"Austin, aku di sini hanya ingin mengatakan sesuatu tentang, Kakakku Airin," kata seorang gadis yang memiliki ekpersi serius didepannya, pada seorang Pria saat ini mengenakan sebuah pakaian pengantin.
Pria didepannya itu, menunjukkan ekpersi heran, lalu segera bertanya,
"Kenapa dengan Airin, Calon Istriku?"
"Kamu perlu tahu, Kakakku Airin tidak menyukai perjodohan ini, dia kira awalnya itu dengan Kakakmu, Erlan. Yahh... Bagaimana Aku mengatakannya ya, Austin kamu itu benar-benar tidak ada bandingannya jika dibandingkan dengan Kakakmu, Erlan, dia sempurna, hebat dan sangat mapan, seorang CEO. Aku sangat sedih Kakakku harus menikah dengan Pria tidak dianggap oleh Keluarganya seperti dirimu,"
Kata-kata itu jelas menimbulkan sebuah kebencian pada Pria dihadapannya itu.
Sebuah kata-kata sederhana, yang akan membawa hidup Airin kedalam sebuah neraka.
Gadis itu segera pergi, dari Ruangan mempelai laki-laki, lalu berjalan di lorong dan bertemu dengan seorang gadis yang mengenakan pakaian pengantin.
Menatap Saudara tirinya yang mengenakan pakaian pengantin yang begitu mewah dan cantik itu, jelas ada rasa kebencian mendalam pada gadis itu.
"Kak Airin, dengan kamu menikah dengan laki-laki Kaya sepertinya, jangan harap kamu bisa berbahagia. Pernikahan mu itu tidak lebih dari kesepakatan bisnis," kata gadis itu dengan nada dingin.
Airin yang mendengar suara dingin dan kebencian dari Saudara Tirinya itu, hanya bisa menahan amarahnya, dan berkata,
"Tidak, jangan bicara omong kosong, Dahlia. Aku sangat senang dengan Pernikahan ini, jelas kehidupanku setelah ini akan jauh lebih baik daripada ketika Aku di Rumah Keluarga Kartawijaya,"
"Heh? Mari lihat, apakah kamu akan bahagia,"
"Aku pasti akan bahagia," kata Airin dengan nada penuh keyakinan.
Ya, itu adalah sebuah harapan yang dimiliki oleh gadis bernama Airin Kartawijaya.
Seorang gadis yang kurang lebih dijual oleh Keluarganya untuk kepentingan Bisnis Keluarganya.
Airin sendiri tidak akan pernah mengira jika dirinya dijodohkan, namun setidaknya dengan dirinya menikah, dirinya harap dirinya akan mendapatkan kebahagiaan.
Karena hidup Airin tidak mudah di Keluarga Kartawijaya, itu berkat Ibu Tirinya dan Saudara-saudara tirinya yang membuat hidupnya seperti neraka.
Airin benar-benar sangat lelah tinggal di rumah itu, selama dua puluh dua tahun tinggal di Neraka hidup, dengan siksaan dan penghinaan dari mereka.
Namun sekarang tidak apa-apa, dirinya berhasil keluar dari rumah itu, biarkan hal-hal menyakitkan lewat.
Ya, karena Airin adalah gadis yang tegar dan kuat.
Dirinya harus mempersiapkan kehidupan barunya.
Lagipula, Pria yang akan dirinya nikahi terlihat seperti seorang Pria yang baik, memiliki wajah tampan, dan terlihat cukup sopan.
Yah, bisa dibilang ini cinta pada pandangan pertama.
Airin sangat menantikan pernikahan itu, dengan seorang Pria yang dirinya cintai.
Namun sayangnya, harapan hanyalah sebuah harapan.
Keinginan terkadang sangat berbeda dengan kenyataan.
Sudah dua tahun sejak hari pernikahan itu.
"Airin, kamu itu bagaimana? Kamu harusnya menyiapkan makanan untuk kami makan siang, namun kamu malah enak-enak malas-malasan di kamarmu itu!! Padahal kamu cuma numpang di rumah ini!! Kamu benar-benar seperti Keluargamu yang parasit itu, yang selalu menjadi lintah untuk mengeruk uang-uang dari Keluarga Castillo!!" Kata seorang wanita parubaya, yang terlihat memiliki sebuah ekspresi kemarahan ketika memasuki sebuah kamar.
"Maaf, Ibu Mertua. Aku hanya sedikit tidak enak badan jadi aku, hanya ingin istirahat sebentar,"
Wanita parubaya itu, terlihat tidak terima jawaban dari Airin, lalu segera menaiki Airin dari tempat tidurnya.
"Kamu jangan membuat banyak alasan!! Cepat sana kedapur dan bantu Para Pelayan menyiapkan Menu makan malam!!"
Ya, hai seperti itu hanyalah salah satu dari keseharian yang selalu Airin terima sejak dirinya masuk ke dalam rumah itu.
"Tapi Ibu... Kepalaku benar-benar sangat pusing,"
"Kamu itu hanya suka membuat alasan!! Dasar wanita tidak tahu diri!! Aku benar-benar menyesal putra aku satu-satunya harus menikah dengan wanita sepertimu, hah kamu bahkan tidak ada apa-apanya jika di bandingkan Istri Kakak Iparmu Sylvia itu, Hah,"
Setelah mendapatkan caci maki itu, Airin akhirnya bangun dari tempat tidurnya mencoba menahan rasa sakit yang ada di kepalanya dan segera menuju dapur.
Yah, Airin tidak pernah mengira jika hidupnya akan seperti ini, setelah keluar dari Keluarganya yang jahat, punya langsung memasuki keluarga seperti ini.
Dengan ekpersi lelah, Airin menyiapkan makan malam.
Lalu, setelah semuanya hampir siap, Airin mendegar laporan dari salah satu pelayan.
"Nyonya Airin, Tuan Muda Austin baru saja pulang apakah anda akan kesana?"
"Ya, bereskan sisanya di sini Aku akan menyapa suamiku,"
Setelah itu, Airin segera pergi dari dapur, dan menuju ke arah kamarnya, dengan membawa secangkir teh.
Ketika dirinya memasuki kamar terlihat seorang Pria yang terlihat cukup lelah sedang duduk di tempat tidur.
"Mas, Ini aku membawakan mu minuman, kamu mungkin lelah. Atau Kamu ingin aku siapkan sesuatu yang lain?"
"Letakan saja disana,"
Airin yang melihat ekpersi kesal di wajahnya Suaminya itu, segera bertanya lagi,
"Ada apa? Apakah ada hal yang buruk terjadi di kantor?"
"Itu jelas bukan urusanmu," kata Austin lagu dengan nada marah.
Airin pilih tidak bertanya dan segera meletakkan cangkir di meja.
Dirinya segera mencoba untuk membantu Austin melepaskan Jasnya.
Namun jelas itu tidak diterima dengan baik oleh Austin.
"Aku bilang padamu untuk jangan menyentuh ku!!"
Mendengar suara bentakan itu, Airin hanya bisa menahan rasa kekecewaan dan rasa sakit di hatinya.
Ya, yang membuat hari-hari nya menjadi semakin menyedihkan di rumah ini adalah sikap dingin dari Suaminya, yang selama memperlakukan nya dengan baruk, hanya mengagap pernikahan ini sebagai hal sial.
Suaminya terpaksa menerima Pernikahan ini karena ingin menuruti Kakeknya, tidak lebih dan tidak kurang.
Awalnya Airin berpikir, jika dengan seiring berjalannya waktu, suaminya akan mulai perlahan-lahan membuka hatinya.
Namun ini sudah 2 tahun berlalu namun Suaminya masih memperlakukan dirinya dengan cukup dingin.
Walaupun begitu, bagaimanapun juga, Airin tidak memiliki pilihan bahkan untuk mundur.
Uang yang Keluarganya pinjam dari Keluarga Austin jelas merupakan hal yang sangat banyak, terlebih itu atas nama dirinya.
Jika dirinya mundur, itu artinya dirinya akan masuk penjara atau harus membayar semua uang-uang itu yang dirinya juga tidak tahu bagaimana cara mengembalikannya.
Uang-uang yang bahkan dirinya tidak pernah sentuh sepeserpun.
Airin hanya bisa bertanya-tanya, kenapa semua hal menjadi seperti ini.
Ketika memikiran semua ini, kepala Airin menjadi semakin pusing, sampai Airin kehilangan keseimbangan dan menjatuhkan teh di meja memegangi kaki Austin.
"Airin!! Apa-apaan kamu ini? Kamu sengaja membuatku marah?"
"Ukhh... Maaf, Aku tidak segaja... Hanya saja kepalaku sedikit pusing,"
"Cih, melihatmu hanya membuatku semakin muak. Jelaskan semua kekacauan ini aku ingin mandi," kata Austin lagi, sambil menendang pecahan gelas di bawah, membuat semua itu menjadi semakin berantakan.
Airin hanya bisa menahan rasa sakit yang ada di kepalanya juga rasa sakit yang ada di hatinya.
Ya, ini semua karena kejadian malam itu, hidup Airin menjadi semakin buruk, perlakuan Austin menjadi semakin tidak terkendali.
####
Malam itu larut malam, Airin kebetulan terbangun dari tidurnya.
Ketika dirinya bangun, dirinya tak melihat ada suaminya di sampingnya, merasa penasaran Airin mencoba mencari keberadaan Suaminya itu.
Dirinya keluar dari kamar, berpikir mungkin suaminya sedang ke dapur?
Airin yang kebetulan merasa harus, lalu segera menuju ke arah Dapur.
Namun ternyata hal yang dirinya lihat di dapur adalah sesuatu yang tidak pernah dirinya kira.
Itu adalah adegan dimana, Suaminya saat ini memeluk Kakak Iparnya, Sylvia.
Mereka...
Apa yang mereka lakukan...
Sungguh, Airin benar-benar tidak akan pernah mengira melihat hal-hal seperti ini.
"Sylvia, Aku akan selalu ada disampingmu jadi kamu tidak perlu khawatir."
Airin melihat suaminya yang biasa bersikap dingin padanya itu tersenyum dan berkata dengan lembut.
Dari sana saja dirinya sudah bisa melihat, tatapan penuh cinta dan perhatian ini.
Ini adalah hal yang suka belakangan dirinya tahu sejak kejadian malam itu...
Dirinya mencoba untuk mengingkari hal ini, karena hal itu sangat tidak mungkin.
Tidak mungkin, Suaminya mencintai, Istri dari Kakaknya sendiri bukan?
Namun apa sekarang yang dirinya lihat?
Melihat pemandangan yang ada dihadapannya, hati Airin hancur.
Ya, hanya dirinya tahu soal bagaimana Suaminya itu, diam-diam mencintai Kakak Iparnya, sejak kejadian malam itu...
Malam pertama mereka beberapa minggu lalu, malam mereka tidur bersama pertama kalinya.
Saat itu, Suaminya memang sedikit mabuk lalu....
Ya, beberapa hal terjadi, awalnya Airin kira, Suaminya mulai memiliki rasa padanya sehingga ingin menyentuhnya.
Namun harapan hanyalah sebuah harapan, malam itu, Suaminya, memanggil nama wanita lain ketika mereka berdua melakukannya.
Dan dari semua wanita, nama Kakak Ipar Suaminya lah yang dia sebut.
Suatu malam yang harusnya menjadi kenangan indah berubah menjadi awal sebuah tragedi baru.
Dan sekarang ketika dirinya melihat mereka bersama seperti ini, hatinya menjadi semakin sakit.
Namun bagaimana di sana sikap berdua berpelukan seperti itu di tengah malam seperti ini?
CTARRR
Suara petir terlihat menyambar, sama seperti suara hati Airin yang marah.
Benar, saat ini cuaca sedang hujan, dirinya lalu baru ingat, kalau tidak salah Kakak Ipar Suaminya itu, takut petir atau sesuatu.
Namun tetap saja, memeluk Suami orang seperti itu terlihat buruk.
Benar, Kak Erlan saat ini di Luar Kota bukan?
Sungguh, kenapa mereka berdua malah seperti itu?
Namun tentu saja, Airin tidak tahan melihat itu dan segera kembali ke kamarnya.
Dirinya mencoba pikir positif, mungkin ini tidak seperti yang dirinya lihat?
Setelah semua, Kak Sylvia adalah Istri dari Kakak Suaminya, Erlan.
Itu benar, mereka berdua pasti tidak berani memiliki hubungan semacam ini terutama karena status mereka yang merupakan saudara ipar.
Namun tetap saja dirinya masih tidak tahan.
####
Hari segera berlalu dalam sekejap, seperti biasanya pagi itu, Airin tiba-tiba merasakan dirinya tidak enak badan, kepalanya menjadi pusing, dan terasa mual.
Namun tetap saja dirinya harus ke dapur untuk menyiapkan sarapan, kalau tidak nanti Ibu Mertuanya akan marah-marah lagi padanya.
Dengan tubuh tidak enak, Airin berjalan menuju dapur, Hana sudah ada beberapa pelayan yang akan membantunya untuk memasak sarapan pagi ini, tidaknya dirinya cukup berada di sini dan tidak terlalu melakukan banyak hal.
Namun tetap saja, rasanya tidak enak mencium beberapa aroma masakan.
Dan lagi, kepala Airin terasa sangat berat, rasanya dunia berguncang.
Tepat ketika Airin hampir kehilangan kesadarannya, ada seseorang yang menangkapnya.
"Airin? Kamu tidak apa-apa?"
Itu adalah suara maskulin yang ramah, dan terdengar hangat.
Di Rumah ini, hanya sedikit orang yang berbuat baik padanya.
Salah satunya, adalah Pria itu, yang juga merupakan Kakak Suaminya, yaitu Erlan Castillo.
Ya, dalam berbagai macam situasi, Kakak Iparnya itu akan menolong dan membantunya.
Menurut Airin, Kak Erlan adalah seseorang yang bisa dibilang sempurna, sudah baik, pintar, dan ramah.
Itu benar, apa pula alasan Kak Sylvia berselingkuh dari Pria sehebat Kak Erlan ini?
Jika dipikirkan ini tidak masuk akal.
Ya, jika ada masalah tentang Pernikahan Kakak Iparnya itu, ini mungkin tentang mereka berdua yang belum memiliki anak sampai sekarang, padahal mereka sudah menikah lebih dari tiga tahun.
Belakangan, Airin tahu jika mereka berdua sempat melakukan pemeriksaan dan mencoba ikut bayi tabung.
Berbeda dengan dirinya dan Suaminya Austin, yang memang dari awal pernikahan tidak pernah berhubungan, hubungan antara Kakak Iparnya Erlan dan Istrinya Sylvia harusnya baik-baik saja?
Namun, Airin juga tidak begitu mengerti soal urusan rumah tangga orang, karena mengurusi hidupnya sendiri saja sudah susah tidak ada waktu untuk memikirkan orang lain.
"Terimakasih, Kak Erlan. Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing,"
"Kalau begitu kamu beristirahatlah, nanti biar Aku meminta Istriku yang mengurus membantu sarapan, atau tidak nanti biar Para Pelayan yang mengurusinya, kamu tidak perlu terlalu memaksakan diri,"
Mendengar tawaran itu, sebenarnya Airin ingin menerimanya karena dirinya tidak tahan lagi.
"Baik, Terimakasih atas perhatiannya, Kak Erlan. Aku permisi ke kembali ke kamar,"
"Jika kamu masih merasa tidak enak badan aku nanti akan memanggilkan Dokter Keluarga. Soal sarapan, nanti biar pelayan mengantarkannya ke kamarmu, yang penting kamu istirahat yang cukup,"
Sikap ramah ini adalah sedikit dari kedamaian di Rumah ini untuk Airin.
Karena di rumah ini tidak ada orang yang benar-benar memperhatikan dirinya ataupun mencemaskannya.
Suaminya sendiri, tidak pernah peduli padanya, dan tidak mengagap dirinya sebagai Istirnya.
"Tidak usah repot-repot, ini hanya butuh istirahat,"
"Tidak, tidak. Aku melihat sejak sepertinya keadaanmu tidak begitu baik, jadi harus memanggilku dokter,"
Mendengar itu, Airin terkejut, karena Kakak Iparnya sadar soal keadaannya.
"Ya, itu panggil saja Dokter,"
Setelah jam sarapan, benar saja seorang Dokter datang ke Rumah itu, jelas ketika Dokter datang dan bilang akan memeriksa Airin, itu tidak disambut ramah oleh Ibu Mertua Airin.
"Cih, dasar wanita manja itu. Pusing biasa pakai memanggil dokter,"
Sang dokter mendapat sambutan tidak ramah itu, hanya merasa tidak nyaman, namun dirinya langsung dipersilahkan Erlan untuk segera masuk.
Airin lalu menjalani beberapa pemeriksaan oleh Dokter.
Namun hasil yang didapatkan nya cukup mengejutkan.
"Selamat Nyonya Airin, sepertinya anda hamil,"
Ketika mendengar kabar itu, Airin menjadi terteguh, antara merasa bahagia atau merasa sedih.
Dirinya tidak tahu, dengan kabar ini, Apakah Suaminya akan merasa senang?
Sejujurnya ini adalah hal yang cukup bagus.
Mungkin saja dengan keberadaan calon anak mereka, Suaminya akan mulai luluh, dan akhirnya menerima pernikahan ini, dan mencintai dirinya?
Setelah semua, yang di Cintai Suaminya adalah Kakak Iparnya, Istri dari Kakaknya, seseorang yang tidak akan pernah suaminya dapatkan.
Ketika memikiran ini, Airin memiliki pandangan positif, untuk mencoba bertahan sekali lagi.
Tepat setelah pemeriksaan itu, Airin lalu segera berbicara pada Austin soal hal ini, namun balasan dari Austin cukup menyakitkan.
"Kamu hamil? Aku tahu, kamu malam itu sengaja menjebak ku bukan? Dasar, tidak tahu diri!!"
Mendengar kata-kata itu, Airin tidak tahu harus bersikap seperti apa.
Bukankah harusnya Suaminya senang?
Namun selain Austin, Kabar itu tentu saja segera tersebar ke seluruh Keluarga.
Yang paling bersemangat soal hal ini adalah Kakek Austin.
"Airin, selamat atas kehamilanmu. Calon anakmu nanti, akan menjadi Cicit Pertamaku, ini benar-benar adalah hal yang baik. Aku sudah lama menantikan hal ini, sayangnya Cucuku Erlan nggak kunjung memiliki anak. Happy sekarang setelah mendengar ini aku juga sangat senang, karena Cucuku Austin akan memiliki seorang anak,"
Namun tentu saja, kabar bahagia itu tidak dirasakan oleh semua orang.
Sylvia saat ini disamping Erlan, menunjukkan ekspresi tidak senang.
Sylvia adalah seorang gadis yang ambisius, yang selau mengiginkan untuk melahirkan pewaris dalam Keluarga Castillo, namun dalam 3 tahun pernikahannya, dirinya tidak kujung mendapatkan kabar baik, hal-hal yang selalu membuat dirinya cemas selama pernikahan ini.
Dan sekarang, Istri Adik Iparnya hamil?
Dirinya kira mereka tidak memiliki hubungan yang baik?
Sejak kapan, Austin menyukai Istrinya itu?
Dirinya pasti sudah memastikan, Austin ada dalam genggaman nya, sehingga Austin dan Istirnya tidak akan segera memiliki anak, dan memiliki calon pewaris lebih dulu.
Hal-hal ini sungguh tidak bisa di biarkan.
Itulah yang Sylvia pikiran saat ini.
Awalnya dari sebuah Tragedi baru yang akan menimpa Airin.
Ini adalah hari yang baru, sudah beberapa minggu berlalu sejak Airin tahu dirinya hamil.
Walaupun respon dari Suaminya tidak begitu baik, namun Airin sekarang sudah tidak terlalu memikirkannya.
Airin berharap, nanti setelah anak mereka lahir, jarak antara dirinya dan suaminya juga akan berkurang.
Itu benar masih ada banyak waktu, dirinya akan melakukannya pelan-pelan.
Saat ini, Airin sedang duduk di kursi taman belakang, sambil mengelus perutnya.
Ya, bagaimanapun juga setidaknya Airin merasa belakangan ini kehidupannya menjadi cukup baik, karena kehamilanya ini, bahkan Ibu Mertuanya menjadi tidak terlalu jahat padanya lagi.
Ya, itu karena semua orang selalu menantikan Calon Pewaris di Rumah ini, bagaimanapun juga semua orang tahu soal perebutan kekuasaan di dalam Keluarga antara Austin dan Erlan.
Erlan yang menikah lebih dulu, diharapkan akan segera memiliki anak lebih dulu, dan sebagai Putra Pertama, itu akan membuat dia menjadi lebih mudah menjadi pewaris.
Namun sekarang, setelah 3 tahun pernikahannya, Erlan belum di karuniai anak, hal ini jelas menjadi sebuah masalah baru dalam keluarga, terutama dalam menentukan Pewaris.
Kekhawatiran, jika Sang Cucu pertama bisa saja tidak memiliki seorang pewaris, jelas menjadi masalah serius.
Jadi jelas, dengan kehamilanya ini, tentu akan sangat menguntungkan untuk Austin, dan pihak-pihak yang mendukungnya.
"Hmm, semoga kamu lahir dengan selamat, Mama benar-benar menantikan kelahiranmu, nak," guma Airin sambil mengelus perutnya.
Ya, dengan keberadaan anak ini, Airin sekarang tidak kesepian dan tidak lagi merasa sendirian, dirinya memiliki akan memiliki seorang anak, yang akan menemaninya nanti, untuk melewati semua hal di masa depan.
Sesuatu, yang benar-benar menjadi miliknya.
Tepat ketika Airin bersantai di teras belakang, dirinya mendengar suara keras, seperti suara sesuatu yang pecah.
Tentu saja hal itu membuat Airin kaget, Airin segera mulai berdiri dan mencari lokasi di mana suara itu berasal.
Ternyata itu berasal dari ruang keluarga.
Karena penasaran, Airin sedikit mengintip dari balik pintu, untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Yang Airin lihat, adalah Kakek Suaminya, Jonathan Castillo yang saat ini memiliki wajah yang marah.
Di depan Jonathan, ada Erlan yang berdiri disana, di lantai ada pecahan-pecahan seperti pas yang dibanting.
Airin lalu melihat, Jonatan melemparkan beberapa dokumen ke arah Erlan.
"Erlan!! Jelaskan semua dokumen-dokumen ini!! Ini semua adalah bukti bahwa kamu melakukan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan! Kamu selama ini menggelapkan dana perusahaan!!"
Erlan yang berdiri disana, tentu saja kaget ketika menatap dokumen-dokumen itu.
"Kakek, ini bukan seperti ini. Aku tidak melakukannya," kata Erlan mencoba mengelak.
Lalu, Austin yang juga ada disana bersama dengan Ayahnya, segera menambahkan,
"Lalu jika bukan kamu siapa lagi? Di sudah jelas seperti itu, benar bukan Ayah?"
"Ayah benar-benar kecewa padamu, Erlan! Kamu benar-benar membuat malu keluarga!!"
"Aku tidak melakukannya! Aku jelas difitnah! Aku tidak tahu apapun soal penggelapan itu!"
"Jelas buktinya ada,"
Jhonatan kali lagi menunjukkan kemarahan dan segera menampar Erlan.
"Kamu!! Kamu adalah cucu kesayanganku cucu kebanggaanku, namun Apa yang kamu lakukan Kamu telah menghianati kepercayaanku!! Mulai sekarang kamu akan dicopot dari posisimu, sebagai CEO!! Kamu benar-benar telah mengecewakanku!! Sekarang aku tidak ingin melihat wajahmu lagi di rumah ini!! Keluar!!"
Airin tentu saja menjadi sangat terkejut ketika mendengar kata-kata Kakek Mertuanya itu.
Dirinya tidak akan pernah mengira jika masalahnya menjadi terlalu serius, sampai-sampai Kak Erlan di copot dari posisinya?
Astaga, tapi bagaimana bisa Kak Erlan melakukan hal semacam itu?
Yang dirinya tahu, Kak Erlan sepertinya bukan sosok yang akan melakukan hal-hal tercela semacam itu.
Bahkan tanpa Kak Erlan melakukan hal-hal semacam itu, dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan, karena kehebatan dan kepintarannya.
Apakah dia di fitnah?
Airin tentu saja tidak benar-benar tahu soal kebenaran yang terjadi.
Dirinya juga tidak terlalu berani ikut campur soal masalah keluarga itu.
Jadi, Airin segera pergi dari sana, mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal itu.
####
Ya, tentu saja kabar soal Erlan yang di cobot dari jabatannya itu, menjadi hal yang sangat heboh dan menggemparkan semua orang.
Dan sekarang, selain di Rumah sedang kacau, di Perusahaan juga kacau karena tidak memiliki pemimpin.
Kabarnya akan segera di adakan rapat darurat untuk mengurus hal itu, untuk menentukan pengganti Erlan menjadi CEO Castillo Group.
Lupakan soal hal-hal di kantor, Airin tidak begitu mengerti soal apa yang terjadi.
Hanya hal yang di rumah yang Airin tahu.
Hari ini, Kakak Iparnya Erlan, dan Istrinya, Sylvia, tengah mengemasi barang-barangnya untuk bersiap pergi dari rumah ini.
Airin diam-diam melewati kamar mereka, dan melihat Erlan sempat bertengkar dengan Istrinya Sylvia.
"Erlan, kita tidak bisa keluar dari sini. Kamu harus membuktikan pada Kakekmu bahwa kamu tidak bersalah,"
"Ya, Aku jelas akan membuktikan jika aku tidak bersalah. Namun bukan berarti Aku akan tinggal di Rumah ini, Rumah dimana tidak ada orang yang percaya padaku, Aku bahkan sangat kecewa pada Kakek,"
"Kamu jangan seperti itu! Jika kita pergi, itu artinya kita mengakui kekalahan kita! Kita harus tetap tinggal di rumah ini!"
"Sylvia, kamu itu adalah Istriku! Kamu harus mengikuti apa kata Suamimu. Sekarang kamu ikut aku pergi dari rumah ini,"
Dari sana, Airin lalu melihat Sylvia yang memiliki ekspresi kesal, namun terlihat sangat tidak terima dengan keputusan suaminya itu.
Ketika melihat itu, Airin tiba-tiba entah kenapa merasa sedikit lega.
Itu artinya, dirinya dan suaminya tidak akan tinggal satu rumah dengan Sylvia lagi?
Ya, ini sebenarnya adalah hal yang bagus.
Jika Sylvia tidak di Rumah ini, artinya dia akan jarang bertemu dengan Austin.
Dan akan ada waktu nanti untuk dirinya bisa mendapatkan hati Austin, dan Austin akan melupakan Sylvia.
Yah, walaupun Airin merasa sedikit sedih juga melihat Kak Erlan pergi.
Namun toh, dirinya yakin nanti Kak Erlan akan menemukan solusi untuk masalahnya.
Dan mungkin memang lebih baik jika, Kak Erlan memutuskan pindah dari Rumah ini.
Namun sayangnya, harapan hanyalah sebuah harapan.
Sudah beberapa hari berlalu sejak kepergian Erlan dan Sylvia.
Namun, Airin tetap masih susah untuk mendekati Austin.
"Austin, Mari temani aku untuk memeriksakan kandunganku. Nanti kita bisa melihat calon bayi kita di USG secara langsung, dan bisa mendengarkan detak jantungnya. Ini benar-benar sangat baik," kata Airin dengan nada Antusias.
Namun, hal itu dijawab dengan ekspresi dingin oleh suaminya.
"Kamu bisa pergi sendiri. Hari ini aku sedang sibuk, kamu tahu sendiri aku sedang mempersiapkan untuk pengangkatanku sebagai CEO baru,"
Airin jelas saja baru mendengar berita itu,
"Kamu akan di angkat menjadi CEO? Namun bukannya rapat direksi itu belum dilakukan? Masih akan dilakukan beberapa hari lagi?"
Mendengar itu, Austin menjadi marah,
"Jadi maksudmu, Aku tidak akan diangkat menjadi CEO baru?"
"Ti ... Tidak seperti itu ..."
"Lupakan. Aku lelah berbicara denganmu. Soal pergi periksa lakukan sendiri,"
Austin lalu segera pergi kekantor.
Airin sejujurnya merasa kecewa karena dirinya harus pergi kontrol sendiri.
Namun tidak apa-apa.
Nanti juga Austin akan segera tertarik, setelah dirinya memperlihatkan hasil USG calon anak mereka.
Yah, walaupun ini masih bulan kedua.
Hari itu, Airin pergi ke dokter dengan mood baik, dan ketika melakukan pemerataan, Airin menjadi begitu semangat ketika melihat layar USG.
Ada titik kecil yang saat ini tumbuh di dalam rahimnya.
Walaupun ukurannya masih kecil, ketika Airin melihat kehidupan kecil itu, hatinya terasa sangat damai.
"Perkembangan Janin berjalan dengan baik. Nanti saya akan memberikan resep vitamin untuk Ibu,"
"Terimakasih dokter, dan untuk Print hasil USG ... "
"Ya, nanti akan kami berikan hasil USGnya untuk Ibu simpan,"
Mendengar itu, Airin menjadi sangat senang.
Dari kelas ruang piriksa, Airin sudah sangat bahagia sambil menatap calon bayinya itu.
"Masih begitu kecil, namun tumbuh dengan baik. Cepat tumbuh besar ya sayang," kata Airin sambil mengelus perutnya lagi.
Tepat ketika itu, Airin tiba-tiba merasa lapar, dan ingin makan Es Krim.
Sangat beruntung di dekat Rumah Sakit ada sebuah Cafe, yang sepertinya menjual Es Krim.
Namun ketika Airin memasuki Cafe itu, dirinya melihat pemandangan yang tidak bisa dipercaya.
Ya, Airin melihat disalah satu sudut yang cukup sepi, ada Austin suaminya dan Sylvia Istri Kakak Iparnya.
Mereka berdua terlihat duduk cukup dekat, sampai tiba-tiba Airin melihat ketika Suaminya, memeluk Sylvia, namun itu tidak hanya sekedar pelukan, mereka berciuman.
Airin hampir menjatuhkan tas yang dipegangnya, ketika melihat adegan yang tidak bisa dirinya percaya itu.
Dirinya tidak akan pernah mengira jika dua orang itu akan bertemu di luar seperti ini....
Jadi sebenarnya sejak kapan mereka memiliki hubungan?
Sejauh mana itu?
Hanya memikirkannya, membuat Airin semakin merasa sakit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!