Nafisha berarti permata yang berharga sedangkan Almahyra berarti baik dan cerdas. Orang tuanya memberikan nama Nafisha Almahyra agar ia bisa menjadi permata yang berharga dan memiliki kepribadian yang baik dan cerdas.
Nafisha sendiri merupakan seorang gadis sederhana. Ia tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya yang bekerja sebagai buruh cuci. Sedangkan sejak kelas satu Sd ayahnya pergi merantau ke ibukota. Nafisha memiliki kepribadian yang ramah,cerdas dan pandai bergaul. Namun saat duduk di bangku Smp ia pernah merasakan pahitnya bullying karena status sosialnya.
Setelah lulus Smp Nafisah bimbang antara melanjutkan Sma atau harus putus sekolah. Ia ingin sekali melanjutkan sekolah dan mengejar mimpi-mimpinya namun keadaan memaksanya untuk mengubur segala angannya. Namun saat ia mulai putus harapan ayahnya pulang menemuinya, penantian bertahun-tahun akhirnya terbayar juga.
Dan saat itu pula kehidupan Nafisha dan ibunya berubah 360° . Hidupnya yang dulu serba kekurangan sekarang bergelimang harta semenjak ia tinggal di ibukota bersama sang ayah. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi Nafisha karena sekarang ia bisa tumbuh dengan belaian kasih sayang kedua orang tuanya. Keluarga kecil yang bahagia dan harmonis yang ia impikan sekarang tengah ia rasakan. Sebuah penantian bertahun-tahun itu akhirnya membawanya pada sebuah kebahagiaan.
---------------------------------------------------------------------
Seorang wanita duduk termenung sendirian di sebuah taman, ditemani burung-burung yang berterbangan dan suasana sore dengan pemandangan sinar senja yang membaur dengan air danau yang tenang. Ia tengah menikmati kesunyiannya dengan memainkan pena diatas buku hariannya.
Derap langkah kaki memecahkan keheningan. Terlihat seorang lelaki berjalan menuju arah danau dengan membawa gitar.Nafisha pun hanya bisa mengamatinya dari kejauhan. Entah apa yang sedang ia lakukan namun nampak lelaki itu seakan sedang menghibur diri tepi danau. Namun tiba-tiba lelaki itu membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Nafisha. Tiba-tiba tubuh Nafisha seakan beku dalam kebisuan. Lelaki itupun beranjak dan berjalan ke arahnya.
"Sepertinya aku baru melihatmu disini?" ucap lelaki itu.
"Aku baru pindah 3 hari disini," jawab Nafisha.
"Oh hay, aku Adriell." ucap Adriell sambil mengulurkan tangannya.
Nafisha pun menerima uluran tangan Adriell dan memperkenalkan dirinya "Nafisha."
"Apakah aku boleh duduk disini?" tanya Adriell.
"Silakan!" ucap Nafisha yang mempersilakan Adriell untuk duduk.
"Kamu suka nulis?" tanya Adriell yang tak sengaja melihat buku harian dipangkuan Nafisha.
"Hanya iseng." jawab Nafisha dengan senyum canggung.
"Oh ya,sepertinya tulisan kamu penuh makna?" tanya Adriell.
"Ini hanya coretan-coretan biasa. Dan kamu sendiri hobby main gitar?" tanya Nafisnya.
"Aku main gitar untuk menenangkan diri, dan tempat favorit aku menemukan ketenangan ya disini. Jadi kalo dibilang hobby juga enggak cuman kayak kamu nggini iseng-iseng!" ucap Adriell.
"Jadi sekarang kamu lagi ada masalah dan butuh ketenangan disini?" tanya Nafisha yang canggung.
"Tidak juga, aku sering ke taman ini untuk menikmati mahakarya Tuhan, melihat burung-burung yang menari-nari diatas danau dan menikmati kicauannya, menikmati keindahan air yang tenang bersama pantulan senja yang indah. Ini adalah tempat dimana dalam kesendirian aku merasakan nyaman. Tempat untuk mendapatkan ketenangan dan inspirasi serta tempat untuk berbagi duka." ucap Adriell.
Nafisha seakan terpukau mendengar setiap kata yang Adriell ucapkan, setiap kata penuh makna yang tersusun indah.
Adriell pun mulai memetik dawai gitarnya.
*Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadikan harmoni saat ku bernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini
Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu*
Nafisha pun hanyut dalam alunan petikan gitar Adriell. Mellow namun memiliki arti yang dalam seakan menghipnotis pendengarnya. Tiba-tiba sebuah notifikasi ponsel membuyarkan suasana mellow mereka. Tertulis nama ibunya yang mengirim pesan.
"Nafisha ini udah mau magrib yuk balik sebentar lagi bapak pulang."
"Maaf ya, aku harus pulang sekarang!" ucap Nafisha pada Adriell.
"Yaudah yuk aku anterin!" ucap Adriell.
"Enggak usah aku bisa pulang sendiri!" tolak Nafisha yang sungkan.
"Ayolah, anggap ini awal dari perkenalan kita!" ucap Adriell.
"Tapi..." ucap Nafisha yang menggantung karena dipotong oleh Adriell.
"Ayolah!" ucap Adriell memelas.
Nafisha pun menjawab dengan anggukan.
"Rumah kamu dimana?" tanya Adriell.
"Rumah aku diblok C4 no 13" jawab Nafisha.
Adriell pun menghantarkan Nafisha pulang dengan motornya. Sesampainya ia didepan rumah Adriell pun pamit pulang.
"Makasih ya udah nganterin aku, yuk mampir dulu!" tawar Nafisha.
"Next time ya, aku harus balik sekarang. See you" ucap Adriell.
"Sekali lagi makasih, hati-hati dijalan!" ucap Nafisha yang melambaikan tangan.
Adriell membalasnya dengan mengangguk dan memberi senyuman lalu ia pergi meninggalkan rumah Nafisha.
"Fisha, kamu pulang sama siapa nak?" tanya ibunya.
"Fisha tadi pulang dianterin temen baru buk." jelas Nafisha.
"Yaudah kamu mandi lalu sholat magrib kita makan malem!" ucap ibunya.
"Siyap ibu boss!" ucap Nafisha yang menggoda ibunya.
---------------------------------------------------------------------
Di malam yang sunyi sinar rembulan bersinar dengan terangnya. Nafisha tengah duduk dimeja belajarnya sambil memainkan penanya.
"Sebuah derap langkah kaki
Memecahkan keheningan,
Saat itu pula ku temukan dirimu dalam diam.
Seketika raga ini menjadi beku
Hingga lidahku pun seakan kelu
Diam dalam seribu kebisuan
Itulah caraku menikmati indah pesonamu.
Bahkan alunan petikan gitar dan senja yang menjadi saksi perkenalan kita"
Sebuah rasa kekaguman Nafisha pada Adriell diungkapkan dengan sebuah tulisan indah yang ia karang.
"Dia lelaki yang baik, Aku seakan terpanah akan suara merdunya. Pesonannya pun membuatku seakan terbang ke awan-awan. Ingin rasanya ku melayang bersama. Astaga sadar Nafisha kenapa aku berkhayal tentangnya."
>>
Sementara Adriell sedang menikmati secangkir coklat panas dibalkon dengan ditemani dinginnya malam. Ia tengah sibuk memainkan pensilnya diatas kanvas. Tak hanya mahir memainkan gitar ia juga mempunyai bakat melukis.
"Ahh... Mengapa aku tak meminta no telponnya, haduh dasar bodoh" ucap Adriell yang kesal.
Adriell tengah menyelesaikan sketsa wajah Nafisha yang tengah tersenyum manis.
"mempesona" ucap Adriell.
"Andai suatu saat kita bisa berada disini dan menikmati indahnya malam," ucap Adriell yang memandang langit
"Di dalam kesendirian ku temukan dirimu. Saat pertama mata ini melihatmu ingatanku berputar mengenai tragedi itu, namun aku sadar bahwa dirimu bukanlah orang yang sama. Rasa takut kehilangan dan kebencian itu mulai muncul lagi ke permukaan namun hidupku bukan untuk bersembunyi. Ku mulai mengumpulkan keberanian ku untuk menyapa mu. Dan saat itu ku mengenalmu dalam kesendirian. Aku berharap diriku bisa bertemu dengan dirimu lagi esok. Semoga Tuhan menjawab doa ku dengan segala kasihnya." ucap Adriel
——————————————————————
Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.
Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁
Next>>
Nafisha tengah bersiap untuk berangkat kesekolah. Ia tak mau terlambat di hari pertama. Nafisha memutuskan untuk meneruskan sekolah di Smk swasta mengambil jurusan manajemen akuntansi. Sebenarnya Nafisha telah tertinggal pembelajaran selama 2 minggu karena terlambat mendaftar dari siswa baru lainnya.
Nafisha berjalan ke kelas ditemani Bu Renita selaku wali kelasnya. Saat ia menginjakkan kaki di ruang kelas pemandangan aneh terlihat dikelas itu. Mayoritas para siswinya berseragam pendek, bahkan hanya satu siswi yang behijab disana.
"Permisi Bu Ningsih,maaf saya menganggu kegiatan pembelajaran anda" ucap Bu Renita
"Silakan Bu Renita," jawab Bu Ningsih
"Selamat pagi anak-anak, disini ibu akan memperkenalkan teman baru kalian, namanya Nafisha Almahyra, ibu harap kalian bisa membantu Nafisha untuk beradaptasi di sekolah ini!" ucap Bu Renita
"Iya bu," ucap para siswa siswi secara serentak
"Nafisha, kamu bisa duduk disamping Diana!" ucap Bu Renita yang menunjukkan tempat duduk Nafisha
"Terimakasih bu." ucap Nafisha
Nafisha pun berjalan ke tempat duduknya.
"Hay, aku Diana. Salam kenal!" ucap Diana dengan ramah
"Iya, hay juga!" jawab Nafisha yang canggung
Bu Ningsih pun melanjutkan kegiatan pembelajaran. Namun sepasang mata sedari tadi memperhatikan Nafisha dari bangku belakang.
"Kedip kek, awas tuh mata bisa lepas!" goda Defa pada Adriell.
"Apaan sih, rese banget deh elo!" ucap Adriell yang kesal.
"Kayaknya ada yang jatuh cinta pada pandangan pertama nih." goda Defa.
"Siapa juga yang jatuh cinta?" ucap Adriell.
"Ya elo lah, sampai enggak kedip tuh mata!" ledek Defa.
"Huss.. Jangan berisik entar dimarahi Bu Ningsih, mending tuh dengerin penjelasannya aja!" ucap Adriell seakan mengalihkan pembicaraan.
"Kagak usah salting nggitu napa!" bisik Defa.
Adriell pun hanya diam tak menanggapi ucapan Defa.
Tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa siswi kelas itu pergi ke kantin. Saat Nafisha dan Diana hendak pergi ke kantin, ada suara yang memanggil nama Nafisha.
"Nafisha!" ucap Adriell.
Merasa namanya dipanggil ia pun menoleh dan melihat sosok Adriell.
"Adriell, hay." ucap Nafisha.
"Ternyata kita sekelas," ucap Adriell.
"Iya, aku juga enggak nyangka," ucap Nafisha
"Hmmm....hmmm!" suara Gio.
"Nanti kita ngobrol lagi, aku duluan ya." ucap Adriell yang pergi ke kantin bersama Gio dan Dafa.
>>
"Elu itu kalo mau pdkt liat-liat sikon napa, nih temen dah kelaperan kek nggini masih bisa-bisa modusin cewek." goda Gio.
"Apaan sih elu!" jawab Adriell.
Gio yang sibuk menggoda Adriell berbeda dengan Defa yang sifatnya calm hanya memperlihatkan senyum tipisnya yang penuh arti. Defa adalah lelaki yang selalu menjaga imagenya. Namun berbeda dengan Gio yang terkesan urakan.
>>
"Diana, aku boleh nanya enggak?" ucap Nafisha yang canggung.
"Nanya apa?" ucap Diana.
"Aku kayak ngerasa beda nggitu dari siswi lainnya." ucap Nafisha yang ragu.
"Sekolah ini mayoritas beragam Kristen jadi kebanyakan siswinya berseragam pendek. Sebenarnya awal-awal aku juga ngerasa berbeda bahkan aku takut karena perbedaan aku jadi bahan bullying apalagi aku bersekolah disini hanya anak beasiswa namun ternyata pikiranku salah, walaupun ada perbedaan yang mencolok namun mereka sangat menjaga toleransi. Jadi kamu enggak usah ngerasa insecure." jawab Diana seakan menepis segala pikiran buruk Nafisha.
"Makasih ya kamu udah bikin aku ngerasa tenang, seharusnya aku enggak berpikir negatif dulu," ucap Nafisha.
"Yaudah yuk selesain makannya, sebentar lagi masuk kelas," ucap Diana.
Bel masuk pun berbunyi para siswa siswi kembali ke kelas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
>>
Waktu pulang sekolah pun tiba.
"Nafisha, maaf ya aku enggak bisa nemenin kamu disini sebentar lagi angkutan umumnya dateng, aku harus pergi ke halte. Maaf ya." ucap Diana.
"Iya gapapa kog, kamu pulangnya hati-hati ya, maaf telah merepotkan kamu," ucap Nafisha.
"Aku duluan ya, kamu hati-hati!" ucap Diana yang pergi meninggalkan Nafisha sendirian.
tin...tin...
Nafisha dikagetkan dengan suara klakson seseorang. Ia pun membalikkan badannya ia pun melihat Adriell yang mengendarai motor sportnya.
"Kamu nunggu dijemput? Gimana kalo pulang sama aku aja? Hari semakin sore sekolah juga akan sepi," ucap Adriell.
"Iya aku nunggu Bapakku tapi kayaknya ponselnya mati, Gimana ya? yaudah deh aku pulang sama kamu. Maaf merepotkan," ucap Nafisha.
"Tak masalah, lagian kita searah juga," ucap Adriell
Adriell pun menghantar Nafisha pulang.
"Makasih ya Adriell udah nganterin aku pulang. Masuk dulu yuk aku buatin minum dulu," ucap Nafisha.
"Enggak usah malah ngerepotin," jawab Adriell yang sungkan.
"Anggap untuk sebagai ucapan terimakasih dari aku," ucap Nafisha.
"Yaudah aku mampir tapi sebentar aja," ucap Adriell.
Nafisha pun mengajak Adriell masuk ke rumahnya. Dan didepan rumah terlihat ibunya sedang menyiram tanaman.
"Assalamualaikum," ucap Nafisha.
"Waalaikumsalam," jawab Ibunya.
Nafisha pun mencium tangan ibunya dan memperkenalkan Adriell.
"Ibu, Ini kenalin Adriell temen Fisha yang kemarin nganterin Fisha balik." ucap Nafisha.
"Selamat sore tante, Saya Adriell," ucap Adriell yang menjabat tangan Ibunya Nafisha.
"Terimakasih telah menghantarkan Fisha pulang, Adriell bisa panggil saya tante Risma,yuk masuk dulu biar Nafisha buatin minum dulu." ucap Ibu.
"Saya jadi enggak enak malah ngerepotin tante Risma dan Nafisha," ucap Adriell.
"Tante enggak ngerasa direpotin, mari masuk," ucap Ibu Nafisha yang ramah.
Adriell pun masuk dan duduk diruang tamu.
Sementara Nafisha membuatkannya minum.
"Maaf ya hanya ada seadanya," ucap Nafisha yang meletakkan gelas diatas meja.
"Terimakasih," ucap Adriell.
"Yaudah kalian lanjutin yang ngobrol Ibu pergi ke atas dulu," ucap Ibu Nafisha yang meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.
"Silakan diminum," ucap Nafisha.
"Iya makasih, btw aku boleh minta no telp kamu. Siapa tau ada kepentingan atau mau nanya materi biar lebih gampang," ucap Adriell.
Nafisha pun memberi no telpnya pada Adriell, Ia merasa akan banyak membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri disana.
"Udah lumayan sore kayaknya aku harus pulang, titip salam buat Ibu kamu ya." ucap Adriell.
"Iya, nanti aku sampaikan ke Ibu, mari ku antar sampai depan," ucap Nafisha.
Nafisha pun menghantarkan Adriell ke depan rumah. Adriell pun melajukan motornya meninggalkan rumah Nafisha.
>>
Nafisha tengah menyalin beberapa materi yang ia pinjam dari Diana, namun tiba-tiba sebuah notifikasi pesan masuk mengejutkan, dan tertera no tidak dikenal. Nafisha pun membaca pesan tsb.
"*Hay Nafisha, save ya no ku Adriell" isi pesan Adriell.
"Siyap" jawab Nafisha.
"Btw kamu lagi ngapain sekarang?" isi pesan Adriell.
"Aku lagi nyalin materi dari bukunya Diana, kenapa emang?" jawab Nafisha.
"Wahh maaf, aku malah menganggu kamu. Kita lanjut besok aja. Semangat ya" isi pesan Adriell.
"Iya makasih atas semangatnya" jawab Nafisha*.
Entah mengapa sepertinya Nafisha senang mendapatkan pesan dari Adriell. Lalu ia mengambil buku hariannya dan memainkan pena diatasnya.
"Tatapannya membuatku seakan jatuh dalam pesonanya
Sapaannya selalu membuatku terngiang akannya
Aku tak tahu mengapa aku senang berkhayal tentangnya
Namun yang ku tahu rasa ini hadir tanpa permisi
Entah aku ini sebuah rasa kagum atau ku benar-benar memiliki rasa untuknya ku tak tahu
Mungkin hanya Tuhan dan waktulah yang akan menjawabnya"
Nafisha pun hanyut dalam khayalannya.
—————————————————————————
Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.
Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁
Next>>
Hari ini langit cukup cerah secerah harapan para penghuni bumi. Nafisha telah berada dikelas bersama Diana. Didepan pintu terlihat Adriell yang baru masuk ke kelas ia berjalan melewati Nafisha dan memberikan senyuman. Nafisah pun membalas senyuman Adriell.
Bel masuk pun berbunyi. Kegiatan pembelajaran pun dimulai. Pak Adam memulai penjelasannya.
"Saya kira materi hari ini cukup sekian, dan tugas kalian mencari buku referensi diperpustakan dan meresumenya," ucap Pak Adam.
"Baik pak," ucap para siswa serentak.
Tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Nafisha dan Diana pergi ke perpustakaan untuk mencari buku referensi.
"Nafisha, kamu udah dapet bukunya belum?" tanya Diana.
"Bentar lagi," ucap Nafisha.
"Yaudah aku tunggu dimeja baca," ucap Diana.
"Oke," jawab Nafisha.
Suasana perpustakaan cukup sepi hanya ada beberapa siswa yang berada disitu.
Nafisha berjalan berkeliling perpustakaan hingga ia menemuka rak buku fiksi saat ia hendak mengambil sebuah novel tiba-tiba tangan seseorang lebih dulu menyentuh novel itu. Saat ia melihat ternyata itu Adriell.
"Adriell..." ucap Nafisha.
"Ternyata kamu suka baca novel juga?" ucap Adriell.
"Lumayan sih pengisi waktu luang," jawab Nafisha.
"Oh ya ngomong-ngomong kamu suka novel ini juga," tanya Nafisha
"Oh ini, aku lebih suka nonton filmnya sih apalagi ini itu kisah inspiratif. Tapi sayangnya berakhir sad ending." ucap Adriell.
"Ternyata kamu suka baca novel bergenre teen ku kira kamu suka baca komik atau baca baca novel action," ucap Nafisha.
"Aku sebenarnya lebih suka novel horror dan action. Aku baca novel ini itu karena rekomendasi sesat dari sepupu aku, ehh ternyata aku ikut baper. Nyesel aku baca kayak nggini," ucap Adriell.
"Haha...Cerita kamu lucu," ucap Nafisha.
"Jangan ngeledek nggitu aku jadi malu." ucap Adriell.
"Maaf-maaf aku becanda." ucap Nafisha.
"Aduhh, aku lupa. Maaf ya aku harus duluan soalnya tadi Diana nungguin aku," ucap Nafisha.
Namun saat Nafisha baru berjalan beberapa langkah tangannya ditarik oleh Adriell.
"Tunggu, Nanti sore kamu ada waktu enggak?" tanya Adriell.
"Kenapa emang?" tanya Nafisha.
"Kamu mau enggak nanti sore bantuin aku cari kado ulang tahun buat temen aku?" ucap Adriell.
"Boleh.Yaudah aku duluan."ucap Nafisha.
" Oke. Makasih." ucap Adriell.
>>
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Para siswa pun berhamburan keluar untuk pulang.
"Diana. Kamu pulang duluan aja gapapa aku masih ada urusan." ucap Nafisha.
"Yaudah aku pulang duluan. Kamu hati-hati ya." ucap Diana
Diana pun melangkahkan kakinya keluar kelas. Dan Adriell pun menghampiri Nafisha.
"Yuk," ucap Adriell.
Mereka berdua pun pergi ke pusat pembelajaan dan masuk ke sebuah toko aksesoris.
"Aku malah bingung mau ngasih kado apa buat dia," ucap Adriell.
"Sifat temen kamu itu gimana, nanti aku kasih rekomendasi buat kamu?" ucap Nafisha.
"Dia itu orangnya calm, terus suka barang-barang yang girly nggitu, dia itu juga suka warna-warna yang calm, dia itu suka hal-hal yang simpel dan enggak ribet," jelas Adriell.
"Nah kamu kasih kotak musik ini aja, Desainnya modern tapi simpel, ukirannya klasik tapi terlihat mewah nggitu. Kamu kasih warna putih aja dia kan suka yang calm." ucap Nafisha.
"Makasih atas rekomendasi, Aku bayar ini dulu ya," ucap Adriell.
"Sama-sama, Aku tunggu disini ya," ucap Nafisah.
"Nih untuk kamu," ucap Adriell sambil memberikan sebuah pena pada Nafisha.
"Makasih, ini lucu banget warna pink lagi," ucap Nafisha.
"Nanti kalo kamu nulis dibuku harian pakek pena itu ya, biar inget sama aku," ucap Adriell.
"Apaan sih," ucap Nafisha.
"Kamu tunggu disini dulu ya, aku mau ke toilet sebentar," ucap Adriell.
"Iya, aku tunggu disini," ucap Nafisha.
Saat Nafisha sedang memainkan ponselnya tiba-tiba pipinya terasa dingin karena Adriell menempelkan es krim.
"Dingin tau," ucap Nafisha.
"Maaf, nih untuk kamu." ucap Adriell.
"Makasih," ucap Nafisha.
"Perlu dibantuin enggak buat buka bungkusnya?" goda Adriell.
"Apaan sih aku bisa sendiri kalik," ucap Nafisha.
>>
Nafisha pun pulang diantar Adriell. Sesampainya di kamar ia pun mengeluarkan pena pemberian Adriell.
"Astaga ini sweet banget, dia bikin aku melayang sampai ke langit ke tujuh," ucap Nafisha.
>>
Hari ini langit nampak mendung entah mengapa hari ini cuaca tak secerah biasanya.
Kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasanya. Dan waktu pulang sekolah pun tiba.
"Kamu duluan aja gapapa, aku mau ke toilet dulu." ucap Diana.
"Yaudah aku temenin aja," ucap Nafisha.
Sesampainya di toilet Nafisha menunggu Diana diluar.
"Aku tunggu disini aja yaa," ucap Nafisha.
"Bentar ya," ucap Diana.
Di koridor terlihat seorang wanita berjalan sendirian sambil memainkan ponselnya. Namun tiba-tiba seorang lelaki dari belakang menutup mata wanita itu dengan telapak tangannya.
"Adriell, apaan sih," ucap wanita itu.
Adriell pun membuka mata Zeva.
"Sendirian aja neng?" goda Adriell.
"Kagak nih sama pacar aku yang tembus pandang," ucap Zeva.
"Oh ya yang ulang tahun mana makan-makannya?" goda Adriell.
"Makannya dirumah masing-masing," ucap Zeva.
"Selamat ulang tahun semoga jadi pribadi yang lebih baik lagi, Nih hadiah buat kamu." ucap Adriell sambil memberikan kotak musik pada Zeva.
"Makasih doanya, Makasih juga buat kadonya ini bagus banget, ya ampun lucunya," ucap Zeva yang terkesan.
"Kagumnya entar lagi yuk balik, gimana kalo aku anterin?" ucap Adriell.
"Boleh," jawab Zeva.
Adriell pun menggandeng tangan Zeva, Mereka tampak romantis dan serasi seperti sepasang kekasih.
Sementara Nafisha yang sedari tadi melihat keromantisan mereka berdua membuatnya berkaca-kaca.
Tak selang beberapa lama Diana keluar dari toilet dan melihat mata sahabatnya berkaca-kaca pun merasa heran. Ia pun tak mengetahui jika Nafisha sedang dekat dengan Adriell.
"Nafisha, Kamu kenapa?" tanya Diana yang heran.
"Aku gapapa cuman kelilipan aja," ucap Nafisha.
"Yaudah yuk balik. Kamu pulangnya sama aku aja, lagian kita searah," ucap Nafisha.
"Aku enggak enak," ucap Diana.
"Gapapa, yuk." ucap Nafisha
Selama perjalanan pulang Nafisha hanya memandang keluar kaca. Bahkan ia diam dalam seribu kebisuan.
Nafisha pun menghantarkan Diana pulang, sesampainya Nafisha di rumah ia pun langsung pergi ke kamar.
"*Mengapa harus seperti ini
Harusnya aku tak terjebak pada perasaan yang semu
Aku terlalu hanyut dalam khayalanku
Hingga tanpa aku sadari takdir Tuhanlah yang harus ku jalani.
Mungkin mencintai dalam sepi dan mengangumi dalam kesunyian
Bisa membuatku menata hati." batin Nafisha*
Nafisha merasa sedih melihat itu semua.
—————————————————————————
Yuk simak terus cerita Author. follow juga ig Author: Naaernaa02.
Jangan lupa like,vote dan rate ya readers❤️🙏🏻Biar Author makin semangat buat ceritanya😉
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun di kolom komentar agar author bisa mengembangkan cerita author 😁
Next>>
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!