Naina Anaclara
Naina Anaclara, wanita karir berusia 27 tahun, lahir di Mumbai - India dan memiliki darah campuran asal Spanyol - India. Naina memiliki wajah cantik yang mampu memikat lawan jenisnya, tinggi tubuh semampai menambah kesempurnaan yang dimiliki olehnya. Ia memiliki cita-cita ingin menjadi penari hebat dan terkenal.
Naina jauh dari kata sempurna, berulang kali selalu gagal dalam urusan percintaan. Kebahagiaan seolah menjauh dari hidupnya, membuat Naina harus terjebak dalam zona nyaman, ketika merasa dirinya dipedulikan oleh seorang lelaki milik wanita lain yang mampu membuatnya tenang.
Bryan Anderson
Bryan Anderson adalah seorang pengusaha muda yang sukses, berdarah India - Spanyol. Bryan lahir 30 tahun yang lalu di Spanyol saat kedua orangtuanya masih merintis bisnis mereka di bidang tembakau. Semenjak kepergian sang ayah yang meninggal dunia, membuat Bryan terjun langsung ke perusahaan dan memimpin Perusahaan BMT Group. Semenjak BMT Group dipimpin oleh Bryan mampu berkembang pesat dalam waktu singkat dan menjadi urutan nomor 2 dari 10 besar perusahaan tembakau tersukses di dunia. Berkat kerja keras dan ketekunannya dalam mengurus perusahaan hingga mampu menorehkan berbagai macam penghargaan dari prestasi yang dilahirkannya.
Bryan sudah memiliki calon istri yang bernama Elvia, namun perasaan yang salah muncul secara tiba-tiba saat ia melihat penampilan Naina di bar malam. Bryan terbuai dengan tarian indah Naina dan senyuman manisnya pada malam itu, hingga ia tergoda untuk mendua.
Elvia Caroline
Elvia Caroline seorang model cantik berusia 25 tahun asal Inggris. Dia adalah calon istri Bryan yang sudah bertunangan sejak dua tahun silam. Selain berprofesi sebagai model, Elvia juga dikenal sebagai seorang desain interior terkenal di London.
Walaupun Elvia dan Bryan menjalin hubungan selama dua tahun dan sudah memiliki status, namun keduanya tetap menjalani hubungan sehat tanpa sex sebelum menikah. Alasan itu yang menghadirkan orang ketiga dalam hubungan mereka, hingga Elvia berakhir sebagai korban dari hubungan terlarang antara Naina dan Bryan.
*
Pemeran lainnya :
Mike Dawson
Raees Al Faruq
Rohan Malhotra
Raj Aryan Kapoor
Andrean Chakraborty
Samar Alikan
Alice Naori
Akira Rai
Robby Stein dan Yalina Caren Seherunnisa
Reina Kapoor dan Bryan Anderson
Edward Fernandez dan Elisa Caroline
🌹🌹🌹
Naina tiba di Bandar Udara Internasional Barcelona seorang diri dari India dan dijemput oleh sang Ayah yang sangat merindukan anak gadisnya karena sudah hampir 3 tahun tidak bertemu, pertemuan terakhirnya dengan Naina di India saat hari kelulusannya.
"Daddy...," teriak Naina seraya berlari menghampiri Robby, setelah jarak mereka sudah sangat dekat, Naina langsung masuk ke dalam pelukan sang ayah yang sudah merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan Naina.
Mereka berpelukan sangat erat, menyalurkan rasa rindu yang terpendam selama bertahun-tahun tidak bertemu.
🍂
Robby Stein adalah Ayah dari Naina Anaclara, ia berusia 50 tahun. Robby pernah menikah muda dengan Amrita Khan, dari hasil pernikahannya bersama Amrita lahirlah seorang bayi cantik yang diberi nama Naina Anaclara.
Saat usia pernikahannya baru menginjak 10 tahun, tiba-tiba Amrita pergi meninggalkan Robby dengan membawa anak dari hasil pernikahannya, Amrita hanya meninggalkan selembar kertas yang bertuliskan bahwa dia ingin berpisah dengan Robby karena alasan Amrita sudah tidak mencintai Robby lagi.
Kedua wanita yang begitu dicintai Robby pergi meninggalkannya sendiri tanpa alasan yang masuk akal, sejak perpisahannya bersama Amrita membuat perusahaan yang telah ia bangun dari 0 hancur karena ulah seorang pengkhianat yang dulunya sahabat baik Robby.
Robby hanya mampu mengikhlaskan dan memutuskan untuk kembali ke negara kelahirannya yaitu Spanyol, setelah 8 tahun menduda tanpa di sengaja ia menjalin bisnis bersama seorang wanita cantik dan baik hati yang berstatus janda bernama Yalina. Robby menjalin hubungan yang baik dengan Yalina, hingga suatu hari mereka merasa cocok satu sama lain dan memutuskan untuk menikah.
Yalina Caren Seherunnisa adalah seorang janda yang di tinggal mati oleh suaminya, ia wanita kelahiran Pakistan dan tinggal di Spanyol bersama suaminya, tapi takdir berkata lain, baru 6 bulan menikah ia harus ikhlas melepas kepergian suaminya karena leukimia yang di derita suaminya selama 2 tahun belakangan sebelum ajal menjemputnya untuk kembali pada Yang Maha Kuasa.
Dari pernikahan Robby dan Yalina selama 7 tahun, mereka telah di karuniai anak kembar yang sangat lucu-lucu, menambah keluarga kecil mereka semakin harmonis. Yalina sudah mengetahui semua masa lalu Robby yang dulu di tinggal pergi oleh istri dan anaknya, setiap hari Robby selalu mencari tahu keberadaan anaknya melalui orang kepercayaannya yang tinggal di India, pada waktu yang telah ditentukan oleh Tuhan, Robby akhirnya dipertemukan kembali dengan Naina pada saat anak gadisnya berusia 22 tahun.
Pertemuan anak dan Ayah yang sangat mengharukan, Robby tidak mampu untuk menutupi jiwanya yang rapuh saat kehilangan anaknya, Naina merasakan hal yang sama, selama ia hidup bersama Ibu dan Ayah tirinya ia selalu bertanya pada sang Ibu, kemana Ayah kandungnya pergi? Naina tidak pernah mendapatkan jawaban itu, bahkan Naina mengganggap Ayahnya telah meninggal dunia.
Hubungan Robby dan Naina sudah membaik, bahkan saat usia Naina menginjak 22 tahun, saat itu ia meminta Ayahnya untuk menemaninya di acara wisuda.
🍂
"Naina... Anakku sayang, akhirnya kamu mau datang menemui Daddy disini," ucap Robby dengan lirih dan semakin mengeratkan pelukannya, tanpa terasa kristal bening jatuh dari kedua sudut matanya, itu adalah air mata kebahagiaan.
Naina merasakan hal yang sama, rindu yang menggunung pada sang ayah akhirnya bisa tersalurkan melalui pertemuan dan pelukan erat ini. Namun sebisa mungkin Naina menutupi kesedihannya agar tak memberikan beban pada sang ayah.
"Daddy, mana Mommy muda?" tanya Naina sembari menyapu daerah sekitar seperti mencari keberadaan seseorang.
"Mommy Yalina ada di rumah, dia sedang menyiapkan sesuatu untuk menyambut kedatangan kamu," jawab Robby.
"Apakah Mommy muda mau menyayangi dan menerima kedatanganku, Dad?"
Robby terkekeh mendengar pertanyaan itu. "Hei, kenapa kamu harus memanggilnya Mommy muda? Panggil saja Mom Yalina. Dia pasti akan sangat menyayangi kamu dan akan menyambut kedatanganmu dengan bahagia, hampir setiap Minggu dia selalu menanyakan kapan kamu akan kemari, karena dia sangat ingin bertemu dengan kamu, anak Daddy yang sudah besar dan yang cantik satu ini," jawabnya seraya tertawa melihat wajah Naina yang seperti tidak percaya atas perkataannya.
Naina menarik kedua sudut bibirnya hingga senyuman manis terlukis jelas di wajah cantiknya. Ia menjadi tidak sabar untuk melakukan pertemuan pertama dengan Yalina, selain itu Naina sangat penasaran akan sosok Yalina yang mampu membahagiakan Robby walau sudah lama menikah. Tidak seperti ibunya yang bisa berkata bosan dan meninggalkan ayahnya begitu saja, hingga anak yang menjadi korban.
"Mendengar suara tawa Daddy, sepertinya sosok istri yang berada di sampingnya sangat baik dan menyayanginya."
"Kalau seperti itu mari Daddy kita pulang ke rumah sekarang!" Naina memeluk erat lengan Robby sembari berjalan untuk mengajaknya beranjak dari terminal bandara.
Sesampainya di lobby, mereka pun masuk ke dalam mobil, keduanya duduk di bangku belakang, mobil melaju dengan kecepatan sedang dengan dikendarai oleh supir pribadi Robby yang sudah selama 5 tahun bekerja pada keluarga Robby.
Setelah 2 jam di perjalanan akhirnya mereka sampai di kediaman Robby Stein. Yalina dan kedua anak kembarnya sudah berdiri di depan rumah untuk menyambut kedatangan Naina.
"Selamat datang di Spanyol, Naina sayang," sapa Yalina pada anak tirinya dengan ramah, sembari merentangkan kedua tangannya yang ingin memeluk Naina yang baru tiba dari India.
Naina mempercepat langkahnya dan langsung memeluk Yalina, lalu pandangannya beralih pada kedua bocah kembar yang sedang menatap ke arahnya dengan tatapan yang sangat polos.
"Selamat datang kakak Naina cantik," sapa Alexa dan Axel berbarengan.
"Wah ternyata aku punya adik kembar yang cantik dan tampan seperti kalian berdua," puji Naina kepada adik-adik kembarnya yang baru berusia 4 tahun.
Naina melepasakan dirinya dari pelukan Yalina, lalu ia melangkah mendekati Alexa dan Axel dan tangannya mengusap pipi Alexa dan Axel secara bersamaan karena merasa gemas pada pertemuan pertama ini.
"Aku punya oleh-oleh untuk kalian berdua. Ini untuk kamu dan ini untuk kamu, sekarang kalian masuk ya," ucap Naina sambil membagikan oleh-oleh dari India pada Alexa dan Axel.
"Terima kasih kakak cantik!" ucap kedua anak kembar itu, mereka segera berlari memasuki rumah sambil kejar-kejaran.
Naina kembali menghampiri Ibu tirinya, lalu ia memeluk Yalina lagi dengan tiba-tiba, membuat Yalina terenyuh dengan pertemuan pertama dengan anak tirinya yang selama ini hanya dapat dilihat dari sosial media saja.
"Naina, terima kasih sudah mau main dan menemui Tante," tutur Yalina dengan suara lembutnya yang penuh keibuan.
Naian mengangkat wajahnya, lalu keduanya saling bertatap muka.
"Kamu bukan Tanteku, tapi kamu adalah Mommy keduaku," ucap Naina membenarkan kata-kata Ibu tirinya yang sempat salah.
"Kamu benar-benar anak yang sangat baik, sama seperti Daddymu. Kita baru bertemu, tapi kamu sudah bisa membahagiakanku melalui kata-katamu," ucap Yalina tersenyum penuh arti.
Ditengah kemesraan anak dan ibu tiri yang sedang berlangsung, tiba-tiba saja Robby mengacaukan semuanya, ia menggandeng kedua tangan wanita itu dan mengajak mereka yang sangat dicintainya agar segera masuk ke dalam rumah.
"Kangen-kangenannya lanjut di dalam saja ya, karena di luar panas," ucap Robby membuat kedua wanita yang berada di sampingnya bergelayut mesra di pundaknya.
Saat Naina masuk ke dalam rumah, ia disambut hangat oleh salah satu bingkai foto yang berukuran tidak wajar, terpampang nyata di lobby rumah kediaman keluarga Robby Stein. Sepertinya bingkai itu sengaja dipajang di lobby yang menghadap langsung ke arah pintu utama, mungkin tujuannya untuk menyambut dan menyapa siapa saja yang datang ke rumah ini untuk bertamu.
Naina mendekati bingkai tersebut lalu menyentuh foto itu dengan jemarinya. Ia mengusapnya dengan perlahan dan penuh kelembutan.
"Daddy sudah bahagia dengan Mom Yalina, aku tidak perlu berharap lagi agar Daddy dan Ibu bisa bersatu kembali, karena aku sudah mengetahui alasan kenapa Ibu meninggalkan Daddy waktu itu," gumam Naina dengan suara pelan yang nyaris tak terdengar oleh dua orang yang berdiri di belakangnya.
"Daddy bolehkah aku tinggal di sini?" tanya Naina ragu saat sudah menyelesaikan makan siangnya bersama Ayah, Ibu dan kedua Adik kembarnya.
"Sangat boleh sayang," jawab Yalina mencela suaminya yang hendak menjawab.
"Ya tentu sangat boleh, karena rumah ini juga adalah rumah kamu dan kamu bisa tinggal di sini kapanpun yang Naina mau," jawab Robby.
Naina sangat bahagia mempunyai Ibu tiri sebaik Yalina, selama ini otaknya dicemari oleh film yang menceritakan kejamnya Ibu tiri, ia memukul kepalanya sendiri mengusir kehaluannya.
"Terima kasih Mom dan Dad," ucap Naina dengan senyuman yang merekah bahagia.
Setelah menyelesaikan makan siang bersama keluarga keduanya, Naina naik ke lantai 3 tempat kamarnya berada, Naina menghempaskan tubuhnya di atas ranjang luas yang sangat empuk, ia menghentak-hentakkan kakinya karena merasa senang, ternyata hidupnya di Spanyol sangat beruntung dan semembahagiakan ini.
Baru lima menit merebahkan tubuh di atas ranjang, Naina sudah terbang menuju dunia mimpi.
*
*
*
Sore hari Naina dibangunkan oleh dering ponselnya yang sudah berbunyi berpuluh-puluh kali. Naina terbangun dan berjalan ke arah nakas tempat ponselnya berada.
"Halo, kenapa kamu mengganggu waktu tidurku," ketus Naina tanpa tahu siapa yang menghubunginya.
"Nai ini aku Samar, kamu dimana? Kenapa hari ini tidak masuk kerja?" tanya Samar, kekasih Naina di India dan mereka bekerja satu perusahaan.
"Samar aku sudah resign dari ITC, saat ini aku berada di Spanyol, tempat Ayahku tinggal dan aku mungkin akan menetap disini selamanya," jawab Naina santai.
"Jangan bercanda Nai, kalau soal kamu resign dari kantor aku percaya, tapi kalau kamu pergi ke Spanyol tanpa memberi kabar terlebih dulu, pasti itu hanya bercanda!" tutur Samar tidak percaya.
"Samar aku sedang kesal, kamu tahu bukan kalau aku tidak suka main-main kalau sedang kesal!" ketus Naina kesal karena ia masih mengantuk, dan Samar telah mengganggu waktu tidurnya.
"Maaf Nai, aku tidak tahu kalau kamu sedang kesal. Kirim lokasi tempat kamu berada, aku akan menyusul dan menemui kamu," ucap Samar yang tidak ingin berbasa-basi lebih lama, untuk menghindari kemarahan Naina.
"Samar apa kamu sudah gila? Aku di Spanyol dan tidak mungkin kamu datang ke rumah Ayahku, aku juga tidak enak pada Ibu tiriku untuk menerima tamu laki-laki," jelas Naina menolak kedatangan Samar.
"Aku hanya bertamu satu jam di rumah Ayahmu dan tidak akan lebih, ayolah Nai, aku tidak tenang jika belum menemui kamu dan kita harus bicara serius," ujar Samar dengan nada memohon.
"Sam begini saja, kita akan bertemu di dekat rumah Ayahku, eh aku akan menjemput kamu di bandara deh, kapan kamu akan jalan?" tanya Naina plin-plan.
Naina dan Samar menjalin hubungan sejak 3 tahun yang lalu, Samar adalah kekasih kedua Naina dan mereka pertama kali bertemu di perusahaan tempat mereka bekerja, orangtua Samar sangat menentang keras hubungan keduanya, Ibu Samar tidak menyukai Naina karena Naina tidak jelas asal usul orangtuanya, juga keluarganya, hingga membuat Naina dan Samar menjalin hubungan diam-diam.
Samar telah memutuskan panggilannya karena ia akan memesan tiket untuk keberangkatannya esok hari.
Naina hendak kembali merebahkan tubuhnya, namun saat melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 17.00, Naina mengurungkan niatnya, karena ia harus mandi dan turun ke bawah untuk meminta izin pada Ayah dan Ibunya supaya meminjamkannya mobil untuk menemui Samar besok.
Saat sudah selesai mandi dan melapisi wajah cantiknya dengan sedikit bedak, lalu Naina turun ke bawah.
"Selamat sore Mommy," sapa Naina pada Yalina yang sedang bersantai di ruang tamu sambil menjaga Alexa dan Axel yang sedang bermain.
"Sore sayang, kalau sudah lapar kamu makan dulu ya, karena Mommy sudah menyiapkan makan sore untuk kamu," ucap Yalina sembari menunjuk meja makan yang sudah tersaji dengan berbagai macam menu makanan.
"Mommy masak sendiri?" tanya Naina.
"Iya sayang, kalau urusan masak memasak itu sudah jadi tugas Mommy," jawab Yalina dengan ramah.
"Mommy is the best, pantas saja Daddy bulat seperti itu karena memakan masakan istri tercintanya hehe," ucap Naina menggoda Yalina dan keduanya tertawa.
Naina makan sendirian karena semua yang berada di rumah ini sudah selesai makan sore, ia memutuskan besok-besok tidak akan tidur siang lagi.
"Mom, dimana Daddy?" tanya Naina saat sudah selesai makan.
"Daddy lagi pergi keluar, katanya ada urusan sebentar," jawab Yalina.
Naina duduk di samping Yalina sambil menggigit ujung kukunya karena tidak berani untuk meminjam mobil milik Yalina.
"Ada yang ingin dikatakan? Nai, jangan pernah sungkan sama Mommy ya karena kamu adalah anakku juga," ujar Yalina saat menyadari kegugupan Naina.
Akhirnya Naina memberanikan diri untuk bertanya saat sudah diberi lampu hijau oleh Yalina.
"Mom, besok teman aku dari India mau datang ke sini, dia mau ngomongin hal penting. Boleh tidak Mom aku pinjam mobil sebentar saja untuk menemuinya di mall dekat sini?" tanya Naina masih sedikit gugup.
"Nai bukannya Mommy tidak mengizinkan kamu untuk meminjam mobil di rumah ini, tapi keadaannya kamu tidak memilik sim dan identitas Spanyol," jawab Yalina.
Ada kekecewaan di kedua bola mata Naina, tapi ia tidak marah hanya karena urusan mobil, besok ia masih bisa menaiki taxi untuk menjemput Samar.
"Ya sudah Mom besok aku naik taxi saja. Aku mau keliling dulu ya Mom, mau lihat semua seisi rumah ini, boleh kan?" tanya Naina seraya berdiri.
"Iya sayang, di belakang ada taman yang dipenuhi bunga-bunga cantik, kalau kamu ke sana pasti kamu tidak ingin meninggalkan taman itu, di belakang juga ada 2 rumah Bibi yang bekerja untuk Mom dan Dad," jawab Yalina memberi referensi pada Naina agar tidak bosan dan bisa menikmati suasana sore di taman bunga.
Naina berlari ke arah belakang rumah karena begitu penasaran dengan taman yang Yalina sebutkan tadi.
Sungguh menakjubkan, mata Naina melihat taman seindah ini, seperti dongeng tapi ini nyata. Naina berlari dan mencium semua bunga yang sedang bermekaran cantik. Naina menghirup udara dalam-dalam dan ia seperti melayang di atas taman bunga.
"Bukan keputusan yang salah aku datang ke Spanyol, semua yang berada di sini sangat indah dan membuatku kagum," ucap Naina sambil menari dan terus memamerkan senyum bahagianya.
Setelah menghabiskan banyak waktu di taman bunga, Yalina menghampiri Naina karena Robby sudah pulang dan meminta Naina untuk menemuinya.
"Daddy panggil aku ada apa?" tanya Naina saat pertama kali menghampiri Robby di ruang tamu.
"Ada yang mencari kamu," jawab Robby singkat membuat Naina khawatir.
"Siapa Dad? Aku tidak punya teman di Spanyol dan aku baru pertama kali menginjakkan kaki di Kota ini," tanya Naina heran dan ia takut kalau yang mencarinya adalah Samar, tapi itu sangat tidak mungkin.
"Dia menunggumu di luar, kamu temui dulu dia!" titah Robby membuat Naina harap-harap cemas seperti habis melakukan kesalahan.
Naina menghela napas berat sambil menunduk, lalu berjalan ke luar rumah. Ia melirik ke kiri dan ke kanan mencari orang yang mencarinya, tapi ia tidak menemukan siapapun yang berada di luar rumah. Hanya ada mobil kuning yang terparkir di teras rumah.
"Dad, di sini tidak ada siapa-siapa." teriak Naina memanggil Robby yang sedang terkekeh besama Yalina di dalam rumah.
Robby dan Yalina menyusul Naina yang sedang kebingungan karena tidak menemukan siapapun, Robby tadi sengaja ke showroom untuk membelikkan putrinya mobil dan ini kejutan untuk Naina.
"Nai, dia yang mencarimu," ucap Robby seraya menunjuk mobil sport berwana kuning, warna kesukaan Naina.
"Dad, apa kau serius dengan hadiah yang kau berikan untuk aku?" tanya Naina membulatkan matanya karena terkejut sekaligus bahagia.
"Sangat serius, karena kamu akan tinggal di sini dan pasti akan sangat membutuhkan kendaraan," jawab Robby tersenyum sumringah melihat anaknya bahagia.
"Thank you so much Dad!" ujar Naina sambil memeluk erat Ayahnya dan bergantian memeluk Ibunya.
Naina segera menaiki mobil itu dan mencoba test drive saat melihat kunci sudah terpasang di tempatnya.
Keesokan harinya.
"Halo Samar kamu tunggu ya, aku bangun kesiangan nih, tapi aku sudah di jalan kok," ujar Naina sambil mengemudikan mobil barunya.
"Oke Nai kamu hati-hati ya, tidak perlu buru-buru karena aku akan tetap menunggu kamu," kata Samar dengan santai.
Samar sudah mendarat sejak 60 menit yang lalu dan Naina baru jalan dari rumah karena bangun kesiangan, padahal semalam Samar sudah mengabari Naina jam berapa ia akan mendarat, lagi dan lagi kekasihnya selalu lupa akan janjinya, juga paling suka terlambat.
Naina mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata agar kekasihnya tidak terlalu lama menunggu, di dukung dengan jalanan yang tidak begitu ramai memudahkannya untuk mempercepat laju kendaraannya.
Saat sudah hampir sampai bandara tiba-tiba jalanan macet membuat Naina kesal dan tidak sabaran, ia mencoba mencari celah untuk tetap melaju tapi tetap saja di depannya sudah banyak mobil yang menghalanginya untuk terus maju, Naina kembali menghubungi kekasihnya untuk meminta maaf karena sudah membuat Samar menunggu hingga hampir 2 jam, saat Naina asik menelpon sambil mengendari mobilnya sedikit demi sedikit, tiba-tiba mobilnya menabrak mobil yang berada di depannya. Naina berteriak karena kaget membuat Samar menjadi panik.
"Sayang matikan dulu panggilannya, aku menabrak mobil yang ada di depanku," ucap Naina panik.
"Jangan dimatikan Nai, aku khawatir dengan keadaan kamu," kata Samar yang semakin panik, tapi Naina tetap memutus panggilannya.
Naina turun dari mobil karena kaca mobilnya sudah digedor-gedor oleh si pemilik mobil yang ditabrak olehnya.
"Iya sabar, kenapa harus gedor-gedor segala sih!" ketus Naina sangat kesal.
"Kenapa kau menabrak mobil Bosku, nona?" tanya laki-laki yang sepertinya supir dari mobil tersebut.
"Kamu ngerem mendadak segala ya jadi aku ikutan ngerem mendadak deh, makanya mobil kita saling bertabrakan," jawab Naina santai, sambil mengunyah permen karet.
Si Bos pemilik mobil akhirnya turun karena asistennya dan si penabrak tidak menemui titik terang, malah berdebat hingga membuang banyak waktu.
"Mike, minta ganti rugi padanya," ucap si Bos dengan nada arogan.
"Heh! Ini tuh karena kesalahan supir kamu yang ngerem mendadak duluan, jadi kita impas lah mobil kita sama-sama bonyok!" ketus Naina tidak terima diminta ganti rugi.
"Bos dia sudah mengatai aku supir dan dari tadi dia terus memaki-maki aku tiada henti," kata Mike menghampiri Bosnya dan mengadu.
"Tahan identitasnya dan beri dia kartu namaku," ucap Bryan dengan malas, karena merasa sial masih pagi begini sudah mendapati masalah.
"Enak sekali mulutmu bicara, apa kamu kekurangan uang sampai mobil lecet sedikit saja sampai minta ganti rugi segala!" kata Naina semakin kesal, ia kembali masuk ke dalam mobil dan mengambil tasnya, lalu ia mengambil segepok uang dan melemparkannya kepada Mike.
Uang berhamburan di depan wajah Mike hingga mengenai Bryan juga. Naina masuk ke dalam mobil dan membunyikan klakson, jalanan sudah lengang tapi mobil putih dan mobil kuning masih belum beranjak pergi.
Naina membuka kaca dan berteriak kepada dua lelaki yang menghalangi mobilnya untuk jalan. Bryan mendekatkan wajahnya pada wajah Naina hingga hidung mereka saling beradu dan Bryan berhasil melepas kunci mobil Naina dari tempatnya hingga membuat Naina geram bukan kepalang.
"Sialan! Kembalikan kunci mobilku, aku sudah membayar ganti rugi lalu kamu mau apa lagi?" tanya Naina ngegas.
"Beri aku identitasmu dan aku akan mengembalikan kunci mobil ini, kamu boleh mengambil identiasmu kembali saat kamu sudah membawa mobilku dalam keadaan baik-baik saja," ucap Bryan memainkan kunci mobil Naina.
"Menyebalkan! Makan ini dan kembalikan kunci mobilku," teriak Naina hingga membuat pengguna jalan membuka kaca mobil dan melihat keributan yang terjadi.
Naina melemparkan identitasnya dan Bryan melemparkan kunci mobil Naina, saat kunci sudah terpasang Naina kembali menekan klakson panjang hingga memekakkan telinga Bryan dan Mike membuat keduanya menepi memberi jalan pada Naina.
*
*
*
Sesampainya di bandara, Naina langsung memarkirkan mobilnya dan berlari mencari Samar, terlihat Samar tengah duduk dengan wajah pucat pasi karena menunggu Naina tidak datang-datang dan mendengar kabar Naina menabrak mobil seseorang.
Naina berdiri di hadapan Samar membuat kekasihnya bernapas lega, Samar langsung memeluk tubuh Naina untuk menghilangkan kecemasannya yang berlebihan.
"Aku takut kamu kenapa-kenapa," lirih Samar seraya memegangi wajah Naina dan menatapnya dalam-dalam.
Ada kesedihan di kedua bola mata Samar saat menatap wajah Naina, seperti tidak rela untuk berpisah.
"Jangan cemaskan aku karena sekarang aku kan baik-baik saja. Ayo kita ke mobil," ajak Naina pada Samar dan berjalan menuju parkiran.
"Aku aja yang nyetir, kamu duduk di samping!" titah Naina saat keduanya sampai di depan mobil baru Naina yang penyok bagian depannya.
Samar menurut dan duduk di samping Naina, mobil melaju dengan kecepatan sedang, selama perjalanan Samar menanyakan masalah apa yang membuat Naina harus pergi dari India dan Naina menjelaskan masalahnya dari A sampai Z yang sesungguhnya terjadi, membuat Samar merasa kasihan pada Naina.
Mobil terparkir di lobby mall, Naina mengajak Samar untuk turun bersama lalu keduanya memutuskan untuk makan siang agar lebih enak mengobrolnya.
"Sayang kita foto yuk, kayanya sudah lama banget kita nggak upload foto berdua di sosmed," ajak Naina sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas.
Samar menyetujui karena foto ini akan menjadi foto terakhir mereka dan Samar akan menjadikan semua tentang Naina kenangan terindah dalam hidupnya.
Setelah keduanya menyelesaikan makan siang bersama, Samar memberanikan diri untuk mengungkapkan masalah apa yang melandanya hingga meminta Naina agar bisa mengakhiri hubungan ini dengan cara yang baik sama seperti saat mereka memulai hubungan dulu.
"Naina."
"Hem, ada apa?" tanya Naina sambil mengupload foto mereka berdua ke akun Instagramnya.
"Kita harus mengakhiri hubungan ini!" Samar terpaksa harus mengatakan itu.
Naina menjatuhkan ponselnya ke atas meja karena merasa kaget dengan kata-kata Samar, semuanya terlalu cepat untuk berakhir walau Naina sudah menduga semuanya akan berakhir, tapi kenapa harus secepat ini.
"Kenapa?" tanya Naina lirih.
"Orangtua aku sudah menentukan tanggal pernikahan dengan anak sahabatnya karena Ibuku meminta aku segera menikah entah karena apa," jawab Samar dengan air mata yang sudah menganak.
Naina mencoba untuk tetap tenang dan tegar karena pikirnya hubungan ada dua pilihan, untuk putus atau untuk serius, hubungannya dengan Samar dari awal tidak mendapat restu dari Ibunya Samar dan pasti akan berakhir di tengah jalan saat sedang sayang-sayangnya.
"Samar kamu tidak perlu menangis, aku siap kok untuk mengakhiri hubungan ini yang sudah berjalan 3 tahun, kita lupakan semua impian kita untuk menikah. Mungkin sudah jalannya kita tidak berjodoh karena Tuhan sudah menyiapkan satu jodoh yang baik untukmu," ucap Naina seraya menarik napas dalam-dalam agar tetap tenang.
Akhirnya Samar menitikkan air mata kesedihannya harus melepas gadis yang begitu ia cintai demi memikirkan ego orangtuanya yang selalu memikirkan tentang bisnis mereka ketimbang perasaan anaknya sendiri.
Naina menggenggam erat tangan Samar untuk menguatkan hati yang rapuh walau ia merasa lebih sangat hancur. Naina mengembalikan cincin yang melingkar di jari manisnya pada Samar karena cincin tersebut pemberian dari Samar sebagai tanda hubungan mereka serius dan akan menikah, ia meletakkan cincin itu pada genggaman tangan Samar.
"Semoga kamu bahagia bersama wanita yang dipilihkan orangtuamu, eh maksud aku kamu harus bahagia bersamanya," ucap Naina gugup.
"Kedatangan Samar ke sini hanya membawa luka untukku, kenapa dia tidak memutuskan hubungan kita melalui sambungan telepon saja sih, biar nggak sakit-sakit banget ini hati," batin Naina dalam hatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!