NovelToon NovelToon

My Sweet Baby

Episode 1

Azalea Azzahra putri pertama dari keluarga yang menikah karena perjodohan singkat oleh rekan sekerja Sindy dan Jack.

Lahirnya Azalea mengajarkan Sindy dan Jack untuk menjadi orang tua yang selalu sabar dan semangat dalam membimbing anak pertamanya.

Menjadikan diri mereka sebagai panutan untuk anaknya di saat pertumbuhan Azalea.

Tentu tidak mudah bagi Sindy dan Jack, yang baru saja menjadi orang tua di usia yang terbilang muda.

"Sayang, aku ingin kita berdua mendidik anak kita dengan cara dan prinsip kita berdua dan aku ingin kamu tidak menjadi orang yang pemarah." Pinta Sindy ketika Azalea masih di dalam perutnya.

"Setiap orang tua yang marah pasti ada sebabnya, dan jika suatu saat nanti aku menjadi pemarah, itu karena ada sebabnya, kita tidak tahu bagaimana kehidupan kita kedepannya." jawab Jack.

"Iya, aku tahu itu, jika suatu saat terjadi sesuatu aku meminta dengan sangat agar kamu dapat mengendalikan emosimu, aku tidak ingin apa yang terjadi kepada ku, terjadi kepada anak kita." Sindy khawatir akan masa depan anaknya.

***

Beberapa minggu setelah pembicaraan itu, Sindy merasakan sakit perut yang tiada hentinya karena menjelang hari kelahiran anak pertamanya.

Ketika Jack sedang tidur pulas, Sindy merasa ingin pipis dan bergegas ke toilet, setelah ia menyadari pada ********** ada setitik darah sebagai tanda akan lahir anak pertamanya.

"Apa ini darah? tapi kenapa hanya ada setitik seperti mata spidol?." Sindy bertanya kebingungan ketika di dalam toilet.

Akhirnya Sindy kembali ke kamar dan membangunkan Jack yang sedang tertidur pulas.

"Sayang, bangun!!." pinta Sindy sambil menyentuh tubuh sang suami.

"Ada apa sayang?." tanya Jack dalam keadaan mata setengah terbuka.

"Ini coba lihat! ada setitik darah, tetapi tidak banyak. Apa ini tandanya??. tanya Sindy.

Saat itu Jack panik dan langsung bangun dari kasur tidurnya.

" Mana?. " sambil memandangi dalaman istrinya untuk meyakinkan kembali.

Setelah melihat dengan jelas, Jack dengan cepat keluar kamar untuk membangunkan Ibunya, karena saat itu mereka masih tinggal bersama orang tua Jack.

"Apa perut terasa sakit sayang?." tanya Jack memastikan kembali.

"Tadinya sih memang sakit, tapi itu hanya sebentar, sekarang tidak lagi." jawab nya.

Dor... Dor.. Dor..

"Bu." panggil Jack sambil mengetuk pintu kamar Ibu dan ayahnya.

Tidak lama setelah Jack mengetuk pintu kamar ibunya, ibunya keluar.

"Ada apa?." tanya mertua Sindy.

"Bu, ada darah pada dalaman Sindy." ucap Jack panik.

"Banyak ya Sin?." tanya mertuanya dengan jalan sempoyongan.

"Tidak bu, ini hanya sedikit. tapi tadi sempat sakit dan sekarang sudah tidak lagi." Sindy menceritakan apa yang dirasakannya.

"Apa sekarang kita ke rumah bidan bu, untuk jaga-jaga saja?." tanya Jack dengan perasaan panik.

"Sebentar, kita telpon dulu." sambil mengambil hp nya, mertua Sindy dengan cepat menelpon bidan kampung tersebut.

Ketika mertua nya sedang menelpon, dan memberitahu tentang gejala yang dialami Sindy, akhirnya sang bidan memutuskan untuk dijemput ke rumahnya.

"Bu, menantu saya baru saja mengeluarkan bercak merah, tetapi baru sedikit, apakah bisa ibu ke rumah sekarang?." tanya mertua Sindy sebelum pergi menjemput nya.

"Bisa-bisa. Tapi tolong jemput saya ke rumah ya!." Bidan meminta di jemput.

"Baiklah bu. Anak saya akan menjemput ibu sekarang."

Saat itu juga Jack terburu-buru menjemput Bidan tepat pukul 23.00 WIB, tetapi Sindy tidak merasakan sakit pada perutnya.

Setelah Sampai ke rumah, Bidan kampung itu memeriksa perut Sindy dengan mengelus bagian perutnya.

"Seperti nya ini memang sudah waktu nya untuk keluar. apa sering terasa sakit?." Tanya Bidan kampung ketika baru sampai.

"Tidak bu, hanya tadi saja yang terasa menyakitkan."

"Jika nanti rasa sakit nya sering, berarti sudah ada pembukaan. Nanti kita langsung ke Bidan Laila saja." Ucap Bidan kampung itu.

"Istirahat saja dulu!." pinta Jack dan mertua.

"Iya tidur saja dulu." ucap Bidan menyusul.

Kemudian Sindy dan Jack kembali masuk ke kamar untuk tidur kembali, sedang kan Bidan itu menginap di rumah.

Ketika hendak tidur, Sindy merasakan sakit kembali pada bagian perutnya, tetapi ia hanya terdiam menahan rasa sakit, karena sang suami sudah tertidur saat kepalanya menyentuh bantal.

Setiap 5 menit Sindy merasa sakit berturut-turut, selama ia merintih kesakitan, Sindy beberapa kali bolak balik ke toilet untuk pipis.

"aaaaduhh... " saat kontraksi ke sekian kali nya.

"Ada apa sayang?." Jack tersadar mendengar rintihan Sindy yang kesakitan.

Karena Jack baru 1 kali mendengar Sindy kesakitan, Jack meminta Sindy untuk tidur, berharap rasa sakit nya hilang.

"Coba tidur dulu sebentar sayang, agar sakit nya hilang." ucap Jack.

"Tidak bisa sayang, dari tadi aku sudah mencoba untuk tidur, tetapi ketika hendak tidur perut ku terasa sakit, berulang-ulang selama 5 menit sekali." jawab Sindy.

Srek....

Sindy membuka pintu kamar kembali.

"Mau kemana?." tanya Jack.

"Aku mau k toilet lagi." jawab nya dan langsung menuju toilet.

"Ada apa Sin? apa perut mu mulai terasa sakit?." tanya Bidan yang belum nyenyak tidur.

"Iya bu, sudah berapa kali perut ku sakit tetapi hanya sebentar saja."

"Sepertinya kita harus segera menemui bu Laila sekarang. takutnya nanti kamu sudah tidak mampu untuk berjalan. " Bidan khawatir .

"Pergi sekarang ya bu?." tanya mertua Sindy.

"Iya, siapkan semua yang harus di bawa, termasuk perlengkapan bayi nanti ketika lahir." pinta Bidan tersebut.

"Baiklah." mertua Sindy dan Jack segera mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan persalinan.

Saat mereka sudah bersiap, Jack, ibu Bidan, ibu dan ayah nya beserta Sindy langsung pergi ke tempat Bidan Laila.

Berangkat ke tempat Bidan Laila sudah pukul 03.25 WIB.

Sesampainya di sana, Bidan Laila bertanya tentang USG yang pernah mereka lakukan dan melihat tanggal HPL nya.

HPL nya sekitar tanggal 20 han, tetapi di tanggal 11 Sindy sudah merasakan kontraksi beberapa kali.

"Baiklah, saya cek dulu pembukaan nya ya."

"Maaf ya, boleh di lepas dulu **********!. pinta Bidan.

" Iya bu, sebentar." jawab Sindy.

"Ini sudah pembukaan 2." ketika Bidan selesai periksa pembukaan nya ternyata sudah pembukaan 2.

Sindy merasa cemas dan takut, pikirannya tidak karuan, takut akan terjadi sesuatu kepada dirinya dan si bayi.

Batin Sindy "Ya Allah selamatkanlah bayi yang ada dalam kandungan ini ya Allah."

Ibu mertua, ayah mertua dan suaminya menunggu Sindy di ruang persalinan sampai waktu adzan Subuh tiba, Sindy belum juga melahirkan.

"Sayang, aku pulang dulu ya sebentar, aku ingin shalat, nanti aku kembali lagi." pamit Jack.

"Baiklah, jangan lama-lama ya!." pinta Sindy yang ketakutan jika tidak di dampingi sang suami.

Secepat nya Jack pulang untuk melaksanakan shalat subuh dan meminta kepada Allah untuk memberikan keselamatan kepada istri dan bayinya.

Jika masih banyak kesalahan dari Author mohon masukan nya🙏 jangan lupa untuk dukung dengan cara like, komen, dan Vote karya author biar author tambah semangat Up nya🥰

Episode 2

Setelah beberapa menit Jack pulang, ia memutuskan untuk kembali lagi menghampiri Sindy yang saat itu masih menahan rasa sakitnya.

Jack kemudian masuk ke ruang persalinan untuk mendampingi Sindy kembali dan berada di atas kepala Sindy sambil memegang tangan nya yang sedang kesakitan dan berusaha agar tidak operasi caesar.

"Istighfar sayang." Jack membisikkan ke telinga Sindy.

Batin Sindy, " Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astaghfirullah, Ya Allah selamatkan lah bayi kami." sambil mengelus perut nya sendiri dengan mata berkaca-kaca.

Pada pukul 6 pagi, Bidan datang kembali ke ruang persalinan untuk memantau perkembangan, apakah ada pembukaan lagi.

"Saya periksa lagi ya, jangan tegang ya kak, rilex." sambil tersenyum dan memasang sarung tangan sambil mengoles kan obat pelicin mungkin ya. ups.

"Iya bu." jawab Sindy dengan posisi kaki terbuka.

Setelah di periksa kembali, ternyata sudah ada pembukaan lagi.

"Sekarang sudah pembukaan 5 ya kak, sarapan dulu ya kak biar ada tenaga nya, biar sedikit saja." Pinta bidan nya.

"Ngak selera bu. Saya mau minum saja." sambil menoleh kepada suaminya.

"Ini minum dulu." Jack dengan cepat menanggapi permintaan Sindy.

"Tapi nanti coba untuk sarapan ya, biar sedikit!." pinta Bidan Laila karena melihat kondisi Sindy sudah lemah.

"Iya bu."

"Coba deh pak nanti belikan makanan untuk istrinya sarapan, biar ada tenaga ketika hendak ngedan nanti." Pinta Bidan kembali.

"Iya bu."

"Sayang aku beli sarapan dulu ya sebentar." pamit Jack.

" iya." jawab Sindy dengan pelan.

Bidan kampung yang mendampinginya saat di rumah membantu mengelus perut Sindy untuk meringankan rasa sakitnya kontraksi.

Pinggul Sindy terasa sakit luar biasa, karena ini adalah pengalaman pertama nya melahirkan seorang anak.

***

"Ini di makan dulu sayang." ketika Jack datang dan langsung meminta Sindy untuk sarapan.

"Nanti saja, belum selera makan."

"Makan sedikit saja dulu, biar tidak lemas." ucap Bidan kampung yang mendampingi dari awal.

"makan saja sedikit Sindy!." ucap mertua Sindy menyusul.

Ibu mertua Sindy juga ikut mengatakan hal yang sama kepada nya, dan akhirnya Sindy mau sarapan dengan beberapa suap saja.

Batin Sindy, "Seandainya ada ibuku di sini."

Seketika air mata Sindy menetes, sehingga semua yang ada di ruangan itu mengira Sindy tidak tahan dengan rasa sakitnya.

Padahal Sindy sedih karena Ibu kandungnya tidak hadir menemaninya, selain suaminya.

"Kenapa? apa yang sakit." tanya Bidan ketika menyadari air mata Sindy menetes.

"Tidak." jawab Sindy singkat.

"Ada apa sayang, katakan di mana yang sakit?." Jack kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama dengan Bidan tersebut.

"Ibu." sambil meneteskan air mata.

"Ibu? aku akan menghubungi ibu lagi ya, sebentar." ucap Jack dan keluar untuk menelpon Mertua Jack.

Tut... Tut... Tut..

"Iya hallo." jawab Ibu kandung Sindy.

Sebelum di telpon sang ibu sudah mengetahui bahwa Sindy sudah akan melahirkan.

"Hallo bu, saya mau mengabari bahwa Sindy sekarang sudah pembukaan 5, barusan Sindy memanggil-manggil ibu dan meneteskan air mata bu."

Jack berharap sang mertua segera menemui Sindy dan menemaninya selama ia melahirkan.

"Oh sudah pembukaan 5 ya. Ibu tunggu ayahmu dulu ya, soalnya sekarang ayah mu tidak di rumah, semoga nanti ibu sempat ke sana sebelum Sindy melahirkan."

Ibu Sindy sangat khawatir akan keselamatan Sindy dan cucu nya, ia bingung dengan cara apa ia akan pergi menemui Sindy.

Sedangkan sang ayah tidak merespon sama sekali, apakah mereka akan pergi bersama atau Tidak.

Ibu Sindy termenung, bingung akan bagaimana cara sampai ke tempat dimana anaknya berjuang.

Di saat Ibunya termenung, kakak Sindy melihat dan langsung meminta ibunya pergi menemui Sindy.

"Ibu kenapa di situ? Kenapa belum berangkat?." tanya Kakak Sindy.

"Mau berangkat dengan siapa? ayah mu seperti nya tidak mau pergi." kawan sang ibu.

"Bawa saja motor yang di gunakan ayah, jika dia tidak mau biar ibu dg adik saja berangkat. kasian Sindy sekarang sedang berjuang sendiri. ia perlu ibu di samping nya."

"Cepat lah bersiap! bawa ibu pergi menemui kakak mu Sindy." ucap nya kepada sang adik.

"Iya."

"Bang, sebentar lagi kami ke sana, bisa share lokasi nya ya bang." pinta sang adik yang akan mengantar ibunya kepada Sindy.

"Baiklah dik, kalian hati-hati di jalan." sambil mengirimkan lokasi keberadaannya.

Ibu dan adiknya segera berangkat, meskipun saat di perjalanan mereka kesulitan mencari tempat Sindy melahirkan, untungnya ayah mertua Sindy sigap dan tetap menunggu di depan sambil melihat ke arah jalan, khawatir besannya akan melewati polindes nya.

Setelah mendapat kabar bahwa ibu nya akan pergi, jack langsung memberitahu Sindy agar ia tidak sedih lagi.

"Sekarang ibu sudah dalam perjalanan menuju ke sini, jangan sedih lagi ya." ucap jack kepada Sindy.

"Benarkah? ibu akan datang?." Sindy sangat terharu mendengar kabar itu.

Ia sangat berharap ibunya segera datang dan duduk di samping nya.

Permisi...

Seorang Bidan pembantu datang untuk memeriksa perkembangannya kembali.

"Maaf ya kak, sekarang kita cek lagi ya, di buka sedikit ya kak." Bidan pembantu itu meminta Sindy membuka kedua kakinya.

"Iya kak.

"Belum ada pembukaan lagi kak. Coba kakak mandi saja dulu kak, siapa tahu nanti pembukaannya.

" Iya bu."

"Sayang gimana mau mandi ya, kita tidak membawa handuk dan peralatan lainnya untuk mandi." tanya Sindy.

"Gunakan kain ini saja." sambil menunjukan kain untuk bersalin yang ada di dekatnya.

"Nanti basah" Sindy menolak.

"Tidak masalah, yang penting mandi dulu saja biar cepat ada pembukaan nya."

"Mandi saja Sin, nanti ibu ambil kan kain yang lain di rumah." ucap Ibu mertua Sindy menyusul.

"Ya sudah kalau begitu." Sindy langsung menuju kamar mandi.

"Sayang jangan di kunci pintu nya." ucap jack khawatir akan terjadi sesuatu jika sampai di kunci ia akan kesulitan menolong nya.

Ketika sedang mandi Sindy merasa sangat kesakitan, kontraksi yang kesekian kalinya datang di saat ia sedang menyiram seluruh tubuh nya.

"Aaaaa.... saaaakit... sayang." ucap Sindy dan tidak dapat bergerak menahannya.

"Selesaikan dulu mandi nya dan cepat keluar, masih bisa bergerak tidak?." tanya jack.

Seketika rasa sakit itu pun hilang dan segera Sindy mengakhiri mandi nya, tanpa sampo dan tanpa sabun ia segera selesaikan.

Dan kebetulan disaat ia selesai, Ibu mertuanya datang membawakan kain dan handuk yang di perlukan Sindy.

"Sudah selesai mandi ya?." tanya ibu mertua kepada Jack sambil menyerahkan kainnya.

"Ini baru saja selesai bu." jack langsung mengambil kain itu di tangan ibu nya dan menyerahkan nya kepada Sindy.

"Terimakasih bu."

"Iya."

Setelah Sindy keluar dari kamar mandi, Sindy mencoba untuk berjalan semampu yang ia bisa untuk mempercepat proses lahirannya.

Berharap dalam beberapa menit kedepan ia bisa melahirkan tanpa kendala apapun.

Tidak sampai 10 menit Sindy berjalan, tetapi air ketubannya pecah dan ia merasa panik beserta suami yang saat itu juga ikut panik.

"Berhenti di sini sayang, sebentar aku panggil Bidan nya."

Pada saat itu di ruang tidak ada orang lain selain jack dan Sindy, semua orang termasuk Bidan menunggu di luar, karena menurut mereka pembukaan nya baru 4 jadi kemungkinan masih lama.

"Bu... Bu... air ketuban nya pecah." ucap jack sangat panik.

Bidan kampung dengan cepat menghampiri nya di ruang tersebut dan mengambil pel untuk membersihkan lantai yang terkena air ketuban.

Saat itu juga Sindy sudah tidak bisa bergerak, dan hanya bisa terbaring menahan rasa sakit.

Jika masih banyak kesalahan dari Author mohon masukan nya🙏 jangan lupa untuk dukung dengan cara like, komen, dan Vote karya author biar author tambah semangat Up nya🥰

Episode 3

"Carilah posisi ternyaman, dan berbaring lah Sin!." ucap Bidan kampung mengarahkan Sindy.

Akhirnya Sindy memutuskan untuk terbaring, tetapi ia tetap merasa tidak nyaman dengan posisi baring nya.

"Baringlah sayang." Pinta jack menyusul.

Sindy terdiam dan berbalik ke arah kiri dan kanan, tetapi ia belum mendapatkan posisi ternyamannya.

Ketika sedang asik mencari posisi itu, Tiba-tiba Sindy merintih kesakitan dan terasa ingin ngedan.

Tetapi itu hanyalah sebuah pengantar pendek sehingga ia harus menahan rasa sakit nya lagi.

Setelah rasa sakit itu hilang, Sindy merasa ngantuk dan ingin tidur, tetapi jack panik melihat Sindy memejamkan mata, sedangkan Bidan terlihat biasa saja.

"Eh, kenapa tidur?." jack menyentuh pipi Sindy khawatir akan terjadi sesuatu pada bayi dan istrinya.

Lalu Sindy membuka mata karena sang suami menyentuh pipinya.

"Tidak apa jack, itu biasa. Biarkan saja ia tidur dulu." ucap Bidan.

Setiap Sindy merasa ngantuk dan ingin tertidur, Lagi-lagi rasa sakit itu datang.

"aaaaaaaa......" dengan suara yang sangat serak dan mengantuk, Sindy bergerak dengan posisi tangan di perut.

Dengan cepat Bidan mengelus pinggul nya, untuk mengurangi rasa sakit nya.

"Aaaaaa... rasa nya aku ingin BAB." Sindy merasa ingin buang air besar tetapi ia tidak bisa bergerak sama sekali, karena tubuh nya sangat lemah.

"Keluarkan saja di sini, tidak apa!." ucap Bidan.

Sindy terasa ingin ngedan seperti ingin BAB, tetapi itu hanyalah kontraksi singkat.

Setelah rasa sakit itu hilang, Bidan mengecek kembali, karena sudah berapa kali Sindy kesakitan.

"Saya cek lagi ya kak." Sudah jam 12.00 Siang tetapi Sindy belum juga melahirkan.

"Ini sudah pembukaan 7 ya kak, semangat ya!." ucap Bidan pembantu.

Bidan juga mengecek tekanan darah Sindy yang begitu rendah.

"Kak kita pasang infus ya kak." Bidan memutuskan untuk memberikan infus kepada Sindy karena kondisinya sangat lemah, tekanan darahnya juga rendah.

"Kita pasang infus ya pak?." Bidan kembali bertanya kepada Jack.

"Lakukan saja yang terbaik bu." jawab jack dengan mata yang memerah karena kurang tidur.

Akhirnya infus pun di pasang, tetapi beberapa kali Bidan mencoba memasangkan infus selalu gagal.

Sampai ke 3 kalinya baru mereka berhasil memasangkan infus pada tangan Sindy.

Semakin ke sini Sindy ingin mengedan, ia tetap berusaha ngedan sampai terasa sesak.

"Sin! kalau rasa nya ada dorongan di dalam perut mu, coba jangan di paksa ngedan, karena nafas kamu sepertinya pendek, kamu atur saja nafas sampai ada pengantar yang panjang baru ngedan sekuatnya."

"Soalnya kalau dipaksakan ngedan terus, bisa-bisa nanti nafasnya tidak panjang ketika bayi mendorong." ucap Bidan Laila.

Sindy mengikuti arahan Bidan, sampai lah tiba waktu akan shalat ashar.

"Tarik nafas!!! lepaskan?!!!. ucap jack membisikkan ke telinga Sindy.

" aaa begitu sudah benar, lanjut terus ya..!! sampai terasa ingin ngedan lagi." ucap Bidan nya yang memperhatikan pasiennya.

Setelah adzan ashar selesai di kumandangkan, Sakit perut yang sangat luar biasa.

"Ayo semangat Sin, semua tergantung di kamu ya. Ini kepala nya sudah kelihatan." beberapa Bidan semua mendekati Sindy untuk membantu persalinannya.

Di posisi paling atas tepat di atas kepala Sindy, Jack yang tiada henti memberi semangat kepada nya.

Ibu, ayah, ibu mertua dan ayah mertua berada di luar ruangan. Berharap semua akan selamat.

"Ayo semangat lagi.." ucap Bidan Laila.

"Bu sambil di sentuh ****** nya." pinta Laila untuk merangsang agar bayi cepat keluar.

Sindy berhenti mengatur nafas kembali karena merasa tidak mampu sedangkan semua Bidan selalu mengingatkan dan memberi semangat agar Sindy tidak putus asa.

"Semangat sayang, kamu pasti bisa." jack membisikkan ke telinga Sindy dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ya Allah selamatkan lah anak kami." Sindy hanya berpikir untuk keselamatan anaknya dan berpikir bahwa umur nya sudah tidak lama lagi jika sampai ia menyerah.

Sambil mengecek tekanan darah, Bidan Laila menelpon dokter kandungan agar segera datang untuk membantu mereka.

Jika dalam waktu setengah jam bayi belum keluar, terpaksa Sindy akan di bawa ke rumah sakit besar untuk dilakukan operasi caesar.

Batin Sindy, "Ya Allah bantu aku ya allah."

Tidak berhenti Sindy beristighfar agar segera sesuatunya di permudah dan di ijabah oleh Allah SWT.

Tidak lama setelah itu, akhirnya pengantar/dorongan dari si bayi sangat panjang, sehingga Sindy bisa melalui nya.

"Sedikit lagi Sin, teriak saja! tidak apa." ucap Laila.

Tanpa menunggu lama, Sindy berteriak sekencang-kencangnya.

"aaaa...aaaa.........." Teriak Sindy sambil ngedan

"Oek... Oek... Oek... " bayi pun keluar.

"Alhamdulillah." ucap Jack dan semua keluarga yang berada di luar ruangan.

"Keluar saja dulu jack!." Bidan Laila melihat bahwa mata jack sedang menahan air mata terharu setelah mendengar tangisan putri pertama mereka.

Semua orang yang tegang berubah menjadi tenang setelah mendengar tangisan bayi.

Jack menangis tersedu-sedu tanpa sepengetahuan istrinya, terharu melihat perjuangan istrinya selama 12 jam menahan rasa sakit.

Ketika Bidan pembantu membersihkan tubuh si bayi, Ibu nya Sindy pun baru datang.

"Sebentar ya Sin, saya harus menjahit kemaluanmu, karena tadi ketika kamu ngeden dengan cara yang salah, jadi sobek sedikit.".

" Iya bu, sakit ngak bu?." Ups, Sindy sempat-sempatnya bertanya tentang rasa sakit ketika di jahit.

"Tidak, kamu gigit kain saja, untuk jaga-jaga." pinta Bidan .

Sambil menggigit kain, Sindy memandang putri nya yang sedang di bersihkan dan di bedong dengan kain yang sudah di siapkannya.

"Sebentar ya sayang." ucap Jack yang ingin menghampiri si bayi karena sudah selesai di bersihkan.

***

Jack adzan dengan suara pelan tepat di telinga bayi.

Allahu akbar Allahu akbar 2x

Asyadu al La ilaha illallah 2x

Asyadu Anna muhamadar Rasulullah 2x

Haiya alaas solaah 2x

Haiya Alaal faalah 2x

Allahu akbar Allahu akbar

La ilaaha illallah

***

Kemudian Jack mencium wajah putri nya dan memandangi nya.

Batin Jack, "Terimakasih ya Allah, Engkau telah memberikan keselamatan dan kesehatan untuk istri dan anakku."

"Terima kasih karena sudah berjuang sayang." kecup pipi bayi.

Kemudian semua keluarga masuk untuk melihat bayi mereka, dan ibu kandung Sindy menghampiri Sindy.

"Ibu." ucap Sindy sambil tersenyum melihat kedatangan ibunya.

"Iya, bagaimana keadaan mu?." tanya ibunya kepada Sindy yang sedang terbaring lantai tepat di posisi ia melahirkan.

"Alhamdulillah lega bu, tapi aku tidak bisa bangun, rasa nya seluruh badan ku berat."

"Istirahat saja dulu, kamu sudah makan apa belum?." tanya ibunya.

"Tapi makan sedikit, tapi rasanya ini memang lapar banget bu." jawab Sindy karena kehabisan tenaga selama proses melahirkan.

"Iya ibu mengerti, sebentar."

"Jack, apa ada makanan untuk Sindy, biar lauk telur saja dulu." pinta sang ibu.

"Oh iya bu sebentar." Jack keluar mengambil rantang makanan yang sudah mertua nya siapkan dari rumah.

"Ini bu makanannya."

Dengan sangat lahap Sindy makan sambil di suapin ibu nya sendiri, senyumnya lebar sekali.

Jika masih banyak kesalahan dari Author mohon masukan nya🙏 jangan lupa untuk dukung dengan cara like, komen, dan Vote karya author biar author tambah semangat Up nya🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!