NovelToon NovelToon

Di Luar Tembok Kerajaan Nirwana Cakrabuana

Raden Adiwira, minggat dari istana kerajaan

Saat, kejadian itu semua Anggota Kerajaan di perintahkan untuk, berkumpul dan menghadap pada sang Maha Raja Sura jalu sudarsana dan permaisuri Nareswari, untuk, mendengarkan, peraturan baru untuk rakyat nya.

Terlihat gagah dan penuh wibawa, sang Maha Raja duduk di singgasana, dengan mahkota megah nya itu.

Di dampingi seorang permaisuri dan selir-selir cantiknya .

"Sang Raja berkata, wahai nyi mas, kemana anak kesayangan, mu itu"

"Lantas, dia menjawab, aku sendiri, tidak tau kakanda prabu"

Dia sangat marah besar, dan merasa tidak di hargai oleh anak nya itu.

Sedangkan, Raden Arya wiratma kusumah, dan Adiknya nyi mas, Citra loka sudah berkumpul dengan aparat kerajaan lain nya.

"Lihat kakak -kakak nya dia sudah ada di hadapan kita"

Lalu , Raden Arya pun memberanikan diri, untuk meminta ijin mencari adiknya tersebut.

"Mohon maaf ayahanda, saya minta ijin untuk mencari, adik ku"

"Silahkan saja, ayahanda sangat senang sekali"

"Baiklah ayahanda, saya mohon pamit"

Lantas, tak perlu menunggu waktu lama, raden Arya pun mencari, keberadaan adiknya itu di sekitar, kerajaan, dia mencari ke kamarnya, dan dia hanya menemukan sebuah surat, dan dia membaca dalam surat itu, bahwa dia, akan pengembara, betapa kaget nya dia atas sikap yang di tempuh adik kesayangan nya itu.

Lantas dia bergegas memutar badan, dan lari menuju aula istana kerajaan.

Dia nampak gemetar, dan menunjukan sikap kegelisahan.

"Ayah, ayahanda coba kau lihat ini" dia berteriak sambil berlari"

"Ada apa gerangan wahai anak ku Arya, sang ayah bertanya"

"Coba bacalah, ini aku menemukan nya di kamar, adik ku"

"Coba berikan pada ayahandanya nak"

"Dan saat tulisan tinta hitam itu di baca, Sang ayah marah besar, pada anak nya itu, tiada lain tiada bukan raden Adi Wira,

" Lancang sekali dia mengambil keputusan" suara nya menggema sampai terdengar di segala penjuru istana.

"Ada apa kakanda, tanya sang istri, "

"Lihat ulah anak kesayangan mu itu, dia sudah melawan ku, dan lancang, terhadap aturan ku, sebagai sang Maha Raja Nirwana cakra buana"

"Maapkan anak kita kakanda"

"Apa kau bilang"

"Iya dia masih terlalu muda untuk, memahami kondisi pemerintahan, kerajaan kita"

"Apa, sang Raja berteriak dengan keras"

Dan saat itu juga sang Maha Raja memutuskan agar, anaknya segera di cari, dan di bawa secara hidup-hidup.

"Patih jayaledra kencana"

"Sang Maha Raja memanggilnya"

"Dia berdiri dari tempat duduknya dan langsung berlutut di hadapan sang Maha Raja"

"Saya ada di sini baginda Raja"

"Rasa hormat ku padamu"

"Bagunlah jayaledra, aku sudah menerima rasa hormat padaku"

"Lekas kau siapkan pasukan prajurit kerajaan, untuk menangkap anak ku, raden adi Wira kusumah"

"Sendiko, Paduka Raja, saya segera melaksanakan perintah mu"

"Bagus lekas kau bawa dia hidup-hidup dan jangan sakiti anak ku itu"

Dan akhirnya, sang Maha Patih jayaledra itu menyiapkan pasukan di halaman istana, dia membawa sekitar, lima ratus pasukan saja, untuk mencari raden adi Wira.

Di tengah konflik kerajaan itu, sang permaisuri Nareswari, tak henti-henti nya menangis dan bergegas, masuk ke dalam kamar.

Sang Maha Raja pun, tidak tega melihat nya, dan dia memutuskan untuk menyuruh, anak perempuan nya, menenangkan, ibunda nya tersebut.

"Wahai putriku citra loka"

Dia bertanya.

"Iyah ayahanda aku di sini"

"Cobalah kau susul ibunda mu ke kamar dan tenangkanlah dia"

"Iyah ayahanda, Aku bersedia"

Pomelik, ini memang sudah terjadi, cukup lama, dan tidak ada jalan keluarnya, Raden Adi Wira tidak menyukai cara kepemimpinan ayah nya dengan, menarik upeti dari rakyat-rakyat nya yang kurang mampu. Dan jelas itu bertentangan dengan kaidah kaidah, sang Maha Raja . ini sudah berangsur turun temurun dari, jaman dulu.

Senopati, dharma kusumah, mencoba menenangkan emosi, sang Maha Raja, dan memberikan penjelasan apa yang di maksud, Raden Adi Wira tersebut, namun, sang Raja tidak,menggubris pembicaraan nya itu. tak sampai di situ kyai tunggul pancar, pun mengungkapkan isi hati nya. sebagai penasihat kerajaan, dia berhak atas, kegaduhan di dalam istana tersebut.

"Maap sri baduga Maha Raja, bolehlah aku berbicara padamu" ucap senopati dharma"

"Silahkan senopati dharma"

"Kau mau berbicara apa"

"Aku sangat mengetahui, Raden Adi Wira itu seperti apa"

"Lantas apa yang kau maksud, wahai senopati ku, ucap Raja"

"Dia tidak seburuk yang kita pikirkan, baginda Raja"

"Mohon ampun seribu ampun, atas kelancangan, ku ini"

"Aku mengerti, senopati, lekas berdiri dan duduk lagi di kursi mu"

"Siap paduka Raja"

Sang Maha Raja pun, lebih tenang dan emosi nya sedikit terkontrol, lalu menyuruh, para punggawa kerajaan, untuk menikmati hidangan, acara kerajaan, yang telah di persiapkan.

"Silahkan kita nikmati, hidangan yang meriah ini ucap sang Raja"

Lantas, semua yang ada di dalam istana besuka cita, untuk menyantap hidangan tersebut, demi, merayakan, kemenangan besar, atas penambahan wilayah kekuasaanya, karena berhasil menaklukan, kerajaan, Wangsa tunggal, Raja kerajaan wangsa tunggal, gugur di medan perang, terbunuh oleh, sang Maha Patih jayaledra,

berkat ajian jala sutra nya.

Dia adalah sang Maha Patih yang sangat tangguh, dan tentu saja, patut mengabdi pada Raja nya. dia di nobatkana sebagai Maha Patih, guntur bumi itu adalah julukan dari luar gerbang kerajaan, Nirwana cakra buana.

Dia tidak, bersikap sombong tapi sangat buas bila sudah tempur di medan di medan perang, dan dia juga yang mengajari, Raden Adi Wira, belajar ilmu kanuragan.

Seperti ajian, braja musti, ajian pancasona, ajian nyampah gelap. dan banyak ilmu bela diri lain nya.

Dia memuji bakat, Raden Adi Wira, yang pandai dan cekatan dalam menguasai, ilmu bela diri yang dia ajarkan.

Sedangkan kakak nya sendiri, Raden Arya, selalu gagal dalam menimba ilmu kanuragan nya. dan selalu mengulang dalam setiap pembelajaran ilmu yang telah, di turunkan.

Dan kyai tunggul pancar pun, bukan orang sembarangan dia mempunyai ilmu khodam macan putih, dia sangat berwibawa, dan berkarisma, sehingga sang Maha Raja pun cukup segan pada nya.

Raden Adi Wira pun sudah menguasai, sebagian ilmu macan putih, sebagai, bela diri dari serangan musuh yang mencoba menggangu nya.

Dan sang Maha Raja pun memerintahkan agar, prajurit-prajurit, istana sebagian berjaga-jaga di sekitar, istana, itu untuk, mengantisipasi, serangan balasan, dari Patih rangga welung, Patih dari kerajaan wangsa tunggal, yang masih hidup dan akan menuntut balas, atas kematian Raja Purna lingga buana.

Permusuhan ini akan, berbuntut panjang, dan sangat Raja akan melakukan persiapan, untuk, meringkus Patih rangga welung, yang berhasil melarikan diri dari medan pertempuran itu.

Perguruan silat cakrawala

Raden Wira sudah mengetahui bahwa dirinya, sudah menjadi buronan kerajaan Nirwana, dan dia, akan tetap teguh untuk menjadi seorang rakyat jelata, dan mengubah nama nya menjadi Jaya mandala raksa, itu agar bisa mengelabui, Orang-orang pribumi, rakyat jelata.

Tiba juga, Raden adipati wira di sebuah padepokan perguruan silat, milik Ki lingga buana, dia adalah bukan orang asing bagi dirinya karena, beliau adalah orang kepercayaan, kakek buyut nya, beliau mengabdi kepada Prabu Dharma kumbara, puluhan tahun silam.

Namun, Raden Adipati wira, tidak mengetahui saja seluk beluk sebenarnya.

"Sampurasun" (Raden menyapa kepada orang sekitar di padepokan)

"Rampes" (ki buana pun keluar)

"Maap, ki bolehkah saya, ikut beristirahat, sebentar di padepokan aki"

"Wahai anak muda namamu siapa"

"Namaku Jaya mandala ki, aku seorang pengembara"

"Sebentar sepertinya aku sudah tidak asing lagi melihat sosok wajahmu, wahai anak muda"

"Mungkin aki salah orang saja"

"Aku hanya seorang pemuda biasa"

Ha... Ha.... Ha...

(Ki lingga buana tertawa)

"Kau berbohong padaku anak muda"

Ki lingga, yang mempunyai, beberapa benda pusaka, dan mempunyai, ilmu kanuragan tinggi, itu merasa di kelabuhi, dan di bodoh-bodohi oleh seorang anak muda, kemaren sore.

Dia langsung, melakukan ilmu raga sukma, agar bisa mengetahui jati diri, anak muda yang sekarang ada di hadapan nya itu, dan setelah meditasi, dia tahu yang sebenarnya.

"Raden adipati adi wira Wijaya kusumah" (ki lingga buana berhasil mengetahui jati dirinya)

Dan Raden Wira pun terkejut, atas, keberhasilan ki lingga mengetahui sosok aslinya tersebut.

Dan dia bersujud kepada ki lingga dan memohon ampun.

"Bangunlah Raden"

"Aku ini bekas penasihat kakek mu dulu, saat beliau bertahta menguasai wilayah pesisisir barat"

"Hormat saya ki lingga padamu, sambil menunduk"

"Bangunlah Raden"

"Kau tak perlu sungkan, dan memberi ku ras hormat"

Lalu Raden Wira, pun lantas beranjak dari sikap rasa hormat nya itu kepada yang lebih tua, dan berjasa, kepada kerajaan Nirwana itu.

"Lantas apa yang kau perbuat,luar kerajaan"

"Aku ingin hidup bebas ki tanpa tekanan batin, dan ingin menjadi seorang pengembara"

Ha.... Ha.... Ha....

(Ki lingga, tertawa dan mengelus-elus jenggot nya yang panjang)

"Kau memang sudah ku duga dan ku ramal Akan menjadi murid ku"

"Sungguh aku tersanjung dengan ucapan mu ki"

"Bolehlah aku berguru ilmu kanuragan padamu ki"

"Dengan senang hati, Umurku sudah menginjak 120 tahun, dan Aku akan menurunkan ilmu kesaktian ku padamu"

Lantas Raden Wira pun, senang bukan kepalang mendengar, ucapan ki lingga buana, yang menerima, dirinya sebagai murid nya.

Dan dia Akan di tempa, lahir batin untuk menyempurnakan, ilmu kanuragan braja musti.

Mendengar kegaduhan di luar paguron itu, datanglah, wanita cantik dan mempesona, dia adalah cucuk kesayangan nya ki lingga buana, nama cucu nya adalah, nyi mas citrakara purwanti, dia anak yatim piatu, ayah dan ibu nya, di bunuh oleh gerombolan prajurit, wangsa tunggal, yang sudah di robohkan kekuasaan nya oleh kerajaan Nirwana.

Lantas, Raden Wira pun terkejut, dengan, cerita masa lalu yang di ucapkan, ki lingga.

"Sembah hormat ku ki ucap, citrakala sambil menunduk"

"Bangunlah, nak, kau tak usah begitu"

"Kenalkan dia adalah raden Wira, dari kerajaan Nirwana"

Dan sontak saja, nyi mas citrakara, terkesima dengan wajah tampan dan rupawan nya Raden Wira tersebut, tatapan mata nya tajam, seakan-akan, memberi sebuah isyarat, lebih dari isi hati nya.

"Perkenalkan Aku Nama ku Wira"

(ucapnya sambil berjabat tangan dengan citraloka)

Pertemuan itu menjadi titik awal, akan timbul nya rasa cinta dan sayang , di antara mereka.

Citraloka, bukan gadis biasa dia seorang pendekar, yang mempunyai ajian selendang sutra, bila terkena ajian itu, orang akan terkapar, dan lemah, tidak berkutik sama sekali.

"Aku sudah mengetahui, akan kehebatan mu nyi mas"

"Ucap Raden Wira, memuji nya"

"Kau terlalu memuji Raden"

"Aku hanya gadis desa biasa saja" (citrakala merendah diri)

Tapi apa yang di katakan, Raden Wira itu memang, benar adanya, berita sesaktian nya sudah menyebar luas, ke seantero jagat dunia persilatan, sampai ke semenanjung pulau sebrang, para pendekar pun, menjadi segan, akan berita tersebut, di tambah, lagi dia adalah cucu dari Ki lingga buana, yang mempunyai ilmu kejayaan tingkat tinggi. dan tentu saja tidak semua pendekar, dan para Ksatria, memiliki ajian tersebut.

"Sekarang kau lekas istirahat, di dalam saja" (ucap ki lingga)

"Baiklah ki, aku ijin masuk dulu"

Sebuah kamar dari bilik bambu, itu sudah di persiapkan, sebagai tempat, tidurnya, raden Wira,

Raden Wira tidak merasa, dirinya terhina , dengan senang hati dia, menerima kebaikan ki lingga dan cucu nya itu.

Terbiasa dengan kamar tidur yang megah di lapisi emas yang berkilauan, dan alas tidur yang nyaman, di layani, para selir-selir cantik, kini dia hanya termenung, sendiri melihat atap, dari bilik bambu yang musuh, di penuhi, sarang laba-laba,

Namun itu semua tidak lantas, menyurutkan tekad dan niat nya, untuk belajar ilmu kanuragan di luar istana kerajaan Nirwana.

Dalam sebuah mimpi, nya dia di datangi sang, baginda maha prabu Sura jalu sudarsana,

itu adalah ajian Raga sukma,

Dalam sebuah mimpi, itu, Raden Wira di suruh untuk pulang ke istana, namun Raden menolak, perintah ayahanda nya tersebut secara halus dan bijaksana.

"Ananda, raden Wira, kenapa kau meninggalkan istana kita tercinta" (Ucap sang Prabu)

"Sendiko dawuh, dan mohon ampun seribu ampun, ayahanda tercintaku" (Aku tak bisa mengabulkan permintaanmu)

"Untuk kali ini aku membantah

mu ayahanda"

"Lancang sekali kamu Ananda"

"Rasa hormat ku padamu" ( Raden Wira berlutut,

penuh pilu di hadapan ayah nya)

Itulah, yang di namakan komunikasi ilmu kanuragan raga sukma, roh kita akan saling berkomunikasi di alam bawah sadar, dan tentu bila menginginkan ilmu ini harus bertirakat, dan menahan lapar dan dahaga selama 40 hari 40 malam, dengan melibatkan guru yang , sudah paham, akan ilmu tersebut.

Setelah sang raja, gagal mengajak, anak nya, untuk pulang, kini giliran, berkomunikasi dengan ki lingga buana, dan itu terjadi di atas awan yang gelap.

"Paman senopati lingga buana"

"Rasa hormat ku pada paman"

"Ucap nya, sang prabu"

"Bangunlah, Raden prabu Sura"

"Kau tak pantas seperti itu"

"Titipkan anak ku paman"

"Tentu saja, bila kau ijinkan ,

akan aku didik dia menjadi

yang sakti mandraguna"

"Silahkan paman senopati,

lingga"

Rupanya rasa hormat nya pada, ki buana , masih tersimpan dalam, dia tidak menjadi adiguna sebagai sang Maha Raja, kerajaan Nirwana.

Sang Maha raja pun, pamit, dan percakapan, secara raga sukma pun selesai, dan ki buana pun terbangun dari mimpi nya. dan langsung bergegas melakukan tirakat.

Di Tempa di gunung Halimun

Pagi yang cerah itu datang, dan aku bergegas, untuk membereskan tempat tidurku, dan saat ku buka bilik jendela kamarku, terlihat, citrakala sedang berlatih ilmu bela diri nya dan ternyata yang menjadi lawan nya adalah dua orang pemuda sebaya ku.

Dan saat aku mencoba menghampirinya, Tiba-tiba di negatif oleh ki lingga buana.

"Raden mau kemana"

"Mau melihat citrakala, dari dekat ki, jawabku padanya"

" Sudah kau ikut saja dengan,

ku"

"Kemana ki, tanya ku padanya"

"Kita ke gunung halimun"

"baiklah ki Aku ikut saja"

Dalam hati, aku sudah mengira bahwa, ki lingga, mau mengetes ilmu kanuragan ku.

Kami membawa dua ekor kuda pejantan, aku tak bisa mengejar kemahiran aki lingga yang pandai berkuda, di usia yang sudah mencapai ratusan tahun.

"Ayo kejar"

"Iya ki jawabku pada nya"

Hiat.... Hiat...... Aku pecut kuda hitam jantan itu,

Namun di tengah-tengah hutan aku di cegat gerombolan, penjahat, yang sudah terbiasa, merampas hak-hak rakyat kerajaan Nirwana.

Ha... ha.... ha....

"Mau Mau apa kisanak ini, ucapaku, pada mereka"

"Serahkan uang mu anak muda"

"Atau akan mu habisi nyawamu di sini"

"Aku tidak memiliki uang satu ringgit pun Tuan"

"Berdebah kau anak muda"

"Dia cari mati, kang mas, Giri manik, ucap salah satu kawanan tersebut"

Dan dengan terpaksa aku harus, membela diri, sepuluh orang kawanan, gerombolan jahat, itu berhasil aku taklukan, dengan ajian kancing konci, semua badan nya kamu tak bisa begerak, dan memohon ampu padaku.

"Ampun kisanak, ampun ucapnya"

"Sekarang kau pergi dari sini, sebelum pikiran ku berubah lagi"

Dan semua nya lari terbirit-birit meninggalkan senjata pedang nya.

Ha.... Ha..... Ha....

Suara orang tertawa.

"Aku mencari sumber pusat nya di sebelah mana"

"Ku tengok kanan dan kiri"

Namun aku terkejut, angin kencang, menyered ku.

Dan ku lihat di balik pusaran angin itu adalah ki lingga,

"Ayo raden, Akan aku ajarkan ajian gelap sayuta, dulu, ini adalah pukulan tenaga dalam yang, mematikan"

"Baiklah ki"

"lihat baik-baik"

Luar biasa, suara ajian itu, menggelegar, dan membuat gendang telingaku, berdengung kencang.

"Ayo raden keluarkan ajian Qulhu geni mu, lawan aki"

"Baiklah ki, rasa hormat ku padamu"

"Bersiap-siaplah ki"

"Brug..... Aku sudah keluarkan tenaga dalam ku"

Tapi malah tenaga dalam ku yang habis, dan seperti terkena, pukulan itu,

"Arghhht, ampun ki dan aku tumbang ke tanah"

Lantas ki lingga pun, langsung mengobati ku.

"Cepat kau bersila menghadap kiblat"

Aku lantas menuruti, perintah nya, dan aku di obati oleh ajian wisata kiblat.

Racun, itu sudah terbuang dari dalam tubuhku, dan sedikit mengobati, luka dalam ku.

"Terima kasih ki, ucap ku"

"Kau sudah menguasai ajian Qulhu geni, tapi belum mempunyai, ilmu kanuragan Ajian komar geni"

"Apa ajian komar geni itu ki"

"Itu ajian Maha dasyat, ajian pagaran badan"

"Sekarang aku berikan lewat tenaga dalam ku"

Dan Aku pun di transfer energi, ajian komar geni, di bawah kaki gunung halimun,

"Tahan lah raden, ini sedikit menyiksa badan dirimu"

"Baiklah ki lingga"

Luar biasa, transferan energi itu, sangat terasa, mengalir menyusuri , aliran darah dan urat-urat sarapku.

"Sudah selesai raden"

"Sekarang kau coba meditasi di

atas batu besar itu"

"Aki di sini menunggumu"

"Baiklah ki akan aku lakukan"

Aku pun melakukan, sebuah meditasi untuk menetralkan tenaga dalam ku, agar semua ilmu yang telah di berikan, bersatu padu dalam jiwa raga ku ini.

Atmosfir nya terasa berbeda, dan, sedikit menguras tenaga dalam ku.

"Konsentrasi raden, teriak aki di bawah sana"

Dan aku pun lebih konsentrasi lagi, dan mencoba sekali lagi.

betapa kaget nya aku, sebuah keris datang, di hadapanmu denga cahaya kilau kemilau berwarna merah delima,

"Tangkaplah keris itu raden"

Dan aku tangkap keris itu, terasa gemetar efek dari dimensi getaran, khodam ayang ada di dalam nya.

"Kemarilah raden, ucap ki lingga"

"Baiklah ki"

Lalu aku di jelaskan bahwa, keris itu adalah keris pusaka,yang berhasil aku tarik dari batu besar itu, da itu adalah pusaka, milik kakek buyutku terdahulu.

Nama pemiliknya adalah, Prabu Atma jaya kusumah. beliau, tileum, dan menghilang di kaki gunung halimun ini.

Dan ini sesuatu kehormatan benda pusaka nya bisa ku dapatkan, lagi.

"Maap raden kau ingin bertemu dengan kakek buyutmu itu"

"Tentu, saja ki lingga"

"Ya sudah, pake ajian raga

Sukma"

Aku pun, langsung memakai ajian raga sukma, dan mencoba berkomunikasi di bawah alam sadarku.

Dan aku pun berhasil, dalam meditasi itu, kini mu berada di sebuah istana kerajaan yang sangat megah, dan tiada bandingan nya.

Di sana aku di jemput oleh para prajurit kerajaan, yang mempersilahkan ku masuk ke dalam sebuah istana itu.

Bau harum minyak kasturi, itu seakan terasa, nyata.

"Ananda raden adipati adiwira kusumah sanjaya"

"Salam hormat saya eyang Prabu Atma jaya kusumah"

"Bangunlah, Ananda"

"kau akan menjadi seorang ksatria , gagah dan sakti mandraguna, namun kau tidak akan duduk di dalam singgasana kerajaan, kau tidak di takdirkan untuk menjadi seorang Maha raja, yang berkuasa"

Begitulah kira-kira, perkataan kakek buyutku, namun memang aku tidak menginginkan untuk menjadi seorang raja.

Karena, menurutku menjadi seorang raja tidaklah mudah, harus mempunyai, budi pekerti luhur adil bijaksana, dan berhati mulia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!