NovelToon NovelToon

Belenggu Cinta Yang Semu

Bab 1 | Kembalinya Naura

Jangan lupa Bintang Lima 🌟🌟🌟🌟🌟 dulu.

Selamat Membaca ...

7 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk membalut luka. Dalam kesendirian Naura mencoba untuk bangkit dari kenyataan yang menimpa dirinya. Ia memilih untuk pergi dari pada harus menyerahkan anaknya kepada pria yang tidak bertanggung jawab.

Saat ini kehidupan Naura telah berwarna dengan hadirnya sosok malaikat kecil yang menjadi pengobat luka dalam hatinya. Meskipun tanpa tanggung jawab dan pengakuan dari pria yang telah merenggut masa depannya, Naura bisa bangkit untuk tetap bertahan.

7 tahun lamanya Naura pergi menjauh untuk mengurung diri dalam kesendirian. Ia terpaksa mengikuti jejak Zahra untuk menguatkan hati. Namun, karena ia memikirkan masa depan anaknya ia pun memutuskan untuk kembali ke kota. Mengubur masa lalu antara dirinya dengan Arya, pria yang tak bertanggung jawab atas benih yang tersemai di rahimnya saat itu.

"Kapan kita sampai, Ma?" tanya bocah kecil ini sudah berusia 6 tahun. Dia adalah Rayana, anak yang sempat ingin ia gugur saat itu. Namun, berkat kewarasan yang dimiliki oleh Naura saat itu, akhirnya ia memilih untuk mempertahankan kehamilannya meskipun tanpa tanggung jawab dari Arya.

"Lumayan. Kamu tidur saja, nanti jika sudah sampai Mama akan bangunkan kamu," kata Naura.

"Baik, Ma," kata Raya dengan patuh.

Saat ini Raya adalah harapan Naura untuk bertahan. Bocah itu juga percaya saat Naura mengatakan jika ayahnya telah tiada. Bukan tanpa sebab, semua itu Naura lakukan karena Arya yang tak ingin bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan. Tidak ada salahnya Naura mengatakan jika ayah Raya telah tiada. Dari pada mengaku ada tetapi tidak diakuinya. Itu akan jauh lebih menyakitkan untuk hatinya, terlebih untuk Raya.

Kabar tentang Naura ingin kembali membuat Zahra sang kakak bersiap untuk menyambut kedatangan adiknya. Meskipun mereka terlahir dari ayah yang berbeda, setidaknya keduanya terlahir dari rahim yang sama.

Tak terasa saat ini mobil yang ditumpangi oleh Naura telah sampai di depan rumah Zahra. selama 7 tahun berlalu ternyata sudah banyak yang berubah dari rumah sang kakak. Bahkan saat ini rumah milik kakaknya juga sudah direnovasi.

"Sayang, bangunlah! Kita sudah sampai," kata Naura saat membangunkan Raya.

Bocah itu mengerjap pelan untuk membuka matanya. Dilihat rumah yang begitu besar dan susunan bunga di samping membuat rumah yang ia lihat seperti sebuah gambaran dalam bukunya.

"Ini rumah siapa, Ma?" tanya Raya.

"Ini rumah bibi Ara. Untuk saat ini kita akan tinggal di sini sebelum kita menemukan rumah yang baru. Ayo turun!"

Kedatangan Naura dan juga Raya disambut mariah oleh Zahra beserta ketiga anaknya. Meskipun ketiga anak Zahra jarang bertemu dengan Raya, tetapi mereka langsung akrab dengan Raya.

"Maaf Mbak, jadi merepotkan Mbak Ara lagi," ucap Naura yang merasa tak enak hati kepada Zahra, karena untuk kesekian kalinya ia harus bersandar di bahu Zahra.

"Kamu nggak usah sungkan seperti itu, kita adalah keluarga, jadi sudah sepantasnya jika aku ada untukmu."

Naura merasa sangat beruntung memiliki Zahra yang sangat peduli kepada dirinya. Bagi Naura, Zahra adalah sosok ibu untuknya.

***

Satu Minggu Naura berada di rumah Zahra membuatnya semakin tidak enak, terlebih saat ini Raya juga butuh biaya untuk sekolahnya. Tidak mungkin semua kebutuhannya Kanna yang memenuhi, meskipun dia memiliki banyak uang.

"Kamu yakin ingin melamar di kantor itu?" tanya Kanna memastikan.

"Yakin, Mas. Apapun hasilnya nanti aku akan terima."

"Ya sudah, semoga berhasil ya."

Untuk kali pertama Naura melamar di sebuah perusahaan, meskipun hanya sebagai pegawai biasa, tetapi gaji yang ditawarkan sangat menggiurkan.

Sesampainya di perusahaan yang dituju, Naura merasa terkejut ketika melihat antrian para calon pelamar yang begitu sangat panjang. Tiba-tiba saja dirinya merasa minder karena hanya mengantongi ijazah SMA.

Cukup lama Naura berjemur di bawah terik matahari untuk bisa mendapatkan nomer urutannya. Sejak pagi sampai memasuki waktu istirahat masih berjalan setengah.

"Ternyata banyak juga kandidatnya. Aku jadi ragu akan diterima," lirih Naura sambil menyeka keringat yang membasahi dahinya.

Naura baru menyadari jika perusahaan yang hendak ia lamar ternyata bukanlah perusahaan biasa. Melainkan perusahaan terbesar yang sering ia dengar. Dan saat ini sedang melakukan perekrutan besar-besaran.

"Nomor urutan selanjutnya." Terdengar sangat mendebarkan, karena itu adalah urutan Naura.

"Bismillah, semoga berhasil," ucapnya pelan.

Selama hampir lebih 15 menit melakukan interview akhirnya Naura keluar dengan dada yang berdebar. Meskipun sempat keluar keringat dingin, setidaknya ia merasa lega sudah berhasil melakukan interview tanpa kesalahan apapun dan kini hanya tinggal menunggu kabar selanjutnya.

Baru saja ingin keluar dari gedung perusahaan, tubuhnya terpental karena telah menabrak seseorang yang ada didepannya.

"Maaf Tuan, saya tidak sengaja," ujar Naura yang menyadari kesalahannya tidak berhati-hati saat sedang berjalan.

Karena tak ada kata dari pria yang ditabraknya, Naura segera mendongak untuk memastikan siapa sosok tersebut yang terkesan sangat angkuh.

Matanya membulat dengan lebar dengan apa yang ia lihat saat ini. Bahkan untuk menelan ludahnya saja terasa sangat sulit.

Seorang pria yang telah menghancurkan masa depannya kini ada di depan matanya. Keduanya saling bersitatap untuk beberapa saat sebelum pada akhirnya seseorang membuyarkan lamunan keduanya.

"Bos, ayo!"

Arya tersentak dan langsung sadar. Karena tak salah mengenali, Arya langsung menarik tangan Naura.

"Jo, kamu duluan saja, karena aku ada sedikit urusan!" pesan Arya pada Jovan, asisten pribadinya.

Jovan hanya mengangguk pelan berlalu meninggalkan Arya.

"Lepaskan, Om! Sakit!" Naura meronta saat tangannya ditarik paksa oleh Arya.

.

.

Demi kalian aku buat buat cerita ini, semoga bisa menghibur waktu luang kalian 💋

Jangan Lupa Favorit/Subscribe dan Like cerita ini ya. Ini adalah lanjutan dari novel. BELENGGU PERNIKAHAN SEMU. Jika ada yang belum baca, mampir dulu bair nyambung bacanya 💋

...Salam Hangat...

...~teh ijo~...

Bab 2 | Tidak Melahirkan Anak

"Lepaskan, Om! Sakit!" Naura meronta saat tangannya ditarik paksa oleh Arya.

"Kita harus bicara, Na!"

"Iya, tapi lepaskan tangan Om Arya, sakit tahu!"

Arya yang sudah membawanya Naura masuk ke dalam lift seketika melepaskan cengkeraman tangannya dan meminta maaf. "Sorry."

Hening untuk beberapa saat, karena saat ini keduanya memilih untuk membisu tanpa kata. Naura mengelus tangannya yang memerah akibat cengkraman tangan Arya yang kuat. Sadar akan perbuatannya yang telah membuat Naura takut, Arya minta maaf lagi pada wanita yang pernah mengandung benihnya 7 tahun yang lalu.

"Sorry, Ra. Aku tidak termasuk untuk menyakitimu. Aku hanya ingin berbicara denganmu."

Naura masih terdiam seribu bahasa. Pertemuan tiba-tiba yang membuat luka lamanya kembali terasa berdenyut. Bahkan saat melihat wajah Arya, bayangan gelap masa lalu muncul kembali di dalam pikirannya. Padahal ia sudah mencoba untuk membuang jauh masa lalu itu. Namun, hanya dengan kedipan mata luka itu kembali menganga.

Tak lama pintu lift telah terbuka, Arya pun memberikan isyarat kepada Naura untuk keluar.

"Kita bicara di ruang kerjaku," ujar Arya.

Dengan langkah berat Naura berjalan mengikuti langkah Arya. Dalam hati Naura bertanya-tanya, apakah ini adalah perusahaan milik Arya? Jika memang benar, berarti saat ini ia telah masuk sendiri ke dalam belenggu masa lalunya.

"Duduklah!" kata Arya setelah mereka sampai di ruang kerja Arya. Tanpa ingin menolak Naura pun duduk. Begitu juga dengan Arya yang telah duduk di depan Naura. Matanya tak henti untuk menatap wanita yang selama ini ia cari. Namun, siapa yang menyangka jika Naura akan datang sendiri kepada dirinya.

"Ra, selama ini kamu dimana? Bagaimana dengan anak kita? Aku benar-benar minta maaf atas apa yang telah terjadi diantara kita di masa lalu. Aku menyesal, Ra." tanya Arya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Naura tersenyum sinis kearah Arya. Anak kita? Apakah pria yang ada di depannya saat ini tidak mengingat setiap kata yang telah ia ucapkan dahulu. Di mana ia meminta untuk menggugurkan anak yang sedang tumbuh di dalam rahimnya. Bahkan dengan jelas Arya atas kehamilannya. Lalu dengan mudahnya ia meminta maaf dan mengaku menyesal setelah semuanya berlalu.

Terlambat sudah, Om. Aku sudah terlanjur untuk menutup pintu hatiku.

"Maksud Om Arya anak yang mana? Aku tidak melahirkan anak!" dusta Naura.

Mata Arya membulat lebar. "Kamu jangan bercanda, Ra! Kamu pasti melahirkan kita!"

"Om Arya salah! Aku sama sekali tidak melahirkan anak, Om. Sesuai dengan permintaan Om Arya, aku telah menggugurkan bayi itu," ucap Naura.

"Kamu bohong! Kamu pasti melahirkan anak kita!" Arya masih bersikeras dengan ucapannya, karena ia yakin Naura tidak akan sanggup untuk menggugurkan bayi itu.

"Terserah Om Arya saja mau percaya atau tidak. Yang pasti aku tidak melahirkan bayi itu." Sebisa mungkin Naura tetap tenang agar Arya percaya akan ucapan. Terlambat sudah untuk Arya menyesali perbuatannya, karena saat ini Naura benar-benar sudah menutup pintu hatinya untuk Arya.

Mungkin lisannya bisa mengatakan jika ia sudah memaafkan Arya, tetapi sampai saat ini hatinya belum siap untuk memaafkan pria yang telah menghancurkan masa depannya.

..

Naura berjalan gontai untuk meninggalkan perusahaan. Ia merasa menyesal karena telah menyodorkan lamaran di perusahaan milik Arya. Seharusnya ia mencari tahu lebih dahulu siapa pemilik perusahaan ini. Tiba-tiba langkanya tertahan ketika ia mengingat pertanyaan Kanna tadi pagi.

"Apakah mas Kanna sebenarnya mengetahui tentang perusahaan yang akan aku lamar? Tetapi mengapa dia tidak mengatakan apa-apa dan tidak menahanku?" batin Naura.

Karena saat ini perasaan hatinya sedang terkoyak lagi, akhirnya Naura memilih untuk singgah sejenak ke sebuah cafe milik Adam, pria yang pernah dekat dengan Melani.

Lama tidak bertemu membuat Naura merasa sangat kagum atas perubahan diri Adam yang semakin terlihat dewasa.

"Mbak Na," ujar Adam saat mengenali Naura. "Lama menghilang akhirnya muncul kembali, mau pesan apa?"

Naura tersenyum tipis ke arah Adam. "Jus mangga aja, Dam."

"Siang-siang minum jus mangga emang segera ya, Mbak. Tapi bukan lagi ngisi kan?"

"Sembarang kamu, Dam! Aku cuma pengen ngademkan pikiran aja."

Bukan tanpa alasan kedatangan Naura ke cafe milik Adam. Ia hanya ingin bertanya apakah di cafenya sedang membutuhkan karyawan baru, jika iya, maka Naura ingin melamar. Namun, sayangnya cafe sedang tidak membutuhkan karyawan.

"Sekali lagi aku minta maaf, Mbak. Tapi next time, akan aku kabari jika sedang membutuhkan karyawan," ujar Adam dengan rasa tak enak hati.

"Gak papa, Dam," ucap Naura dengan senyum yang terpaksa.

"Tapi kalau Mbak Na memang sedang membutuhkan pekerjaan, nanti aku bisa tanyakan sama temen aku, kali aja mereka tidak membuka lowongan untuk karyawan baru," kata Adam yang tak tega saat melihat wajah Naura. Meskipun ditutupi oleh senyum, tetapi Adam tahu bagaimana perasaan Naura yang merasa kecewa.

"Boleh tuh, Dam. Aku benar-benar sedang membutuhkan pekerjaan. Gak mungkin aku terus menerus tinggal bersama dengan mbak Ara dan juga mas Kanna."

Meskipun kecewa, tetapi setidaknya ada sedikit harapan untuk mendapatkan pekerjaan baru, karena ia tak ingin bekerja di perusahaan milik Arya.

Baru saja ingin keluar, tiba-tiba tubuh Naura ditabrak oleh sosok bocah perempuan yang sesuai dengan anaknya.

"Ups ... maaf Tante, gak sengaja," kata bocah itu yang kemudian berlindung dibelakang tubuh Naura. Tak lama kemudian muncul seorang pria yang begitu sangat ia kenali.

"Tante, tolong aku. Aku gak mau pulang."

...#BERSAMBUNG#...

Makasih atas dukungan kalian semua 💋

Bab 3 | Bertemu Alzam

Naura masih tak percaya dengan gadis kecil yang ada dihadapannya adalah anak dari adiknya. Sebelumnya Zahra sudah memberi tahu jika Melani telah meninggal saat melahirkan anaknya, tetapi Alzam tak memberinya kabar.

"Mas Alzam mengapa menyembunyikan kenyataan ini dari kami, Mas? Melani itu adik kami, tapi Mas Alzam egois tak memberi tahu jika adik kami meninggal! Suami macam apa kamu, Mas?" protes Naura yang tak sengaja bertemu dengan Alzam dan juga anaknya.

"Maaf jika keputusanku menyembunyikan kematian Mela salah, tapi aku tidak ingin kalian terus-menerus menghawatirkanku yang hendak mati saat itu," ujar Alzam dengan perasaan sesal.

Kini mata Naura terfokus pada Alma, yang memiliki wajah duplikat Melani saat seusianya. Tak terasa air matanya menetes begitu saja.

"Tante mengapa menangis? Apakah papaku telah menyakiti Tante?" tanya Alma dengan kepolosannya.

Sebisa mungkin Naura mencoba untuk tetap tersenyum, meskipun hatinya berdenyut.

"Tidak, Sayang. Tante hanya sedang mengingat adik Tante yang sudah tenang di surga, Nak," ucap Naura yang tak bisa menahan air matanya.

"Oh, berarti adik Tante sama seperti mama Alma yang udah tenang di surga. Surga itu seperti apa, mengapa mereka memilih untuk tinggal disana, Tan?"

Naura menatap lekat iris mata bocah yang ada didepannya. "Surga itu indah dan hanya orang-orang baik yang bisa tinggal di sana, karena Allah sayang sama mama kamu jadi Allah memberikan surganya pada mama kamu, Sayang," ujar Naura dengan bibir yang gemetar.

Mata Alzam tak hentinya menatap Naura yang memiliki jiwa keibuan yang sangat lembut. Seolah ia melihat Melani dalam diri Naura.

Cukup lama Naura berbincang dengan Alma dan juga Alzam. Ternyata roda kehidupan itu berputar. Saat ini Alzam sudah tak memiliki apa-apa, hanya memiliki rumah yang ia tempati sebagai satu-satunya harta yang tersisa.

"Jadi sekarang Mas Alzam kerja apa?" tanya Naura.

"Untuk saat ini aku sedang merintis usaha baru. Kamu kan tahu sendiri kalau nyari pekerjaan itu sangat susah, terlebih tak sesuai dengan gajinya," jawab Alzam.

"Tapi sekarang ada perusahaan besar yang sedang membuka lowongan kerja besar-besaran, Mas. Mas Alzam gak mau melamar kesana?"

Alzam tersenyum tipis. "Dulu aku dengan pemilik perusahaan itu bersaing ketat untuk mempertahankan nama perusahaan kami masing-masing. Saat ini perusahaanku sudah lenyap dan dibeli olehnya, mana mungkin aku aku melamar di perusahaan itu, Na."

Naura mengerti dan paham bagaimana perasaan Alzam saat ini. Bangkit dari nol tidaklah mudah, terlebih saat ini ia harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk Alma. Sama seperti dirinya yang harus berjuang seorang diri dan menjadi Ayah sekaligus ibu untuk Raya. Nasib keduanya sama, yang membedakan hanyalah statusnya saja.

Alzam resmi mendapatkan gelar duda ketika Melani telah meninggal, tetapi tidak dengan dirinya yang sama sekali tidak gelar apa-apa karena ia melahirkan tanpa seorang suami.

Dunia seakan terasa sempit saat keduanya bertemu dalam keadaan yang serupa, sama-sama menjadi single parent untuk anak mereka.

Setelah bertemunya dengan Alzam dsn Alma hati Naura semakin tidak tenang dan terus mengkhawatirkan bagaimana tumbuh kembang Alma tanpa peran seorang ibu di sampingnya.

"Na, dari tadi mbak lihatin kamu bengong aja. Lagi mikirin apa? Apakah sudah ada jawaban dari pihak perusahaan? Apakah kamu ditolak?" tanya Zahra yang sejak tadi memperhatikan Naura melamun.

"Aku merasa menyesal telah melamar di perusahaan itu, Mbak. Ternyata perusahaan itu milik om Arya. Aku harus bagaimana?"

Zahra terkejut dengan ucapan Naura. Mengapa bisa menjadi sebuah kebetulan, apakah itu adalah sebuah pertanda jika Tuhan akan menyatukan mereka? Tetapi dalam relung hatinya, Zahra tidaklah setuju jika takdir akan mereka. Sudah cukup penderitaan Naura selama ini karena perbuatan Arya.

"Kalau itu perusahaan om Arya, kenapa Mas Kanna nggak kasih tahu, sih? Harusnya dia cegah kamu, Na!"

"Nah, itu dia Mbak ... kenapa mas Kanna gak kasih tahu."

.

.

Pagi ini setelah Raya dan juga Khanza berangkat ke sekolah, Naura memutuskan untuk menemui Alzam. Sampai saat ini dirinya masih mengkhawatirkan Alma. Entah mengapa perasaannya ingin sekali memberikan sedikit perhatiannya kepada bocah malang itu.

"Kamu mau kemana, Na?" tanya Zahra heran.

"Aku mau ke rumah Mas Alzam bentar, Mbak. Mau lihat Alma," ujar Naura.

"Kamu ini lucu, Na. Jam segini Alma sekolah!" kata Zahra yang langsung tertawa.

Saat itu juga Naura menertawakan dirinya sendiri yang terlewat bodoh dengan kekhawatirannya yang berlebihan.

"Iya juga, ya."

Baru saja Naura ingin kembali ke kamarnya tiba-tiba bel rumah berbunyi. Karena Zahra sudah naik ke atas lebih dahulu, makan orang memilih untuk membuka pintu. Saat dibuka matanya langsung membeli dengan sempurna saat Arya telah berdiri di hadapannya.

"Kamu tinggal disini?" tanyanya langsung.

"Om Arya ngapain ke sini?"

"Aku hanya ingin memastikan jika kamu dan anak kita baik-baik saja."

Naura mende.sah kasar. "Harus aku katakan berapa kali kalau aku nggak melahirkan anak, Om!"

"Bohong! Kamu kira aku bodoh! Aku bisa saja mengambil paksa anak itu dirimu, tapi aku tidak mau melakukan itu, Na! Aku hanya ingin mendengar jika kamu sudah melahirkan anak kita dengan selamat. Aku ingin bertemu dengannya."

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!