"Nesya, bagaimana hubungan kamu dan Vero?" tanya mama pada Nesya.
"Baik-baik saja Ma. Tak biasanya Mama merasa penasaran dengan hubunganku dan Vero?" ujar Nesya yang merasa penasaran
Karena selama ini, baik Mama ataupun Papanya tak pernah sedikitpun ikut campur. Bahkan hanya sekedar membahas pun tak pernah kedua orangtuanya lakukan.
Namun kali ini, entah karena apa sang Mama merasa ingin tahu dengan hubungannya bersama sang kekasih Tampak mereka tengah menikmati makan malam di ruang makan bersama
"Iya Ma, tumben Mama penasaran dengan hubungan Nesya" Papa ikut menimpali ucapan Nesya.
Karena menurutnya, istrinya memang sedikit aneh tak seperti biasanya yang tak pernah merasa penasaran atau ikut campur dalam urusan percintaan anak semata wayangnya itu.
Nesya Verina Nicolas putri satu-satunya dari Papa Ryan Nicolas dan Mame Fabia Nicolas. Menjadi anak tunggal dari keturunan Ryan Nicolas, membuat Nesya tak pernah merasa kekurangan materi sedikitpun.
Bahkan kasih sayang pun juga dirinya dapatkan dari kedua orangtuanya itu, yang begitu menyayanginya Dan senantiasa melimpahi nya dengan curahan kasih sayang.
Nicolas, merupakan marga keturunan dan nenek moyang Papa Nesya yang sangat populer di kalangan masyarakat. Terkenal menjadi keturunan yang memiliki harta dengan jumlah terlampau tinggi dan memiliki banyak aset di negaranya.
Hingga membuat keluarga Nicolas menjadi salah satu keturunan yang terkenal memiliki kekayaan fantastis.
Di samping orang-orang yang juga memiliki kekayaan dengan jumlah fantastis lainnya .
Termasuk jajarannya adalah keluarga Brown, yang sampai saat ini tetap bertahan pada posisinya menjadi yang paling tertinggi jumlah aset dan kekayaannya.
Nesya memiliki seorang kekasih bernama Vero Vagelo Marcho. Kekasih yang menjalin hubungan dengannya hampir dua tahun semenjak di bangku SMA.
Nesya dan Vero berbeda usia satu tahun. Saat mereka menjalin cinta, Nesya sedang duduk di bangku kelas XII SMA, sedangkan Vero telah masuk ke universitas.
Sementara saat ini, Nesya telah masuk ke kampus yang sama dengan kekasihnya, Vero. Sehingga membuat mereka semakin lengket dan sering menghabiskan waktu bersama.
"Enggak ... Mama cuma sedikit khawatir dengan hubungan kalian. Mama memiliki firasat tak enak." Ujar Mama berkata jujur, mengungkapkan isi dalam hatinya.
"Khawatir kenapa Ma? Tenang saja Ma, Vero selama ini selalu setia, baik, dan sayang sama Nesya" Tutur Nesya yang merasa sang Mama tak perlu mengkhawatirkan hubungan dirinya dan Vero.
Karena Nesya yakin, Vero adalah seorang kekasih yang baik dan begitu menyayanginya. Terbukti dengan selama ini Vero yang selalu menuruti semua keinginannya, dan tak pernah mengeluh sedikitpun.
Bahkan Vero selalu terlihat begitu baik dan menyayanginya, jadi mana mungkin Vero akan menyakitinya suatu hari. Nesya tak mempercayai hal itu.
"Semoga saja Vero memang menyayangi dengan tulus, Sayang. Mungkin ini hanya perasaan Mama saja" Tutur Mama yang mencoba ikut berpikir positif.
Mencoba berpikir apa yang Nesya katakan adalah fakta yang sebenarnya terjadi. Karena jika demikian, berarti firasatnya yang tak enak hanyalah perasaannya saja. Yang mungkin terlalu khawatir pada Nesya.
Setelah melakukan makan malam dengan tampak begitu nikmat, Papa dan Mama segera pergi ke ruang keluarga untuk menonton bersama. Kebiasaan mereka setiap selesai makan malam.
Karena mereka tak ingin langsung ke kamar, disebabkan akan membuat mereka ingin tidur dan terlelap. Dan mereka tak menginginkan hal itu, karena mereka tahu dampak buruk tidur setelah selesai makan.
Kedua orangtua Nesya bahkan semua keluarga besarnya adalah orang-orang yang sangat menjaga pola hidup yang sehat.
Demi menghindari berbagai macam penyakit dan gangguan gangguan terhadap metabolisme tubuh yang bisa saja suatu hari, akan menghambat kehidupan mereka berjalan dengan baik dan lancar.
Sedangkan Nesya sedang menerima panggilan dari kekasihnya, Vero.
"Hallo Honey" Sapanya pada sang kekasih.
"Hai Beb, bisa besok kita bertemu?" tanya Vero menanyakan pada kekasihnya.
Nesya tampak tersenyum, merasa tersipu malu, Karena sang kekasih mengajaknya bertemu. Nesya merasa yakin Vero akan mengajak dirinya untuk Dinner bersama dengan romantis
"Of course. Tentukan saja tempat dan waktunya Honey"
"Baiklah Baby, see you" Tutur Vero menutup panggilannya.
Nesya tersenyum sumringah setelah mendapat panggilan dari Vero. Apalagi teringat bahwa besok mereka akan bertemu, membuat hatinya semakin berbunga-bunga. Hatinya merasa sangat bahagia dan tentu saja merasa senang yang tak terkira.
Nesya menyusul kedua orangtuanya yang sedang menonton. Datang dengan wajah sumringah dan terlihat bahagia membuat Papa dan Mama bertanya-tanya yang terjadi pada anak semata wayangnya.
"Kenapa tersenyum tak jelas begitu, Sayang?" tanya Mama yang tak tahan untuk tak bertanya pada putri kesayangannya.
"Vero mengajak kami janjian Ma" Tutur Nesya dengan bahagia. Senyuman masih tampak terpatri di bibirnya.
Papa dan Mama mengangguk mengerti dengan perkataan putri mereka. Telah menjadi kebiasaan Nesya bertingkah bucin seperti itu. Mereka pun tak lagi heran, namun hanya dapat menggelengkan kepala merespon kelakuan anak semata wayangnya itu.
Mereka melanjutkan kegiatan menonton mereka, termasuk Nesya juga turut serta untuk menonton bersama kedua orangtuanya. Senyuman tak pernah luntur dari bibir Nesya kala kembali mengingat besok akan ada janji bersama sang kekasih
"Apa kau tetap tak ingin pindah ke luar negeri Sya?" tanya Papa
Semenjak Nesya masuk ke bangku SMA, Ryan Nicolas memang telah gencar menawarkan pada Nesya supaya mau melanjutkan kuliah ke luar negeri. Dirinya berkeyakinan, pendidikan di luar akan lebih mampu menopang pengetahuan dan kemampuan Nesya untuk menjadi pewarisnya kelak.
Namun putri satu-satunya itu menolak dengan tegas permintaannya. Selain tak merasa tak ingin jauh dari rumah, alasan yang mendominasi Nesya untuk saat ini adalah Vero. Nesya tak ingin meninggalkan kekasihnya itu, meski kedua orangtuanya meminta.
"Pa, bukankah Nesya sudah katakan tidak ingin sama sekali. Apalagi Nesya tak ingin meninggalkan Vero" Tutur Nesya merengek pada sang papa.
"Bukankah kalian juga masih jauh untuk berencana menikah? Sepertinya tak apa, jika Vero kau tinggalkan sejenak untuk melanjutkan pendidikan Sya." Ujar Papa menyangga perkataan Nesya.
"Pa, Ma, Nesya juga tak ingin jauh dari kalian. Please jangan paksa Nesya untuk kuliah di luar negeri." Ujar Nesya merengek kembali.
Papa dan Mama tak lagi dapat memaksa jika Nesya menolak seperti ini Mereka memaklumi Nesya sedang dilanda asmara yang membuncah bersama Vero. Namun mereka berharap semoga kelak Nesya pada akhirnya akan mau untuk berkuliah di luar negeri.
Setelah perbincangan mereka, Nesya dan Mama Papa kembali menikmati tontonan mereka. Meski mereka berbeda usia dan generasi, namun rupanya selera tontonan mereka tak begitu berbeda.
Nesya yang merasa matanya mulai mengantuk tak kuat lagi untuk membuka matanya dengan lebar.
"Ma, Pa, Nesya ke kamar dulu mau tidur." Tuturnya pada kedua orangtuanya.
"Tidur yang nyenyak Sayang." Ujar Mama merespon perkataan Nesya.
Next .......
Keesokan harinya, Nesya yang amat gembira sedang bersiap-siap untuk menemui sang kekasih. Mereka kan melakukan dinner di sebuah rumah makan terkenal. Dengan berdandan cantik, Nesya segera berangkat untuk menemui Vero.
Mengendarai mobil merahnya, Nesya sembari bersenandung ria menikmati perjalannya untuk menemui sang kekasih.
Sementara seorang pria tengah duduk santai di sebuah meja di ruang VIP. Sembari memainkan ponselnya, pria itu menunggu kedatangan sang kekasih. Pria itu adalah Vero.
Nesya yang baru sampai, segera turun dari mobi dan berlari menuju ruangan di mana sang kekasih sedang menunggu.
"Sorry Honey, apa aku terlambat?" ujar Nesya merasa bersalah, dengan menatap jam yang bertengger di pergelangannya.
"Tentu saja tidak, Baby. Duduklah." Titahnya pada Nesya.
Mereka memutuskan untuk memesan makan dan minum, serta menikmatinya dengan candaan dan tawa ringan.
Vero yang sejak tadi tampak gelisah dan aneh, tak disadari Nesya sama sekali. Vero terlihat ingin mengatakan sesuatu namun masih mengumpulkan kekuatan untuk berani mengatakannya.
Setelah mereka menyelesaikan kegiatan makan mereka, Vero akhirnya memberanikan diri untuk membuka mulutnya.
"Sya, ada yang ingin ku katakan." Tuturnya tanpa memanggil Nesya dengan panggilan kesayangan mereka.
Nesya yang mendengar Vero memanggil dirinya dengan nama, tampak merasa aneh. Mendadak perasaannya menjadi tak enak.
"Ada apa?" tanya Nesya dengan wajah waspada.
"Aku ingin hubungan kita berakhir. Cukup sampai di sini." Jelas Vero lancar tanpa hambatan.
Hatinya merasa lega setelah mengatakan hal itu. Karena selama dua tahun ini, dirinya memang selalu menyembunyikan alasan sesungguhnya dirinya mau menjalin hubungan dengan Nesya.
Sementara Nesya yang mendengar perkataan sang kekasih, merasa terkejut. Namun detik selanjutnya dirinya terkekeh pelan.
"Kau bercanda? Sudahlah Honey tak usah main-main seperti ini." Ujar Nesya yang mengira Vero sedang bercanda dengannya.
"Aku tak bercanda. Hubungan kita memang harus berakhir." Tegas Vero penuh penekanan.
Dirinya sadar telah melukai hati Nesya. Namun jika hubungan mereka tetap dilanjutkan, maka Nesya akan semakin terluka. Karena selama ini dirinya tak pernah serius menjalani hubungan dengan Nesya.
Deg
"Kenapa?" singkat Nesya bertanya.
Dadanya sesak mendengar penuturan Vero yang tak main-main. Pria yang sudah dua tahun menjalin hubungan dengannya itu, memang ingin mengakhiri hubungan diantara mereka.
"Aku tak bisa menjelaskan alasannya." Ujar Vero yang tak ingin menjelaskan alasan dibalik keputusannya.
Nesya tersenyum sinis. "Jika kau tak mengatakannya, aku juga tak akan menerima keputusan mu untuk mengakhiri hubungan kita." Ancam Nesya pada Vero.
Vero terdiam sejenak memikirkan kalimat yang tepat untuk dirinya sampaikan pada sang kekasih.
"Sebenarnya selama ini aku tak pernah serius menjalani hubungan denganmu. Kau cantik, populer, semua orang di pelosok bumi manapun mengenalmu. Aku memanfaatkan kelebihan itu, untuk menaikkan derajat ku. Dengan menjadikanmu kekasih." Jelas Vero menunduk malu.
Semua yang dirinya katakan adalah kebenaran. Selama ini, dapat dikatakan bahwa dirinya hanya sedang melakoni sandiwara bersama Nesya.
Dan benar selama ini dirinya juga menjadi banyak dikenal masyarakat, karena menjalin hubungan dengan putri tunggal keturunan Ryan Nicolas. Bahkan banyak pria yang merasa iri kepada Vero karena berhasil menjadi kekasih seorang Nesya Nicolas.
Nesya yang mendengar alasan Vero menjadi marah. Jadi selama ini dirinya hanya dimanfaatkan oleh seseorang yang dirinya anggap sebagai kekasih. Nesya terlihat tampak muka.
Ia bangkit dari posisi duduknya, mendekat pada Vero dan melayangkan sebuah tamparan keras ke pipi mantan kekasih.
Plak
Plak
Tak hanya sekali, tapi dua kali Nesya memberikan tamparan pada Vero. Di pipi sebelah kanan dan sebelah kiri. Namun masih saja dirinya tak merasa puas, namun Ia urungkan niatnya untuk melakukannya lagi.
Tetapi tetap saja, kesalahan Vero tak bisa ditolerir. Pria itu begitu brengsek mempermainkan dirinya. Emosinya kembali naik, kala mengingat selama dua tahun dirinya hanya dipermainkan.
"Apa hukuman yang pantas untuk pria brengsek seperti mu? Dua tahun kau bersandiwara dan mempermainkan ku. Apa kau pantas untuk hidup, ha?" Teriak Nesya dengan murka.
Emosinya benar-benar meledak. Rasanya Nesya ingin menguliti Vero sampai tak bersisa. "Kau pergi dari hadapanku!" Usir Nesya dengan suara tertahan.
Lebih baik mengusir pria itu, dibanding harus terus melihat wajah brengsek itu. Yang tentu saja akan membuat dirinya semakin merasa emosi dan tak dapat menahan nya lagi.
"Maafkan aku Sya. Aku menyesal, aku memutuskan hubungan diantara kita. Supaya sandiwara yang ku lakukan juga berakhir. Karena aku sebenarnya menyesal dengan perbuatan ku yang mempermainkan mu." Tutur Vero yang nampak menyesal.
Mendengar hal itu, Nesya mencerna ucapan pria itu. "Apa kau pernah mencintai ku?" tanyanya pada Vero.
"Maafkan aku." Ujar Vero kembali meminta maaf. Karena selama ini dirinya memang tak pernah melibatkan perasaan dalam hubungan palsu itu.
Mendengar jawaban Vero, Nesya kembali terbakar emosi. "Pergi! Jangan pernah tampakkan dirimu di hadapan ku!" Marahnya pada Vero.
Hingga pria itu pun segera meninggalkan Nesya yang masih terlihat marah. Ia berlalu pergi meninggalkan tempat itu, setelah mengucapkan permohonan maaf pada Nesya.
Sedangkan Nesya tampak terisak pelan saat Vero tak lagi terlihat dalam pandangannya. Dapat dipastikan pria itu telah meninggalkan ruangan ini.
Nesya menangis pilu, meratapi kebodohannya yang tak pernah menyadari selama ini hanya dipermainkan oleh Vero. Hatinya terluka dan merasa sakit, karena sebenarnya dirinya memang benar-benar mencintai pria brengsek itu.
Nesya masih terus menangisi nasibnya yang begitu memprihatinkan. Dirinya berhasil dalam setiap kebahagiaan, namun dalam urusan percintaan mengapa harus gagal dan menderita.
Nesya menelungkupkan wajahnya di meja yang ada di hadapannya. Pertama kali dalam hidupnya dirinya merasakan sakit seperti ini. Mengapa Vero harus setega itu padanya, mengapa harus dirinya yang dipilih untuk dipermainkan?.
Nesya akhirnya memutuskan untuk pulang kembali ke rumah. Dengan langkah lunglai dan tatapan sendu, dirinya berjalan menuju di mana mobilnya terparkir.
Namun saat hendak sampai di dekat mobilnya, Nesya tak sengaja menabrak seseorang.
"Sorry ..." ucapnya tanpa menoleh pada orng yang ditabraknya. Dan segera masuk ke dalam mobilnya.
Sementara seseorang yang baru ditabrak oleh Nesya, menatap kepergian wanita itu dengan tatapan menelisik. Awalnya dirinya tak terima, Nesya tanpa rasa bersalah mengucapkan kata maaf. Tanpa menatap padanya pula.
"Sepertinya dia sedang bersedih." gumamnya pelan.
Namun saat melihat keadaan wanita yang baru menabrak dirinya, terlihat mengenaskan. Ia tampak tak lagi mempermasalahkan.
Selama ini dirinya juga tak pernah peduli dengan urusan orang lain. Namun entah mengapa dirinya penasaran dengan wanita yang tampak kacau itu.
Namun niat itu Ia urungkan karena harus segera menemui kekasihnya yang telah menunggunya di dalam.
"Apa peduliku" gumamnya lagi menyentak diri sendiri.
Next .......
Nesya yang merasa patah hati, melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Tak memperdulikan keselamatan nya sama sekali.
Dengan berderai air mata dan isakan penuh ironi, dirinya akhirnya sampai di bangunan megah yang menjadi tempat pulangnya.
"Mama!" dengan berlari Nesya mencari sang Mama dengan berteriak.
Setelah menemukan sang Mama yang sedang bermesraan dengan Papanya. Nesya langsung berhamburan memeluk Mamanya, tanpa peduli dengan aktifitas mereka yang telah diganggu nya.
Sontak Mama dan Papa terkejut dengan kehadiran Nesya yang tanpa aba-aba. Mama yang melihat anaknya bersedih, membalas pelukan Nesya dan mengusap rambut anaknya lembut.
Sementara Papa masih tampak bingung dengan kelakuan putrinya itu. Namun tak urung dirinya juga ikut menenangkan putrinya yang nampak menangis terisak-isak.
"Kenapa Sayang? Siapa yang berani menyakiti putri Mama?" tanya Mama sembari menengah Nesya.
"Benar apa yang Mama katakan. Vero hanya main-main denganku. Dan sekarang hubungan kami berakhir." Jelasnya dengan terisak di pelukan sang Mama.
Kemudian Nesya diminta Mama untuk menjelaskan semuanya. Dan Nesya menjelaskan dengan rinci tanpa terlewatkan sedikitpun.
Membuat Mama dan Papa merasa marah, karena putri satu-satunya mereka dipermainkan sedemikian rupa oleh pria brengsek itu.
"Papa jangan!" Larang Nesya saat sang papa hendak menyuruh seseorang memberikan pelajaran. Pada pria brengsek yang berani mempermainkan anaknya.
"Kenapa Sayang? Biarkan Papa membuat pria itu menerima akibatnya." Ujar Mama yang nampak tak terima, sang suami dihalangi untuk memberikan hukuman untuk Vero.
"Aku akan terlihat lebih menyedihkan Ma, Pa kalau sampai Vero diberi pelajaran." Jelas Nesya mengutarakan pemikirannya.
Mama dan Papa sependapat dengan apa yang Nesya sampaikan. Akhirnya Papa mengurungkan niat untuk memberikan efek jera pada Vero.
"Sudah Sayang, pria brengsek seperti itu tak pantas untuk ditangisi." Ujar Mama yang tampak sakit melihat anaknya menangis.
"Nesya, jika kamu tak berhenti menangisi pria brengsek itu. Papa akan memberi pelajaran pada nya." Tegas Papa merasakan hal yang dengan apa yang Mama rasakan.
Papa tak terima anaknya masih saja menangisi pria yang sudah mempermainkan putrinya.
Dan Nesya yang mendengar perkataan tegas sang Papa, segera menghentikan tangisnya. Sebenarnya alasan utama tak ingin sang Papa memberi pelajaran pada Vero, bukan tentang dirinya yang akan terlihat menyedihkan.
Namun Nesya juga tak akan tega jika sang papa menyakiti Vero. Bagaimana pun, Vero adalah pria yang masih dirinya cintai. Meski kini ada kebencian, namun perasaannya juga tak dapat dipungkiri. Masih ada rasa cinta.
"Aku mau tidur di sini, bersama Mama dan Papa." Tutur Nesya meminta.
Sang Mama dan Papa justru saling pandang. Namun memahami perasaan anaknya yang sedang buruk. Mereka pun mengangguk dan mengiyakan permintaan Nesya.
"Apa Mama punya mantan dulu?" daripada sibuk meratapi nasibnya, Nesya mencari topik yang membuatnya akan lupa dengan kesedihan nya.
"Tentu saja punya, persis seperti Papa." Ujar Mama terkekeh geli. Dan diikuti kekehan pula oleh Papa.
Nesya menatap mereka dengan heran. Saat melihat mereka yang tampak tersenyum geli, Nesya menyadari. Mantan yang Namanya maksud adalah sang Papa.
"Kalau Papa apakah punya mantan?" tanya Nesya balik bertanya Papanya.
Karena berdasarkan jawaban sang Mama, Nesya dapat mengetahui. Mantan Mamanya hanyalah sang Papa tak ada yang lain. Kini dia penasaran dengan mantan Papa.
"Ada, hanya satu." Jawab Papa.
"Kenapa putus?" tanya Nesya penasaran.
Nesya ingin mendengar cerita kandasnya hubungan percintaan. Supaya dirinya juga dapat mengambil pelajaran bahwa kelak akan ada pengganti yang terbaik. Seperti Papa yang mendapatkan Mama.
"Gara-gara Mama mu tuh. Tanya aja sama orangnya." Ujar Papa menggoda Mama.
Nesya terkejut mendengar perkataan Papa. "Jadi Mama merebut Papa dari mantan pacarnya?" tanya Nesya penasaran.
"Ih kok jadi Mama sih. Enggak gitu ceritanya Sayang. Emang pacar Papa kamu aja matre, cuma pengen hartanya aja. Gak beneran cinta." Jelas Mama seadanya.
Memang seperti itu kenyataannya. Mantan pacar suaminya memang tak pernah tulus mencintai suaminya. Buktinya saat suaminya pura-pura jatuh miskin, dia langsung kabur dan menghilang.
Namun kembali saat sang suami telah jadian dengannya. Saat itu suaminya memang mengatakan bahwa dirinya hanya berniat mengetes wanita itu.
Namun wanita itu tak terima. Dan malah mengaku-ngaku sebagai calon istrinya di hadapan para karyawan suaminya.
"Benar Pa? Mantan Papa matre?" tanya Nesya kepada sang Papa. Dan dijawab anggukan oleh Papanya.
"Mirip seperti Vero. Apa setelah ini, Nesya akan mendapatkan pria yang lebih baik?" tanyanya pada keduanya.
"Tentu saja sayang, apalagi putri Mama ini cantik. Siapa yang tak akan mau." Dan diangguki oleh Papa.
"Pa, Nesya mau melanjutkan kuliah di luar negeri." Ujar Nesya dengan mantap.
"Kamus serius sayang?" tanya Mama tak percaya.
"Baguslah jika begitu, Papa akan segera urus semuanya Sayang." Tutur Papa juga ikut merasa bahagia seperti istrinya.
"Iya Mama, Nesya juga tak sudi bertemu Vero lagi di kampus. Tapi kalian jangan kangen ya." Ujar Nesya menggoda kedua orangtuanya.
"Ehm Pa, Nesya mau keberangkatan Nesya dipercepat. Bolehkan Pa? Nesya ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini. Juga untuk menjernihkan pikiran." Jelas Nesya menguraikan tujuannya.
"Tentu saja, Sayang. Papa akan mengurus itu secepatnya. Jadi sekarang kita nikmati waktu bersama sebelum keberangkatan mu." Jawab Papa mendukung keputusan putrinya.
Lebih bagus memang, jika Nesya segera meninggalkan negara ini sementara. Putrinya juga akan lekas move on dari pria brengsek itu. Nesya juga akan mendapatkan bekal guna menjadi penerusnya.
...🥀🥀🥀...
Hari ini, mereka akan menghabiskan waktu di pantai. Seminggu kedepannya, mereka juga akan terus liburan bersama. Sebelum melepas kepergian Nesya untuk kuliah ke luar negeri.
Saat di pantai, Nesya tersenyum menyaksikan kedua orangtuanya yang nampak romantis tengah bercanda bersama. Sedangkan dirinya memutuskan untuk duduk di pinggiran pantai, di atas pasir. Untuk menyaksikan keindahan alam yang telah Tuhan ciptakan.
Namun tak akan aktifitasnya terganggu kala seorang pria tiba-tiba menghampiri dirinya. Dan yang pasti Nesya sama sekali tak mengenal siapa pria itu.
"Sendirian?" tanyanya basa-basi.
"Aku bisa menemanimu bila kau merasa patah hati." Tutur pria itu lagi, karena tak mendapat tanggapan dari Nesya.
"Nicko Brown, namamu?" tanya pria itu yang masih tak mendapat tanggapan dari Nesya.
Namun pria itu tak ambil hati, justru dirinya malah berbaring di samping Nesya. Membuat Nesya risih dan memutuskan pergi meninggalkan pria tak jelas itu.
Seminggu kemudian, Nesya sudah siap berangkat ke tempat tujuannya. Sang Mama dan Papa juga senantiasa ikut mengiringi nya sampai bandara.
"Hati-hati Sayang, jaga kesehatan. Jangan mudah bergaul dengan sembarang orang." Pesan Mama memeluk putrinya.
Kemudian dilanjutkan oleh Papa yang juga memberikan pelukan hangat untuk putri kesayangannya. "Jaga diri baik-baik, Sayang." Tutur Papa.
Hingga Nesya melangkahkan kaki menuju pesawatnya. Dan pergi meninggalkan negara yang baru menggoreskan luka di hatinya.
Next .......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!