...Happy Reading & Enjoy...
......................
Bel istirahat SMA Pallsilyn berbunyi, para siswa siswi pun berbondong bondong memasuki kantin.
Menyerbu stan makanan, tak terkecuali Ivona dan teman temannya.
"Kalian pada mau pesen apa?" tanya Sheva Richio, cewek dengan gigi gingsulnya.
"Gue mie ayam minumnya jus jeruk." Chelsie segera pergi mencari tempat duduk.
"Kebiasaan banget tuh anak, main ngibrit aja." Gerutu Gitasya yang disambut tawa pelan oleh Ivona.
"Samain aja ya lainnya?" Sheva berpendapat dengan bijak.
Ivona mengangguk, "Perlu ditemenin?"
"Nggak usah, lo mending gabung aja sama Chelsie." Sheva menolak halus.
"Iya, biar nih dugong sama gue aja." Gitasya langsung menarik tangan Sheva pergi. Menghindari khotbah dari teman lampirnya ini, sehingga ia langsung mengalihkan topik.
Di tempat, Ivona menggelengkan kepalanya seraya terkekeh pelan.
Setidaknya di tempat inilah ia bisa bernapas lega, terhindar dari siksaan yang membuatnya harus sabar.
Ivona Zellasam, siswi kelas 10 yang baru saja melaksanakan ujian semester pertamanya, terlihat berjalan menghampiri Chelsie yang sudah duduk manis di bangku paling pojok.
"Belum kelar?" Ivona menoleh cepat, keningnya berkerut bingung.
"Sheva, Gita." Sahut Chelsie memperjelas.
"Itu mereka," tunjuk Ivona pada dua temannya yang sedang membawa nampan berisi pesanan mereka.
"Tumben cepet," Ivona membantu memindahkan mangkok mie ayam dengan hati hati.
"Eh keahlian kita berdua meningkat ya!" Chelsie mengangkat sebelah alisnya.
"Maksud?"
"Udah mending lo diem aja deh! Kalau ngomong cuman setengah setengah, malesin tauk!" Sinis Gita.
"Lo ngajak baku hantam?" tawar Chelsie tajam. Jangan salah, wanita cuek satu ini memang ahli dalam bidang karate.
"Apa? Lo nantangin gue ngreog? Ayok!" Gita bersiap menggulung lengan bajunya.
"Berisik lo pada! Lihat, Ivona keganggu nih!" sela Sheva menghentikan kegiatan makannya.
"Ckh," decak Chelsie malas.
Jelas jelas Ivona makan mie ayamnya dengan tenang, bahkan terlihat masa bodoh.
"Mata lo burem?" celetuk Chelsie. Jangan heran, selain cuek ia juga berlidah tajam.
"Gue kenyang dengerin ocehan kalian." Ivona mengelap mulutnya menggunakan tisu.
"Tapi mie lo masih banyak Von," Sheva terlihat berbinar binar melihatnya.
"Lo mau?" dengan tidak tahu malunya Sheva langsung menggeser mangkok tersebut.
"Makannya aja segentong, tapi badan kayak kurcaci." Cibir Gita, nyatanya dia lah yang paling pendek diantara mereka.
"Ngaca cuy!" Chelsie menyahut dengan gayanya yang khas.
Kegiatan adu mulut itu seakan akan menjadi hidangan tiap harinya. Ditambah suasana kantin yang mendukung, membuat mereka tidak tanggung tanggung bersuara.
Namun detik berikutnya, kantin yang gemuruh seakan lenyap saat segerombol siswa masuk.
Entah mereka siapa, Ivona sendiri tidak mengenalnya. Yang ia tahu, mereka adalah anak anak Willdoff.
Biang onar, mungkin?
"Lo kenapa Von?" tanya Sheva yang tidak sengaja melihat kegelisahan temannya.
"Gue ke toilet dulu," Ivona tidak tahan ingin buang air kecil.
Tanpa memperdulikan sekitar, gadis bertinggi 163 cm tersebut lari keluar kantin.
Sepasang mata tajam terlihat menyoroti langkahnya.
"Plis tahan!" Ivona dengan kasar masuk ke toilet.
Tak berselang lama, masuklah juga sepasang kekasih yang tidak tahu diri hendak melakukan adegan tak senonoh.
Bertepatan saat itu, pintu toilet terbuka. Terpampang lah wajah Ivona.
Gadis itu diam terpaku, sangat terkejut.
"Lo?" wanita di hadapannya panik.
"S**l*n, ganggu banget sih lo!" umpat prianya.
"Kk-kalian, mau ngapain?" tanya Ivona sedikit memberanikan diri.
"Nggak usah ikut campur ya lo! Masih junior aja belagu lo!" ucap siswi ber nametag Vien.
"Seharusnya kalian tau tem-," dengan kasar Vien mencekik leher Ivona seraya membenturkan tubuhnya ke dinding.
"Mending lo diem, jangan sampai ngadu ke siapapun! Ngerti?" Ivona diam, ia tidak tahu harus apa.
"Jawab b***g**k!" tekan Vien.
Dengan terpaksa Ivona mengangguk.
"Bagus," cekikan di lehernya pun terlepas.
"Sana pergi!" usir Vien.
Secepat kilat Ivona berjalan hendak keluar, namun-
Brukhh
"Ups, sengaja." Pria bernama Galang itu terkekeh sinis setelah mendorong tubuh Ivona ke lantai.
...🍁🍁🍁...
Hallo ioy, kenalin nih karya ay yang lumayan ga jelas:) Oh iya absen dulu yukk!! Kalian dari daerah mana aja nih? Gimana tanggapan kalian tentang cerita ini? Jangan lupa komen di bawah ya, dan selalu dukung ay biar semangat update:) See u mwahh<3
...Happy Reading & Enjoy...
......................
"Lo kenapa Bos?" tanya pria di dekatnya.
Siswa dengan bandana hitam di pergelangan tangannya terlihat menoleh.
"Gak." Ujarnya judes.
Begitulah resiko bertanya pada orang yang salah.
"Aneh," celetuk teman satunya yang terlihat sedikit waras diantara mereka.
"Gue bilang gak ya gak." Oke, emosinya pria ini sudah terpancing.
Sepertinya terjadi hal yang tidak beres.
Seakan mengerti, pria waras itu memberi sinyal pada anggota lain untuk berpencar.
"Udah udah, mending kita gosip yuk!" ajak pria songong satu lagi.
"Lo punya gosip apa Nyet?" timpal rekan songongnya.
"Lihat! Keren nggak sih, masih kelas 10 tapi udah juara karate. Mana cewek lagi," ditunjukkannya sebuah gambar dari ponsel.
"Buset, cantik bener! Tapi cantik kan punyanya si bos sih," komentarnya.
"Heh g*bl*k! Itukan punyanya bos. Mana boleh kita naksir dia,"
"Eh sebelum janur kuning berkibar, masih halal untuk direbut tauk!"
"Lo mau rebut punya gue?" terdengar suara dingin ikut menyahut.
"E-eh Bos, e-enggak kok. Ya kan Mig?" pria bernama Migo itu mengangguk pias.
"Bener Bos. Kita berdua, ini aja deh. Jago karate," timpalnya.
"Dia ogah sama lo." Seperti biasa, Atha akan bersuara dengan pedas.
"Lo kok syirik jadi orang!" tungkas Ozi tidak terima.
"Setidaknya mata dia nggak burem buat nolak lo." Lanjutnya membuat dua pria songong itu bak cacing kepanasan.
Jengah melihat teman temannya, pria yang dipanggil Bos tersebut mengeluarkan ponselnya.
Di sana terpampang nyata foto seseorang sebagai wallpaper layar. Senyum tipisnya pun terbit begitu saja.
"Bos!" terlihat seorang pria datang dengan tergesa gesa.
Merasa terpanggil, sang empu menoleh. Memperlihatkan muka penasarannya.
"Dia, pingsan!" ucapnya panik.
"Dia?" Atha mengerutkan keningnya, bingung. Begitu juga dengan yang lain.
"Dia siapa?" sahut sang bos sedikit nyolot.
"Di-dia, Ivona." Lirihnya.
Brakhh
Seisi kantin nampak terkejut mendengar gebrakan tersebut. Entah seberapa kerasnya, beruntung meja kantin sangat kokoh.
"Dimana dia?" dengan tergesa gesa ia keluar kantin diikuti anggota Willdoff lainnya.
"Sekarang dibawa temen temennya ke UKS Bos." Helaan napas terdengar dari mulutnya.
"Bagaimana bisa?" tanyanya dingin.
"Ceritakan yang lo ketahui! Razzan ingin tahu detail," Atha memperjelas.
"Galang, Galang dan Vien. Gue tadi lihat dia keluar dari toilet cewek. Awalnya gue mau masuk tapi kan itu toilet cewek, bisa bisa ntar dikira cabul lagi. Eh keberuntungan, ada beberapa siswi masuk terus teriak heboh. Dan nggak lama keluar lagi sambil bopong ceweknya Bos."
Tanpa Banu sadari, pria di hadapannya kini sudah mengepalkan ke dua tangannya erat.
"Atha, lo cek CCTV depan pintu masuk toilet! Kalau ada di wastafel toilet juga." Razzan segera bergegas menuju UKS tanpa diikuti lainnya.
Sepanjang langkah tidak ada hentinya ia mengumpat. Merutuki dirinya yang tidak becus mengawasi.
Ceklekk
Begitu tiba, Razzan langsung membuka pintu dengan pelan. Masa bodoh dengan ucapannya yang ingin bersembunyi terlebih dahulu.
"Keluar," titahnya pada dua siswi yang tengah berjaga.
Tanpa mengusir dua kali, petugas jaga itu pun keluar dengan wajah ketakutan.
Setelah memastikan keadaan sekitar aman, Razzan segera mendekat.
Melihat seorang gadis yang tertidur setelah mendapat pengobatan sementaranya.
"Sayang," diusapnya kening Ivona yang tertutup perban.
Darah Razzan seakan mendidih ketika netranya menangkap memar di dagu dan sobekan di ujung bibir Ivona.
"B***g**k!" umpatnya dalam.
Tidak bisa membendung emosi, Razzan memutuskan untuk keluar.
Di telinganya sudah menempel sebuah ponsel. Atha, dialah yang Razzan hubungi saat ini.
......🍁🍁🍁......
Hallo ioy, gimana kabarnya hari ini? Tetep dukung ay terus ya biar bisa nemenin kegabutan kalean, mwah lovyu banyak banyak!!!
...Happy Reading & Enjoy...
......................
"Atap gedung B." Razzan segera memutuskan sambungan teleponnya.
Sedikit berlari menuju gedung B, menaiki dua anak tangga sekaligus.
Begitu sampai ia disuguhkan pemandangan yang tak layak. Sepasang kekasih tengah berciuman dengan mesranya.
"B***g**k!" geramnya dan langsung mengayunkan tinju, menghantam kuat rahang cowok tersebut.
"Aaaa! K-kak Razzan!" pekik siswi itu histeris seraya terduduk takut.
Meskipun terdengar keras, namun Razzan seolah tidak terganggu. Ia terus membabi buta lawannya, tidak membiarkan laki laki itu membalasnya barang sedikit pun.
"Enyah saja lo s**l*n!" maki Razzan sambil menonjok pria yang hampir sekarat di bawahnya.
Bughh Bughh Bughh
"Apa salah wanita gue bodoh?" seperti dirasuki setan, ketua Willdoff satu ini enggan menghentikan amukan nya.
"S-stop Kak!" Vien memberanikan diri mendekat, mencoba menarik tubuh Razzan guna membebaskan kekasihnya.
"S**l*n!" dengan kasar sang empu mendorong tubuh Vien.
Kilatan mata yang membara benar benar membuat Vien tak berkutik.
Razzan tersenyum smirk saat melihatnya.
Mainan baru? Tidak begitu buruk.
Razzan bergerak menghampiri, lagi lagi membuat Vien perlahan memundurkan tubuhnya.
Kekasih? Jangan ditanyakan, dia sudah terkapar tak berdaya.
"K-kak,"
Srett
Vien menangis merasakan sakit di kepalanya, rambut hitam tersebut berada di cengkraman pria ini.
"Apa yang lo lakuin di toilet?" Razzan menatap tajam gadis itu.
"Cu-cuci tangan Kak," Vien menjawab dengan gemetaran takut.
"Awh shh!" rintihnya saat jambakan di rambutnya semakin kuat.
"Gue nggak mandang lo laki atau pun cewek." Razzan semakin menatapnya tajam, jangan lupakan senyum maut tersungging indah di bibirnya.
"Bb-bully anak kelas 10." Sudah, Vien sudah jujur. Ia tidak kuat menahan rasa sakit di kepalanya.
"Dan perlu lo tau, anak kelas 10 itu wanita gue!" tekan Razzan, Vien mematung. Benar benar terkejut mengetahuinya.
Bagaimana bisa seorang ketua Willdoff yang seakan tak tersentuh wanita, tiba tiba memiliki pasangan?
Dan parahnya, ia sudah mengusik wanitanya.
Brakhh
Kesadaran Vien perlahan menghilang setelah Razzan membenturkan kepalanya dengan keras.
Sementara tak jauh dari posisinya, berdiri inti Willdoff.
"Tha, kok nggak lo pisahin sih? Itu cewek Bro!" geram Ozi yang melihat Atha berdiri santai. Mengamati perilaku Razzan seraya melipat ke dua tangannya di depan dada.
"Impas." Atha pun berbalik badan hendak turun ke tangga.
Namun, terpaku saat wanita garang itu muncul bak ketua gangster.
"Kalian?" geramnya.
Sontak Migo dan Ozi berbalik ketika mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.
"Waduh, ketua gangster dateng!" bisik Migo panik.
Mengabaikan tiga curut di depannya, Bu Widi, sang guru BK lebih memilih pemandangan lain.
"RAZZAN!" teriaknya menggema.
Dengan buru buru, guru gangster tersebut mendatangi Razzan yang tersenyum puas melihat Vien pingsan.
"Anak ini? Ikut ibu ke BK!" tegas Bu Widi seraya menyeret paksa Razzan.
"Kalian bertiga bawa dua anak itu ke UKS!" pesannya sebelum pergi.
"Kenapa jadi kita yang ngurusin manusia nggak berguna ini?" decak Migo pelan.
"Woy Tha, lo mau kemana Nyet?" tanya Ozi saat Atha pergi dengan gamblangnya.
Pria itu asik bersiul tak mengindahkan temannya yang misuh misuh di belakang.
Ogah banget ngurusin b*d*b*h pingsan, merepotkan. Lebih baik ia menyusul rekannya ke ruang BK, melihat sidang perdana bosnya tersebut.
Sementara di UKS terlihat para cewek cewek berteriak heboh.
"Ini, ini siapa yang udah giniin lo? Perlu kita kasih pelajaran dia mah!" geram Sheva saat mendapati sahabatnya terluka.
"Gue nggak papa." Sahut Ivona sambil meringis pelan, merasakan ngilu di ujung bibirnya.
...🍁🍁🍁...
Hallo ioy, jumpa lagi di part selanjutnya ya:) Selalu dukung ay buat nemenin hari harimu, mwah banyak banyak!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!