NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Seorang Mafia

part awal

Indahnya suasana malam hari di pusat kota. bangunan bertingkat menjulang tinggi berdiri kokoh berjejer dan lampu-lampu menyala di setiap gedung.

Sebuah mobil mewah warna hitam terlihat melaju sangat kencang menyusuri jalanan kota, seorang wanita muda di dalam mobil itu terlihat sangat marah dan emosi, isak tangis memenuhi ruang sempit mobil tersebut.

" ****. shitt! dasar tidak tau malu, tidak punya perasaan, aku tidak ingin melihat kalian lagi aa!" umpat seorang wanita muda memukul setir kemudinya berkali-kali.

Livy Janson seorang wanita muda dan pemberani, kecantikannya tak perlu di ragunan lagi, usianya saat ini menginjak 22 tahun. livy adalah seorang mahasiswi fakultas teknologi di universitas ternama di negaranya.

Kedua orang tuanya yang selalu bertengkar membuat livy merasa lelah berada di tengah-tengah mereka. setelah akhirnya suatu kejadian siur sang ibu dan ayahnya ia pergoki livy merasa malu dan kecewa memutuskan pergi meninggalkan rumah.

"kalian sangat jahat, egois, aku membencimu ayah, ibu hisk...hisk..kalian jahat.." livy terisak menjatuhkan kepalanya ke setir kemudi tanpa peduli arah laju mobilnya.

Dari arah belakang dua mobil sport saling kejar-kejaran dengan brutal beradu tembak sedang melaju begitu kencang hingga menabrak mobil di depanya begitu kuat.

" bidik rodanya cepat!" serunya seorang pria bertubuh berotot mengarahkan pistolnya kearah mobil lawan.

Door...door...

whiuus shuut ciiiit bruumm..

Mobil musuh yang berada di depanya pun bergerak melaju meliku liku begitu lincah menghindari setiap serangan pelurunya.

" aarrghh" teriak pria itu frustasi mencekram kuat setir kemudi. ia tidak memperhatikan kendali kemudinya hingga saat sebuah mobil melintas tepat di depan mobilnya dan hantaman kuat pun terjadi.

Tiinn...brruuak srraakk sreeeett ciiitttt.

" aaaa! aku belum siap mati, ya tuhan selamatkan aku-" teriak livy histeris merasakan guncangan hebat di mobilnya yang terseret menepi.

" O shiitt bajingan! sialan siapa yang sudah berani menghalangi jalan ku ah sial" umpat pria berotot itu mencekram setir kemudi dengan kuat.

Seorang pria keluar dari mobil musuh memakai topeng wajah berjalan menghampiri mobil livy.

braak.

pintu mobil di buka paksa. "livy" batin pria bertopeng, menengok kebelakang lalu kembali berlari saat melihat pria dari mobil lain berlari kearahnya" sial, dia keluar" umpat nya berlari menuju mobilnya.

"berhenti kau!" teriak pria berotot membidik senjatanya kearah pria bertopeng di depannya dan menekan pelatuknya.

Door..

" aaarrgghh!" rintih pria bertopeng memegangi bahunya yang luka. dia segera masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.

brak..

brumm.

Pria berotot itu berlari mengejar mobil musuh di depanya namun tak tergapai. pria itu menyimpan kembali senjatanya ke saku jas dan menghampiri mobil livy.

" cepat kejar dia!" perintah pria itu dengan tegas kepada anak buahnya yang baru saja sampai.

Ketiga mobil hitam di tempat itu kembali melaju dengan kencang mengejar mobil musuh. seperti yang di perintahkan bos mereka.

Aldrich Janson Abraham adalah pria bule, gagah, tampan, pria bule yang terkenal gagah ini belum menikah di usianya yang ke 28 tahun.

Panggil saja sang ketua mafia, dilahirkan dari keluarga terpandang membuatnya di didik keras menghadapi para pesaing bisnis. dan membawanya ke dalam dunia mafia yang di pimpin Aldrich sendiri. karena hasil gemblengan sang kakek lah yang menjadikanya sesukses sekarang.

" hrg,hrrgh aku ingin mati aku ingin mati " rintih livy meringkuk di kursi kemudinya.

Dasar wanita gila jika ingin mati jangan setengah-setengah sinis Aldrich dalam hati.

" cepat keluar, gara-gara kau aku kehilangan jejak, kau harus mengganti rugi" bentak aldrich dengan kasar.

Aldrich berdecak kesal melihat wanita itu hanya terdiam, memainkan lidahnya di langit mulutnya, lalu aldrich menyeret paksa wanita itu keluar dan membawa nya ke mobil miliknya dan kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh mengejar mobil musuhnya tadi.

" awh sakit, kumohon jangan bunuh aku" livy menunduk sambil memegangi sikunya yang lecet.

Wajahnya merah padam aldrich melirik tajam wanita di sampingnya lalu kembali fokus ke jalan.

" Diam kau! jangan banyak bicara atau ku lempar keluar dari mobil ku sekarang hah!" sentak Aldrich penuh emosi sembari memasang earpond ke telinga.

Livy langsung beringsut kesamping kiri. Bentakan dari aldrich membuatnya bergidik ngeri, apalagi tadi sempat melihat pria itu begitu sadis menembaki seseorang.

" kau siapa? mau membawaku kemana? jangan kau pikir aku takut dengan mu, aku bisa melaporkanmu ke polisi " ancam livy sedikit ragu tubuhnya bergetar hebat.

" Diam!!" sentak Aldrich lagi berusaha menahan emosi sebisa mungkin. membuat livy langsung terpaku membeku.

" sorry" cicit livy memiringkan tubuhnya kekiri.

" apa kalian berhasil menangkapnya " tanya aldrich melalui earpond sambil mencekram kuat setir kemudi. saat mobil musuh tak terlihat lagi.

" gagal bos mobil nya melesat begitu kilat"

" kita putar balik, kita bahas di markas besok" sarkas Aldrich tersenyum devil kearah livy.

" Siap bos" Tut Tut.

Aldrich langsung memutar balik laju kendaraan kemudinya dan kembali menuju ke mansionnya

Mendapat tatapan aldrich yang begitu menghunus dan mengerikan, livy langsung bergidik ngeri dan gemetaran. pikirnya pria itu seperti monster yang ingin membunuh mangsanya.

" aku tidak tau siapa kau dan tidak mau berurusan dengan mu. tapi tolong perbaiki mobil mahal ku dan lepaskan aku " ujar livy memberanikan diri untuk meminta bantuan terhadap pria bersamanya itu.

" Ck, diam dan jangan berisik kau sudah membuatku dalam masalah besar, jadi kau harus membayarnya" balas aldrich dengan sinis.

" hei aku hanya minta kau perbaiki mobilku yang kau tabrak dan jangan menggangguku lagi"

" Diam kau " bentak aldrich dengan intonasi tinggi membuat livy langsung bungkam. berani sekali wanita itu mengaturnya pikir Aldrich wajahnya merah padam dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Setelah melewati perjalanan selama satu jam akhirnya kini mobil aldrich sampai di mansion. sedangkan livy yang kelelahan tertidur setengah jam yang lalu. melihat livy tidur dengan mulut menganga membuat aldrich tersenyum devil lalu di angkatnya tubuh ramping livy aldrich berjalan memasuki mansion. Kaki jenjangnya melangkah lebar melewati ruang tengah mansion yang sudah gelap.

" Siapa dia" seru pria paruh baya yang duduk di singgah sana favoritnya memencet tombol remote kontrol dan sinar lampu menerangi seluruh ruangan.

klik.

" Bukan siapa-siapa kek, aku tanpa sengaja menabraknya tadi, tidak mungkin akau meninggalkannya begitu saja" balas aldrich cepat beralasan.

Sang kakek pun langsung menyeringai mengetahui cucunya tengah berbohong.

" Kau harus menikahi wanita itu besok tidak ada protes jika kau berani kabur atau menghindar kau tau konsekuensinya" ucap kakek aldrich mengancam penuh arti.

Pasalnya seumur umur baru kali ini aldrich membawa pulang seorang wanita ke mansion. sebanyak dan secantik apapun pacar cucunya itu tidak pernah di bawa ke mansion. pikir kakek abraham tersenyum penuh artil. ia menebak jika gadis itu istimewa dari gadis lainya. menurut insting sang kakek.

" what! aku tidak mau kek, dan itu tidak mungkin akan terjadi, bukan kah kakek tau aku sudah punya kekasih," tolak Aldrich tidak suka di paksa dan memang ia punya kekasih.

" Di larang protes atau kau ingin membuat kakek mu ini cepat mati" tegasnya pria paruh baya itu dengan cepat.

Aldrich berdecak kesal wajahnya merah padam ia juga tak mungkin setega itu kepada kakeknya. sejak kecil kakeknya lah yang merawatnya.

" dasar pria tua pemaksa" Sungut Aldrich mendengus lalu menaiki anak tangga dan membawa livy kekamar tamu.

" Biar tua begini kau akan tetap bersangkutan dengan ku," seloroh kakek Aldrich, yang masih di dengar oleh Aldrich. Aldrich semakin mendengus kesal.

Ya, panggil saja pria berumur 60 tahun itu kakek Abraham, setelah kedua orang tua Aldrich telah tiada, Beliaulah yang mengambil alih merawat Aldrich.

****

keesokan harinya

wedding

Di mansion Aldrich sudah nampak ramai kesibukan para pelayan yang mulai mendekorasi ruangan luas mansion dan menyiapkan berbagai macam hidangan ringan untuk acara makan-makan bersama tamu undangan yang hadir nantinya.

Meskipun acaranya mendadak dan tertutup, namun, Abraham ingin pernikahan cucunya tetap terlihat mengesankan. tamu undangan yang hadir hanya kerabat terdekat dan berjumlah sekitaran 15 orang saja.

" Apa dia belum bangun juga" tanya Aldrich pada roky tangan kanannya sekaligus teman masa kecilnya. sambil merapihkan dasinya di depan cermin.

" belum tuan, saya sudah menyuruh pelayan untuk mengurusnya tadi" jawab roky.

" Baiklah kita susul kesana, O ya mana surat perjanjian dari kakek" ucap Aldrich membuka kelima jarinya kearah roky.

" ini tuan " roky menyerahkan map itu kepada aldrich. Aldrich segera menyambar map nya kemudian mereka berjalan keluar dari ruangan dan menuju kamar livy.

" Bacalah ini ... " seru Aldrich yang memasuki kamar. " Setelah itu cepat turun aku tunggu di bawah, tidak boleh lebih dari lima menit," Aldrich memberikan sebuah berkas pada Livy yang masih di rias oleh dua Mua yang di perintahkan oleh kakek, Aldrich menjauhi wanita itu yang terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya, tadi malam terlihat biasa saja tapi pagi ini terlihat sangat cantik.

" Hei tunggu!," teriak Livy membuat Aldrich berhenti di ambang pintu , "" Siapa kau sebenarnya? kenapa Aku harus menikah denganmu? aku tidak sudi menikah dengan pria yang tidak ku kenal dan bukan kekasihku!." Tanya Livy dengan nada tinggi membuat Aldrich berdecak.

" Cih, memangnya hanya kau saja yang keberatan hah!, semua jawaban ada di surat itu, dalam waktu lima menit kau belum juga turun aku mukbang tubuhmu itu," ucap Aldrich dengan sengit berlalu pergi dari sana.

Livy menganga tak percaya mendengar penjelasan pria asing tersebut, lalu ia mulai membaca berkas yang diberikan oleh Aldrich barusan.

" Apa! aku boleh tinggal di mansion ini secara gratis, dan pria itu tadi mengutamakan kebahagiaan kakeknya?" pekik Livy melebarkan matanya. ia tidak sedang bermimpi kan, livy mencubit lengan nya sendiri memastikan apa ia sedang bermimpi atau tidak, dan ternyata semua itu kenyataan.

Livy yang syok hanya terdiam tak bergeming, penasaran seperti apa sosok kakek yang di hormati oleh Aldrich, Bahkan pria itu rela melakukan apapun demi beliau, walaupun isi dari perjanjian tersebut sesuai dengan yang di butuhkan Livy saat ini.

" Aldrich " gumam livy membaca sederet kalimat nama di berkas tersebut.

part 2

" nah sudah selesai, anda sangat cantik sekali nona" puji salah seorang wanita yang membantu merias livy memakaikan gaun pengantin merasa kagum melihat livy begitu cantik.

ke-dua pipi livy langsung bersemu merah karena merasa malu atas pujian yang di lontarkan wanita itu padanya

Siapapun yang melihat livy hari ini pasti akan pangling, dengan memakai gaun pengantin berwarna putih melekat sempurna di tubuh ramping livy, apalagi bagian depan dada yang di beri payet mutiara membuat penampilan nya bersinar dan anggun.

" hhh mba bisa aja" balas livy malu- malu. ia melihat bayangan dirinya dari pantulan cermin di depan nya. rasanya masih seperti mimpi menerima kenyataan bahwa hari ini ia akan menikah tanpa orang tua.

ibu ayah putrimu ini akan menikah apa kalian merestui pernikahan tabu ini jika tahu aku menikah dengan orang tak ku kenal sama sekali. monolog livy dengan sendu.

" Ayo nona kita turun kebawah, tuan akan marah nanti jika menunggu terlalu lama" ajak seorang kepala pelayan kepada livy. ia tahu tuan mudanya itu sangat membenci hal yang berkaitan dengan menunggu.

" Hem" livy mengangguk lalu berjalan keluar dari kamar bersama dua seorang pelayan menuntun dirinya menuju lantai bawah mansion.

tak tak tak tak.

Suara derap langkah high heels livy menuruni anak tangga menghebohkan para tamu undangan yang hadir di ruangan luas itu, mereka semua menantikan kedatangan livy di sana.

Tapi, berbeda halnya dengan aldrich pria itu tidak begitu memperhatikan kehadiran livy di sana, ia sibuk memegang ponselnya dan berbalas pesan dengan kekasihnya rosya. ya, rosya hari meminta aldrich untuk mengantarkannya ke kampus, namun aldrich tak bisa berbuat banyak, karena hari ini aldrich harus menikah dengan livy terlebih dahulu, setelah itu barulah ia akan menjemput kekasihnya.

" bos lihat dia sangat cantik " bisik roky menggerakkan dagunya kearah livy yang berjalan kearah mereka.

Aldrich terkesiap saat roky memuji calon istri dadakannya tersebut ia pun menyimpan ponsel nya ke saku jas nya dan mengangkat wajahnya kedepan.

" Cih, lebih seksi rosya di bandingkan dia, dan tutup matamu itu jangan melihat keindahan yang bukan milik mu atau mau ku congkel matamu itu hah" sengit aldrich entah mengapa rasanya juga tidak rela roky memandangi kecantikan livy calon istri nya itu. meskipun ia tidak menaruh hati terhadap wanita itu karena ia mempunyai kekasih yang harus di jaganya.

livy terbungkam membisu dirinya menjadi bahan pembicaraan para tamu di sana meskipun pujian yang di lontarkan untuk nya tapi, tetap saja rasanya hambar tidak merasakan kebahagiaan semestinya.

" kau terlihat begitu cantik anak muda" seru pria paruh baya mendekati livy yang berada di hadapan aldrich namun pria itu menganggap nya seperti bayangan tak terlihat.

" makasih tuan" jawab livy sopan.

" hei jangan panggil tuan, panggil saya kakek, karena mulai hari ini kau akan menjadi istri dari cucuku ini" ucap sang kakek menepuk kuat pundak aldrich. membuat pria garang itu mengadu kesakitan.

" sshh sakit kek, bisa tidak jangan suka seenaknya memukul kebiasaan sekali kau kek " aldrich mendengus kesal mengusap pundak nya yang nyeri.

Roky terkekeh geli melihat bos mafia mereka melemah saat di hadapan kan dengan sang kakek legendaris tersebut.

" sudahlah cepat kalian duduk dan cepat mulai acara nya pak " seru Abraham menuntun livy untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan untuk mereka menikah.

Livy pun menurut melempar senyum tipis kearah kakek abraham. lain lagi dengan aldrich pria itu terlihat begitu dingin duduk di samping livy.

Semua orang yang berada di dalam mansion itu terdiam mendengar kan suara lantang aldrich yang sedang mengikrarkan janji suci pernikahan yang menggema di ruangan luas mansion Abraham tersebut.

Lima menit berlalu akhirnya kini mereka sudah resmi menyandang sebagai pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan negara walaupun tidak ada konsumsi publik yang menayangkan acara pernikahan mereka.

prok prok prok.

suara riuh tepuk tangan para tamu yang hadir memenuhi ruangan dan semakin memeriahkan acara pesta pernikahan tuan aldrich Lincoln Abraham dan livy Janson yang baru saja selesai. satu persatu dari mereka memberi ucapan selamat ke pasangan pengantin baru tersebut.

" selamat bos, selamat nona livy" seru roky bersalaman dengan aldrich sambil melempar senyum kearah livy.

" tidak usah lebay kau" kata aldrich pada roky. ia merasa jengah berada di ruangan ini.

" makasih tuan " balas livy tersenyum kecut mendengar perkataan acuh aldrich.

Hatinya begitu perih impian yang biasa di idam-idamkan para pengantin baru itu hanya lah tabu dan palsu, kenyataan nya pernikahan yang di jalaninya saat ini tidak lah layak di sebut kebahagiaan.

sreek

" awh, apa yang kau lakukan hah" pekik livy terkejut saat Aldrich menarik pinggulnya dengan kasar.

" apa yang sedang kau pikirkan hah, mukamu itu seperti badut saat kau melamun jadi tersenyumlah kepada mereka semua termasuk di hadapan kakek kau paham" bisik Aldrich sedikit membungkuk karena tubuhnya lebih tinggi dari livy yang hanya 160 sedang kan aldrich 180. hal itu membuatnya kesulitan untuk bertatap muka.

" hah, apa apaan dia itu, bertindak sesuka hatinya, memang aku ini boneka yang harus menuruti kemauan nya, dasar pria monster" batin livy menggerutu sebal.

" hilih kau saja bersikap kasar padaku tapi memintaku untuk tersenyum, bersikap manis dulu padaku baru aku akan tersenyum" balas livy dengan wajah cemberut.

Aldrich memajukan tubuhnya hingga hidung mereka menempel. " berani kau mengancam ku, turuti kata kataku atau kau kehilangan hidung mu ini hah" bisik aldrich penuh tekanan sembari mengeratkan rengkuhannya dan menggigit hidung Livy dengan kasar.

" awshh, kau itu kasar sekali dasar pria gila " desis livy mengusap pangkal hidung nya yang memerah. " lepaskan, aku akan lakukan apa yang kau minta" ucap livy mencoba melepas rengkuhan pria itu sembari menginjak sepatu Aldrich kuat.

" Opsh shitt, kau!" umpat Aldrich menahan linu di kakinya melotot tajam kearah livy namun wanita itu melempar senyum smirk kearah nya. " sial, lihat saja nanti kau livy" gumamnya menyeringai tajam.

" ada apa dengan kalian berdua?" seru kakek abraham menghentikan perdebatan sengit antara aldrich dan livy yang sedang berlangsung. ia melihat pasangan pengantin baru itu tengah berseteru ia pun mendatangi nya.

" A itu tidak ada apa-apa kek kita hanya ingin saling mengenal bukan begitu livy" ucap aldrich gagap seraya merengkuh kuat pinggang livy. livy mengatupkan bibirnya kedalam menahan nyeri di pinggulnya.

" iya kek, kami tida papa, terimakasih sudah menerima kedatangan ku di sini kek, tapi suatu saat nanti kalau aku sudah punya uang banyak dan pekerjaan aku akan membalas kebaikan kakek dan mengganti uang nya " ujar livy sangat yakin.

livy menyesali perbuatannya ia keluar dari rumah tanpa membawa uang sepeser pun hanya membawa mobil kesayangan nya dan apesnya mobilnya ringsek di tabrak oleh mobil aldrich kemarin malam. dan sampai akhirnya livy terjebak di mansion ini dan pernikahan tabu ini.

kening kakek berkerut menyatu ini bukan yang dia inginkan, pria paruh baya itu mendekati keduanya.

" cih, kau lupa ini mansion ku jadi kau harus berurusan dengan ku bukan bersama kakek" sahut aldrich sinis entah mengapa perasaan nya tidak menyukai livy berucap seperti itu.

" Livy kau tau, saya begitu ingin memiliki buyut dari cucuku ini, jadi jangan pernah berpikir kau akan berpisah dari nya, dan jika dia berani berbuat kasar padamu maka katakanlah pada kakek, saya akan menghajarnya tanpa ampun apa kau mengerti" ucapnya abraham menggenggam tangan mungil livy sejenak setelah itu menepuk nepuk bahu cucunya. " jangan pernah kau sia sia kan dia atau kau akan menyesal" Abraham membisiki kata-kata penuh makna di telinga aldrich.

deg

Aldrich mengatupkan bola matanya sejenak laku kembali membuka nya. entah kenapa ucapan kakeknya seolah peringatan keras dan dia harus berhati-hati.

" kakek tenang lah jaga kesehatan kakek jangan sampai kakek kembali sakit" pinta aldrich mengalihkan topik pembicaraan. meskipun sebenarnya ia memang khawatir dengan kesehatan kakek nya.

livy menatap penuh selidik kearah aldrich, meminta penjelasan tentang ucapan barusan tentang pria paruh baya yang lima menit lalu sudah menjadi kakeknya.

" ada apa dengan kakek?" tanya livy membisik penasaran.

" Diam lah" balas aldrich datar.

" sudah jangan berdebat kakek mau menemui mereka dulu" Abraham mulai pusing melihat dua orang di depannya itu berdebat ia pun berlalu pergi dari hadapan keduanya.

" kau dengar jaga sikap mu, dan jangan banyak bicara " kata aldrich kepada livy.

" CK, tidak bisa kah kau bersikap lembut sama perempuan " livy mendengus mengerucutkan bibirnya.

" tidak. dan jangan kau kira aku akan bersikap manis padamu, sudah lah jangan cerewet ayo ikut aku" aldrich menarik pergelangan tangan livy dan membawanya menyapa para teman terdekat mereka yang hadir di sana.

Satu jam terlewati kini mansion terlihat sepi semua tamu undangan sudah kembali pulang dan mansion tampak bersih rapih seperti biasanya, karena puluhan pelayan yang sudah membersihkan nya tadi.

" aku pergi dulu karena ada hal penting yang harus ku selesaikan" ucap aldrich tanpa menatap lawan bicaranya berlari kecil melewati livy yang duduk sofa di ruang tengah.

" tunggu " seru livy. aldrich mengerem langkah kakinya di ambang pintu keluar.

" apa lagi "

" hal penting apa, apa aku boleh ikut "

" tidak, dan bukan urusan mu, jangan menunggu ku pulang" jawab Aldrich mendesah pelan.

" cih siapa juga yang mau menunggu mu, gak usah kepedean " sinis livy menyandarkan tubuhnya kasar ke sofa. livy meratapi nasib sialnya begitu menyedihkan dan menyesakkan dada.

" sial" umpat Aldrich melanjutkan langkahnya kembali keluar dan bergegas memasuki mobilnya dan pergi keluar dari mansion.

Di dalam mobil aldrich kembali teringat akan kekasihnya yang marah karena dia terlambat menjemput nya karena pernikahan nya dengan wanita itu. Seketika aldrich menjadi merasa bersalah telah meninggal istri beberapa menit nya itu, demi menemui kekasihnya. tapi mau bagaimana lagi ia juga tidak mungkin ingkar janji kepada rosya. biarlah urusan livy di pikirkan nanti.

Aldrich memakaikan earpond ke telinga nya.

" hallo bos" sahut roky di sebrang sana.

" kau cari tau identitas istriku dan selidiki latar belakang nya" titah Aldrich.

" oke bos" jawab roky .Tut Tut aldrich menutup panggilannya.

Aldrich kembali memacu kemudinya dengan kecepatan penuh agar cepat sampai ketempat sang kekasih.

part 3 drama

" sayang ada apa? kenapa sejak tadi kau hanya diam saja " ucap aldrich membelai lengan rosya dengan penuh kelembutan.

" Tidak ada sayang. aku hanya sedikit kesal saja " ujar rosya ia sebenarnya masih marah dengan kekasihnya itu yang telat menjemput nya di kampus.

"bukankah aku sudah mengatakan padamu alasannya rosya, kenapa kau masih membahasnya " aldrich tampak kesal dengan sikap kekasihnya yang membesar-besarkan masalah. padahal ia sudah meminta maaf dan mengajak rosya makan di kafe sebagai ungkapan rasa bersalahnya tapi justru ia kehilangan nafsu makan di buatnya.

" Maafkan aku bukan maksud ku begitu, tapi"

" Sudahlah. Cepat habiskan makanan mu itu " ketus aldrich. jujur ia saat ini sedang di Landa kebingungan, tidak mungkin ia mengatakan pada rosya kalau ia sebenarnya sudah menikah.

" iya sayang" balas rosya terdengar lembut. jika saja bukan karena uangnya rosya sejujurnya malas memacari aldrich.

Rosya adalah seorang mahasiswi fakultas teknologi di salah satu universitas terkenal di kotanya. selain cantik rosya juga sangat seksi, karena hal itulah aldrich menjadi tertarik untuk memilikinya tapi hanya sebatas mengagumi. karena selama ini aldrich tidak pernah membawa atau mengenalkan satupun kekasihnya kepada kakeknya.

Tapi, ada satu hal lain yang tidak di ketahui oleh aldrich, sebenarnya roysa hanya menganggapnya sebagai ATM berjalan. karena selama lima bulan ini roysa menjalani hubungannya dengan aldrich hanya berpura-pura. tanpa sepengetahuan aldrich rosya juga mempunyai kekasih lain yang lebih ia cintai yaitu petrik.

Setelah selesai makan siang dengan rosya. aldrich pun langsung kembali ke kantornya. karena pekerjaan kantor nya yang tertunda tadi pagi. selain itu ada hal lain yang harus dia kerjakan yaitu mencari informasi tentang musuhnya yang berhasil lolos darinya.

Di dalam ruangan kerja yang sangat luas dengan interior desain elegan, seorang pria tengah duduk di kursi kerjanya nampak frustasi dengan tumpukan berkas di atas meja nya dengan wajah kusut dan rambutnya sedikit acak acakan menandakan pria sangat marah.

" arrhhh lama lama aku bisa gila karena kertas sebanyak ini, kemana cecunguk itu perginya, lihat saja nanti jika dia datang, akan aku patahkan kaki nya" aldrich sangat frustasi dengan setumpuk berkas di atas meja kerja. apalagi keberadaan roky yang tidak terlihat sejak ia memasuki ruangan ini.

Mengangkat dan mengatupkan kedua lengannya kebelakang kepala aldrich bersandar di kursi kebesaran nya sambil memejamkan matanya sejenak.

aku ingin mati aku ingin mati saja

suara rintihan livy tiba-tiba memenuhi gendang telinga aldrich reflek ia membuka kedua matanya kembali.

" haah, sebegitu nya wanita itu ingin mati, apa dia tidak punya keluarga hingga sampai ingin meninggalkan dunia penuh intrik ini" aldrich bermonolog.

Aldrich menarik napas dalam-dalam. kemudian meraih laptopnya di ujung meja dan membukanya dengan segera kelima jarinya mulai menari nari di atas keyboard dan mengetikkan kalimat nama livy di sebuah situs web dalam aplikasi yang terdapat di laptopnya.

tot tok tok

suara pintu di ketuk dari luar.

" masuk" sahut aldrich masih setia di depan laptop nya.

" permisi Presdir ada tamu untuk anda" ucap seorang wanita bernama any staf divisi marketing.

" siapa?"

any menghela napas pelan.

" saya tidak tau namanya tapi dia datang bersama tuan rok?"

any membekap mulutnya melihat wanita yang sedang di bicarakan tiba-tiba menyelonong masuk ruangan dengan santai.

" woaahh amazing ternyata kantor mu sangat megah juga ya tau begini dari tadi aku datang kesini" serunya livy menatap takjub seisi ruangan kerja milik suaminya dengan raut wajah berbinar-binar.

Aldrich tercekat suara livy yang menggema di ruangan nya ia lantas menoleh kesamping kanan.

" hei hei diam di tempat jangan berani menyentuh benda antik termahal ku itu " teriak aldrich dengan suara keras membuat livy terkaget mematung seperti robot.

menutup laptopnya segera aldrich melangkah lebar mendekati livy yang mematung di dekat lemari.

" a.a.aku em. belum menyentuh nya sama sekali.aaaa" pekik livy merasakan tarikan kuat di pergelangan tangan nya.

bug.

" bohong. kau pasti sudah menyentuh nya kan dan ingin membawa pulang " tuduh aldrich menjatuhkan livy di sofa dengan kasar.

" awhs, kau itu kaya tapi pelit dan kasar, lagi pula aku tidak minat mengambil benda kayu jelek seperti itu" balas livy dengan sinis. di lihatnya pria di depannya itu tengah berkacak pinggang sedang menatapnya dengan sorot mata kekesalan.

" kau!" sentak aldrich dengan suara beratnya. " Cih, kau kira aku ini tidak tau akal bulus mu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dan satu lagi kau itu hanya menumpang di tempat ku " ujar aldrich dengan wajah sengit menarik sudut bibirnya dalam.

" kau!" seru livy berdiri dan mengangkat telunjuk nya kearah wajah aldrich. " aku tidak serendah itu tuan aldrich yang terhormat, seperti nya kau salah orang jika menganggap ku wanita yang lemah " ucap livy menatap dengan tajam kearah aldrich.

Aldrich mendelik tajam beraninya istrinya itu bersikap lancang padanya. meraih kepalan di depan wajahnya dan menariknya dengan kuat.

" ho.. baru sehari jadi istri ku kau sudah berani bersikap lancang padaku dasar wanita lemah, seharusnya aku melenyapkan mu waktu itu, bukan kah itu keinginan mu mati sayang" bisikan aldrich lembut namun penuh dengan ancaman bagi livy. kini tubuh mereka begitu dekat livy sampai berjinjit.

gleg

livy menelan ludah nya dengan susah napasnya tercekat di tenggorokan ucapan mengerikan aldrich menghantui pikiran nya.

" ak-u yaaak aku waktu hanya syok saja jadi mulut ku melantur tak jelas dan ya kenapa tidak sekalian kau habisi aku waktu itu dan membawa ku ke mansion mu" gugup livy menyangkal perbuatannya. hatinya berdebar ketika aldrich mengunci tatapan mata mereka.

aldrich tersenyum devil melihat kegugupan di wajah livy ia sangat menyukai ekspresi itu. persetan apa yang merasukinya aldrich mengikis jarak dengan livy hingga hidung mancung serta bibir mereka saling menempel.

" kau yakin dengan ucapan mu itu aku bisa foreplay ulang jika kau menginginkan nya "

" ti-dak aku ha-nya "

" bos ada kabar penting ha-" seru roky terkejut dengan adegan life di depan matanya.

Aldrich dan livy menoleh kearah roky bersamaan.

" aaa" pekik livy refleks mendorong dada bidang aldrich dengan kuat.

tanpa persiapan tubuhnya terhuyung pelan kebelakang aldrich berdecak kesal.

any menggeleng berulang kali kearah roky memberi isyarat agar roky tidak banyak bicara.

" apa kau tidak punya tangan untuk mengetuk pintu dahulu sebelum masuk" ucap aldrich dengan dinginnya lalu kembali ke meja kerja nya.

" maaf bos, ini soal petrik" sahut roky terkekeh geli melihat pipi aldrich bersemu merah. ini kejadian yang langka pasalnya pria itu begitu dingin dan tegas.

" petrik, berita penting ?" sela livy menatap bingung kearah dua pria di ruangan itu.

" iya petrik musuh ma-"

" roky!!" teriak aldrich dengan lantang memekakkan telinga semua orang di ruangan tersebut.

" ma-af bos"

" kau keluar" tunjuk aldrich kearah any, wanita itu langsung menurut sedikit membungkuk dan keluar dari ruangan.

" bos mu sangat sangar tuan roky" ujar livy dengan santai membuang muka ke sembarang arah.

" hei! kau livy kemarilah " seru aldrich mengerakkan telunjuknya kearah livy agar wanita itu datang kepada nya.

" aku tidak mau katakan saja kau ingin bilang apa padaku" cetus livy tanpa beban.

" kau itu keras kepala sekali, kau mau jadi istri durhaka pada suami, telah menolak perintah suami mu hah"

" Cih, sejak kapan kau mengakui aku ini jadi istri mu tuan aldrich bukankah kau mencibir pernikahan ini" jawab livy masih tetap tenang.

roky menepuk jidatnya melihat perdebatan sengit di depannya tersebut.

" sejak kau berani melawan ku tadi dan mulai sekarang kau harus menjadi istri yang baik untuk melayani suamimu ini" ujar aldrich tersenyum penuh arti.

livy beringsut kepinggir sofa saat mengerti tatapan aldrich mencurigakan perasaan nya mulai tidak tenang.

" apa yang sedang kau rencanakan, jangan berpikir ingin menyentuhku tuan aldrich" seru livy dengan takut.

" hahaha ternyata kau punya takut juga livy" aldrich tertawa terpingkal-pingkal. " sudahlah lebih baik kau pulanglah aku ada urusan penting dengan roky jangan berani membantah nanti kau akan di antar bodyguard ku" aldrich mengambil ponsel di atas meja dan mengirim pesan.

beberapa menit dua orang bertubuh besar datang keruanganya.

" aku tidak mau" protes livy.

" diam dan jangan bawel , kalian antar dia pulang jangan sampai ada yang lecet paham" titah aldrich menatap tajam kearah bodyguard nya.

" baik tuan" jawab mereka serempak.

" apa kau kira aku tidak tau kau hanya berpura-pura peduli padaku. lagi pula aku ini tidak akan lecet, kecuali kau yang melukai ku" sindir livy penuh makna, Menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal bisa bisa nya pria itu mengusirnya. mau tidak mau livy pergi keluar dari ruangan aldrich dan pulang kemansion.

sebenarnya dia itu waras tapi kadang-kadang gila livy membatin. ribuan bunga seolah bermekaran dalam hati nya ketika ungkapan perhatian keluar dari bibir aldrich.

Setelah kepergian livy dari ruangan. aldrich memastikan terlebih dahulu kalau livy sudah benar benar keluar dari halaman kantor nya. setelahnya aldrich dan roky pun langsung bergegas keluar dari kantor nya dan pergi menuju ke markas mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!