Door…
Door..
Suara tembakan terdengar menyeramkan, membuat suasana semakin mencekam di pelataran sebuah Bank swasta terbesar di negara ini. Dua orang perampok mencoba menggasak uang di bank itu, disaat kantor Bank tengah sepi menjelang sholat Jumat.
Dua Perampok datang dengan menutup kepala dan langsung melumpuhkan seorang anggota kepolisian yang tengah berjaga di sana. Perampok itu kemudian merampas senjata polisi yang mereka lumpuhkan. Ia juga berhasil membekap seorang satpam bank tersebut.
Aku yang baru saja masuk di pelataran Bank itu hendak mengambil uang di ATM. Dikejutkan dengan suara tembakan. Dan mata ini melihat kejadian itu. Aku pun bergegas masuk ke dalam bank.
Saat masuk ke dalam bank. Para karyawan sudah terdiam dan menunduk, sepertinya mereka sudah kena ancaman. Aku melenggang, berpura –pura sebagai nasabah. Dan beracting seperti tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam.
Kakiku melangkah, dengan pelan tapi pasti ke arah meja teller. Di mana di tempat itu sedang di awasi dua perampok. Satu perampok berusaha masuk ke dalam ruang teller. Sedangkan satunya lagi, mengawasi di sekitar. Saat ini tujuanku adalah mendekati perampok yang mengawasi sekitar meja teller.
Doorr…
“Tidak… Tolong…”
Teriak karyawan bank itu dengan histerisnya, Suasana semakin mecekam dan mengerikan. Aku sangat takut, orang –orag di tempat itu ada yang cidera.
Perampok itu menembakkan satu kali tembakan ke udara. Ia sepertinya mulai merasa terancam dengan kehadiranku di tempat itu.
“Mundur… Mundur. .. kamu mundur...!, kalau tidak ku pecahkan kepalamu dan orang –orang di tempat ini..!" anc si Perampok itu dan menodongkan senjatanya ke arahku. Aku menampilkan ekspresi wajah takut. Mengangkat kedua tangan, sebagai tanda menyerah. Tapi, kaki ini secara perlahan menjulur mendekati perampok itu.
“Ampun…Jangan tembak saya. Aku gak tahu kalau ada perampokan di sini, aku hanya mau mengambil uang.” Sahutku dengan sedikit gugup dan muka tak berdaya, menoleh ke arah ATM, yang memang ada di dalam bank itu.
.
“Kalau kamu tak mau mati, cepat kamu pergi dari tempat ini.” Ujar si perampok yang memakai penutup wajah bak ninja hatori itu.
Aku diam, tak menggubris ucapan si perampok. Tapi mata ini degan jeli melihat situasi. Saat ini hanya ada empat orang karyawan di tempat ini dua teller cantik bersanggul sudah berpelukan di pojokan dengan muka pucat dan mata berkaca-kaca, sepertinya mereka sedang saling menguatkan. Dan tiga customer service, berjenis kelamin laki laki sebanyak dua dan satu wanita duduk di kursi dengan tangan ditekuk ke belakang kepala. Sedangkan Karyawan lainnya, aku yakin sudah sembunyi di lantai atas. Tak berani turun lagi karena insiden perampokan ini.
“Mundur..!” Teriaknya kembali menodongkan senjata ke arahklu. Dengan kedua mata waspada sekitar.
“Cepat, cepat Bro.. Sebelum polisi datang, aku yakin warga sipil sudah melaporkan kita.” Ujar si perampok di hadapanku ke temannya yang ada di dalam ruang teller, sedang memasukkan uang yang terikat ke tas nya.
“Iya, sikit lagi ini.” Sahut siperampok yang ia panggil bro.
Saat itulah ia lengah, dan moment itu tak ku sia- siakan. Tangan ku bergerak cepat meraih senjata apinya. Sedangkan kakiku bergerak cepat menendang kuat perutnya.
Aaww…
Aduhnya, Ia ambruk di lantai, dan dengan cepat bangkit dengan paniknya. Ku ingin membekuk si Bro, yang sedang mempacking uang ke tas ranselnya. Ingin menggagalkan aksi merampok. Tapi terlebih dahulu, aku harus masuk melalui pintu, karena aku saat ini berada dekat pintu ke ruang teler itu.
“Broo.. ayo lari..!” Ujar si perampok kepada kawannya. Ku lihat si perampok Bro, melompati meja teller yang terbuat dari beton itu. Ia melakukan itu, karena aku ada di depan pintu ruang teller.
Saat kakinya sukses melompat dan mendarat di lantai. Aku pun dengan cepat menarik ranselnya yang berisi uang. Langkahnya tentu saja terhenti, karena tanganku yang menarik ranselnya menahan gerakan tubuhnya. Ia yang tak mau tertangkap, melepaskan ransel dengan cepat, disaat aku menariknya kuat. Hal itu membuatku terjerembab ke belakang. Si perampok berlari terbirit-birit menyusul kawannya, yang terlebih dahulu lari ke mobilnya yang di parkiran.
Merasa terdesak, kedua pelaku mencoba lari menggunakan mobil Xenia Silver berpelat BB-1334-OON
Aku masuk ke dalam mobil, memacu mobil dengan kecepatan tinggi, mengejar mobil perampok. Dan ternyata warga ikut mengejar mobil Perampok. Aksi kejar kejaran bak di area sirkuit sedang terjadi di jalan raya di di siang bolong, kencang dan berisik dengan suara klakson. Aku sangat suka dengan adegan ini. Aku jadi merasa jadi pembalap.
Aksi kejar kejaran pelaku terjadi hingga sampai perbatasan Binjai Medan. Dalam pengejaran, mobil yang dikendarai pelaku terperosok ke dalam parit.
Door...
Door...
Saat keluar dari mobil, satu perampok melawan dengan menembak ke arahku. Aku mengelaknya dengan gerakan saltoku. Dan tanpa pikir panjang lagi terpaksa ku lumpuhkan kedua penjahat itu dengan dua kali tembakan pada bagian kakinya. Itu kulakukan, Karena pelaku memiliki senjata api jenis V2 laras panjang.
TBC.
Hai readers setia ku, dukung novel penuh kejutan ini dengan klik tanda love, like komentar positif, vote hadiah dan jangan lupa share
"Terima kasih pak Arif, atas aksi heroik anda menggagalkan perampokan itu. Padahal bapak sedang dalam masa cuti."
Pak kombes Valentino sudah dua kali memberikan pujian pada saya. Terlihat beliau sangat bangga memiliki anak buah seperti saya.
Aku hanya bisa tersenyum lebar, merasa bangga pada diri sendiri, karena merasa berguna sebagai aparat negara. Walau sedang cuti, aku tetap bisa memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
"Itu sudah bagian dari tugas kita pak. Walau sedang cuti, kehadiran polisi memang suatu keharusan. Kehadirannya diperlukan nyaris 24 jam pak. Apabila di masyarakat ada suatu kasus, kesewenang-wenangan dari orang lain atau apa pun yang membuat masyarakat merasa tidak aman, saat itu pula polisi diperlukan hadir. Dengan kalimat lain, kapan pun dan di mana pun diperlukan masyarakat, polisi harus hadir. Dengan demikian, tugas polisi di tengah-tengah masyarakat tidak dapat dibatasi oleh jam-jam dinas secara formal. Dan itulah yang sedang saya lakukan."
Graapp..
Belum juga selesai aku bicara, Pak Kombes Valentino dengan cepat menarik tubuhku dan mendekapnya.
Ia pun menepuk punggungku dengan kuat, saking semangatnya. "Sepuluh saja perwira seperti kamu, maka amanah negeri ini."
Ucapan Pak Kombes tentu saja membuatku terkejut. Apa seburuk itu citra kepolisian. Hingga sepuluh orang tak ditemukan beliau.
Ku urai pelukannya Pak Kombes. Tapi, ia tetap memegang Kedua bahuku. Merasa belum puas memelukku.
"Masih banyak aparat negara yang jujur pak. Bapak salah satunya yang jadi tauladanku." Sahutku dengan senyum mengembang. Kali ini, aku yang menarik tubuh Pak Kombes ke pelukanku. Memeluknya erat dan penuh semangat. Senang rasanya punya atasan yang amanah seperti pak Valentino.
Cekrek
Cekrek
Lampu kamera mulai menyilaukan mata. Dan seketika, aku dikerumumi para wartawan. Ini untuk kesekian kalinya aku diwawancarai, atas kasus yang ku tangani dengan heroik. Aku jadi merasa sangat terharu, cita-citaku sejak kecil untuk jadi penegak hukum terwujud.
Wawancara berlangsung lumayan lama, karena aku harus menceritakan kronologis kejadian secara detail. Dan dimoment ini tak ku sia siakan untuk memuji istriku dan membanggakan dirinya.
"Dalam kesempatan ini bolehkah aku mengucapkan sepatah dua kata untuk istriku tercinta..?"
Ujarku mengulum senyum, berusaha menutupi rasa malu, atas ucapanku yang sedikit lebay. Aku ingin menunjukkan rasa cintaku yang teramat dalam untuk istriku. Sore ini sebenarnya kami mau ke luar kota, liburan ke Danau Toba, sekaligus pulang ke kampung. Tapi, karena kejadian ini. Sampai malam larut begini, aku masih di kantor. Padahal aku gak ada jadwal kerja, aku sedang cuti.
"Waahh... Pasti boleh dong pak!" Ujar wartawan dengan semangatnya. Tentu mereka penasaran dengan sosok istriku. Ini pertama kalinya aku mengumandangkan istriku dikhalayak ramai.
"Sayang... Tunggu abang pulang. I Love you..!"
Ho ho ho ho..
Sorakan penuh bahagia, menggelegar di tempat wawancara. Aku jadi bahan bullyan. Ternyata sikapku menurut mereka cukup lebay. Jadi ucapanku itu, ditangapi positif dan negatif orang yang ada di tempat itu.
Aku tak mau ambil pusing akan tanggapan orang - orang akan sikapku kali ini. Aku lakukan itu, untuk mengantisifasi sang istri tak marah padaku disaat aku kembali pulang larut malam ini. Padahalkan rencana nya, sore ini setelah habis sholat ashar, kami akan bertolak ke Danau toba. Kami akan bulan madu di sana. Karena aku dan Flo baru saja menikah satu minggu.
TBC
Mohon dukungan nya. Dengan like coment positif say. Mungkin seminggu ini akan slow update. Karena sibuk dengan urusan keluarga.
Keanehan pun terjadi saat aku sampai di pelataran rumah. Suasana rumah sudah seperti kuburan. Sepi dan gelap. Area rumah sudah tak terlihat tanda tanda kehidupan lagi. akhirnya rasa was was menyergap hatiku. Dan badan ku yang terasa letih, membuat semangatku redup
Saat ini aku sungguh ketakutan Takut Flo, isteriku marah padaku, karena aku pulang sangat larut sekali. ketakutan ini sangat beralasan karena memang Sebelumnya kami sudah buat schedule setelah sholat ashar, kami bertolak ke Danau Toba dan dilanjutkan dengan pulang ke kampungku. Setelah menikah 1 minggu. Inilah kesempatan buatku untuk membawanya ke kampung halaman kami.
Kulihat jam yang melingkar di pergelangan tangan
Huufftt.. Waktu sudah menunjukan pukul 23.29 wib.
ku menghela nafas berat karena aku yakin Flo, akan marah padaku, semua rencana yang kami susun gagal sudah, akibat perampokan yang terjadi di bank tadi siang.
Huuftt
kembali ku menghela nafas panjang dan menghembuskannya berat. Aku perlu banyak cadangan oksigen agar aku bisa tenang menghadapi flo, yang sudah bisa ku tebak, atas sikapnya nanti disaat menyambut kedatanganku. Ia pasti marah, karena kami gagal pulang kampung hari ini.
kutekan handle pintu dengan kuat aku berharap Pintu itu terbuka dan flow sudah menyambutku dengan senyum manisnya diambang pintu. Tapi, itu hanyalah khayalan saja, aku yakin Flo tak akan melakukan itu, mungkin dia sudah tidur nyenyak malam ini karena bosan menunggu diriku yang tak kunjung pulang ke rumah.
Karena pintu masih dikunci. ku ambil kontak kunci rumah dari tas tenteng ku. Dengan penasarannya akan apa yang terjadi di dalam rumah, karena rumah dalam keadaan gelap gulita.
Ceklek
Pintu pun akhirnya berhasil terbuka, ku nyalakan semua lampu di ruang tamu dengan penuh keputus asaan, aku sudah membayangkan bahwa diriku akan dimarahi dan dicueki olehnya karena aku yang ingkar akan janji, karena kami sudah merencanakan akan pergi berlibur sekaligus berbulan madu ke Danau Toba. Dan langsung ke kampung halaman keesokan harinya.
Dan..
"Heppy birthday to my swety, happy birthday...."
Suara kencang dan penuh semangat menggema di ruang tamu. Semua dugaan negatif di pikiran menguap sudah. Aku, aku dibuat heran dan Terkesima atas kelakuan flo yang menurutku sangatlah kekanak-kanakan. Kenapa pula dia harus menyambut kedatanganku malam ini dengan sebuah kue ulang tahun.
Dan
"Tarra.....!"
Ujarnya dengan sumringah.
Ternyata rumah sudah dihias sedemikian rupa, layaknya di ruangan ini sedang melakukan perayaan ulang tahun orang dewasa, aku masih tertegun di dekat saklar lampu dan mata ini masih setia menatapnya yang kini menghampiriku dengan merentangkan kedua tangan bersiap-siap berpelukan dengan diriku dan memelukku erat sangat erat dan dalam. Aku sampai dibuat sesak, memang tenaga Flo sangat kuat. Kadang aku heran, tingkahnya kadang seperti cowok.
Eemmmuuaacchh...
Emmmuuuaacchh..
Saat ini wajahku dihujani oleh kecupan lembut berhasrat dari bibirnya yang seksi, satu inchi tak pernah lepas dari kecupannya di wajah tampanku ini, mulai dari kening, pipi hidung, dan bermuara di bibirku.
" Sayang... sudah, kan malu dilihat Teman Teman-temanmu." kulepas pangutan kami mengurai pelukan eratnya Flo dengan lembut. Karena aku tak nyaman dengan pandangan mata semua orang yang ada di tempat itu.
Buat Flo mengumbar keromantisan adalah sebuah kebanggaan. Beda dengan diriku, yang merasa risih, jikalau harus bermesraan di depan khalayak ramai.
Sungguh aku tak tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunku, memang aku kurang peka akan hal-hal kecil itu tapi bukan berarti aku tak mau dan tak peduli tentang hari ulang tahun.
" Ngapain mesti malu, kan yang lihat kita hanya asisten-asistenku sayang." Flo masih bergelayut manja padaku, dengan kedua tangannya melingkar di Leherku.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!