NovelToon NovelToon

Istri Terbuang Tuan Impoten

BAB 01. Bertahan Terluka

"Terkadang kita harus berpikir sejenak dan terdiam untuk beberapa saat untuk menempatkan diri di segala situasi hal."

- Anonymous

02.00 Dini Hari.

Diajeng memeluk rapat-rapat tubuhnya saat seseorang mendobrak pintu rumahnya, dia tahu itu adalah ayahnya yang sudah pulang.

Semenjak ditinggalkan oleh ibunya yang meninggal karena sakit, sikap ayahnya berubah kepada Diajeng, ayahnya jadi sering mabuk Dan judi bahkan tidak segan menyiksa Diajeng ketika dia butuh pelampiasan emosi.

"Diajeng! Dimana kamu!" teriak Rusdi ~Ayah Diajeng

Rusdi berjalan masuk mencari Diajeng dan sudah mendobrak pintu kamar Diajeng, sementara Diajeng dia sudah keringat dingin di sudut kamarnya.

"Nah! Ketangkap kamu! Kenapa kamu sembunyi dari ayah, Hah?" Rusdi menarik tangan Diajeng dan memaksanya untuk berdiri.

Diajeng memberontak, dia tahu dia akan dibawa kemana tapi karena tenaga Rusdi lebih besar dari Diajeng, membuat Diajeng tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

PLAK!

Sebuah tamparan jatuh di pipi Diajeng yang membuat Diajeng otomatis memalingkan wajahnya ke samping, Rusdi segera menyeret Diajeng keluar dari rumah dan hendak membawanya ke suatu tempat.

Di luar rumah sudah ada dua orang yang menunggu Diajeng dan seorang wanita Paruhbaya yang terlihat seperti seorang mucikari wanita malam.

"Kamu akan ayah jual sebagai penebus hutang ayah ke Bu Linda!" ujar Rusdi menyeret Diajeng keluar dari rumah.

Sesampainya di halaman rumah, Diajeng langsung di hempaskan ke tanah yang membuat dua orang pria berbadan tegap di luar sana langsung mengunci pergerakan Diajeng.

"Ayah! Diajeng gak mau yah!" teriak Diajeng berusaha memberontak namun lagi-lagi usahanya hanyalah sia-sia belaka.

"Bagaimana, anak ini biasakan menjadi pelunas hutangku?" tanya Rusdi kepada Linda.

Linda berjalan ke arah Diajeng kemudian melirik Rusdi. "Tergantung."

"Maksudnya?" tanya Rusdi pada Linda.

"Is she still a virgin?" tanya Linda balik.

Rusdi menyeringai ganas seolah melupakan kuadrat bahwa Diajeng itu adalah anaknya sendiri. "Dia masih perawan dan belum pernah disentuh."

Linda tersenyum puas dan licik. "Good! Dia adalah barang bagus."

Linda beralih menatap Diajeng dalam, dia mengelus pipi Diajeng kemudian tanpa aba-aba menarik kerudung Diajeng yang membuat rambut Diajeng seketika keliatan.

"Kamu tidak akan membutuhkan ini cantik, kamu tidak perlu kerudung untuk melayani laki-laki diluaran sana," bisik Linda.

"TUNGGU!"

Suara teriakan pria membuat semuanya berpaling kesana, itu adalah Damar, kekasih Diajeng.

"Lepaskan dia!" ujar Damar yang membuat Rusdi berjalan menghampirinya.

"Mau apa kamu!" bentak Rusdi pada Damar.

"Istighfar Pak! Diajeng itu anak Bapak, Bapak gak takut dosa menjual anak sendiri?"

"Halah!" BUGH! Rusdi menghantam wajah Damar dengan bogem. "Tahu apa kamu tentang dosa! Daripada dia pacaran sama kamu lelaki miskin, mending dia saya jual!"

BUGH!

ARGH!

"Mas DAMAR!" teriak Diajeng di hening malam itu.

"Diam kamu! Kamu hajar dia!" ujar Linda pada Rusdi.

"Jangan!" teriak Diajeng.

"Diam!"

Diajeng terdiam, dia kemudian menendang Linda yang membuat Linda tersungkur ke belakang sehingga refleks membuat dua pria yang menahan Diajeng langsung menolong Linda.

"L-Lari Diajeng!" teriak Damar pada Diajeng.

Melihat ada kesempatan membuat Diajeng langsung berlari dari sana dan mencoba untuk kabur setelah mengambil kerudungnya.

"Kurang ajar! Kejar dia!" teriak Linda kepada dua anak buahnya.

Dua pria berbadan tegap itu langsung mengejar Diajeng yang berlari di pinggir jalan, disaat Diajeng hendak menyebrang sebuah mobil dengan lampu sorot di pekaknya malam menyorot Diajeng yang berada di tengah jalan.

Srtt!

Suara decitan ban karena mobil itu mengerem mendadak memekakkan malam itu, Diajeng tertunduk di aspal yang membuat pengendara mobil itu keluar untuk menemui Diajeng.

Seorang wanita seusia Diajeng dengan tampak keluar dari sana, rambut tergerai dan kacamatanya.

"Ada apa?"

Diajeng langsung berdiri dia langsung berlari ke arah wanita itu dan meminta bantuan. "Tolong Mbak, a-aku mau dijual.'

Mendengar ucapan itu membuat sang wanita pemilik mobil terdiam sejenak, tampak ada sesuatu di dalam pikirannya sebelum dia tersenyum licik dan setuju membantu Diajeng.

"Saya bersedia membantu kamu, tapi saya punya satu syarat, bagaimana?"

"S-syarat?"

"Yah! Bagaimana?"

"M-mau Mbak," jawab Diajeng kemudian berjalan mengikuti wanita tadi masuk ke dalam mobilnya.

TBC

Gak semua Ayah kayak Ayahnya Diajeng yah

Tapi gak semua Ayah juga kayak Ayah terbaik yang pernah ada.

Walaupun demikian, Ayah tetaplah cinta pertama putrinya.

BAB 02. Sebuah Syarat

"Terdapat berbagai macam skenario dari Tuhan, tapi yang kita tahu, kita hanya bagian dari panggung sandiwara bukan penulis skenarionya."

- Anonymous.

Diajeng kini sudah bisa menghela napas lega saat berada di dalam mobil wanita tadi, dia tidak pernah menaruh pikiran bagaimana jadinya jika dia di jadikan wanita malam sungguhan.

"Saya, Renata, kamu siapa?" tanya wanita yang disinyalir bernama Renata itu.

Diajeng menilik ekor matanya ke arah Renata dan menatapnya yang sedang menyetir. "Di-diajeng, Mbak."

Mendengar itu membuat Renata menganggukkan kepalanya, dia kemudian menghela napas panjang sembari tetap mengendarai mobilnya.

"Serius kamu setuju dengan syarat yang akan saya berikan, ini?" tanya Renata memastikan.

Diajeng menganggukkan kepalanya, dia tidak ada pilihan lain sekarang, karena dia sudah di tolong oleh Renata.

"Syarat dari saya adalah kamu harus menjadi istri dari kakak saya, bagaimana?" ujar Renata kembali.

Mendengar itu membuat Diajeng sedikit terkejut bagaimana bisa dia langsung menjadi istri. "I-istri, Mbak?"

"Iya, kamu harus menikah dengan kakak saya, biar saya jelaskan yah kakak saya pernah kecelakaan yang membuat dia jadi lumpuh, nah tugas kamu adalah menjadi istrinya."

Diajeng terdiam sejenak, dia tidak memiliki pilihan lain, dia hanya punya dua pilihan ikut dengan Renata atau kembali ke rumahnya dan kembali ke rumahnya bukanlah pilihan untuk Diajeng.

"B-baik, aku bersedia, Mbak."

Renata tersenyum, dia kemudian kembali mengendarai mobilnya menuju rumahnya, dimana dia dan kakaknya tinggal.

Renata memarkirkan mobilnya di sebuah halaman rumah yang luas, rumah dengan dua tingkat bangunan membuat Renata sudah terlihat seperti orang berada.

"Ayok."

Renata turun dari mobil bersama dengan Diajeng, Diajeng sendiri masih kebingungan dia harus bereaksi apa dan melakukan apa sekarang.

Krt!

Renata mendorong pintu rumahnya sampai terbuka dan tampak seorang pria dewasa duduk di sebuah sofa tepat diruang tamu yang terhubung langsung dengan pintu utama.

"Darimana saja, kamu?" tanya pria itu yang membuat Renata menghela napas panjang kemudian berjalan ke arah pria itu.

"Kak Danu belum tidur?" tanya Renata menyimpan tasnya di meja yang ada di hadapan Danu. "Obatnya udah diminum?"

"Kakak tanya, kamu darimana?"

"Lembur kak, tadi ada problem di mainframe kantor jadi harus ngurus itu dulu, oh iya kak, ini Diajeng," jawab Renata kemudian memperkenalkan Diajeng kepada Danu.

"Terus?"

"Dia calon istri kakak," jawab Renata yang membuat Danu mengangkat alisnya.

"Jangan bercanda!" Danu menggerakkan sedikit tubuhnya untuk naik ke kursi roda.

Walaupun lumpuh, Danu bukanlah pria yang tidak bisa melakukan apa-apa, dia bisa mandiri untuk kembali ke kursi roda sendiri.

Setelah kembali ke kursi rodanya, Danu menggerakkan kursi rodanya meninggalkan Renata dan Diajeng di ruangan itu.

"Diajeng, tunggu yah, saya temuin Kak Danu dulu," ujar Renata berjalan menyusul kakaknya.

Danu sudah masuk ke dalam kamarnya yang terletak di samping tangga menuju lantai dua rumah itu, Renata masuk ke dalam sana.

"Kak, dengerin Renata dulu," ujar Renata berjalan ke arah kakaknya.

"Apa! Kamu udah gak mau ngurus kakak? Kalau kamu gak mau yaudah gak usah!"

Renata menghela napas panjang. "Bukan begitu kak, aku tuh sayang sama kakak, tapi aku harus ke luar negri buat ngurus perusahaan peninggalan Papa di sana, dan aku gak bisa ninggalin kakak sendirian."

"Kakak udah bilang, kalau kamu gak mau ngurus kakak, gak usah!"

"Terus aku ninggalin kakak disini? Gak lah kak, tolong yah kak, Diajeng itu wanita baik-baik, oke emang aku baru kenal dengan dia tapi aku yakin feelingku gak akan pernah salah."

Danu terdiam, dia memejamkan matanya perlahan. "Kamu yakin? Kakak gak akan menjamin dia akan bahagia."

Renata tahu betul keras kepala kakaknya itu, Renata meraih tangan kakaknya. "Gak akan ada siapapun yang bisa menghakimi kondisi fisik kakak, percaya sama aku."

Danu memejamkan matanya sejenak. "Oke, kakak setuju."

TBC

BAB 03. Jangan Menyediakan Madu

"Apa yang kau anggap baik belum tentu baik, bisa jadi itu baik dimatamu tapi belum tentu Dimata Allah, dan bisa jadi itu buruk dimatamu tapi baik Dimata Allah."

- :)

04.17 - Subuh.

Diajeng duduk bersimpuh dengan mukena yang dia pakai, berusaha bicara lewat hati ke hati dengan Allah atas hal yang terjadi padanya.

"Ya Allah, jika memang begini harusnya, apakah harus hamba menjalaninya, ya Allah berikanlah hamba setidaknya jawaban atas apa yang hamba hadapi."

Setelah persetujuan dari Danu, akhirnya Diajeng benar harus menikah dengan Danu pagi itu juga, Renata benar-benar sudah mempersiapkannya dengan baik.

Masih subuh begini, berbagai orang sudah ada dirumah itu mempersiapkan akad nikah secara dadakan itu.

Tok! Tok!

Diajeng berdiri dari simpuhnya kemudian berjalan membukakan pintu untuk orang yang mengetuk kamar itu.

Yah, Diajeng menginap dirumah itu dan menempati kamar tamu, disaat Diajeng membuka pintu dia mendapati Renata berdiri di hadapannya.

"Kamu habis sholat? Saya ganggu yah?" tanya Renata pada Diajeng.

"E-enggak kok, Mbak."

Renata tampak dengan seorang wanita yang membawa sebuah kotak di tangannya yang terlihat seperti tas.

"Ini Make-up pengantin kamu yah, kamu akan di make up dari sekarang."

Renata memerintahkan perias wajah itu masuk ke kamar Diajeng dan mulai merias Diajeng, Renata juga membawa satu setel kebaya syari'i untuk Diajeng.

"Mbak, bukankah menikah butuh wali, tapi ayah aku-"

Diajeng menggantung kalimatnya yang membuat Renata mengerti ucapan dan kekhawatiran Diajeng.

"Saya sudah mengurus semuanya," jawab Renata berjalan meninggalkan Diajeng dan Perias itu.

Renata berjalan ke arah ruang tamu dan mengecek persiapan yang sudah hampir selesai, Renata sendiri sudah mengantongi alamat rumah Diajeng.

"Sebelum jam enam pagi, semuanya sudah harus siap."

Renata kemudian berjalan keluar dari rumah menuju mobilnya, langit masih gelap bahkan suara sayup-sayup dimasjid masih terdengar, Renata mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Diajeng.

Sesampainya disana, Renata turun dari mobil dan berjalan di halaman rumah Diajeng, Renata mengetuk pintu tersebut.

"Siapa sih! Subuh-subuh begini ganggu, gak tahu apa saya lagi pusing!" teriak Rusdi membukakan pintu. "Siapa kamu!"

"Anda butuh berapa juta?" ujar Renata to the point. "Lima ratus juta."

Renata menyodorkan sebuah check lima ratus juta kepada Rusdi, Rusdi yang melihat itu lantas ingin meraihnya tapi Renata mengelak.

"Harus ada syaratnya, dong."

"Apa syaratnya?"

"Anda harus menjadi wali nikah, Diajeng, anak Anda, pagi ini akad nikahnya, bagaimana?"

Rusdi terdiam, bagaimana bisa Diajeng akan menikah dengan seseorang secara mendadak, Rusdi tidak memikirkan itu yang ada di kepalanya hanya uang.

"Oke, saya bersedia," ujar Rusdi.

Renata menjulurkan tangannya. "Deal?"

"Deal!" ujar Rusdi menerima check senilai lima ratus juta itu.

Tak jauh dari sana, seorang pria dalam keadaan babak belur mendengar ucapan mereka, matanya menatap nanar dengan sembab mendengar kabar itu.

Dia adalah Damar, betapa hancurnya Damar mengetahui sang kekasih akan menikah dengan seorang pria lain.

"Saya ingin bicara berdua dengan Diajeng, bisa kamu keluar?"

Suara Danu yang baru saja masuk ke kamar Diajeng membuat Perias itu keluar meninggalkan Diajeng.

"Diajeng menatap kaca dimana ada pantulan Danu di belakangnya.

"Saya berharap kamu tidak menyesal, saya tidak akan bisa memberikan apa yang kamu mau."

Air mata Diajeng turun perlahan.

"Maafkan saya yang sudah membawa kamu di posisi sulit seperti ini, tapi semuanya sudah terjadi, sulit bagi saya menikahi wanita yang saya tidak cintai, begitupun kamu, tapi saya harus."

Diajeng menunduk dengan keadaan sesenggukan dan air mata memudarkan setengah riasan wajahnya.

"M-Maaf, Mas."

"Saya yang minta maaf, kamu harus menjadi istri dari saya, tapi sebelum kamu terkejut nantinya, saya ingin mengatakan bahwa saya tidak sesuai dengan ekspektasi kamu, jangan mencari kebahagiaan dengan saya, karena saya tidak akan pernah bisa mencintai kamu."

Danu menggerakkan kursi rodanya keluar dari kamar, sesampainya di ambang pintu Danu berhenti. "Satu lagi, jangan memberikan saya madu nantinya jika saya hanya mampu membalas racun, ini tidak seindah pernikahan di novel-novel Diajeng."

Semakin jatuh air mata Diajeng apalagi setelah Danu benar-benar keluar dari kamar itu.

TBC

Assalamualaikum

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!