakan di belakang gue." Kata Shenina sambil tersenyum.

"Elu diam aja dianggap gak berani sama dia Shen.. makanya dia semakin besar kepala dan semena-mena." Ikrar persahabatan yang sudah terucap kemarin antara Alula dan Shenina membuat Alula merasa memiliki kewajiban membela sahabatnya itu.

"Kalian kenapa dari kemarin ribut terus? Alula, fokus sama kerjaan elu. Dan Elu Desti... berhenti bersikap seperti sampah begini." Kata-kata Dhani membuat mata Desti membola.

Bersikap sampah?

Apa Dhani tahu?

Desti itu mengepalkan tangannya. Apalagi mendengar senyum mengejek dari Alula.

to be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!