"Mia, aku minta maaf. Aku khilaf," ucap Reyhan.
Seperti orang yang sedang menyesal dengan perbuatannya.
"Maaf katamu? Setelah kamu enak-enakan makan bareng cewe lain, kamu bilang khilaf?" jawab Mia penuh emosi.
Dar... seperti sambaran petir, dada Mia serasa sangat sesak sekali. Setelah tidak sengaja melihat kekasihnya, Reyhan sedang makan di cafe berduaan dengan perempuan lain.
"Itu dia selingkuhan barunya Mi," ucap Cia, sahabat Mia.
"Pulang aja yuk Ci," ucap Mia pada sahabatnya itu.
"Yaudah, nanti makannya pesan di grab food aja ya," jawab Cia sembari berjalan mengikuti Mia ke arah mobil.
"Gak usah, gue gak lapar," jawab Mia.
Sepertinya Mia sedang menahan air matanya, agar tidak berhasil keluar. Akan tetapi, sekuat apapun dia menahannya, tetap saja tidak akan bisa.
Tes... air mata itu pun akhirnya berhasil lolos dari pelupuk matanya yang sedari tadi dia tahan.
Cia hanya bisa mengusap pundak sahabatnya itu. Merasa ikut prihatin dengan apa yang dirasakan oleh Mia.
"Dasar laki-laki gak pernah bersyukur," ucap Cia dalam hati.
Padahal Mia adalah sosok perempuan yang cantik, memiliki akhlak yang baik, selalu membantu Reyhan dikala dia dan ibunya kesusahan.
Dan inikah balasannya kepada kebaikan sahabatnya itu. Sungguh melihat kejadian tadi, membuat Cia tidak habis pikir.
Ternyata masih ada saja ya laki-laki bejat seperti Reyhan di zaman sekarang. Sudah mendapatkan apa yang dia mau, tetapi malah ini balasan yang dia kasih ke Mia.
Ting nong... suara bel apartemen Mia dan Cia pun berbunyi. Sepertinya ada yang datang, tetapi siapa? Pikir Cia. Padahal dia tidak memesan makanan. Karena tidak lagi merasa lapar setelah melihat sahabatnya itu.
Brak... Pintu apartemen pun berhasil terbuka. Dan betapa terkejutnya Cia ketika melihat seseorang yang ada di balik pintu itu.
"Mia ada?" tanya Reyhan pada Cia.
"Lo ngapain hah kesini?"
Bukannya menjawab pertanyaan Reyhan, Cia malah emosi duluan karena teringat kejadian tadi ketika dia dan Mia melihat Reyhan sedang asik berduaan dengan perempuan lain.
"Gue tanya baik-baik ya, kenapa lo judes banget sama gue. Lo lagi sentimen ya?" pekik Reyhan sambil terkekeh geli.
"Gak usah sok-sokan baik ya lo. Nah pacar Lo nangis, dia udah tau kelakuan lo yang sebenarnya kayak gimana," ucap Cia sambil berlalu pergi meninggalkan Reyhan di balik pintu itu.
Reyhan pun masuk ke dalam apartemen itu, tanpa harus menunggu persetujuan dari Cia.
"Sayang nih aku bawa makanan. Kamu pasti belum makan kan?" tanya Reyhan yang ikut duduk di samping Mia yang sedang duduk di sofa depan TV.
"Kita putus aja ya," ucap Mia sambil melihat ke arah Reyhan dengan mata sembabnya karena menangis.
"Putus? Kenapa kamu tiba-tiba mutusin aku kayak gini?" tanya Reyhan syok.
"Udah deh Han. Kamu gak perlu harus nutup-nutupin hal ini lagi dari aku. Aku udah tau semuanya, aku udah cape, aku udah muak Han," jawab Mia.
Sungguh suara isak tangisnya Mia sangat memilukan setiap telinga yang mendengarnya.
"Aku kenapa Mia, aku kenapa, aku salah apa?" tanya Reyhan lagi.
Seperti orang yang tidak mau disalahkan. Padahal sudah jelas-jelas salahnya itu dimana, masih sempat-sempatnya saja dia mengelak dan membantah.
"Kamu pacaran kan sama Angel?" tanya Mia.
Deg... Reyhan terlihat mulai panik. Dari mana Mia mengetahui semua itu? Bagaimana Mia tahu kalau dia dan Angel pacaran? Padahal selama ini, Reyhan sudah menyembunyikan rahasianya itu dari Mia dengan serapi mungkin. Tetapi kenapa, Mia justru malah tahu sekarang.
"Maaf. Aku khilaf," ucap Reyhan sambil menundukkan pandangannya.
"Maaf kamu bilang? Setelah apa yang kamu lakuin sama aku selama ini? Kamu udah sering banget ngulangin kesalahan yang sama. Bahkan aku juga udah sering nerima kamu buat berubah, tapi apa? Kamu malah semakin ngelunjak Han," jawab Mia dengan penuh air mata.
"Mi maafin aku. Aku sekarang janji gak bakal ngulangin itu lagi. Iya aku bakal putusin Angel sekarang juga," ucap Reyhan sambil merogoh kantung celananya, berniat untuk mengambil handphonenya.
"Gak usah. Sebaiknya aku gak pernah nerima kamu lagi. Harusnya dari dulu kita udah putus," jawab Mia kemudian pergi meninggalkan Reyhan sendiri di sofa.
"Udah mending lo pulang aja sana. Makanan itu mending lo kasih sama selingkuhan lo," ucap Cia yang tiba-tiba datang.
Ini bukanlah yang pertama kalinya Reyhan berselingkuh di belakang Mia. Dan bukan yang pertama kalinya juga Mia patah hati karena Reyhan.
Mia sudah sering sekali memberikan kesempatan kepada Reyhan, agar dia bisa berubah. Nyatanya, Reyhan malah semakin hari semakin tidak tahu diri.
Padahal, Mia sudah sangat baik sekali padanya. Bahkan ketika Reyhan dalam keadaan sulit pun, Mia selalu ada untuk membantunya.
Jika pun Mia harus mengeluarkan uang untuk membantu Reyhan, tetap akan dia lakukan. Dan Mia juga tidak pernah meminta Reyhan untuk mengembalikan uangnya itu.
Karena dia memang sayang sekali sama Reyhan. Sayang jika hubungan mereka harus dia akhiri begitu saja, hanya karena adanya orang ketiga.
Karena hubungan mereka juga tidak sebentar. Tiga tahun adalah hal yang cukup lama bagi mereka untuk berpacaran. Namun dalam waktu tiga tahun itu, Mia selalu saja dipermainkan di belakang oleh Reyhan.
Akan tetapi, Mia selalu tahu bahwa Reyhan menduakan dia. Meskipun begitu, demi hubungan mereka Mia tetap memaafkannya. Dan Mia juga tidak ingin membuat kedua belah pihak keluarga kecewa.
Karena hubungan mereka berdua pun sudah mendapatkan lampu hijau dari kedua orang tua mereka masing-masing.
Namun kali ini, sepertinya Mia sudah tidak bisa lagi menerima Reyhan kembali. Karena sudah cukup baginya merasakan sakit hati. Mia tidak ingin lagi patah untuk yang kesekian kali.
Jika keluarga akan mempertanyakan perihal ini padanya, mau tidak mau Mia juga harus menceritakan semuanya pada pihak keluarganya sendiri atau pun pada pihak keluarganya Reyhan.
Tetapi ibunya Reyhan juga sebenarnya sudah tahu bagaimana tingkah laku anaknya itu. Karena memang, Mia lebih sering mengadu kepada ibu Reyhan mengenai sikap anaknya itu.
Mia sengaja menceritakan bagaimana Reyhan memperlakukannya, bagaimana Reyhan menduakan dia di belakang. Ibunya Reyhan juga sudah tahu.
Bahkan, untuk yang terakhir kalinya Mia memberikan Reyhan kesempatan juga karena ibunya Reyhan yang meminta langsung pada Mia, agar Mia mau menerima kembali Reyhan.
Dengan terpaksalah Mia mau menerima kembali Reyhan. Padahal sebenarnya Mia juga masih sayang, meski luka-luka di hatinya itu belum sembuh. Akan tetapi ini adalah kali terakhir Mia mau menerima kembali Reyhan. Dan benar saja, setelah Reyhan ketahuan kembali berselingkuh di belakangnya, Mia langsung memutuskannya tanpa harus berpikir panjang lagi.
Karena Mia tidak ingin, menanam luka lebih dalam lagi di hatinya sendiri dengan selalu memaafkan dan menerima seseorang yang tidak pernah bersyukur memilikinya.
"Mi, sampai kapan lo mau begini terus?" tanya Cia pada sahabatnya yang selalu mengurung diri di kamar.
Namun tak ada jawaban sama sekali. Cia yang merasa sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya itu, akhirnya Cia pun meminta bantuan kepada Husein teman kerjanya Mia.
Karena pintu kamar Mia yang sengaja dia kunci dari dalam agar Cia tidak bisa masuk. Bagaimana Cia tidak merasa khawatir, sudah dua hari setelah kejadian malam itu Mia tidak keluar dari kamar.
Bahkan Mia juga sudah tidak makan dan minum selama dua hari.
"Plis bantuin gue buat dobrak pintu ini," ucap Cia pada Husein yang baru saja tiba di apartemennya dan Mia.
"Memangnya ada apa sama Mia, Ci?" tanya Husein.
"Udah, nanti gue jelasin sama lo. Yang penting Lo bantuin gue dulu. Mia udah mengurung diri di kamar selama dua hari. Gue khawatir, takut dia kenapa-kenapa," jawab Cia.
Brak... setelah tiga kali dobrakan dari Husein, akhirnya pintu kamar itu berhasil terbuka. Dan benar saja, kini Mia tergeletak di lantai dalam keadaan pingsan.
"Tuh kan ya Tuhan. Bantu gue sein gendong Mia kita bawa dia ke rumah sakit," ucap Cia dengan panik.
Cia pun langsung berlari ke dalam kamarnya untuk mengambil kunci mobil miliknya. Husein segera menggendong Mia dan turun ke bawah sesuai dengan perintah Cia barusan.
"Dok tolongin sahabat saya," ucap Cia cemas setelah sampai di rumah sakit terdekat.
"Baik, mbak jangan khawatir. Kami akan menanganinya dengan baik," ucap dokter itu kemudian masuk ke dalam ruangan.
"Si Asmi kenapa sih Ci, kok bisa mengurung diri di kamar sampai pingsan begitu karena gak makan sama sekali?" tanya Husein dengan penasaran.
"Jadi gini sein, kemarin malam gue sama Mia kan mau ke cafe tuh buat makan malam. Sebelum pergi ke cafe, Mia di telfon sama cowo nya Reyhan, katanya dia gak makan malam bareng Mia. Padahal sebelumnya dia yang ada janji buat ketemuan sama Mia di cafe itu kan. Karena Mia udah siap-siap waktu itu, dan gue juga kebetulan mau keluar, jadi ya Mia ngajak gue. Dan kita keluar bareng, pergi ke cafe. Pas udah sampai di sana, tau-taunya malah kita liat Reyhan berduaan sama Angel," jelas Cia kepada Husein.
"Lah, bukannya si Angel itu selingkuhannya dia yang kemarin. Berarti dia gak beneran putus sama Angel?" tanya Husein kebingungan.
"Ya gak tau lah sein. Tapi kayaknya dia gak bener-bener putus sih sama Angel kemarin. Makanya sekarang ketahuan lagi sama Mia," jawab Cia.
"Brengsek banget ya itu si Reyhan. Udah untung dapet cewe sebaik Mia, tapi masih aja suka bohong dan menjatuhkan kepercayaannya Mia," ucap Husein yang ikut kesal dengan kelakuan Reyhan.
"Ya begitulah sein. Gue juga udah beberapa kali ngomong sama Mia, jangan lagi mau nerima dia. Tapi ya sudah lah, yang namanya udah sayang kan mau gimana pun salahnya pasti tetap bakal dimaafin," kata Cia.
"Sepertinya sayang sekali ya Mia sama Reyhan. Padahal gue dulu udah berusaha buat bisa dapetin hatinya dia, tapi gue gak seberuntung Reyhan," ucap Husein sambil tersenyum kepada Cia, setelah itu dia memalingkan wajahnya.
"Yang sabar sein. Lo kalau mau serius sama Mia jangan buru-buru buat ngambil hatinya. Karena dia juga gak bakal semudah itu bisa sembuh dari lukanya. Lebih baik Lo bersikap sebagai seorang teman dulu sekarang, nanti perlahan-lahan kalau Mia udah sembuh baru deh lo bilang sama dia," kata Cia sambil mengelus bahu Husein.
Perihal Husein, dia memang sudah menyukai Mia sejak pertemuan pertama waktu itu di tempat mereka bekerja.
Husein adalah senior Mia di tempat itu. Husein lebih dulu kerja satu tahun dari Mia. Husein adalah seorang guru Matematika sedangkan Mia seorang guru BK di sekolah itu.
Karena di sekolah Mia dan Husein juga sangat dekat sebagai rekan kerja, tidak jarang Mia dan Husein keluar berdua karena urusan pekerjaan. Akan tetapi, karena Mia yang hatinya sudah diisi oleh Reyhan makanya Mia tidak punya perasaan sama sekali kepada Husein.
Sebaliknya, Husein lah yang menaruh rasa kepada Mia. Menurutnya Mia adalah sosok perempuan yang sangat baik, pengertian, lemah lembut dan bicaranya yang juga sopan.
Apalagi kepada murid-muridnya di sekolah, yang mana murid-murid Mia yang sering masuk ke ruang BK adalah itu-itu saja orangnya, akan tetapi tidak membuat Mia merasa kesal pada mereka.
Justru Mia malah dekat sekali dengan anak muridnya yang di anggap oleh sekolah sebagai pembawa masalah. Karena Mia tahu bagaimana memuat mereka mengerti dan bagaimana cara mendidik mereka, makanya tidak sedikit murid yang menyukai Mia sebagai seorang guru.
Meskipun Mia akan mengajar di kelas jika ada guru yang izin, Mia akan menggantikan guru itu. Selebihnya Mia hanya berurusan dengan murid-murid yang bermasalah di sekolah saja.
Husein juga sudah mengetahui tentang hubungan Mia dan Reyhan. Apalagi tentang Reyhan yang sering sekali suka bermain perempuan di belakang Mia. Hal ini diberitahukan oleh Cia sahabatnya Mia kepada Husein.
Karena kasihan dengan Mia, Husein pun ikut menasehati Mia. Agar merelakan Reyhan saja. Karena orang yang suka berselingkuh itu adalah sebuah penyakit bagi dirinya.
"Yasudah jangan terlalu dipikirkan Mi. Nanti juga kamu bakal temuin sosok laki-laki yang benar-benar bisa menghargai kamu," ucap Husein ketika Mia curhat kepadanya soal Reyhan waktu lalu.
Husein memang sangat pandai sekali dalam hal menyembunyikan perasaannya. Husein bahkan bisa bersikap biasa saja dihadapan Mia, padahal dia sangat menyukai Mia.
Akan tetapi, pernah dulu Husein hampir ketahuan oleh Mia. Karena ketika pertama kali Mia mengetahui bahwa Reyhan berselingkuh di belakangnya, Mia pun tidak sengaja menceritakan hal itu kepada Husein dan meminta bantuan dari Husein.
"Apa gue harus mutusin dia aja ya sein?" tanya Mia kepada Husein setelah bercerita panjang lebar.
"Menurut gue sih, kalau masalahnya sudah menyangkut perselingkuhan mending lo lepasin aja deh Mi. Soalnya kalau dia udah berani selingkuhan lo, itu artinya dia gak pernah serius sama lo. Dia cuman mau main-main aja," jawab Husein.
"Tapi katanya dia khilaf sein," kata Mia.
"Ya benar sih. Yang namanya manusia yang memang tempatnya khilaf dan salah. Tapi wajar dibilang khilaf kalau kesalahannya itu bukan menyangkut masalah perselingkuhan," jawab Husein.
Mia pun mengernyitkan alisnya ke atas pertanda bahwa dia tidak mengerti apa yang Husein ucapkan barusan.
"Jadi gini Mi, kan lo bilang tadi dia udah selingkuh selama dua minggu. Nah coba lo pikir deh, mana ada orang khilaf selama berhari-hari apalagi sampai dua minggu. Itu namanya khilaf yang disengaja," jelas Husein.
"Iya Lo bener juga sih sein. Terus gue harus gimana? Gue belum bisa lepasin dia gitu aja," ucap Mia sambil tertunduk.
"Lo ikutin kata hati lo aja. Ya kalau lo masih mau mempertahankan dan ngasih dia kesempatan ya gak apa-apa, tapi lo juga harus terima resikonya kalau aja nanti dia bakal ngulangin lagi kesalahannya itu. Karena orang yang udah pernah selingkuh bakal ketagihan buat ngelakuin hal yang sama," kata Husein.
"Iya lo bener sein. Yaudah makasih ya buat sarannya," jawab Mia.
Beberapa menit kemudian, dokter yang merawat Mia pun keluar dari dalam ruangan. Cia dan Husein beranjak dari kursi dan menghampiri dokter itu.
"Bagaimana dok keadaan sahabat saya?" tanya Cia pada dokter.
"Pasien baik-baik aja. Hanya saja dia kekurangan energi dan cairan dalam tubuhnya hingga perlu banyak asupan untuk segera memulihkan tenaganya. Sepertinya dia tidak makan ya?" jawab dokter itu sembari bertanya.
"Iya dok benar. Dia tidak mau makan selama dua hari ini," jawab Cia.
"Pantas saja. Oh iya nanti setelah sadar kasih dia makanan yang udah di siapin suster ya. Saya tinggal dulu.
"Baik dok," ucap Cia dan Husein bersamaan.
Cia dan Husein pun masuk ke dalam ruangan Mia dirawat.
"Permisi sus, ruang A 04 dimana ya?" tanya seorang ibu-ibu yang sedang bersama anak laki-laki sekitar berusia 17 tahun.
Suster itu pun memberitahukan letak ruangan tersebut kepada ibu itu.
"Oh terimakasih sus," Ibu dan anak laki-laki itu pun pergi menuju ruangan tersebut.
"Assalamu'alaikum," ucap ibu dan anak itu.
"Waalaikumsalam," jawab Cia dan Husein bersamaan.
"Ya ampun ini Mia kenapa Ci?" tanya ibu itu.
"E.. ini Tante, Mia gak mau makan selama dua hari terus dia pingsan," jawab Cia.
Ibu-ibu itu adalah mamanya Mia dan adik Mia satu-satunya.
"Kok bisa gak makan sih nak?" ucap ibunya Mia kepada Mia sambil mengusap kepala anaknya yang masih terbaring lemah tak sadarkan diri dengan infus yang berada di tangan sebelah kirinya.
"Panjang tante ceritanya. Nanti Cia ceritain," jawab Cia.
Tidak lama itu, Mia pun akhirnya sadar, namun masih dalam keadaan lemas.
"Nak, kamu kok gak ngabarin mama kalau kamu sakit?" tanya ibu Mia setelah Mia sadar.
"Mia gak sakit kok bu. Cuman gak ada selera aja buat makan kemarin," jawab Mia lemas.
"Kamu ini ada-ada aja," jawab ibunya khawatir.
"Mi makan ya," ucap Cia yang mengambil makanan di atas meja yang disiapkan oleh suster tadi.
"Gak ada selera gue Ci," jawab Mia.
"Kamu harus makan sayang. Tadi dokter nyuruh kamu makan loh biar cepat sembuh," kata ibunya.
"Gak mau bu. Nanti aja," rengek Mia seperti anak kecil.
"Mama yang nyuapin kamu," ucap ibu Mia sembari mengambil makanan itu dari tangan Cia.
Kalau sudah begini, maka Mia pun tidak bisa menghindari perkataan ibunya. Dengan terpaksa Mia pun akhirnya memakan makanan itu.
Setelah Mia selesai makan dan keadaannya pun mulai membaik, ibunya pun memberanikan diri untuk menanyakan perihal kenapa dia tidak mau makan selama dua hari.
"Mi, kamu lagi ada masalah apa sih sampai-sampai kamu bisa masuk rumah sakit gini?" ucap ibunya penasaran.
"Reyhan ma," jawab Mia sembari memalingkan wajahnya ke samping.
"Ada apa dengan Reyhan?" tanya ibunya lagi.
"Mia udah putus dari dia," jawab Mia tanpa menatap wajah ibunya.
Ibunya tahu, pasti hal ini sangat sulit untuk Mia. Makanya Mia sampai tidak mau makan dua hari. Dan wajar saja jika Mia merasa depresi kala itu, hubungan yang dia dan Reyhan bina pun bukanlah waktu yang sebentar, tiga tahun itu adalah waktu yang cukup lama bagi mereka.
"Yasudah, kamu tenangkan diri dulu. Jangan dibawa emosi apalagi dipikirkan gak baik buat kesehatan kamu," ucap ibunya yang seolah mengerti keadaan anaknya saat ini.
Ibunya Mia sengaja tidak menanyakan apa alasannya Mia dan Reyhan bisa putus. Karena Ibunya tidak ingin menambah beban lagi pada diri Mia. Nanti saja dia akan bertanya jika Mia sudah pulih dari sakitnya, pikir ibu Mia.
Selama tiga hari di rumah rakit, selama itu juga Mia tidak masuk kerja. Dan ketika mendapat kabar bahwa Mia di rawat di rumah sakit, anak muridnya Mia pun langsung pergi menjenguk Mia. Dan selama tiga hari itu juga rumah sakit tidak terasa sunyi karena kunjungan dari murid-muridnya.
"Cepat sembuh ibu Mia yang cantik dan baik hati,"
"Kami kangen sama ibu. Ayo dong bu cepat sembuhnya,"
Ya begitulah kira-kira keluhan dari murid-muridnya ini. Padahal mereka sudah SMA, namun masih saja bertingkah seperti anak kecil dihadapan gurunya.
Setelah tiga hari di rumah sakit, dan Mia pun dinyatakan bisa pulang pada hari ke empat. Karena sudah empat hari Mia tidak masuk kerja, makanya pada hari ke lima Mia memutuskan untuk kembali turun ke sekolah untuk bekerja.
Padahal kepala sekolah masih memberinya izin sehari untuk istirahat di rumah. Akan tetapi Mia tidak ingin melalaikan tugasnya itu.
"Sayang, kamu dimana?" tanya ibu Mia ketika telfon itu tersambung.
"Di sekolahan ma," jawab Mia.
"Loh, udah bisa kerja aja," ucap ibunya.
"Hehe, iya nih ma, gak mau cuti lama-lama nanti gajinya dipotong kata pak kepala sekolah," kekeh Mia sembari tersenyum.
Bapak kepala sekolah dan guru-guru lain yang mendengarnya itu pun, ikut tertawa. Mia memang sangat suka bercanda. Dan guru-guru lain juga sudah tahu bagaimana tingkah lakunya Mia.
"Nanti pulang kerja, mampir ke rumah ya," pinta ibunya kepada Mia.
"Oh iya ma siap,"
Tut. Telfon itu pun terputus.
Sepulang dari sekolah, Mia pun mampir ke rumah ibunya. Mia juga sudah menduga kalau ibunya pasti ingin mewawancarai dia mengenai kenapa dia bisa tidak mau makan sampai-sampai masuk rumah sakit.
Dan benar saja dugaannya Mia. Untung saja selama Mia berada di rumah sakit, dia sudah menyiapkan dirinya untuk menceritakan hal pahit itu kepada ibunya. Karena tidak ingin menyimpan rahasia ini juga kepada sang ibu.
Memang selama ini, Mia sengaja untuk tidak memberitahukan pada ibunya perihal dirinya yang sudah sering diselingkuhi oleh Reyhan. Karena Mia tidak ingin ibunya menjadi agresif kepada Reyhan.
"Kamu tu kenapa sih Mi, kalo ada masalah cerita sama mama atau cerita sama sahabat kamu tuh si Cia. Jangan di pendam sendiri," tanya ibu Mia ketika mereka duduk di sofa ruang keluarga.
"Maaf ya ma, selama ini Mia gak cerita apa-apa sama mama soal Reyhan," ucap Mia.
Gugup dirasakannya, karena takut ibunya akan marah jika tahu bagaimana sebenarnya Reyhan. Namun Mia harus tetap menceritakan hal itu kepada ibunya.
"Memangnya ada apa sayang sama Reyhan? Bukannya kamu bilang kalian selalu baik-baik aja?" tanya ibunya lagi.
Memang selama ini Mia selalu mencoba menutup-nutupi kesalahan Reyhan pada ibunya sendiri. Mia hanya menceritakan hal itu pada ibunya Reyhan. Karena tidak ingin ibunya memaksakan Mia untuk melepaskan Reyhan saja. Akan tetapi jika sudah begini ya mau tidak mau Mia harus tetap memberitahu ibunya yang sebenarnya.
"Dia sering selingkuhin aku ma,"
Tes. air mata itu pun berhasil mendarat di pipi Mia ketika mengatakan bahwa Reyhan telah sering berselingkuh darinya.
"Selingkuh gimana, kok bisa sih dia selingkuhin kamu?" jawab ibunya Mia tidak percaya.
Wajar saja jika ibunya syok dan masih tidak percaya kalau Reyhan melakukan hal itu pada Mia. Sedangkan selama ini saja Mia selalu mengatakan pada ibunya bahwa hubungan mereka baik-baik saja. Bahkan ketika Mia membawa Reyhan ke rumah juga sikapnya sangat baik.
Tetapi ya begitulah Reyhan, dia sangat pandai menyimpan kebohongan di depan orang lain. Apa yang dia tampakkan pada orang lain, memang bukan itulah sifat aslinya. Kata orang sih bermuka dua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!