"Mmhhh.."
Galen tak henti-hentinya mencumbu tiap inci punggung terbuka Tiara yang saat ini tengah berbaring di bawahnya.
Sentuhan lidah serta jari jemari Galen di tubuhnya, membuat Tiara tak mampu berbuat apapun. Ia hanya bisa pasrah menerima semuanya.
"Desa-han yang manis, aku suka!" puji Galen yang kini telah berada di cuping telinga Tiara.
Dengan cepat Galen membalikkan tubuh Tiara hingga menghadap ke arahnya, tanpa basa-basi lagi ia pun melakukan penyatuan dalam sekali hentak hingga membuat Tiara memekik keras.
"Aaaakkkhh!!"
•
•
Tiara Maharani, mahasiswi cantik yang menjalani magang di sebuah perusahaan besar yang tengah naik daun. Ia baru berusia 20 tahun, dihadiahi paras cantik membuatnya kerap kali menjadi incaran para lelaki di sekitarnya.
Sudah hampir tiga bulan Tiara magang di perusahaan milik Galen, seorang ceo muda yang tampan dan memikat cukup banyak wanita itu.
Sejak pertemuan pertamanya dengan Galen, wanita itu langsung dibuat takjub sebab Galen memiliki sifat yang blak-blakan dan tidak tahu malu dimana pun mereka berada.
Galen menyatakan perasaannya pada Tiara saat gadis itu muncul di hadapannya, dan hingga kini mereka masih menjalin hubungan ranjang yang sangat panas dan mesra.
Hampir setiap malam Galen membawa Tiara ke kediamannya, tentu saja mereka melakukan hal panas sesuai permintaan Galen.
Tiara memang tak bisa menolak, kekuatan Galen jauh di atasnya dan Tiara pun tahu bahwa dia hanyalah seorang karyawan yang harus menuruti setiap perintah atasannya.
"Tiara!" panggil Galen dengan suara kerasnya, Tiara menoleh karena itu.
"Ya pak bos, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Tiara dengan formal.
"Kamu gak perlu bersikap formal begitu lah di depan saya Tiara, kamu lupa semalam kita habis berhubungan panas sampai pagi?" ucap Galen.
Tiara sontak bergidik saat Galen merengkuh pinggang nya dan mengecup ceruk lehernya.
"Pak, ini di kantor," peringat Tiara.
Namun Galen tak perduli dengan itu, ia malah semakin berani bergerak intim dan mendorong tubuh Tiara sampai ke tembok.
Sesaat kemudian bibir mereka sudah saling menyatu dan melu-mat satu sama lain, Galen menelusupkan lidahnya secara tergesa-gesa.
"Ehem ehem.." suara deheman tersebut membuyarkan momen panas itu, mereka tersentak dan langsung mengakhiri ciuman tersebut.
"Pak Galen, kalau anda sedang bergairah, sebaiknya segera pergi ke ruangan anda atau paling tidak toilet di kantor ini. Apa anda tidak malu jika karyawan anda melihat hal barusan?" ucap seorang pria tua berambut putih.
"Itu bukan urusan anda, tuan Aslan yang terhormat," singkat Galen.
"Ya memang bukan, tapi pasti anda tidak mau kan dipandang buruk oleh orang-orang disini? Apalagi jika ada klien atau investor yang melihat, mereka bisa saja menarik semuanya," ucap pria itu.
"Sudahlah, anda lebih baik pergi! Anda tidak punya urusan lagi kan disini? Cepatlah pergi dan jangan ganggu saya!" kesal Galen.
"Baiklah pak Galen yang terhormat,"
Akhirnya pria bernama Aslan itu memutuskan pergi, membuat Galen merasa lega namun tidak lagi bergairah untuk melanjutkan kegiatannya dengan Tiara.
Galen bahkan melepaskan Tiara begitu saja, gadis itu pun terheran-heran dibuatnya.
"Saya kan udah bilang tadi pak, kita di kantor dan bahaya kalau ada yang lihat. Eh bapak malah gak mau dengerin saya," ujar Tiara.
"Diam kamu Tiara! Kamu gak ada hak untuk nasehati saya!" sentak Galen.
Seketika Tiara menunduk takut, sedangkan Galen pergi meninggalkannya dengan ekspresi kesal.
•
•
Waktu kerja telah usai, Tiara beserta teman-temannya tengah bersiap untuk pulang. Namun, tiba-tiba saja Galen muncul di hadapannya dan memberi kode pada Tiara dengan mengedipkan matanya.
Seolah mengerti apa yang dimaksud Galen, Tiara mengangguk kecil sambil mempercepat membereskan barang-barang nya.
"Eh Tiara, kelihatannya lu makin deket aja sama pak bos. Kalian jangan-jangan udah pacaran ya?" ucap Mimin, salah seorang teman Tiara yang juga bekerja disana.
"Bicara apa sih lu? Gue tuh cuma diminta bantuin pak Galen aja, gak ada yang lain. Lagian mana mungkin juga pak Galen mau jadiin gue pacar?" ucap Tiara.
"Ohh, tapi mungkin aja kali. Soalnya nih ya, gue lihat-lihat tuh pak Galen selalu tatap lu dengan tatapan dalam tau. Bisa aja dia jatuh cinta sama lu kan?" ujar Mimin.
"Gak lah, gak mungkin!" ujar Tiara.
"Yeh daritadi bilangnya gak mungkin mulu, awas loh kalo beneran jadian sama pak Galen! Gue bakal minta traktir satu bulan full," ucap Mimin.
"Hahaha, terserah lu aja deh Min!" kekeh Tiara.
Tiara memilih tak menanggapi ucapan Mimin, menurutnya juga tidak mungkin Galen memiliki rasa padanya, karena yang ia tahu Galen hanya menyukai tubuhnya.
"Eee gue duluan ya Min? Sampe ketemu besok!" pamit Tiara.
"Oke Ra! Enak ye pulang pergi bareng sama si bos," ujar Mimin.
"Hehe, ada enak gak enaknya Min," ucap Tiara yang membuat Mimin bingung.
"Apanya yang gak enak coba? Perasaan enak-enak aja dapet tumpangan gratis," ucap Mimin.
"Kata siapa gratis? Gue harus bayar tau ke dia," ucap Tiara.
"Hah masa sih??" kaget Mimin.
"Ya gitu deh," ujar Tiara.
Mimin masih melongok bingung memikirkan ucapan Tiara, sedangkan Tiara sendiri langsung beranjak pergi dengan membawa tasnya.
"Dia bayar? Sama aja kayak naik taksi dong?" gumam Mimin.
•
•
"Pak, saya disini!" Tiara memanggil Galen yang terlihat tengah celingak-celinguk mencari keberadaannya.
Sontak Galen menoleh ke arahnya, ia mengulum senyum dan Tiara pun mendekatinya.
"Maaf pak saya lama! Tadi teman saya Mimin banyak tanya-tanya tentang kita, dia kayaknya udah mulai penasaran deh pak," ucap Tiara.
"Tiara, saya kan udah bilang sama kamu. Kalau kita lagi berduaan kayak gini, kamu cukup panggil nama saya!" ucap Galen.
"Eee iya maksudnya Galen," ucap Tiara.
"Good girl!" puji Galen seraya mengusap puncak kepala Tiara.
"Lalu, bagaimana dengan Mimin yang penasaran itu? Kalau dia tahu semuanya gimana Len?" tanya Tiara.
"Kamu gak perlu panik! Saya bisa atur semuanya kok, sekarang ayo kita kembali ke mansion!" jawab Galen dengan santai.
"Iya pak,"
"Tuh kan pak lagi,"
"Eh iya lupa, abisnya saya ngerasa gak sopan kalo cuma panggil nama. Ditambahin mas boleh gak?" Tiara meminta izin pada Galen.
"Oh boleh, saya justru lebih suka dipanggil begitu," jawab Galen.
"Oke mas Galen!" ucap Tiara dengan jari membentuk huruf 'o'.
Tanpa diduga, Galen menggandeng tangan Tiara dan membawa wanita itu menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan kantor.
Tiara hanya bisa terdiam, ia sungguh tak menyangka Galen mau menggandeng nya seperti ini.
"Masuk!" suruh Galen sembari membuka pintu untuk Tiara.
"Terimakasih mas!" balas Tiara, ia pun masuk ke dalam mobil itu dengan kedua mata terus mengarah ke wajah Galen.
"Duh, perasaan apa ini? Lo harus sadar Tiara, lo itu cuma partner ranjang pak Galen! Gak mungkin lo bisa dapetin cintanya!" gumam Tiara dalam hati.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Flashback
Pagi itu, Tiara dan teman-temannya baru menyelesaikan kuliah mereka. Hingga tiba-tiba Tiara mendapat notif di hp nya yang membuatnya sangat bahagia.
"Yes gue diterima!" Tiara reflek berteriak cukup keras sembari mengepalkan tangannya.
Sontak itu membuat Lala dan juga Janis terkejut bukan main, mereka berdua spontan menatap Tiara dengan keheranan.
"Eh Tiara, lu kenapa sih? Lu diterima apa?" tanya Lala dengan wajah penasaran.
"Eee ini loh guys, kalian ingat kan gue pernah coba lamar pekerjaan di sebuah perusahaan gitu? Nah, gue tuh diterima kerja disana. Tapi, gue harus lewati masa percobaan dulu tiga bulan. Kalau bagus, ya gue boleh lanjut," jawab Tiara.
"Kalau enggak bagus?" tanya Janis spontan.
"Ish, jangan ngomong gitu dong Jan! Kalian doain yang terbaik dong buat gue! Kan kalian tahu gue butuh uang buat biaya adik gue," ujar Tiara.
"Iya iya Tiara, kita berdua pasti doain supaya lu bisa keterima di perusahaan itu dan bisa biayai pengobatan adik lu yang lagi sakit!" ucap Lala.
"Aamiin aamiin! Thanks banget ya! Kalian berdua emang sahabat gue paling baik deh!" ucap Tiara langsung memeluk kedua sohibnya itu.
"Iya dong, kita kan best friend forever. Lo yang semangat ya Tiara!" ucap Tiara.
"Betul tuh! Jangan sungkan-sungkan buat minta bantuan kita kalau lu butuh, kita akan selalu ada buat lu!" timpal Janis.
"Wih tumben omongan lu bener," cibir Lala.
"Yeh gue mah emang selalu bener kali," ujar Janis.
"Hahaha, udah udah gausah ribut! Yuk kita lanjut ngobrol di kantin!" ajak Tiara.
"Wah kayaknya ada yang mau traktir kita nih La," sarkas Janis.
"Dih enggak lah, gue mana ada duit buat traktir kalian? Gue cuma ngajak bukan mau traktir, soal makan minum mah bayar sendiri-sendiri," ucap Tiara.
"Hehehe, iya Tiara kita ngerti kok. Tadi gue cuma bercanda aja selow," ucap Janis.
"Omongan si Janis mah gausah ditanggapi Ra, dia kan orangnya begitu!" cibir Lala.
"Begitu gimana maksud lu, ha?" protes Janis.
"Ya begitu pokoknya," ucap Lala.
"Huh sialan lu!" kesal Janis.
"Hey, udah lah jangan ribut terus! Kalian mau pada ke kantin atau disini aja nih?" ujar Tiara.
"Kantin lah!" jawab Lala dan Janis bersamaan.
"Nah gitu dong kompak, yaudah ayo kita ke kantin!" ucap Tiara.
"Gas!"
Ketiga gadis itu pun melangkah bersamaan menuju kantin dengan riang gembira, Tiara sangat senang dan bersyukur karena ia dapat diterima bekerja di perusahaan besar meski harus menjalani masa-masa percobaan.
•
•
Singkat cerita, Tiara telah tiba di perusahaan tempat dia akan magang.
"Nah Tiara, ini Mimin. Dia karyawan senior disini, dan dia akan bantu kamu selama menjalani waktu magang di kantor ini. Kalau ada kesulitan, kamu bisa tanya sama dia!" ucap pak Gibran.
"Ohh, iya baik pak!" ucap Tiara.
"Yasudah, kalian kenalan dulu!" pinta Gibran.
"Eee aku Tiara," ucap Tiara mengenalkan diri terlebih dahulu sembari menyodorkan tangan ke arah wanita bernama Mimin.
"Aku Mimin, jangan kaku gitu lah Tiara! Santai aja!" balas Mimin menjabat tangan Tiara.
Tiara pun tersenyum lega, rupanya Mimin tidak seperti yang dia bayangkan sebelumnya.
"Bagus! Saya harap kalian dapat bekerjasama dengan baik ya! Kalau begitu saya permisi dulu, selamat bekerja!" ucap Gibran.
"Iya pak," ucap Mimin dan Tiara.
Gibran pun pergi meninggalkan kedua wanita itu, Mimin tersenyum lalu mendekati Tiara dan merangkulnya.
"Disini kamu gausah malu-malu gitu Tiara! Aku yakin kamu pasti betah deh, soalnya orang disini itu asyik-asyik dan gak pada kaku! Kamu pasti bisa dapat banyak teman!" ucap Mimin.
"Oh ya? Contohnya seperti kak Mimin ini ya?" ucap Tiara berusaha menenangkan diri.
"Eh gak perlu panggil kak, jarak usia kita cuma dua tahun. Kamu 20 kan?" ucap Mimin dan Tiara hanya mengangguk.
"Nah, aku tahun ini masuk 23. Jadi, gak perlu lah kamu panggil aku pake kak segala, cukup Mimin aja!" sambungnya.
"Wah hebat ya, kamu baru 23 tahun tapi udah jadi karyawan tetap disini!" puji Tiara.
"Ah biasa aja gak terlalu hebat, malahan bos kita lebih hebat lagi. Dia seumuran sama aku, dan dia udah bisa pimpin perusahaan sebesar ini," ucap Mimin.
"Yang bener? Hebat banget ya dia!" kaget Tiara.
"Ya gitu deh, namanya juga lulusan Amerika. Gausah kaget, orang kaya mah begitu!" ucap Mimin sambil tersenyum.
"Hahaha, btw nama bos kita itu siapa?" tanya Tiara penasaran.
"Eee namanya..."
"Mimin!" suara pria tiba-tiba muncul mengagetkan keduanya.
"Eh lu sama siapa tuh? Cakep amat!" ujar si pria.
"Yeh gak bisa ngeliat yang bening sedikit ya lu! Ini tuh Tiara, dia karyawan magang disini. Gue diminta pak Gibran buat bantu-bantu dia," ucap Mimin.
"Ohh, kenalin gue Edwin!" pria itu langsung mengenalkan diri pada Tiara.
"Halo kak! Aku Tiara," balas Tiara seraya menjabat tangan Edwin.
Edwin tersenyum lebar dan terus menatap wajah Tiara dengan tangan saling menyatu.
"Udah kali, gausah lama-lama!" Mimin langsung melepas tangan Edwin dari Tiara hingga membuat pria itu kesal.
"Ah ganggu aja lu!" cibir Edwin.
"Yeh si Tiara itu harus diajarin dulu! Lu jangan ganggu dia deh!" ketus Mimin.
"Sirik aja lu!" kesal Edwin.
Sementara Tiara hanya terkekeh kecil melihat keributan kedua orang itu.
•
•
Galen tiba di kantornya, ia berjalan santai dengan senyum mengembang di kedua pipinya menyapa para karyawan yang ia lewati.
Keramahan Galen memang membuat para karyawan disana lebih betah untuk bekerja, meski begitu Galen juga orang yang tegas dan tak mentolerir sebuah kesalahan sekecil apapun itu.
Bruuukkk...
Betapa kagetnya ia saat tiba-tiba seorang wanita tersandung dan menabrak tubuhnya, seketika semua orang disana menganga menyaksikan momen tersebut.
Galen menatap wajah wanita di pelukannya, begitu cantik dan amat memikat hatinya. Tanpa sadar ia pun tersenyum seakan menikmati pemandangan yang ada di depannya kini.
"Eee ma-maaf pak! Saya benar-benar gak sengaja, saya gak bermaksud lancang," ucapnya.
"Gapapa, lain kali hati-hati! Omong-omong kamu siapa? Kamu karyawan baru ya disini? Saya belum pernah lihat kamu sebelum ini," ucap Galen.
"I-iya benar pak, saya Tiara dan saya baru masuk disini tadi pagi. Maafin saya ya pak!" ucap wanita itu terbata-bata.
"Gak masalah, kamu kan juga kesandung tadi. Tapi, jangan diulangi lagi ya!" ucap Galen.
"Ba-baik pak!" gugup Tiara.
Bukannya melepaskan pelukannya, Galen justru terus memandangi wajah Tiara sambil tersenyum hingga membuat wanita itu semakin gugup.
"Umm pak, bisa bapak lepasin saya?" ujar Tiara.
"Hah? Oh iya iya, maaf saya lupa!" Galen spontan melepas pelukan itu dan melihat sekeliling dengan gerak salah tingkah.
"Saya yang minta maaf pak, tadi saya gak lihat-lihat jalannya! Makasih juga ya pak udah mau tangkap saya!" ucap Tiara.
"Iya, kamu bisa kembali kerja. Nanti kapan-kapan kita ngobrol lagi," ucap Galen.
"Baik pak! Kalau begitu saya permisi dulu pak!" ucap Tiara.
Galen mengangguk, Tiara pun melanjutkan langkahnya dengan perasaan masih tak karuan akibat apa yang terjadi tadi.
"Cantik sekali! Tiara harus jadi milik saya!" batin Galen penuh percaya diri.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Tiara pun kembali menemui Mimin serta Edwin setelah selesai dengan urusan toiletnya, namun dia tetap merasa gugup karena baru saja menabrak seorang pria yang ia pun tidak tahu siapa.
Mimin tampak heran melihat Tiara muncul dengan wajah bingung, ia bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri Tiara. Edwin bahkan ikut mendekati Tiara karena penasaran juga.
"Eh Tiara, kamu kenapa kayak bingung gitu? Udah ke toilet nya?" tanya Mimin.
"Hah? Eee a-aku gapapa kok, iya aku udahan ke toilet nya. Ini aku mau lanjutin kerja biar cepat ngerti," jawab Tiara dengan gugup.
"Kamu kenapa sih? Ada masalah di toilet? Atau ada yang gangguin kamu?" tanya Mimin lagi.
"Enggak kok gak ada yang gangguin aku, aku juga gak kenapa-napa. Udah kamu sama kak Edwin balik kerja aja lagi!" jawab Tiara.
"Kamu yakin? Tapi kamu gugup begitu loh, pasti ada apa-apanya nih," ucap Mimin.
"Iya Tiara, udah kamu cerita aja sama kita! Kita udah anggap kamu teman baik kok," sahut Edwin.
"Nah, untuk kali ini aku setuju sama kata-kata Edwin. Ayo Tiara cerita aja!" ujar Mimin.
"I-iya deh, tadi itu aku gak sengaja tabrak orang waktu mau ke toilet. Sumpah deh aku tengsin banget, mana dilihatin orang-orang lagi!" jawab Tiara.
"Hah? Emangnya kamu nabrak siapa Tiara??" tanya Mimin dengan mulut terbuka.
"Aku gak tahu, aku belum kenal sama dia. Tapi dari penampilannya, kayaknya dia orang kaya deh. Mungkin dia kerja disini juga," jawab Tiara.
"Si-siapa ya yang kamu maksud? Soalnya dari ciri-ciri yang kamu bilang itu banyak disini, hampir semua atasan kita kan orang kaya," ucap Mimin.
"Bukan hampir lagi, tapi emang semuanya orang kaya Mimin!" ujar Edwin.
"Nah iya itu," ucap Mimin.
"Eee aku juga gak tahu deh siapa, mungkin dia emang salah satu atasan kita. Tapi, aku gak tahu pasti siapa dia. Soalnya dia gak ngenalin diri balik waktu aku kasih tahu nama aku ke dia," ucap Tiara.
"Ohh, tapi reaksi dia waktu kamu tabrak gimana? Kamu dimarahin gak?" tanya Mimin penasaran.
"Enggak sih, dia cuma bilang lain kali hati-hati. Abis itu dia senyum-senyum dan gak banyak bicara," jawab Tiara.
"Wih berarti kamu selamat Tiara! Kamu nabrak atasan kita yang baik, bukan yang galak," kekeh Mimin.
"Emang ada yang galak ya?" tanya Tiara.
"Oh bukan ada lagi, banyak tau. Beruntung aja kamu gak nabrak salah satu dari mereka tadi," jawab Mimin.
"Ya syukur deh kalo gitu mah! Semoga aja aku gak nabrak lagi kayak tadi!" ucap Tiara.
"Eh tapi, ciri-ciri cowok yang kamu tabrak tadi tuh kayak gimana sih? Misal wajah atau bentuk tubuhnya gitu, kamu ingat gak?" tanya Edwin.
"Lu kenapa kepo banget sih sama siapa yang ditabrak Tiara? Apa urusannya sama lu coba?" tegur Mimin.
"Salahnya dimana? Gue kan cuma pengen tau," ucap Edwin membela diri.
"Eee wajahnya aku agak-agak lupa sih, tapi yang aku ingat dia tuh masih muda. Ya sama kak Edwin mungkin gak beda jauh," ucap Tiara.
"Masih muda?" kaget Edwin.
Sontak Edwin dan Mimin saling menatap satu sama lain, pikiran mereka kali ini sama dan tertuju pada sang bos besar.
"Jangan-jangan yang kamu tabrak itu.."
"Pak bos Galen!" ucap keduanya bersamaan.
Sementara Tiara hanya membulatkan kedua mata tak mengerti maksud mereka.
•
•
Galen sudah berada di ruangannya, tapi entah kenapa pikirannya masih terus mengarah pada kejadian tadi saat Tiara menabraknya.
Tampaknya Galen mulai tergila-gila dengan pesona Tiara, pria itu seakan tak bisa melupakan wajah Tiara yang selalu mengganggu pikirannya.
"Saya gak bisa gini terus, saya harus dekati gadis itu dan berkenalan dengan dia!" gumamnya.
Galen pun mengambil ponsel lalu menghubungi asistennya, Leon. Pria itu meminta sang asisten untuk segera datang ke ruangannya agar dapat dimintai pertolongan.
TOK TOK TOK...
"Ya masuk!" Galen mempersilahkan orang di luar sana untuk masuk ke ruangannya.
Ceklek
Pintu terbuka dan muncullah Leon alias asisten pribadi Galen yang setia.
"Permisi pak! Bapak panggil saya?" ucap Leon.
"Iya, saya mau minta tolong sama kamu. Bisa kamu bantu saya?" ucap Galen.
"Tentu saja bisa pak, pertolongan apa yang bapak inginkan dari saya?" tanya Leon.
"Saya minta kamu ke bawah sekarang, lalu cari karyawan yang namanya Tiara!" jawab Galen.
"Hah? Saya baru dengar ada nama itu disini pak," kaget Leon.
"Ya, dia memang masih baru," kata Galen.
"Eee terus kenapa bapak ingin saya cari beliau?" tanya Leon terheran-heran.
"Kamu temui dia, dan bawa dia ke hadapan saya!" perintah Galen.
"Oh baik pak!" ucap Leon patuh.
"Lakukan dengan cepat ya, saya tidak mau lama menunggu!" ujar Galen.
"Siap pak!" ucap Leon.
Leon bergegas keluar dari ruangan bosnya, ia tak mau membuat Galen menunggu lama dan segera saja ia bergerak mencari wanita bernama Tiara.
"Kalau saya bisa dapetin dia, pasti saya akan jadi pria yang paling bahagia di dunia! Oh Tiara, saya tidak sabar untuk itu sayang!" gumam Galen dengan seringaian nya.
•
•
Leon yang mendapat perintah dari bosnya, kini sudah tiba di tempat Tiara serta yang lainnya berada.
Leon pun menemui Mimin karena ia memang belum tahu siapa Tiara dan seperti apa rupa dari gadis keinginan bosnya itu.
"Hey, sini kamu!" ucap Leon pada Mimin.
"Hah? Saya pak?" tanya Mimin memastikan.
"Iyalah kamu, cepat sini!" sentak lelang.
"Iya iya pak," Mimin bergegas bangkit dari tempat duduknya, kemudian menghampiri Leon.
Sementara Tiara dan Edwin tetap meneruskan kerjaan mereka di tempat.
"Ada apa ya pak?" tanya Mimin pada Leon.
"Kamu tahu kan karyawan yang namanya Tiara disini?" Leon bertanya langsung pada intinya.
"Tiara? Iya tahu kok pak, yang baru masuk itu kan?" ucap Mimin.
"Nah iya, panggilin dia suruh menghadap saya sekarang!" titah Leon.
"Yeh kenapa tadi bapak gak sekalian panggil Tiara nya aja? Itu dia kan ada di samping saya, ngapain repot-repot panggil saya segala?" ujar Mimin.
"Udah gausah banyak tanya! Kamu samperin dia, terus suruh dia kesini!" ucap Leon.
"Iya pak, siap!" ucap Mimin patuh.
Tanpa bertanya lagi, Mimin pun membalikkan badan lalu menemui Tiara di mejanya.
"Tiara, kamu kesana gih temuin pak Leon!" ucap Mimin pada Tiara.
"Pak Leon siapa Min?" tanya Tiara keheranan.
"Itu laki-laki yang berdiri disana, yang tadi aku temuin. Cepetan gih kamu samperin dia!" jawab Mimin.
"Emang ada apa?" tanya Tiara.
"Udah jangan banyak tanya, kamu temuin aja dia!" sentak Mimin.
"Terus kerjaan aku gimana?" tanya Tiara.
"Haish, itu urusan nanti. Sekarang kamu temui pak Leon dulu!" jawab Mimin.
"Iya deh," lirih Tiara.
Dengan sedikit bingung, Tiara beranjak dari kursinya untuk maju menemui Leon sesuai perintah Mimin.
"Min, ngapain pak Leon minta ketemu sama Tiara?" tanya Edwin penasaran.
"Mana gue tahu, mungkin pak Leon naksir kali sama si Tiara," Mimin menjawab asal.
"Hah? Kalo gitu saingan gue berat juga dong," ujar Edwin.
"Idih, emangnya lu naksir sama Tiara?" tanya Mimin.
"Hehe ya gitu deh, siapa sih cowok yang gak naksir sama tuh cewek?" kekeh Edwin.
"Yaudah, mending dari sekarang lu buang-buang jauh deh tuh rasa suka lu sama Tiara! Daripada nanti sakit hati pas lihat Tiara jadian sama pak Leon," ujar Mimin.
"Ah sialan lu!" umpat Edwin.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!