NovelToon NovelToon

Dream Wedding

Hari pertama

...~ketika kamu mencintai manusia sejatuh-jatuhnya maka bersiaplah kecewa sedalam-dalamnya~...

.........

Di sebuah masjid, terdengar seorang penghulu menikahkan dua insan menggema memenuhi mesjid sampai keluar.

" Saya terima nikahnya Dianra Akila Rahman binti Abu Rahman dengan maskawin seperangkat alat sholat tunai." Dengan satu kali tarikan nafas, pria dengan jas berwarna putih tersebut mengatakannya.

" Bagaimana para saksi."

" Sah.."

" Sah.."

" Sah.."

Ucap mereka semua yang ada didalam masjid bahkan sampai orang yang ada diluar masjid pun berteriak.

Air mata bahagia Dian menetes tatkala Malik mencium kening wanita berhijab cantik, yang kini sudah menjadi istrinya. Mereka berdua pun saling memasangkan cincin

" Selamat nak, sekarang kamu bagian dari keluarga kami." Memeluk Dian, wanita paruh baya dengan hijab panjang tersebut juga ikut meneteskan air mata bahagia melihat anaknya menikahi Dian, murid mengajinya.

Dian mengangguk " Iya umi, Dian sangat bahagia."

" Selamat Malik, istri mu sangat cantik." Menepuk pundak anaknya. Pria paruh baya tersebut juga sangat senang melihat anaknya menikahi seorang wanita baik-baik, mana cantik lagi

" Hahaha benar, Dian adalah anugerah yang diberikan tuhan padaku." Menatap wajah cantik istrinya yang tengah berbincang pada orang-orang disana.

Dianra Akila Rahman adalah seorang yatim piatu, Dian besar dipanti asuhan. Wanita itu hanya seorang lulusan SMA, dan sekarang ia mengurus sebuah warung kecil-kecilan dan juga membantu Umi Halimah mengajar mengaji di sebuah masjid.

Malik adalah putra bungsu dari 3 anak Umi Halimah dan abi Aburizal. Dian dan Malik dijodohkan, dan Malik memang menyukai Dian sejak pertama kali melihat wanita berhijab cantik itu. Sedangkan Dian hanya menerima untuk balas Budi, Kepada umi Halimah dan juga abi Aburizal yang sudah memperlakukan nya dengan Sangat baik bahkan menganggap Dian anaknya sendiri.

.........

Dian duduk di ranjang yang sekarang akan menjadi ranjang nya berbagi cinta dengan sang suami. Wanita cantik bak artis korea tersebut menggenggam erat tangan nya

Ia akan belajar mencintai sang suami, walau bagaimanapun keadaannya. Dian cukup tau kodrat seorang istri dalam Islam.

Ceklek..

Pintu terbuka, Malik masuk kedalam dan melangkah mendekati Dian. Pria itu bukanlah seorang ustadz seperti kakak-kakaknya dan juga ayah atau ibunya. Dia hanya seorang karyawan biasa.

" Sudah mandi, dek? " Tanya basa-basi. Duduk di sebelah Dian

Dianra mengangguk " Sudah mas." Singkatnya dengan wajah yang sedikit memerah karena malu. Wajah putih kemerah-merahan Dian selalu nampak indah dimata setiap orang yang melihat

" Yasudah mas mandi dulu." Ucap pria tersebut

Dianra mengangguk lemah " Iya mas."

Malam ini adalah malam pertama bagi pasutri baru tersebut. Dianra akan mencoba untuk tidak tegang dan menerima semua nya.

Tak lama Malik pun keluar dari dalam kamar mandi. Dengan hanya memakai handuk sebatas pinggang dan lutut. Walaupun perutnya tidak sixpack, setidaknya tidak buncit juga.

" Udah siap dek? " Berdiri di hadapan Dian

" Insya Allah siap mas." Memantapkan hati dan mental sudah ia lakukan dari tadi. Sekarang sudah waktunya, dan ia akan melakukan nya dengan ikhlas

" Berdoa dulu yah mas." Malik mengangguk. Pelan-pelan pria itu melepas hijab Dian.

Dianra yang selalu memakai hijab panjang dengan pakaian syariah, selalu membuat Malik penasaran dibalik pakaian syariah tersebut. Dan yah rasa penasaran nya akhirnya terjawab.

Sungguh istrinya sangat cantik. Rambut panjang sepunggung dengan sedikit bergelombang dibawahnya. Wajah mulus putih kemerah-merahan membuat kaum adam yang melihat tentu menelan ludah.

Setelah berdoa, pria dengan wajah yang cukup tampan untuk ukuran orang Indonesia itu pun mengecup lembut bibir Dian. Dianra hanya menerima.

Skip.. (anggap udah MP:v)

Suara adzan subuh membangunkan Dianra. Wanita yang tubuh nya masih tidak berpakaian tersebut pelan-pelan membuka mata. Mengerjap beberapa kali

" Euhhhhmm sudah subuh yah." Pelan-pelan bangun. Dilihatnya, di samping ada sang suami yang tengah tidur tengkurap dengan tubuh polos

Dianra tersenyum lalu mengecup punggung suaminya. Dengan perlahan, Dian bangun dari tempat tidur lalu memunguti pakaian-pakaian nya yang tercecer di lantai.

Setelah membersihkan badan, Dian mencoba membangunkan sang suami untuk sholat subuh

" Mas, bangun mas. Kita Sholat subuh." Menggoyang punggung Malik

" Hmm iya dek."

" Sholat subuh mas, nanti tidur lagi."

Malik membuka mata, pria lembut itu melihat istrinya yang sudah mengenakan mukenah dan nampak sangat cantik, apalagi semalam ia juga sudah berhasil membobol keperawanan Dianra semakin membuat wanita itu terlihat cantik di mata

Mereka pun Sholat subuh berjamaah dengan Malik yang menjadi imam. Setelah itu, Malik kembali melanjutkan tidur sedangkan Dian sudah keluar dari kamar untuk memasak. Walaupun bagian bawah masih sakit, bukan berarti Dian melupakan tugasnya sebagai seorang istri.

Dianra mulai memasak sarapan untuk suaminya dan juga menyiapkan beberapa kopi, teh, gorengan, serta nasi kuning untuk dibawa ke warung nanti.

Setelah selesai, Dian pun berlalu masuk kedalam kamar. Dilihatnya Malik yang sudah memakai kemeja. Wanita cantik itu menghampiri Malika lalu membantunya memasang dasi. Tentu, Malik tersenyum senang melihat hal itu

" Gak ambil cuti dulu mas? " Secara mereka masih pengantin baru

" Maunya sih gitu dek, cuman sekarang kantor mas lagi sibuk-sibuknya. Susah buat ajukan cuti." Mencium kening Dian

" Baiklah, Dian sudah siapkan sarapan. Mas sarapan dulu."

" Iya. Adek ke warung, nanti? "

" Rencananya sih mas. Kalau mas tidak mau, Dian gak akan pergi."

Malik menggeleng " Mas gak melarang. Yang penting jaga kesehatan, jangan terlalu keras kerjanya." Mengambil tas kerja yang ada di atas ranjang

Dian terkekeh " Seharusnya Dian yang ngomong itu."

" Yasudah mas tunggu dimeja makan." Mengelus surai panjang Dian. Dianra memang menyukai memakai pakaian terusan selutut tanpa hijab saat didalam rumah.

.........

Dianra mencium punggung tangan sang suami dan dihadiahi ciuman di dahi. Wanita itu tersenyum dengan wajah yang tersipu membuat wajahnya yang memang sudah kemerah-merahan semakin merah

" Mas pergi dulu yah dek. Ingat pesan mas, jangan terlalu keras kerjanya."

Dian mengangguk " Iya mas."

" Assalamu'alaikum."

" Wa'alaikum salam."

Setelah kepergian sang suami menggunakan sepeda motor, Dianra kembali masuk kedalam kamar untuk mengganti sprei yang terdapat noda darah keperawanannya.

Setelah itu, Dian pun bersiap-siap untuk ke warung. Jaraknya dari rumahnya sekarang sekitar satu kilo, dan hal itu bisa ia tempuh dengan berjalan kaki.

Dianra tak ingin merepotkan Malik, apalagi lokasi warung dan kantor suaminya bertolak belakang.

Sebelum ke warung, Dianra menyempatkan singgah di rumah kecilnya dulu sebelum menikah dengan Malik. Setelah itu Dianra segera bergegas ke warung kopi dan membuka warung kopi kecil-kecilan nya.

Menyiapkan beberapa kopi serta gorengan serta nasi kuning yang di meja.

" Eiiiyyy pengantin baru kok udah keluar ajah. Gak betah dikamar." Celetuk seorang wanita paruh baya

Dianra tersenyum mendengar hal itu " Assalamu'alaikum bu Salim, bu Endah." Ucapnya dengan tutur kata yang lembut

Kedua Wanita tersebut senyum malu-malu " Wa'alaikum salam."

" Mau nasi kuning, Dian." Ucap bu Salim

" Saya juga." Timpal bu Endah

Dianra pun membungkus nasi kuning kedua wanita paruh baya tersebut.

" Sambalnya dikit ajah Dian, soalnya itu bagian si bungsu. Gak suka pedas dia." Seru bu Endah

" Iya bu. Kalo bu Salim? "

" Yang biasa ajah."

Tak lama dua tukang ojek yang mangkal di dekat warung Dian datang " Wiiii pengantin baru kok udah kerja ajah."

" Gak betah Dian? Hahahha." Timpal temannya

Dian hanya tersenyum " Cari rezeki bang."

" Rezeki mah udah ada yang atur neng." Seorang gadis seumuran Naya langsung duduk disebelah kedua tukang ojek tersebut.

.

.

TBC

Assalamu'alaikum manteman😘

kembali lagi sama othor nih. Siap-siap dengan keuwuan akut yang terkandung dalam novel baru othor ini 🤣

seperti novel othor yang biasa, ceritanya ringan dan gak banyak konflik. Mungkin awal-awalnya bakalan sad tapi nanti udah enggak kok, malah bakalan uwu😊

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️

Follow ig othor🤭😅🙏 \=> HimaSun_05

...Subscribe yah manteman😖...

Keluar Kota

...~Aku ingin lebih ikhlas dari langit ketika ia mampu menerima apapun ketentuan Tuhan tanpa perlu banyak bertanya~...

.........

" Rezeki mah udah ada yang atur neng." Celetuk Seorang gadis seumuran Dian yang langsung duduk disebelah kedua tukang ojek tersebut.

" Assalamualaikum, Sarah." Ucap Dian. Sahabatnya yang satu ini memang harus selalu diingatkan.

Sarah tertawa cengengesan " Wa'alaikum salam." Jawabnya

" Kopi yang biasa satu Dian." Ujar kedua tukang ojek tersebut sembari menyambar gorengan didepannya

" Iya bang. Tunggu yah."

Setelah melayani bu Salim dan bu Endah, Dianra kemudian membuatkan Kopi untuk kedua tukang ojek tersebut.

" Dian, kamu 'kan masih pengantin baru. Ngapain langsung jualan sih? Gak mesra-mesraan dulu sama bang Malik." Tanya Sarah sambil membuka bungkus nasi kuning yang sudah Dian susun berderet rapi. Sarah adalah teman masa kecil Dian, teman terbaik Dian

" Iya Dian, Malik gak perkasa yah." Celetuk salah seorang tukang ojek yang tengah menggantung jaket berwarna hijau di pundak. Pria tersebut terlihat masih muda, mungkin seusia Dian. Namaya Ibra.

" Dasar kalian berdua. Itu urusan Dian mau kerja atau tinggal dirumahnya." Seru pak Danang, pria paruh baya yang juga bekerja sebagai tukang ojek berjaket hijau

Dianra hanya tersenyum menanggapi. Hal itu memang sudah biasa, percayalah tak akan ada yang memaki atau menghina Dian. Dianra dikenal sebagai pribadi yang baik, lemah, lembut, pekerja keras, tanggung jawab dan yang pasti dia sangat cantik.

Memang yah, orang baik pasti akan di kelilingi orang-orang baik pula.

Pak Danang pamit terlebih dahulu, ada orderan yang masuk di ponselnya.

" Mau pergi kuliah Sarah? " Tanya Dianra melihat sahabatnya yang asik makan nasi kuning

" Iya." Jawabnya singkat " Oh yah bang Ibra antarin aku ke kampus yah. Entar aku bayar lebih."

Ibra langsung tersenyum " oke. Habisin dulu nasi kuning mu." Setelah makanannya habis, Sarah dan juga Ibra membayar nasi kuning, gorengan dan juga kopi yang mereka pesan

" Yang giat belajarnya Sarah. Biar jadi orang sukses."

" Aamiin. Kamu juga jangan terlalu memaksakan diri untuk kerja, ingat udah punya suami."

" Yaudah kami pergi dulu Dian. Assalamualaikum." Ucap Ibra

" Wa'alaikum salam."

Dianra membersihkan sisa-sisa makanan, piring dan juga gelas kotor yang ada dimeja. Di cucinya langsung, setelah itu wanita cantik tersebut membersihkan meja tempat makan para pelanggannya.

.........

Hari menjelang sore, Dianra sudah bersiap-siap akan pulang.

Brumm.. brum..

Dianra sontak menoleh melihat siapa yang datang. Senyum tak bisa ia tahan saat melihat sang suami yang turun dari sepeda motor " Assalamu'alaikum, dek."

Mencium tangan kanan suaminya " Wa'alaikum salam, mas." Malik mencium kening istri Cantik nya.

Tatapan pria tersebut beralih melihat barang-barang Dian " Sini biar mas yang bawa." Mengambil beberapa keranjang dan menaruhnya di depan motor matic beet berwarna putih.

" Mas kenapa datang kesini? Harusnya mas langsung pulang dan istirahat." Melihat tas dan juga kemeja kerja Malik yang masih sama dengan yang tadi pagi, artinya Malik belum pulang ke rumah

" Mas cuman pengen lihat istri cantik mas. Sekalian membawanya kabur ke rumah." Menaik turunkan alis menggoda Dianra

Wajah Dianra langsung memerah merona. Ia langsung menunduk tak berani angkat wajah. Sungguh kali ini Dianra benar-benar tidak suka dengan wajah nya yang selalu cepat memerah

" Uhuuyyyy pengantin baruuuu di jemput babang kesayangannya nih.." tiba-tiba Ibra yang berboncengan dengan Sarah datang dengan sepeda motor tanpa berhenti kedua orang tersebut langsung pergi begitu saja setelah Sarah mengatakan hal yang semakin membuat Dian merona.

'uhh dasar Sarah' gerutu wanita cantik itu

Malik tertawa melihat tingkah konyol Sarah dan juga wajah istrinya yang sudah sangat merah " Udah dek, jangan di ambil pusing. Ayo kita pulang." Menarik lembut tangan Dianra.

Setelah naik, Malik membawa tangan sang istri untuk memeluk pinggangnya lalu melajukan motor " Kita keliling kompleks dulu yah dek. Sekalian cari-cari angin." Sebenarnya Malik ingin merasakan suasana pacaran bersama Dian, secara dulu mereka langsung menikah.

" Terserah mas Malik ajah. Tapi sebentar doang yah mas, soalnya nanti sudah Maghrib Dian pengen ngajar ngaji." Ia tetap membantu umi Halimah, yang sekarang mertuanya.

" Iya dek. Nanti mas antar yah."

Mereka pun berjalan-jalan sore itu menggunakan sepeda motor. Di perjalanan terkadang keduanya bertemu dengan beberapa orang yang menyapa pengantin baru tersebut.

Mendoakan agar pernikahan mereka langgeng dan dikaruniai anak-anak yang cantik dan Sholeh serta Sholehah seperti Dianra. Lalu pekerja keras dan bertanggung jawab seperti Malik.

Kedua pasutri tersebut hanya tersenyum dan mengaminkan.

.........

Pernikahan Dianra dan juga Malik berjalan lancar. Semuanya terasa sangat ringan dan romantis. Mungkin karena memang masih pengantin baru. Hari berganti hari, bulan terlewati begitu saja. Yah mereka hidup santai dan mengikuti alur.

Doa selalu orang-orang sematkan setiap bertemu Malik dan juga Dian. Semoga langgeng terus, yah begitulah kira-kira doa mereka.

Malam itu, nampak Dianra sedang mengemas baju-baju Malik didalam koper serta beberapa perlengkapan lainnya

" Berapa hari keluar kota nya mas? " Tanya Dianra mengancing koper tersebut

Malik yang tengah memainkan ponsel diatas ranjang pun menoleh melihat istrinya yang sedang mengemas barang-barang yang akan ia bawa keluar kota.

" Mungkin sekitar tiga hari dek, itu kalau pekerjaan nya lancar. Kalau tidak lancar mungkin bisa sampai dua Minggu." Ia sebenarnya tak ingin meninggalkan sang istri, namun apalah daya pekerjaan menuntutnya untuk seperti itu.

Dianra bangkit lalu berjalan mendekati sang suami. Duduk tepat dihadapannya " Jaga kesehatan yah mas. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Dian." Untuk pertama kalinya, Malik akan pergi keluar kota meninggalkannya, tentu saja Dian khawatir

Malik tersenyum lembut, mengusap kepala sang istri lalu mencium kening Dian " Tenang saja dek. Mas udah biasa, nanti kalau kangen tinggal telpon mas ajah."

Dianra mengangguk " Iya mas."

Keesokan harinya

Sebelum pergi, Malik mencium kening Dian " Jaga diri yah dek. Kalau ada apa-apa telpon umi atau abi. Mas cinta adek."

Dengan tersenyum " Iya mas. Mas juga jaga kesehatan disana. Dian juga cinta mas."

Setelah berpamitan dengan penuh cinta, Malik pun pergi ke perusahaan terlebih dahulu barulah ia akan langsung ke Bandara setelah nya.

Dianra pun bersiap-siap untuk ke warung. Sebelum itu selalu, Dian sempatkan untuk ke rumah kecilnya yang ada di belakang warung. Rumahnya sebelum ia menikah.

Dianra membuka warung lalu menyiapkan semua barang dagangan

" Assalamualaikum Dian." Ucap Sarah

" Wa'alaikum salam." Jawab Dian " Kamu gak kuliah? " Melihat pakaian Sarah yang hanya memakai pakaian tidur dengan kerudung panjang

Sarah duduk di kursi depan " Enggak, lagi libur." Memandangi seluruh tempat " Bang Malik mana? Biasanya ada bantu-bantu." Yah setelah menikah satu Minggu, Malik sudah tidak terlalu sibuk dan mulai sedikit membantu Dian saat pagi hari sebelum berangkat ke kantor

" Lagi sibuk, mas Malik baru ajah keluar kota. Mau minum apa? "

" Teh manis." Minuman kesukaan Sarah walaupun selalu membuat nya ingin buang air kecil

" Berapa lama? "

Memasukkan gula kedalam gelas " Sekitar tiga hari atau dua Minggu Katanya."

" Lama bangat. Hati-hati loh Dian." Berbisik

Dianra menyerngitkan kening " Hati-hati kenapa? " Menaruh segelas teh didepan Sarah, lalu duduk.

" Makasih." Meminum tehnya. Melihat sekitar, memastikan tak ada orang

Kelakuan Sarah semakin membuat Dian heran " Ada apa sih? " Sungguh membuat penasaran

" Hati-hati. Biasanya suami yang keluar kota, suka jajan sembarangan." Sambil berbisik memajukan wajah

Kening Dianra semakin menyerngit, ia semakin tak tahu apa yang dikatakan Sarah " jajan sembarangan? Jajan makanan gitu? " Sungguh Anaya sangat polos.

Sarah menepuk jidat melihat kepolosan sahabat cantik bin alim " Maksudnya lubang Di, lubang."

" Lubang? " Memiringkan kepala. Semakin dibuat bingung akan perkataan Sarah yang tak mendasar.

" Astagfirullah. Ya Allah, kenapa ciptaan mu yang sangat indah ini sangat polos." Teriak Sarah " maksud aku itu lubang senggama, Dianra Akila Rahman." Menekan kata-kata nya

Sontak Dianra menutup mulut Sarah " Astagfirullah, istighfar Sarah. Ucapan mu kasar bangat."

Melepas tangan Dian dari mulut " Kamu sih, dikasi tau pake kode gak ngerti, yaudah aku terobos ajah." Dianra hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah bar-bar Sarah yang tak pernah berubah dari dulu.

" Hust.. jangan ngomong yang macam-macam tentang suamiku. Aku percaya sama mas Malik."

Sarah berdecak " Jangan mudah percaya sama laki-laki Di. Biasanya mereka manis di mulut doang. Nanti nyesal loh."

" Hahaha pengalaman pribadi yah." Dianra malah bercanda, tapi itu kenyataan sih. " Lagipula mas Malik itu suamiku. Bukan pacar lagi, tentu saja aku harus percaya sama suami ku sendiri 'kan."

Sarah membuang nafas kasar. Ia ingin membalas tapi Dianra menang telak dengan perkataannya " iya.. iya.. terserah kamu deh cantik." Dianra kembali tertawa melihat tingkah laku temannya

.

.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️

Follow ig othor🤭😅🙏 \=> HimaSun_05

...Subscribe yah manteman😖...

Hanya Diam

...~Jika kesendirian adalah tanda kesedihan, mungkin bulan tidak akan lebih terang dari bintang-bintang~...

..........

Sarah membuang nafas kasar. Ia ingin membalas tapi Dianra menang telak dengan perkataannya " iya.. iya.. terserah kamu deh cantik." Dianra kembali tertawa melihat tingkah laku sahabat nya.

Seakan tersihir dengan senyuman Dian yang sangat manis dan cantik membuat siapapun yang melihat pasti betah " Kamu benar-benar cantik Di. Aku yakin kalau aku pria, udah dari dulu aku lamar. Sumpah dah."

" Hahaha kamu berlebihan."

Memutar bola mata malas. Ini nih, sahabatnya terlalu polos dan tidak tahu kelebihan nya sendiri. Padahal Sarah sangat yakin, Dianra pasti bisa mendapatkan pria yang lebih tampan dan kaya dari Malik. Namun apalah daya jika takdir sudah berbicara, Bahkan Sarah pun tak akan bisa melakukan apa-apa.

" Kenapa kamu gak jadi selebriti ajah Di? Atau jadi model pakaian syari'ah? " Melihat kecantikan serta senyuman Dian yang bagaikan rembulan di malam hari, tentu wanita itu pasti akan terkenal.

" Aku gak suka jadi sorotan. Apalagi untuk terkenal, itu tidak mungkin." Jawab Dianra jujur. Memang benar, Dianra sangat anti kamera.

" Huh! Kau seperti orang primitif."

" Hahaha kamu memang menghibur, Sarah. Lebih dari badut."

Sarah berdecak kesal " Iya.. iya.. aku yang paling lucu. Yaudah aku pulang dulu yah, pengen lanjut tidur." Menaruh uang berwarna ungu di atas meja

Tangan lentik Dianra mengambil uang tersebut " Hati-hati, rezeki mu di patok ayam."

" Sini, biar ayam nya aku goreng." Sekali lagi Dianra tertawa mendengar perkataan Sarah. Setelah mengucap salam, Sarah pun pergi dari sana.

Dianra kembali sibuk dengan aktivitas nya. Ada beberapa pelanggan setia yang selalu datang. Yang penting para ojol sangat suka mangkal di warung Dianra membuat warung itu sangat jarang sepi.

Para pelanggan juga suka dengan Dianra yang cantik, baik, lemah lembut, Sholehah, senyumannya yang bagaikan mentari di siang hari, begitulah mereka menggambarkan Dianra. Namun sayangnya wanita cantik itu sudah bersuami.

Sekarang sudah sepi. Dian bersiap-siap ingin menutup warung

" Hmm mobil siapa itu? " Melihat sebuah mobil berwarna hitam melewati warung. Setahu Dian, tak ada satupun warga di kompleks ini yang mempunyai mobil sebagus itu.

Mengangkat kedua bahu. Ia tak ingin memikirkannya, lagi pula Dian sama sekali tak berminat dengan mobil ataupun barang-barang mewah.

.........

Masih dengan menggunakan mukenah, Dianra merebahkan tubuh setelah Sholat isya. Di ambilnya ponsel yang ada diatas meja. Niat hati ingin menelpon sang suami

" Halo, assalamu'alaikum mas."

" Wa'alaikum salam, dek. Udah kangen yah? " Terdengar gombalan seperti biasa yang keluar dari mulut manis Malik

Dian tertawa kecil " apa sih mas. Mas udah sampe?"

" Alhamdulillah iya udah dek. Adek sendiri udah dirumah 'kan? "

" Iya udah. Mas Jangan lupa istirahat yang cukup. Jangan lupa makan." Nasehat yang selalu Dian sampaikan kepada Malik

" Siap istri cantikku."

Mereka pun melanjutkannya obrolan manis yang penuh kerinduan ala pengantin baru.

Setelah menutup sambungan telepon, Dian kemudian melepas mukenah yang ia gunakan " mas Malik sepertinya sangat lelah." Menghembuskan nafas kasar. Bisa terdengar suara suaminya yang nampak lelah namum masih berusaha untuk terlihat ceria di hadapan sang istri.

Hari kepulangan Malik dari keluar kota pun tiba.

Dian sengaja tak pergi ke warung hari ini demi menyambut kepulangan Malik. Wanita itu sudah menyiapkan beberapa makanan kesukaan suaminya.

Bunyi suara motor yang sangat dikenali terdengar diluar. Dengan langkah cepat Dian menuju keluar rumah

" Mas Malik." Seru Dian dengan wajah yang sangat gembira

Malik tersenyum " Assalamu'alaikum dek."

" Wa'alaikum salam." Mencium tangan kanan suaminya dan lagi-lagi dihadiahi kecupan manis di kening

Dian mengambil tas suaminya. Mereka pun berjalan masuk kedalam rumah " Mandi dulu yah, Dian udah siapin makanan kesukaan mas." Inilah yang disukai Malik dari Dian. Wanita yang sangat perhatian yang mampu membuat nya meleleh.

Malik hanya mengangguk, sebenarnya ia juga sangat amat lelah. Namun tidak mungkin Malik tidur tanpa membersihkan badan, belum lagi perutnya yang memang sedari tadi minta di isi semenjak di bandara.

Setelah mandi, Malik kembali keluar. Terlihat istrinya yang sudah tersenyum manis sedang menata makanan. Malik pun duduk dimeja makan

" Wah... Makan besar nih."

Dian tertawa kecil " Menyambut kepulangan mu mas." Lalu membalik piring. Dian dengan sigap melayani Malik. Setelah itu mereka makan dengan saling melempar gombalan dan candaan seperti biasa.

Kembali ke kamar, keduanya sudah ingin tidur. Sebelum itu, tentu saja mereka pasti akan melakukan ritual malam ala pengantin baru.

" Minggu depan kita ke rumah umi yah. Keluarga besarku akan datang. Anak bungsu bang Taufiq akan di hakikat." Mengusap punggung polos Dian yang tengah ia peluk

Dian mengangguk " Iya mas." Jawabnya. Walaupun ada rasa tegang saat ingin bertemu dengan keluarga besar suaminya. Dian masih ingat saat menikah dulu, ada beberapa orang dari keluarga Malik yang menatap tak suka kepada nya. Namun Dian tak ingin membantah perkataan Malik

.........

" Cepat dek, kita segera berangkat." Seru Malik menstatar motor. Hari ini mereka akan pergi ke rumah umi Halimah dan abi Aburizal.

Dian datang dari dalam rumah " Iya mas." Menghampiri sang suami " Kita gak perlu bawa buah tangan mas? "

" Gak usah. Acara hakikat nya udah mau mulai." Dian hanya mengangguk dan naik keatas motor.

Hanya beberapa menit mengendarai motor, akhirnya mereka sampai di sebuah kawasan pesantren.

" Nanti diam ajah yah, kalau misalkan beberapa kerabat ku ngomong yang aneh-aneh." Ucap Malik melangkah bersama Dian menuju ke rumah dua tingkat tersebut.

Dian yang memang dari dulu penurut hanya mengangguk " iya mas." Sambil menjawab. Walaupun sebenarnya ia sedikit bingung dengan perkataan aneh yang dimaksud Malik. Namun tiba-tiba Dian mengerti perkataan aneh apa yang dimaksud sang suami.

Malik tersenyum, inilah salah satunya keuntungan menjadikan Dian istri. Dian adalah wanita penurut yang takut berdosa jika membantah perkataan suami, karena itu Dian akan selalu menurut.

" Assalamu'alaikum." Salam Dian dan juga Malik

" Wa'alaikum salam." Terlihat sudah ada banyak orang disana

" Masuk nak Dian. Malik bantu Abi sama abang disana." Menunjuk abi Aburizal dan Taufik yang tengah mengerjakan sesuatu

Malik menurut lalu mengikuti perkataan uminya. Dian juga ikut membantu umi dengan memasak beberapa makanan untuk acara hakikat nanti bersama para tetangga dan juga beberapa kerabat keluarga suaminya.

" Cantik banget menantu mu umi Halimah." Ucap seorang tetangga seusia umi Halimah

Umi Halimah tersenyum " Tentu saja, pilihan Malik memang tidak salah. Coba lihat, sangat cantik 'kan. Nanti cucu ku pasti akan sangat cantik atau tampan juga." Yang dibicarakan hanya tersenyum malu-malu dengan wajah yang memerah.

" Oh yah, kamu belum isi Dian? Bukannya sudah lumayan lama kalian nikah? Kalian tidak menundanya 'kan." Seorang kerabat dari keluarga Malik, sebut saja tante Sesi menyahut

" Gak nunda kok tante, Dian sama mas Malik cuman ikut alur ajah." Jawab Dian dengan tutur kata yang halus

Mereka semua ber-oh ria " Tapi kenapa sampe sekarang belum isi? Jangan-jangan kamu mandul." celetuk anak Tante Sesi, sepupu Malik sebut saja Dewi.

Mereka semua terdiam. Wajah Dian langsung berubah murung, wanita itu sedikit menunduk. Inilah Perkataan aneh yang dikatakan sang suami tadi.

Jujur saja, Dian sudah beberapa kali memeriksa namun tetap saja garis yang muncul hanya satu. Mana dua Minggu yang lalu ia sempat datang bulan.

" Husttt mulutmu Dewi dijaga. Jangan mengatakan hal buruk. Umi yakin semuanya pasti punya waktu." Bela umi Halimah. Tentu saja ia juga khawatir akan perkataan Dewi, namun wanita paruh baya tersebut tidak ingin membebani menantunya

Mengelus punggung tangan sang menantu yang sedang mengupas bawang " Jangan dipikirkan. Berdoa ajah semoga cepat jadi."

Dian tersenyum " Aamiin." Jawabnya kemudian.

" Yah tapi aku 'kan hanya mengatakan apa adanya umi." Dewi seakan tidak Terima di tegur

" Terima kasih mbak Dewi, tapi aku sama mas Malik ikut takdir ajah. Kalau memang Allah belum mengizinkan mau bagaimana lagi, kita sebagai hamba-Nya tidak bisa menentang kehendak-Nya." Dengan suara yang sangat lembut Dian mengatakan nya

Umi Halimah melihat sedih kearah menantunya. Beribu-ribu kata maaf ia lontarkan dalam hati

Mereka semua terdiam lalu melanjutkan berbincang namun tidak membahas mengenai kehamilan atau bayi lagi, agar tidak menyinggung seseorang.

Dian sadar ia pasti sudah jadi artis dikalangan kerabat keluarga suaminya. Dirinya akan selalu dibicarakan dimana-mana, baik yang benar atau yang buruk. Namun Dian tak ingin ambil pusing, di adukan ke Malik juga suaminya tak bisa berbuat banyak.

Dian pernah melakukan nya namun Malik hanya mengatakan agar jangan terlalu ambil pusing. Yang menjalani kehidupan rumah tangga 'kan kita, bukan mereka. Begitulah perkataan Malik waktu Dian mengadu.

Karena itu Dian akan diam sesuai perkataan Malik.

.

.

TBC

Follow ig othor🤭😅🙏 \=> HimaSun_05

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Like komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️

...Subscribe yah manteman😖...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!