NovelToon NovelToon

Warrior (Shewolf)

Chapter 1 : i'm a werewolf?!

Allana POV

Kriiingg...!!!

Bunyi bel tanda pelajaran usai. Aku menghela nafas lega. Hari ini sungguh sangat melelahkan.

"Kamu akan kemana sepulang sekolah ini Allana?" tanya Erica sahabatku.

"Aku tidak tahu. Bagaimana kita ke kota dan ke toko buku di persimpangan?" saranku.

"Toko buku tuan Bultner?" tanya Erica memastikan. Aku mengangguk bersemangat. Aku sangat menyukai buku. Aku selalu meluangkan waktuku ke toko buku itu saat aku ke kota. Aku tinggal di kota kecil bernama Riverville. Kota ini di keliling oleh sungai dan hutan yang luas.

"Jadi.. Apa kau setuju?" tanyaku memastikan. Aku berdiri dari tempat dudukku, memakai ranselku dan berjalan beriringan dengan Erica.

"Tapi bukankah kamu sering ke sana? Bagaimana dengan toko burger yang baru? Aku dengar burger dan kentang disana sangat lezat, berbeda dari tempat lain."

"Uhmm.. Baiklah, tapi setelah itu kita ke toko buku, oke? Please... Ada yang ingin aku beli."

"Aahh baiklah, baiklah. Kamu dan bukumu itu. Susah sekali di pisahkan." omel Erica. Dia menggelengkan kepalanya. Aku memeluk Erica senang.

"Kamu memang teman yang terbaik!!" pekikku.

"Hai." seseorang memeluk kami berdua dari belakang. Dia Hope, sahabatku satu lagi. Di pelajaran terakhir kami berbeda kelas.

"Hai Hope." sapaku. "Kamu mau ikut kami?"

"Kalian akan kemana?"

"Ke kota." jawabku dan Erica bersamaan.

"Benarkah?!" pekik Hope girang. "Ke tempat burger baru itu?!"

"Lihatlah All, bahkan Hope saja ingin ke tempat burger baru itu, kamu malah ingin ke toko buku."

"Ke toko buku? Lagi?? Ahh All apa kamu tidak bosan?"

"Tentu tidak." jawabku santai. Kulihat Erica dan Hope hanya bisa menggelengkan kepala mereka.

Aku nerd? Tidak. Kutu buku? Yaa! Itu aku. Aku menyukai buku sedari kecil, tapi aku tidak berpenampilan seperti kutu buku. Penampilanku seperti remaja normal lainnya. Seperti hari ini, aku mengenakan jeans biru tuaku dengan baju putih polos di tutupi cardigan biru tua. Rambutku coklat terang dan panjang. Aku beriris mata hazel lembut. Ahh ya, umurku tujuh belas tahun. Aku baru berulang tahun minggu lalu. Tahun ini keluargaku merayakan ulang tahunku lengkap. Biasa kakak laki-lakiku, Derek, tidak pernah ada. Tapi dia selalu mengirimkan hadiah untukku setiap tahun. Derek berkerja di luar kota. Dan kakak perempuanku, Alice. Dia kulia di kota New York. Dia jarang pulang. Tapi minggu lalu saat aku berulang tahun, Derek dan Alice ada di rumah dan ikut merayakannya. Aku tidak terlalu dekat dengan Alice semenjak dia sibuk kuliah.

Mobil Erica melaju kencang menuju kota. Kami bertiga bernyanyi seperti sedang melakukan kontes bernyanyi. Hope paling senang melakukan itu. Dia akan bernyanyi paling keras dari kami. Meskipun suaranya lumayan bagus, tapi tetap saja memekakkan telinga, huft.

Kami bertiga menuju rumah makan baru di kota. Disana di sajikan beberapa burger yang lezat. Aku mencobanya dan wow, pantas saja banyak orang menyukai tempat ini bahkan selalu ramai. Kami saja harus mengantri sekitar tiga puluh menit baru bisa masuk.

Kami pergi ke toko buku langgananku, toko buku milik tuan Bultner. Tuan Bultner bertampang seram dan galak tapi sebenarnya dia sangat baik dan ramah. Berkali-kali aku di di beri diskon saat membeli buku. Tapi dia selalu berkata aneh padaku setiap aku membeli buku disana. Dia selalu berkata, "Kamu akan menjadi warrior yang hebat."

Itu katanya. Aku bingung setiap kali dia mengatakan itu. Warrior? Warrior apa? Aneh sekali.

Aku keluar dari toko buku. Erica dan Hope sudah berada di mobil. Aku masuk ke dalam mobil.

"Jadi... Apa tuan Bultner mengatakan hal yang sama padamu?" tanya Hope.

"Yup, dia mengatakannya." jawabku.

"Sebenarnya ada apa dengan dia? Warrior apa? Memangnya akan ada perang? Apa jangan-jangan di terkena dimensia atau..."

"Husshh jangan sembarangan." tegurku. "Tidak baik berprasangka buruk seperti itu Hope."

"Well baiklah, baiklah. Aku salah. Tapi dia memang aneh." kata Hope.

"Aku setuju dengan Hope. Dia memang aneh." gumam Erica. Kami masih di dalam mobil Erica yang masih terpakir di pinggir jalan.

"Ahh apa kalian sudah mendengar kabar baru?" kata Hope. Hope paling cepat mendapatkan kabar berita terbaru. Ayahnya adalah seorang sherif di kota. Bahkan kakak tertuanya Nathan, seorang deputy.

"Kabar apa?"

"Aku mendengar ayahku berkata pada Nathan, mereka menemukan beberapa mayat di hutan."

"Ma-mayat? Di hutan? Hutan dekat rumah kita?" tanya Erica. Wajah Erica terlihat terkejut, begitu pula denganku.

"Iya! Ada lima mayat yang di temukan. Wahh luar biasa!"

"Mengerikan sekali." gumamku.

"Tubuh mereka terkoyak dan ada yang lehernya hampir putus."

"Apa?!" pekikku dan Erica bersamaan.

"Apa kamu serius?" tanya Erica tidak percaya.

"Apa aku pernah berbohong soal pembunuhan?" tanya Hope yang kurasa sedikit kesal. Aku dan Erica menggeleng. "Aku tidak sedang bercanda. Dan aku dengar lagi, semua karena binatang buas."

"Aku tidak tahu dihutan kita ada binatang buas." gumama Erica.

"Aku juga tidak tahu." tambahku. Ya, hutan di kotaku tidak pernah terlihat adanya binatang buas selama bertahun-tahun lamanya.

"Mungkin mereka berimigrasi?" tebak Hope.

"Ke hutan kita?" tanyaku. Hope menganggukkan kepalanya. "Apa itu mungkin? Maksudku, hutan kita sering di masuki manusia."

"Aku tidak tahu, mungkin saja." jawab Hope. "Tapi benar-benar mengerikan."

Tok tok tok

Suara ketukan di kaca pintu mobil mengagetkan kami bertiga. Kami memekik keras karena terkejut. Kami menoleh ke jendela dan sudah ada tuan Bultner disana. Aku menurunkan kaca mobilnya.

"Ya, tuan?" tanyaku.

"Ini, bukumu tertinggal di toko." sahut tuan Bultner sambil menyerahkan bingkisan berisikan buku yang kubeli. Aku menerima bingkisan itu.

"Terima kasih tuan Bultner. Maaf merepotkan." sahutku.

"Tidak apa-apa warrior, aku senang membantu." sahut tuan Bultner lalu berlalu.

"Dia masih saja memanggilmu dengan sebutan warrior." kata Erica.

"Biar saja. Ayo kita pulang. Sudah sore." sahutku. Erica mulai menjalankan mobilnya pulang.

Tak berapa lama kami sampai di dekat rumahku.

"Tidak usah di antar sampai rumah. Sampai ujung jalan saja." kataku.

"Apa kamu yakin?" tanya Erica.

"Tentu. Hanya tinggal berjalan sedikit."

"Baiklah."

Erica menghentikan mobilnya di ujung jalan menuju rumahku. Aku melambaikan tanganku pada Erica dan Hope saat aku sudah turun dari mobil. Rumahku agak masuk ke dalam. Jalanan masuknya tidak lebar jadi agak sedikit merepotkan jika mobil Erica masuk. Lagi pula aku tidak ingin merepotkan temanku. Aku berjalan menuju rumah. Sesekali menghela nafas panjang. Hari-hari melelahkan. Tiba-tiba aku teringat perkataan Hope tentang ditemukannya beberapa mayat di hutan. Aku bergidik ngeri.

Aku memutar knop pintu dan masuk ke dalam rumah

"Bu, aku pulang." sahutku saat sudah berada di dalam rumah. Tidak ada sahutan.

Biasa ibuku selalu menyambutku tapi kali ini tidak ada siapapun. Aku mencari keseluruh rumah, tapi tidak menemukan siapapun. Tidak ada orang di rumah tapi pintu rumah tidak terkunci. Ini aneh.

Aku terus saja menemukan hal aneh pada keluargaku. Kakakku Derek, cuti bekerja. Sudah beberapa hari dia ada dirumah. Itu aneh bagiku karena jika dia mengambil cuti dia selalu liburan bersama teman atau kekasihnya. Tapi kali ini dia dirumah saja sepanjang hari liburnya. Kakak perempuanku Alice juga begitu. Dia seharusnya kuliah di new york tapi entah kenapa dia disini. Aku bertanya apa dia sedang libur kuliah, Alice selalu berkata dia hanya ingin pulang dan berkumpul bersama. Seorang Alice yang tidak terlalu dekat dengan keluarga tiba-tiba ingin kumpul bersama? Aneh.

Ayah, ibu dan kedua kakakku selalu berbicara setelah aku tidur. Pernah aku terbangun di tengah malam untuk mengambil air minum dan aku melihat mereka berbicara begitu serius di ruang keluarga. Saat mereka melihatku mereka terdiam. Mereka menghentikan pembicaraan mereka. Aneh kan? Aku yakin ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku.

Aku minum segelas air didapur sambil menatap halaman belakang rumah. Dibelakang rumah ada halaman yang cukup luas. Dulu aku sering bermain di sana sewaktu kecil. Tiba-tiba ada sesuatu yang menyita perhatianku. Aku menyipitkan kedua mataku. Sesuatu berwarna merah tua ada di tanah. Aku segera mendatanginya. Sebuah syal. Itu adalah syal favorit ibuku. Kenapa ada disini? Di belakang rumahku adalah hutan. Aku agak takut untuk masuk ke hutan itu. Bukan karena cerita Hope yang membuatku takut tapi entah kenapa hutan itu yang membuatku takut. Aku melihat sesuatu lagi tak jauh dari aku berdiri. Aku mendatanginya. Sebuah kemeja berwarna biru muda. Kemeja Derek? Aku mencium bau parfumnya dan benar, itu adalah kemeja Derek. Aku mengenali parfum itu dan aku sempat melihat Derek mengenakan kemeja ini tadi pagi. Syal ibu dan kemeja Derek? Ini semakin aneh. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam hutan. Karena kedua barang tadi mengarahkanku ke hutan. Aku masuk lebih dalam dan menemukan sepasang sepatu yang aku yakini sebagai sepatu Derek. Sepatu kulit berwarna coklat dan mahal. Sepatu favorit Derek. Aku semakin bingung.

Tiba-tiba aku mendengar suara. Dari kejauhan aku melihat Derek disana. Dia berlari menyusuri hutan dengan bertelanjang dada. Aku memutuskan untuk mengikuti Derek. Aku penasaran ada apa sebenarnya. Aku berhati-hati agar tidak ketahuan tapi mencoba untuk cepat agar tidak kehilangan jejak Derek. Derek tiba-tiba berhenti. Dia tampak menatap sesuatu. Aku tidak bisa melihat apa yang di tatapnya. Aku berjalan mendekat untuk mencari tahu. Tapi tak lama aku melihat sesuatu yang tidak bisa aku percayai. Derek berubah menjadi... serigala? Serigala yang cukup, tidak, tidak, sangat besar. Astaga ini gila!! Derek adalah serigala itu, serigala itu adalah Derek? Jika Derek berubah menjadi serigala berarti dia adalah... Manusia serigala?! Aku sangat syok. Aku kira manusia serigala hanya mitos, tapi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Manusia berubah menjadi serigala dan parahnya manusia itu adalah kakakku sendiri!

Aku berjalan mundur perlahan menjauhi Derek tapi tiba-tiba aku mendengar geraman di belakangku. Aku menoleh dan sudah ada dua serigala besar, sama besarnya dengan serigala Derek. Aku terdiam, tidak bisa bergerak. Kakiku lemas membuatku terjatuh di tanah. Aku teringat perkataan temanku tentang mayat yang ditemukan di hutan karena binatang buas. Jika binatang buas itu adalah serigala besar ini, Aku pasti akan mati sekarang. Aku menutup mataku. Aku bersiap jika mereka akan melukaiku atau bahkan memakanku.

"Allana..." seseorang memanggil namaku. Aku masih belum membuka mataku.

"Allana.." panggilnya lagi. Aku mengenali suara itu. Suara itu sangat familiar. Aku membuka mataku dan terkejut.

"I-ibu?" kataku. Aku melihat ayahku, Derek dan Alice berdiri di dekatku.

"Allana.. Sayang..."

"Ibu, ada apa ini? A-Allana melihat serigala tadi bu, serigala yang besar!! Dan Derek..." aku menunjuk Derek. "Dia berubah menjadi serigala bu!!"

"Ibu tahu sayang, maafkan ibu."

"Maaf kenapa bu?"

"Karena ibu tidak memberitahukan hal ini padamu, tapi sudah waktunya kamu mengetahuinya."

"A-apa maksud ibu? Hal apa?" tanyaku bingung. Ayah maju dan menatapku lekat.

"Bahwa keluarga kita mempunyai rahasia besar." kata ayahku lembut.

"Ra-rahasia be-besar?"

"Rahasia yang sudah kami simpan sejak lama dan sekarang, saatnya kamu mengetahuinya juga Allana." kata ayahku dengan nada yang masih sama. Aku hanya diam menatap ayahku.

"Allana... keluarga kita adalah keluarga manusia serigala, kamu adalah seorang manusia serigala." kata ayahku lagi. Kali ini membuatku sangat terkejut.

"Tap-tapi.. Itu tidak mungkin. Itu hanya mitos!! Manusia serigala tidak nyata!!" pekikku.

"Tidak sayang. Manusia serigala bukanlah mitos, mereka nyata. Seperti keluarga kita. Kita adalah manusia serigala. Begitu juga kamu."

"Tap-tapi..." aku begitu pucat dan bingung.

"Tenang saja adikku, aku akan mengajarimu." kata Derek dengan seringai khasnya.

Aku? Manusia serigala? Oh tuhan ini benar-benar gila.

****

tadariez

Chapter 2 : Who is he?

Allana masih duduk terdiam di tanah. Dia masih tidak percaya siapa dirinya sebenarnya. Ini sangat membingungkannya.

"Allana? Sayang? Apa kamu baik-baik saja?" tanya ibunya. Ibunya tampak khawatir.

"Sepertinya dia terkena syok. Lihatlah wajahnya yang pucat itu." ucap Derek. Derek dan Alice tertawa geli.

Allana tiba-tiba bangkit dari duduknya dan berlari menjauhi keluarganya. Ibunya berkali-kali memanggil tapi Allana tetap berlari dan semakin masuk ke dalam hutan.

"Derek, kejar adikmu." ucap ibunya.

"Ahh tidak perlu ibu. Allana hanya butuh waktu, dia akan baik-baik saja." kata Alice.

"Dia masuk ke hutan Alice dan beberapa hari ini ada penyerangan dari Rogue. Karena itu kita berpatroli kan? Derek. Cepatlah."

Derek mengangguk lalu berubah menjadi serigala dan pergi.

"Ayah juga akan mencarinya. Kalian tunggulah dirumah."

"Beritahu jika ada masalah."

"Baiklah sayang."

"Alice ikut ayah."

"Tidak Alice, hari sudah hampir gelap. Kamu dirumah saja jaga ibumu."

Ayah Allana langsung berubah menjadi serigala dan berlari masuk ke dalam hutan lebih dalam.

Sementara itu Allana berlari tidak tentu arah. Dia selalu takut untuk masuk ke hutan itu tapi kali ini dia tidak berpikir panjang. Dia hanya ingin pergi dari keluarganya dan menenangkan diri.

Tak lama Allana berhenti. Dia menyandarkan tubuhnya di pohon. Dia mencoba mengatur nafasnya. Hari sudah semakin gelap dan Allana baru tersadar dimana dia sekarang berada.

"Ahh kenapa aku harus berlari masuk hutan?! Bodoh kau Allana. Aakkh aku harus kemana?"

Allana mengambil ponselnya dari saku celana jeansnya dan menyalakan lampunya. Allana memberanikan dirinya kembali berjalan menyusuri hutan yang gelap. Bahkan tidak ada sinar bulan. Terdengar beberapa suara burung dan hembusan angin. Allana jadi teringat kata-kata temannya, tentang penemuan mayat di hutan. Hutan ini tepatnya.

Allana bergidik. Mengingat semua itu membuatnya bergidik. Dia menggelengkan kepalanya cepat, dia tidak ingin memikirkannya. Allana kembali berjalan. Kadang dia mendengar suara-suara yang membuatnya terkejut sendiri. Dia semakin takut.

"Aaaauuuuuu.."

Terdengar suara lolongan serigala. Allana menghentikan langkahnya.

"I-itu.. Suara lolongan serigala. Oh tidak! Tunggu, apa itu keluargaku? Ah aku tidak tahu. Sebaiknya aku cepat pergi dari sini. Iya, aku harus pergi. Tunggu, jadi selama ini yang bunuh orang-orang itu... Keluargaku?! Astaga ini tidak mungkin. Keluargaku seorang pembunuh?!"

Allana segera mempercepat langkahnya. Tiba-tiba..

Bukk!!

Seekor serigala besar mendarat dan berdiri di hadapan Allana dan menggeram pelan. Allana terkejut. Jantungnya berdetak cepat dan nafasnya tidak beraturan. Dia menelan ludahnya.

"Derek?"

Allana memberanikan diri bertanya sambil memperhatikan serigala itu. Allana mengarahkan lampu di ponselnya ke tubuh serigala itu. Allana sadar, warna bulu serigala itu hitam pekat, sementara warna bulu serigala Derek yang Allana ingat berwarna coklat tua.

"Kamu... Derekkan?" tanya Allana lagi.  Serigala itu menggeram semakin keras. Allana terkejut. Perlahan dia melangkah mundur. Dia ketakutan, terlebih saat dia menatap mata serigala itu, seakan serigala itu siap menerkamnya kapan saja.

Geraman serigala itu semakin keras. Serigala itu mulai berlari mendekati Allana. Allana juga mulai mulai berbalik dan berlari. Tapi serigala itu lebih cepat serigala itu melompat tinggi melewati tubuh Allana dan mendarat tepat di hadapan Allana. Allana terkejut dan terduduk di tanah. Wajahnya pucat. Serigala itu berbalik dan menatap Allana lalu perlahan mendatanginya. Terdengar beberapa lolongan serigala, membuat langkah serigala itu terhenti.

Setelah lolongan itu terhenti, serigala itu kembali mendekati Allana.

"Si-siapa ka-kamu?" tanya Allana.

****

Sementara itu Derek...

Derek berlari menyusuri hutan. Dia berusaha mencari bau Allana. Bau itu sudah semakin dekat tapi langkah Derek terhenti. Bau Allana tiba-tiba hilang dan tergantikan bau serigala yang kuat.

'Rogue. Sial!'

Derek berlari kembali. Dia berusaha mencium bau Allana tapi anehnya dia bahkan tidak menciumnya sama sekali.

'Ayah... Ayah dimana?'

Derek mencoba mindlink ayahnya tapi ayahnya tidak menjawab. Tiba-tiba terdengar suara lolongan bersahut-sahutan. Derek terdiam. Dia tahu arti lolongan itu. Para Rogue sedang mengumpulkan pasukan mereka.

'Sial!! Allana kamu dimana?!'

Derek panik. Dia kebingungan mencari keberadaan Allana. Tiba-tiba dia tersentak.

'Bau Allana!!'

Derek kembali berlari mengikuti bau Allana.

****

Serigala itu tetap berjalan, tidak menghiraukan pertanyaan Allana. Serigala itu bersiap menggigit Allana. Dia membuka mulutnya, terlihat gigi-gigi tajamnya yang membuat Allana takut. Allana pasrah dan menutup matanya.

Brukk!!

Sebuah suara bantingan terdengar dan suara geraman. Allana membuka matanya dan melihat dua serigala bertarung. Allana segera mengambil ponselnya yang terjatuh tak jauh darinya dan menyinari kedua serigala yang sedang bertarung itu. Kedua serigala itu berguling di tanah dan saling mencoba menggigit. Serigala hitam menendang serigala yang menyerangnya. Serigala itu terhempas tidak jauh dan langsung bisa menyeimbangkan diri. Serigala itu kembali berlari dan menyerang serigala hitam. Allana baru tersadar, serigala yang baru datang itu juga memiliki warna bulu berbeda dari Derek. Bulu Derek berwarna coklat tua yang pekat. Sementara bulu serigala itu berwarna coklat bercampur putih.

"Apa itu juga bukan Derek?" gumam Allana.

Kedua serigala itu masih terus bertarung hingga serigala coklat itu melayangkan cakarnya pada serigala hitam itu dan mengenai punggung serigala hitam.

Serigala hitam mengerang kesakitan lalu berjalan mundur kebelakang. Serigala hitam menggeram marah tapi serigala coklat bercampur putih menggeram lebih marah dan kasar.

Serigala hitam pergi meninggalkan Allana dan serigala coklat itu. Allana kembali panik. Serigala coklat itu menatap dan mendatanginya. Dia berpikir serigala itu bertarung untuk mendapatkan makanan. Serigala coklat itu semakin dekat.

Tiba-tiba terdengar suara geraman yang lain. Allana dan serigala coklat itu menoleh ke arah geraman. Allana mengarahkan lampu ponselnya ke serigala yang menggeram itu. Serigala itu menggeram sambil menatap serigala coklat yang berada di hadapan Allana. Allana mengenali serigala itu. Warna bulu serigala itu sama seperti bulu serigala Derek.

"Derek?" panggil Allana. Serigala itu menoleh. "Kamu benar-benar Derek kan?"

'Tentu saja aku Derek Allana.' kata Derek tapi Allana tidak mendengar. Derek menatap serigala yang berada di hadapan Allana. 'Siapa kau?! Apa kau Rogue?'

'Aku bukan Rogue. Aku memiliki pack. Aku hanya sedang lewat dan melihat gadis itu di serang.' kata serigala coklat bercampur putih itu.

Derek memperhatikan serigala itu. Dia memang tidak terlihat seperti Rogue. Derek menatap bola matanya. Bermata coklat biasa. Serigala itu sedang tidak mengeluarkan mata manusia serigalanya jadi Derek tidak tahu apa serigala itu gamma, beta atau bahkan alpha.

'Siapa kau? Dari pack mana?' tanya Derek.

'Aku--'

Belum sempat serigala itu melanjutkan kata-katanya, muncul beberapa serigala. Mereka menggeram marah.

'Sial! Pasukan Rogue sudah muncul!'

'Siapa mereka?'

'Para Rogue.'

'Kenapa banyak sekali Rogue disini?'

'Rogue selalu berpindah tempat dan wilayah ini adalah wilayah netral. Jadi mereka bebas memasuki wilayah ini.'

'Ahh begitu.'

'Pergilah, aku yang akan melindungi Allana.'

'Allana?'

'Ya, dia. Allana, adikku. Pergilah, aku tidak ingin melibatkanmu lagi.'

'Tidak apa-apa. Mereka banyak. Kamu tidak bisa melawan mereka sendirian.'

Serigala coklat itu berlari menyerang para serigala. Derek ikut menyerang mereka. Satu serigala menerjang Allana menggigit tangan Allana dan menariknya pergi. Allana berteriak keras. Derek melihat itu dan langsung menerjang serigala yang menyeret Allana. Derek menggigit serigala itu dan merobek kulinya. Tapi tak lama Derek juga di serang. Allana bangkit dan berlari menjauh. Satu serigala mengejarnya.

'Pergilah! Lindungi adikmu.'

Derek bingung. Dia masih bertarung dengan serigala lain.

'Hei! Adikmu dalam bahaya! Pergi!!'

Serigala coklat itu menatap tajam derek dan bola matanya berubah membuat Derek terkejut.

'Dia... Alpha?!'

Hempasan membuat dia tersadar dari lamunannya. Serigala yang menghempas Derek bersiap menyerang lagi. Tapi sang alpha menghalanginya.

'Pergi! Biar aku yang mengatasi ini.'

Alpha itu kembali menyerang serigala-serigala itu. Derek langsung berbalik dan berlari menyusul Allana. Derek terkejut Allana sudah berada di bawah serigala yang mengejarnya tadi.

'Allana!!'

Derek menerjang serigala itu dan berguling ditanah bersamanya. Satu serigala lagi datang dan membantu Derek. Tak lama Rogue itu sudah tergeletak tidak berdaya. Derek berlari pergi.

'Derek, kau mau kemana?!'

Ayah Allana yang baru saja datang bingung melihat Derek yang pergi begitu saja. Tapi dia tidak mengejarnya. Dia lebih mengutamakan Allana yang menangis dan syok.

'Allana ayo kita pulang.'

Ayah Allana mendekat tapi Allana justru ketakutan.

'Tidak, tidak sayang ini ayah...'

"Pergi!! Mundur..!!" teriak Allana histeris. Akhirnya ayahnya merubah dirinya.

"Allana sayang, ini ayah. Ini ayah." kata ayahnya mencoba menenangkan. Allana menatap ayahnya lalu segera memeluknya dan menangis. "Tenanglah sayang. Ada ayah disini, ayah akan melindungimu."

Terdengar suara geraman. Ayah Allana dan Allana menoleh. Derek sudah bersama mereka.

"Dari mana saja kau?" kata ayahnya. Derek yang masih dalam wujud serigala hanya menunduk. "Sudahlah, ayo kita pulang. Allana, naiklah ke punggung kakakmu. Ayah akan menyusulmu."

Derek merendahkan tubuhnya. Allana tampak ragu.

"Tidak apa-apa Allana, dia kakakmu. Kita harus pulang sebelum para Rogue--, maksud ayah serigala yang menyerang kamu tadi datang kembali. Ayah akan berada tepat di belakang kalian."

Ayah Allana membantu Allana menaiki tubuh serigala Derek.

"Pegangan erat pada kakakmu. Pergilah Derek, sekarang!"

Derek mengangguk dan mulai berlari. Ayah Allana merubah dirinya dan menyusul Derek.

Tak lama mereka sampai ke rumah mereka. Allana turun dari punggung serigala Derek dan langsung masuk kerumah dan disambut ibunya yang langsung memeluknya. Allana tidak berbicara sepatah katapun. Dia terlihat masih syok dan ketakutan.

"Allana kamu baik-baik saja?" tanya ibunya. Tapi Allana tidak menjawab. Dia melangkah menuju kamarnya. "Allana..."

"Sayang.. Biarkan dia. Mungkin dia butuh waktu." kata ayah Allana sambil menatap Allana yang berlalu pergi.

Allana masuk ke kamarnya. Dia bersandar di pintu kamarnya. Kakinya tiba-tiba lemas. Allana terduduk. Dia menyandarkan kepalanya di pintu.

"Apa yang tadi kulihat? Manusia serigala? Mereka nyata? Dan aku salah satu dari mereka? Tidak, tidak ini gila, ini semua tidak nyata!"

Allana menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia tersadar akan sesuatu. Dia melihat tangan kanannya yang sempat di tarik dan digigit oleh serigala tadi. Ada bekas gigitan disana. Kulitnya terkoyak. Tapi anehnya dia tidak merasakan sakit.

"Ini aneh... Apa karena aku manusia serigala? Tidak, ahh tidak, aku bukan manusia serigala. Itu tidak mungkin."

Allana menghela nafasnya kasar. Dia tidak menyangka siapa dia sebenarnya. Dia tidak mau menjadi manusia serigala.

"Tidak, ini tidak bisa di biarkan. Aku harus bertanya pada mereka. Mungkin ada penyembuh atau apapun yang membuatku tidak menjadi manusia serigala. Aku tidak mau."

Allana berdiri dari duduknya dan langsung keluar dari kamarnya untuk mendatangi kedua orang tuanya. Allana menuruni tangga tapi baru sampai setengah perjalanan, dia mendengar suara. Allana memelankan langkahnya dan mendekat ke arah suara.

"Derek tidak tahu. Dia membantu melindungi Allana. Derek kira dia adalah Rogue sama seperti yang lain. Tapi ternyata dia membantu Allana."

"Aneh.. Apa kamu yakin dia bukan dari keluarga Sanchez atau Black?"

"Bukan bu, Derek mengenali serigala mereka. Itu bukan mereka. Dan ahh!! Dia alpha."

"Alpha?!" semua keluarga Allana terkejut.

"Iya, dia bilang dia hanya lewat tapi saat dia menyuruh Derek pergi mengikuti Allana, bola matanya, bola matanya berwarna merah. Dia alpha. Tapi Derek tidak tahu dari pack mana."

"Alpha... Ini aneh." gumam ayah Allana.

"Dan sepertinya masih muda.. Kemungkinan seumuran Allana. Tapi dia kuat. Akan Derek bicarakan dengan alpha Dwaine saat Derek kembali."

"Ada berapa alpha muda di beberapa pack?" tanya ibu Allana.

"Yang ayah tahu, ada empat pack yang memiliki alpha muda. Satu raja Lycanthrope itu, dari pack Lykort, Kei Lyroso Laros, lalu alpha keturunan murni, Zach Payne, alpha dari pack Foykolt dan alpha dari pack Zykolt."

"Ayah benar. Derek pernah bertemu yang mulia Kei dan alpha Zach saat membantu mereka bertarung dengan pack Bykort, pack dari alpha Roger. Tapi tidak dengan pack Foykolt atau Zykolt. Tapi Derek dengar alpha dari Foykolt baru saja menggantikan ayahnya, sementara alpha Zykort, dia sudah menjadi alpha sedari dia kecil."

"Ya, ayah dengar orang tuanya dan kedua kakaknya mati secara misterius."

"Benar ayah. Apa anak laki-laki tadi itu alpha dari salah satu pack itu?"

"Ayah tidak tahu Derek, tapi syukurlah ada alpha itu. Walau kita tidak tahu siapa dia dan dari pack mana tapi dia telah menolong Allana. Jika tidak, ayah tidak tahu bagaimana nasib Allana yang belum bisa merubah bentuknya."

"Lalu apa yang akan kita lakukan dengan Allana?"

"Kita harus segera mengajarinya. Dia sudah tahu yang sebenarnya dan usianya juga sudah cukup. Jadi kita akan melatihnya." kata ibu Allana.

"Huh! Merepotkan sekali anak itu."

"Alice..."

"Apa? Itu benarkan?! Di keluarga kita hanya dia yang masih tidak bisa berubah. Sementara kita sudah bisa berubah sejak kecil tapi dia tidak bisa sama sekali, membuat kita harus terus menyembunyikan ini semua dan melindunginya. Merepotkan sekali!"

"Dia adikmu Alice."

"Itu kabar terburuknya. Dia adikku."

"Alice!!" ibunya meninggikan suaranya.

"Okay.. Baiklah. Hentikan. Sebaiknya kita tidur. Para Rogue tidak akan kemari dan ayah lelah. Kita akan membicarakan ini besok."

Allana segera kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Dia mendengar semua pembicaraan itu.

"Hanya aku yang tidak bisa berubah? Mereka melakukan ini untuk melindungiku? Mereka akan mengajariku? Tidak! Aku tidak mau!! Aku tidak mau menjadi manusia serigala! Tidak!!"

Terdengar lolongan serigala. Allana berjalan menuju jendelanya dan menatap keluar.

"Lalu.. Siapa yang menolongku tadi? Kenapa terasa sangat... Familiar?" gumam Allana sambil menatap gelapnya malam.

****

"Alpha..." panggil sesorang.

"Bagaimana Ted?"

"Semua sudah selesai alpha. Mereka telah di bunuh, sisanya di usir dari sini." ucap Ted.

"Bagus. Kita pergi dari sini."

"Tapi alpha, bagaimana dengan gadis itu?" tanya Ted.

"Dia aman bersama keluarganya."

"Apa anda yakin dia gadis yang selamatkan anda waktu kecil?"

"Sepertinya. Aku mengenali baunya."

"Apa mungkin dia mate anda?"

"Itu... Aku tidak tahu. Aku tidak merasakan apapun. Tapi kenapa kita tidak hentikan membahas tentang mate? Kau terus membahasnya sedari kita pergi dari pack." kata Renald.

"Hahahaha alpha.. Usia anda sudah tujuh belas tahun. Manusia serigala akan bisa mencium dan menemukan matenya dari usia tujuh belas tahun alpha. Jadi mungkin kita bisa segera menemukan mate anda."

"Hah!! Lihatlah siapa yang berbicara. Kamu sendiri belum menemukan matemu."

"Tapi saya masih muda alpha."

"Kamu pikir aku sudah tua renta?! Kita seumuran Ted." sahut Renald tampak kesal. Renald berjalan menjauhi Ted.

"Tapi anda alpha, saya hanya seorang beta." kata Ted sambil menyusul Renald.

"Kamu cerewet sekali. Lebih cerewet dari bibi Agatha."

"Ahh alpha jangan samakan aku dengan nenek lam-- ah tidak, bibi Agatha."

"Tapi kalian benar sama saja cerewetnya. Kupingku keriting mendengar ucapan kalian tentang mate, mate dan mate. Membuat aku tidak ingin pulang karena membayangkan bibi akan cerewet tentang mate lagi."

"Tapi anda harus pulang. Besok masih harus sekolah. Apa anda lupa jika anda masih remaja?"

"Whoaa lihatlah dia. Kamu sendiri masih remaja! Sudahlah, susah bicara denganmu. Kenapa beta ku secerewet ini?"

Ted tertawa geli. Renald berubah menjadi serigala dan melolong keras. Ted juga berubah dan segera mengikuti serigala Renald pergi bersama para gamma mereka.

****

tadariez

Chapter 3 : Memory

'Seorang anak gadis kecil berlari kecil menyusuri hutan. Tidak tampak ketakutan dimatanya. Justru dia terlihat senang. Pergi ke hutan adalah hal yang paling di sukai oleh gadis itu.

Anak gadis itu melompat-lompat kecil sambil tersenyum. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia mendengar suara rintihan. Dia menoleh kanan dan kiri untuk mencari arah suara.

Tak lama terdengar gemericik air. Gadis kecil sampai di sungai. Tapi suara rintihan itu semakin terdengar jelas. Gadis kecil itu mendatangi arah suara. Dia tahu suara itu berasal dari balik semak yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Gadis kecil itu menatap semak itu. Semak itu bergoyang pelan. Dia tertegun sejenak lalu kemudian melangkahkan kakinya perlahan menuju semak itu. Tiba-tiba terdengar suara geraman, membuat gadis kecil itu tersentak kaget. Tapi dia sama sekali tidak mengurungkan niatnya untuk mencari tahu. Gadis itu membuka semak itu dan menemukan satu hewan disana. Hewan yang cukup besar dari ukuran hewan normal biasanya. Gadis itu tertegun, dia terkejut dengan yang di lihatnya. Hewan itu menggeram marah dan berjalan mundur ke belakang. Tubuh hewan itu penuh luka, bahkan kakinya sulit untuk di gerakkan.

"Ohh kasihan sekali.." Gadis itu melangkah maju tapi hewan itu menggeram semakin keras. "Tidak apa-apa, aku tidak akan menyakitimu."

Gadis itu berjalan semakin dekat. Hewan itu terlihat panik.

"Aku akan membantumu. Kau terlihat kesakitan. Sungguh, aku tidak akan menyakitimu."

Gadis itu semakin mendekat. Hewan itu terus berjalan mundur dengan tertatih, menghindari gadis kecil itu. Tapi tak lama dia terjebak, sudah ada sungai di belakangnya.

"Baiklah, aku akan berhenti." kata gadis itu lalu menghentikan langkahnya. Tapi gadis itu masih menatap hewan besar itu, untuk meyakinkan binatang itu. "Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya akan memeriksa lukamu. Lukamu terlihat parah."

Gadis itu mulai menatap luka-luka hewan itu. Bahkan kaki belakangnya sebelah kiri sudah terangkat sedikit. Gadis kecil itu tahu hewan itu kesakitan.

"Kasihan sekali..." gadis itu terdiam sejenak. "Ahh iya!!" sahut gadis itu lalu segera berdiri dan berlari menjauh.

Hewan itu tampak lega. Dia mencoba untuk berjalan kembali ke semak belukar tempatnya tadi, tapi kakinya semakin sulit untuk di gerakkan. Akhirnya hanya bisa merebahkan dirinya di pinggir sungai.

Tak berapa lama, terdengar suara seseorang berlari. Hewan itu seperti telah mendengar suara langkah kaki itu dari jauh. Hewan itu berdiri dan tampak siaga. Gadis kecil itu yang berlari. Dia kembali mendatangi hewan besar itu. Gadis kecil itu menghentikan larinya tepat di depan hewan besar itu. Gadis itu tampak kelelahan. Dia mengusap keringat di dahi, pipi dan lehernya.

"Berbaringlah, akan aku obati lukamu."

Hewan itu tidak menuruti, hanya menggeram lebih keras.

"Kau tahu? Aku semakin tidak takut padamu meskipun kamu menggeram sekeras itu. Kau terluka dan kau butuh di obati." kata gadis itu lalu duduk dan membongkar kotak yang di bawanya. "Ayahku seorang dokter hewan dan aku sering melihat ayahku mengobati hewan-hewan itu."

Gadis itu menghentikan kegiatannya dan menatap hewan yang masih berdiri kaku di hadapannya.

"Kenapa masih diam disana? Kemarilah."

Hewan itu tampak ragu.

"Aku tidak akan menyakitimu. Ya, aku memang masih muda, tapi aku cukup dewasa dari gadis seusiaku."

Gadis itu tampak tidak sabaran. Dia bergerak mendekat tiba-tiba, saat hewan itu tidak siap. Mau tidak mau, hewan itu membiarkan gadis itu mendekatinya.

"Kasihan sekali. Luka dikakimu ini sangat parah. Aku harus membawamu ke ayahku. Ayahku pasti bisa menyembuhkanmu."

Gadis itu sibuk mencoba mengobati luka sedangkan hewan itu menatap gadis kecil itu dengan tatapan heran.

kressk..

Tiba-tiba terdengar suara di semak-semak. Hewan itu tiba-tiba menjadi waspada. Dia lalu menggeram keras dan semakin keras. Gadis kecil itu tampak terkejut.

"Hei,ada apa denganmu? kamu baik-baik saja?" tanya gadis kecil itu. Tapi hewan itu justru semakin marah. Gadis itu tampak ketakutan sekarang. "A-ada ap-apa?"

Terdengar geraman lagi. Tapi geraman itu bukan dari hewan yang bersama gadis kecil itu, melainkan dari arah belakang gadis kecil itu. Gadis itu menoleh dan terkejut. Di belakangnya sudah ada satu hewan lagi. Gadis itu memperhatikan hewan yang baru saja datang. Mereka sangat serupa, hanya saja hewan yang baru saja datang itu memiliki bulu berwarna abu-abu bercampur hitam dan tubuhnya jauh lebih besar dari hewan yang dia obati.

"Tunggu... kalian...serigala? atau anjing? tidak, tidak.. kalian serigala. Tapi kenapa tubuh kalian besar sekali?"

Kedua serigala itu tidak memperdulikan apa yang di bicarakan gadis kecil itu. Mereka hanya terus saling menggeram kasar dan tampak sangat marah. Serigala berbulu putih bercampur coklat melangkah maju dan membiarkan gadis kecil itu di belakangnya.

"Hei tunggu, aku belum selesai mengobatimu." protes gadis itu tapi serigala berbulu putih itu tidak perduli.

Serigala berbulu abu-abu melolong keras. Tak lama muncul dua serigala besar lagi. Gadis itu semakin bingung dan ketakutan. Serigala berbulu putih itu menoleh pada sang gadis sejenak lalu kembali menatap ketiga serigala yang ada di hadapannya. Salah satu serigala berlari dan menyerang serigala berbulu putih. Gadis itu berteriak keras...

Allana terbangun dari tidurnya. Nafasnya cepat dan tubuhnya mulai berkeringat. Allana menatap kamarnya dan bernafas lega. Dia hanya bermimpi, pikirnya. Dia mengusap dahinya yang berkeringat.

"Mimpi yang aneh... Tapi gadis kecil itu aku.. Dan serigala? Apa itu mimpi? Aku tidak ingat pernah bertemu serigala sebesar sebelumnya. Ya, itu hanya mimpi. Tidak mungkin itu nyata. Pasti hanya mimpi."

Allana mencoba meyakinkan dirinya tentang mimpinya. Dia menatap baju yang dikenakannya. Dia bahkan masih menggunakan baju kemarin. Dia menatap jam weker di atas nakas. Sudah jam enam pagi. Dia harus berangkat lebih pagi agar tidak bertemu dengan anggota keluarganya.

Allana menuruni tangga. Dia ingin melewati sarapannya dan segera pergi ke sekolah.

"Allana?" panggil ibunya.

Allana terkejut. Dia tidak menyangka ibunya tahu dia sudah keluar kamar. Padahal dia sudah melangkah sepelan mungkin. Allana menghela nafas panjang dan mendatangi arah suara. Allana sampai di dapur dan melihat ke empat anggota keluarganya di sana.

"Kemarilah dan sarapan." kata ibunya.

"Tidak bu, Allana sedang tidak berselera. Allana akan pergi ke sekolah saja." Allana berbalik tapi belum sempat berjalan, ibunya memanggilnya lagi.

"Allana, tunggu sebentar." Allana terdiam. "Kemarilah."

Allana mendengus kesal lalu berbalik dan berjalan mendekat.

"Apa kamu tidak ingin sarapan?" tanya ibunya. Allana menggeleng. "Baiklah. Tapi kita harus bicara Allana."

"Apa tidak bisa nanti saja? Allana harus pergi sekolah bu."

"Ibu tahu. Hanya sebentar saja." bujuk ibunya. Allana terdiam. Dia sungguh tidak ingin berbicara apalagi tentang manusia serigala. "Kami ingin kamu mengenal siapa dan apa manusia serigala itu. Nanti jika kamu bisa berubah, kamu akan--"

"Aku tidak ingin menjadi manusia serigala." potong Allana cepat.

"Allana sayang, tapi kamu adalah manusia serigala."

"Apa tidak ada cara lain agar Allana tidak menjadi manusia serigala? Allana tidak mau bu, Allana tidak ingin menjadi monster!!"

"Allana... Manusia serigala bukanlah monster."

"Tidak, bagi Allana adalah monster! Kita monster ayah!! Dan Allana tidak ingin menjadi monster!!"

"Allana..."

"Sepertinya dia mulai berhalusinasi." sahut Alice.

"Aku tidak berhalusinasi. Manusia serigala memang monster. Apa kalian semua tidak sadar dengan semua yang kalian lakukan?! Kalian membunuh manusia!!!" pekik Allana.

"Astaga, ternyata dia memang sudah gila!"

"Alice.. Hentikan. Allana... Tidak ada yang membunuh disini."

"Apa ibu tidak mendengar berita tentang penemuan mayat-mayat dihutan itu? Di kota ini tidak ada binatang buas, setidaknya itu yang Allana tahu. Tapi semenjak melihat kalian bisa berubah seperti itu aku.. Aku.."

"Lalu kamu berfikir kami yang membunuh mereka?! Dasar gila!" pekik Alice.

"Alice.. Hentikan."

"Tapi bu, dia mengatakan kita pembunuh!"

"Demi tuhan Alice, adikmu hanya tidak tahu."

"Huft terserahlah. Aku tidak mau mengurusi masalah anak labil yang tidak mau menerima siapa dirinya dan keluarganya yang sebenarnya. Aku mau pergi, bertemu dengan teman-teman. Aku sudah bosan mendengar keluh kesah dia." Alice mengambil tasnya lalu beranjak pergi.

"Derek akan pergi juga, berpatroli." Derek mengambil sepotong sandwich untuk di bawanya pergi. "Santai saja adik kecil. Kamu akan terbiasa." kata Derek sambil mengacak rambut Allana lalu pergi meninggalkan mereka.

"Allana dengar, apa yang terjadi di hutan, tentang orang-orang yang mati itu. Itu semua bukan perbuatan kita. Ayah, ibumu, Derek maupun Alice. Itu perbuatan Rogue. Rogue adalah manusia serigala yang tidak memiliki pack tetap. Biasanya mereka terdiri dari orang-orang yang tidak memiliki pack, di usir dari pack sebelumnya, terasingkan, pengkhianat, semacam itu. Kelompok mereka juga tidak seperti pack manusia serigala pada umumnya. Mereka tidak memiliki alpha, beta.. Hanya pemimpin. Mereka juga selalu merusak dan membunuh."

"Jadi maksud ayah, keluarga kita tidak melakukan itu semua?"

"Tentu tidak Allana. Kami memiliki pack, bernama pack Moon Hykolt. Kita, manusia serigala, dilarang membunuh manusia atau menyakitinya. Ada peraturan yang melarangnya dan perjanjian yang di buat dengan manusia biasa agar manusia serigala tidak menunjukkan diri kita yang sebenarnya pada manusia biasa, apalagi membunuh mereka. Itu terlarang."

"Ayahmu benar sayang. Bukan kami yang melakukannya melainkan rogue, yang menyerangmu tadi malam."

"Lalu... Kenapa mereka mau menyerang Allana juga?"

"Mereka rogue Allana, itu yang mereka lakukan. Mereka tidak perduli siapapun yang ada di hadapan mereka. Mereka akan menyerang dan membunuh mereka."

"Untuk itulah kami berpatroli. Kedua kakakmu pulang untuk membantu berpatroli karena penyerangan itu."

Allana terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Allana, ibu tahu ini sulit di percaya, tapi ibu mohon untuk belajar menerimanya. Kami akan memberitahukan semuanya tentang manusia serigala, kami akan membantu kamu untuk berubah dan--"

"Kenapa Allana tidak bisa berubah?"

"Apa?"

"Kenapa Allana tidak bisa berubah? Jika memang Allana adalah manusia serigala, seharusnya Allana bisa berubah menjadi monster itu. Kenapa Allana tidak bisa? Kenapa hanya Allana?"

Pertanyaan dari Allana membuat kedua orang tuanya saling pandang sejenak.

"Itu.. Kami tidak tahu." jawab ibu Allana. Allana mengerutkan keningnya bingung.

"Manusia serigala seharusnya sudah bisa berubah saat berumur lima tahun. Tapi kamu masih belum bisa sampai sekarang. Jadi kami semua memutuskan untuk menutupi semua ini darimu sampai kamu berusia tujuh belas tahun dan kami akan mengajarimu berubah bentuk dan semuanya."

"Karena usia tujuh belas tahun adalah usia matang bagi para manusia serigala muda untuk mencari pack dan menemukan jati diri mereka, siapa mereka dan tentu saja, mate."

"Tenang saja Allana, ibu pasti akan membantumu."

"Tidak, tidak bu. Allana tidak ingin di bantu. Allana tidak ingin menjadi manusia serigala. Tidak, tidak mau."

Allana berlari meninggalkan ayah dan ibunya.

"Sepertinya dia memang tidak ingin berubah." gumam ibu Allana.

"Sabar sayang. Dia perlu waktu."

"Tapi bagaimana jika dia menolaknya? Kamu tahu ramalan itu. Bisa saja itu Allana."

"Apa kamu yakin sayang?"

"Aku... Aku tidak tahu. Tapi aku adalah anggota pack Crysort sebelumnya. Kami mantan anggota pack Crysort mulai panik, mulai mencari siapa warrior itu di antara anak-anak kami. Termasuk anak kita, Ben."

"Oh sayangku. Aku tahu, aku mengerti. Tapi kita tidak bisa memaksa Allana. Lagipula tanda di tubuhnya tidak adakan? Itu berarti warrior itu bukan Allana."

"Aku tidak tahu Ben, aku begitu resah."

Ayah Allana memeluk istrinya.

"Kita akan membujuknya bersama dan kita buktikan jika warrior itu bukan Allana dan kamu bisa tenang."

"Baiklah."

Ayah dan ibu Allana terdiam dan larut dalam pemikiran mereka.

****

Allana diam termenung saat pelajaran. Dia bingung harus bagaimana. Dia masih syok dan bahkan dia merasa takut.

"Allana..."

"Allana..."

"Allana!!"

Allana tersentak kaget. Dia menoleh pada arah suara. Hope dan Erica menatapnya bingung.

"Ada apa denganmu? Kamu baik-baik saja?" tanya Erica heran.

"Ten-tentu aku baik. Memangnya ada apa denganku?"

"Kamu melamun. Sedari tadi aku dan Hope memanggimu, kamu tidak menyahut bahkan tidak bergerak sama sekali."

"Ah.. Itu.. Aku.."

"Kamu baik-baik saja Al? Apa ada masalah?"

"Ti-tidak, tentu saja tidak."

"Tapi kamu--"

"Hai gadis-gadis." satu orang laki-laki muncul dan duduk di dekat mereka.

"Marco, dari mana saja kamu." Erica berdiri dengan berkacak pinggang dan melotot.

"Whooaa kamu menyeramkan sekali."

"Aku tidak perduli! Kamu sudah janji padaku!!"

"Iya iya, cerewet sekali. Ini."

Marco menyerahkan sebuah bingkisan pada Erica.

"Uhmm apa itu?" tanya Hope.

"Hanya titipan yang aku minta. Marco baru pulang dari New York dan aku memintanya untuk mencarikan sesuatu di sana."

Hope dan Allana mengangguk mengeri sementara Erica dan Marco hanya saling menatap dalam diam.

Satu guru masuk ke dalam ruangan kelas mereka. Semua murid kembali ke kursi mereka masing-masing. Pak George Martin, guru sejarah mereka sudah berdiri di hadapan mereka.

"Baiklah, sebelum kita memulai pelajaran, ada yang ingin bapak perkenalkan. Masuklah."

Semua murid menoleh ke pintu masuk kelas. Satu orang anak perempuan masuk. Anak perempuan itu cukup tinggi dengan rambut merah sebahu. Dia mengenakan celana kulit berwarna hitam dan baju putih berlengan panjang dan sepatu boot heels. Penampilannya tidak seperti anak sekolah. Membuat semua murid terpana melihatnya. Allana menatap heran gadis itu dan gadis iti juga menatapnya lalu tersenyum tipis. Sepertinya apa yang di cari gadis itu telah di temukan. Mata gadis itu tidak beranjak dari Allana.

"Perkenalkan dirimu." kata pak Martin.

"Namaku Gyria Lekhof. Aku pindah dari Alaska." kata Gyria dengan nada dingin dan masih menatap Allana.

"Baiklah nona Lekhof. Silahkan duduk di bangku yang kosong. Dan saya mohon, disini sekolah, bukan klub malam. Jadi berpakaian lebih rapi dan lihatlah sepatu yang kamu kenakan itu. Bapak tidak tahu bagaimana sekolahmu yang lama tapi... "

Pak Martin masih menegur Gyria tapi Gyria tidak perduli dan tidak mendengarkan. Dia hanya menatap Allana dan tersenyum.

"Aku menemukanmu."

****

tadariez

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!