Ckkiiitt
Braakk!!!
Suara ban motor yang beradu dengan aspal begitu memekik. Sekuat mungkin pedal rem ditarik namun tetap saja tak dapat menghindari mobil yang sudah berhenti terlebih dahulu didepannya. Mengakibatkan body mobil berwarna silver itu penyok dibagian belakang. Sama halnya dengan keadaan mobil, bagian depan motor matic berwarna biru itu pun juga tak kalah penyok.
"Astaga!"
Seorang gadis yang berada diatas motot matic tersebut hampir terjatuh, jika saja kakinya kurang menyeimbangi. Namun, beruntung ia lebih tangkas dan dapat terhindar dari luka. Ia segera turun seraya membuka helm dari kepalanya. Wajah cantik itu memucat melihat situasi tersebut.
"Ya ampun! Opi," Bukan shok akan keadaan mobil yang mungkin saja siempunya meminta ganti rugi. Namun, ia lebih menghawatirkan keadaan motor legend warisan sang mama lah yang membuatnya berkaca-kaca.
Disatu sisi, seorang pria membuka pintu mobil tersebut. Pria tampan berkacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya itu, keluar dengan gaya angkuhnya. Tau siapa yang sudah membuat masalah ia pun membuka kacamatanya dengan kasar. Raut wajah tampan itu berubah menjadi sangat menakutkan. Segera ia menghampiri gadis itu.
"Astaga!" pria itu shok bukan main melihat body mobilnya yang memprihatinkan.
"Lu apain mobil gue?" pekiknya. Namun, tak ditanggapi sang gadis yang masih sibuk melihat body motornya.
"Eh lu tuli ya! Gue lagi ngomong sama lu," teriaknya kesal. Namun masih juga tak ada tanggapan.
"Cheryl, Malas payah!" bentaknya dengan bola mata yang hampir keluar dari sarangnya, seraya meraih kedua pundak gadis itu untuk bersitatap dengannya.
Seketika gadis itu menutup kedua telinga dengan tatapan menantang pada pria itu. "Maylafayza, Arganta marga satwa ..." teriak gadis itu tak terima.
"Bodo amat! Gue gak peduli siapa nama lu. Yang jelas lu harus ganti rugi! Gue gak mau tau," selak pria itu dengan sengit.
Gadis yang dipanggil Cheryl itu menarik satu sudut bibirnya seraya melepaskan tangan dari kedua telinganya. "Apa lu bilang, ganti rugi?" tanyanya berkacak pinggang hingga tangan pria itu terlepas. Hal itu menyulut amarah Arga, pria dihadapannya.
"Lu buta ya? Ya, jelas lu harus ganti rugi. Noh lihat, mobil gue ringsek ulah siapa? Ulah lu yang grasak grusuk dan sembrono. Dasar gadis ceroboh," cerocos Arga tak mau kalah.
"Eh tukang marah, yang mukanya cepet tua. Ini bukan murni kesalahan gue. Gak nyadar diri apa, lu sendiri ngapain parkir diparkiran motor. Mana itu tempat parkir gue lagi. Ngajak ribut lu?" tantang Cheryl tak terima.
"Lu pikir, parkiran ini milik nenek moyang lu apa? Ini tempat umum, bebas dong gue parkir dimana aja?" balas Arga semakin sengit.
"Emang bukan milik gue. Tapi ya, otak lu dipake. Lu bertahun-tahun sekolah gak bisa baca apa? Ini tuh parkiran khusus motor," jelas Cheryl tak kalah sengit.
"Lu gak lihat tuh parkiran mobil penuh, ya wajarlah gue parkir disini. Lagian masih deket mobil lain. Lu nya aja tuh, sok-sok an parkir deket mobil. Biar apa hah? Noh lihat parkiran motor masih luas," balas Arga lagi.
Adu mulut dua manusia itu tak juga mau berhenti. Bahkan sudah menjadi tontonan gratis untuk penghuni kampus yang sama hal baru memasuki area parkir. Bukan pemandangan aneh memang, jika sepasang manusia itu cekcok saat bertemu. Bahkan, akan terlihat sebaliknya jika mereka sepi tanpa ribut. Bagai tom and jerry, itulah julukan yang tepat untuk mereka. Entah apa penyebabnya, tumbuh bersama bagai anak kembar, tak membuat mereka hidup rukun. Sebaliknya, mereka hidup bagai musuh bebuyutan sedari orok.
Seorang gadis menghampiri keduanya dan mencoba melerai mereka.
"Sayang, udah dong!" bujuknya meraih tangan kekar Arga.
"Diem lu!" sentak keduanya, hingga gadis itu bungkam dengan mata berkaca-kaca.
Didetik berikutnya Arga baru menyadari siapa orang yang baru saja ia bentak. Tania, gadis lembut yang begitu dicintainya.
"Ya ampun, sayang maafin aku," sesalnya menggenggam tangan gadis itu. Cheryl mencebikan bibir meledek sepasang kekasih yang menurutnya sangat lebay itu.
"Maaf! Aku gak maksud bentak kamu," lanjutnya meraih tubuh Tania yang bergetar kedalam pelukannya.
"Cih! Dasar alay," ledek Cheryl berlalu meninggalkan sepasang manusia itu.
"Eh mau kemana lu? Urusan kita belum selesai," tanya Arga, mencoba untuk tak berteriak, takut kekasihnya itu semakin ketakutan. Namun, tak ditanggapi Cheryl yang semakin menjauh.
"Ck! Sialan tuh anak," umpatnya pelan.
Tania melerai pelukan mereka. Gadis itu benar-benar menangis karena ketakutan. Segera Arga menghapus jejak kebasahan dipipi kekasihnya iu.
"Maaf ya! Aku gak maksud bentak kamu," bujuknya dan hanya diangguki Tania.
"Ini tuh, gara-gara-"
"Apa gak bisa, kamu berhenti bertengkar dengan Cheryl?" sela gadis itu bertanya.
Arga menghembuskan napas panjang. Tentu saja pertanyaan itu sulit untuk ia jawab. Saat dirinya ingin menghindar untuk tak beradu mulut dengan gadis berisik itu. Selalu saja ada hal yang membuat ia naik darah dan berakhir ribut denganya, seperti sekarang ini.
"Kamu tau, perasaan benci itu lama kelamaan akan berubah jadi cinta. Gak nutup kemungkinan, cinta akan hadir antara kalian," jelas Tania serius.
Arga tersenyum menanggapi, kemudian meraih pipi cantik itu. "Hei, mana ada kayak gitu? Dari bayi sampai sekarang, bagiku Cheryl tetaplah gadis menyebalkan. Buktinya kita udah puluhan tahun bersama. Tapi, tetap kayak gini. Gak ada tuh benci jadi cinta, yang ada justru benci makin benci." jelasnya panjang kali lebar.
Tania masih menatap sendu kekasihnya itu. Ada rasa takut menghampiri, kala suatu saat kekasihnya itu tiba-tiba berubah. Arga yang mengerti, segera meraih pundak sang kekasih merangkul seraya mengajaknya berjalan.
"Udah, jangan mikirin yang tidak mungkin terjadi. Aku mencintai Cheryl, impposible. Aku hanya mencintai satu gadis. Dan itu kamu Tania," ucap Arga meyakinkan dan akhirnya dibalas senyum serta anggukan gadis itu.
Keduanya pun berjalan menyusuri koridor untuk sampai dikelas mereka. Seperti biasa, Arga akan mengantar terlebih dahulu kekasihnya sebelum memasuki kelasnya. Berbeda fakultas tentu membuat mereka harus berpisah kala pelajaran dimulai.
"Belajar yang bener. Aku pergi ya!" pamit Arga, kemudian mengecup punggung tangan kekasihnya itu sebelum akhirnya berlenggang pergi. Hal yanh membuat teman Tania berteriak histeris.
Arga memang terkenal begitu bucin pada Tania. Ia tidak akan sungkan memperlihatkan perhatiannya pada sang kekasih di depan umum sekalipun. Tak banyak gadis yang merasa iri pada gais itu. Selain tampan, Argantara Zavilio Pratama adalah pewaris tunggal dari salah satu perusahaan terkenal. Sempurna sudah siapapun yang menjadi istrinya kelak.
Namun, dibalik kesempurnaan seorang Arga. Ada Cheryl Maylaffayza, gadis berisik yang menjadi kutukan untuknya. Seperti kali ini, baru saja Arga bahagia mengantar sang kekasih kedepan kelas. Chat sebuah foto dengan caption dari gadis itu membuat darahnya kembali mendidiih.
Tring!
Chemot Malas Payah😑
[Lu minta ganti rugi 'kan? Lu tinggal minta dah sama bokap lu. Uncle kesayangan gue😊]
******
Jangan lupa jejaknyaa yaa gaissss!!😘😘 Ini cerita bang Arga putra Shaka dan Jinjin yang mulutnya lemes dan pedes ngalahin papa Shaka. Kolab sama Cheryil putri Deril dan Chika yang berisik ngalahin mama Ay🤣
Argantara Zavilio Pratama
Cheryl Maylaffayza
Tawa Cheryl menggelegar di kantin kampus. Membayangkan wajah Arga yang memerah, dengan gigi menggeretak membuat gadis berusia dua puluh tahun itu merasa puas. Tanpa dosa, ia mengirim screen shot dari percakapannya bersama pria yang merupakan ayah dari Arga dari aplikasi hijau kepadanya.
Cheryl sengaja mengirim pesan kepada pria yang sudah ia anggap seperti ayah sendiri itu, untuk menghindari amukan Arga. Bagaimana pun ia memang salah sudah menabrak mobil Arga yang sudah berhenti. Meski tak disengaja, namun tetap saja jika diusut dari cctv Cheryl lah yang salah dalam hal itu. Dan jalan satu-satunya adalah meminta maaf terlebih dahulu pada uncle Shaka dengan dibumbui drama, agar pria itu membelanya.
Benar saja, usaha gadis itu berbuah manis. Uncle Shaka akan selalu membelanya dan menyuruh Cheryl tidak perlu takut pada Arga.
Uncle Shaka
[Kamu jangan takut ya, Cimut! Kalo Arga berani macam-macam atau meminta ganti rugi, suruh dia minta sama uncle. Nanti uncle yang kasih dia pelajaran.]
Bagai mendapat angin segar Cheryl pun tak berhenti melunturkan senyumnya. Shaka memanglah sangat menyayangi Cheryl seperti putrinya sendiri. Bahkan, ia lebih membela Cheryl dari putranya itu. Ia yang sangat menginginkan lagi seorang putri tak kunjung diberi kesempatan. Hingga pada putri sahabatnya lah ia menumpahkan kasih sayang itu.
"The power of uncle Sha! Lu pikir gue bakal kalah hah?!" ejeknya pada layar yang masih menampilkan percakapan ia dengan Arga. Chat yang baru terbuka oleh Arga membuat Cheryl siap-siap untuk kembali tergelak.
Arganta Marga Satwa🦁
[Chemot sialan! Awas lu ya, kali ini gue gak akan lepasin lu!]
Pecah sudah tawa Cheryl. Ia terbahak-bahak dimeja yang masih terlihat sepi itu. Beberapa orang yang melihat hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan gadis berambut cepol tersebut. Sungguh wajah dan kelakuan yang tidak sinkron. Kelakuannya yang absurd sungguh berbanding terbalik dengan wajah cantiknya.
"Woy! Ngapa lu?"
Seorang gadis yang baru saja datang menghampiri, sukses membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Anjir, b*ge ngagetin aja lu," umpat Cheryl menepuk dada, hingga ia lupa jika ponselnya sudah terjatuh kelantai. "Yah, hape gue," pekiknya segera memungut kembali barang berharga tersebut.
Gadis itu tergelak merasa puas mengerjai sahabatnya itu. Apalagi melihat wajah kusut Cheryl sungguh membuat ia tak bisa menghentikan tawanya.
"Berisik ah, lu!" kesal Cheryl menoyor pundak gadis itu.
"Ya, sorry! Gue seneng aja lihat lu ketawa. Napa sih? Mau bagi sama gue?" ledek gadis itu.
"Ogah! Ntar aja kalo sedih, gue bagi deh sama lu," balas Cheryl.
"Ck! Sialan lu," umpat gadis itu menoyor balik bahu Cheryl, hingga gadis itu yang tergelak.
"Eh tau gak, Sya. Gu-"
"Kagak!" sela Reysa gadis tersebut seraya menyeruput minuman milik Cheryl.
"Isshh, gue 'kan belum selesai ngomong," protes Cheryl. Reysa kembali tergelak dan hampir saja tersedak.
"Iya, iya, apa?" tanyanya disela tawa.
"Ah lu mah gak asyik. Gue 'kan jadi lupa," keluh Cheryl hingga Reysa kembali tergelak.
Cheryl berdecak kesal. Bukannya bisa berbagi kebahagaiaan ia justru dapat tawa ledekan. Hingga ia mengingat apa kebahagaiaannya hari ini.
"Suuttt!! Diem dulu diem, sekarang gue ingat!" sela Cheryl, kala memori otaknya kembali normal.
Jika kalian ingat dari mana turunan Cheryl tentu tau dari mana gen itu berasal. Ya, gen itu tentu saja berasal dari sang oma. Oma Rilla yang lemot, menurun hingga sampai pada Cheryl sekarang.
"Iya, apa?" tanya Reysa disela tawanya. Sungguh pun ia tak habis pikir akan penyakit aneh dari sahabatnya itu yang kadang-kadang muncul tak tau sikon.
"Jadi, ya. Hari ini gue habis adu tonjok tuh sama si Arga," jelas Cheryl.
Brakk!!
"Hah?! Serius lu?" pekik Reysa menggebrak meja.
"Ya ampun, lu mau bikin gue jantungan," pekik Cheryl mengusap dadanya. Hal itu membuat Reysa cengengesan tanpa dosa.
"Sorry gue terlalu semangat," ucapnya. "Eh terus-terus lu gak apa-apa? Ada yang luka gak?" lanjutnya bertanya melihat dan meraba-raba tubuh Cheryl.
"Isshh, kagaklah. Malah gue yang menang," sangkalnya.
"Hah? Kok bisa?" Reysa melongo tak percaya dan hanya diangguki Cheryl disertai senyumnya.
"Oh gue tau, pasti dia gak berani nonjok lu. Secara lu 'kan cewek. Dia cowok mana bernai nyakitin cewek. Kecuali, dia cowok melambai. Baru beraninya cuma sama cewek," Reysa memberikan opini yang menurutnya masuk akal.
"Buka itu oneng!" Cheryl mendorong pipi Reysa hingga gadis itu menghentikan ocehannya.
"Lha terus?" tanya Reysa bingung.
"Gue maupun dia, kagak ada yang terluka," jelas Cheryl.
"Lha kok gitu?" tanya Reysa semakin bingung.
"Orang yang adu tonjok bukan gue sama Arga,"
"Terus?"
"Si opi noh, sama si silver. Sampe mereka babak belur, penyok-penyok berdua."
"Asyem lu!"
Lagi-lagi tawa Cheryl menggelegar. Gadis itu benar-benar mengeluarkan seluruh tawanya hari ini. Air matanya sampai keluar dengan perut yang mulai kram. Berbeda dengan Cheryl, Reysa tampak kesal dengan kelakuan sahabatnya itu. Ia yang begitu serius, otak gesrek sahabatnya lah yang tiba-tiba bekerja. Ia hanya menggerutu kesal dengan tingkah gadis itu. Meski usia mereka memiliki selisih, namun tak menyurutkan persahabatan mereka. Reysa yang dua tahun lebih tua dari Cheryl selalu jadi sahabat, bahkan kakak untuk gadis itu.
"Eh, Ray lu mau kemana?" tanya Cheryl setelah menghentikan tawanya. Seorang gadis yang memiliki wajah sama dengan Reysa itu berlalu begitu saja melewati mereka.
"Lha, si ipin kenapa tuh?" tanya Cheryl merasa aneh.
"Lagi dapet mungkin," balas Reysa sekenanya. Seketika Cheryl menoleh melihat raut wajah sahabatnya yang tiba-tiba muram.
"Kalian ribut lagi?" selidik Cheryl dan hanya dibalas gedikan bahu oleh Reysa.
"Ck! Ngapain sih harus rebutan barang? Lu sebagai kakak ngalah napa?" nasehat Cheryl yang tiba-tiba bijak.
Tentu Cheryl tau kedua bersaudara kembar itu selalu memperebutkan barang yang menurutnya, kenapa mesti direbutin? Kenapa gak beli lagi aja? Namun, seperti itulah nasib anak kembar yang apapun selalu ingin berbagi ataupun saling berebut.
"Entahlah gue bingung. Padahal gue yang selalu ngalah, tetap aja tuh anak ngambekan. Bahkan, sekarang aja gue gak tau salah gue dimana," keluh Reysa sendu.
Cheryl menghembuskan napas panjang seraya menepuk bahu Reysa. Meski ia tak tau bagaimana rasanya memiliki saudara, namun ia cukup mengerti situasi sahabatnya itu. "Ya udah lah, nanti juga ia baik sendiri," ucapnya memberi semangat dan hanya diangguki mengerti Reysa.
Ditengah drama yang sedikit melow itu, tiba-tiba saja suara seseorang menggema memenuhi area kantin yang mulai ramai.
"Chemot!!!"
"Mampus!" Cheryl membalikan tubuh, lalu tatapannya tertuju pada pria dengan wajah menyeramkan dari ambang pintu kantin.
Arga menghampiri dengan langkah tegas dan tatapan tajam serta gigi menggeretak. Hal itu tentu membuat Cheryl kelimpungan. Segera ia bangkit dan hendak kabur. Namun baru saja selangakah, suara Arga kembali menggelegar.
"Satu langkah aja lu bergerak. Malam ini lu gak bisa lepas dari gue!"
\*\*\*\*\*\*
Malam mau ngapain bang? Curiga gue🙈 Yuk jangan lupa jejaknya gaiss😘😘😘
"Selangkah aja lu bergerak. Malam ini lu gak bisa lepas dari gue!"
Peringatan Arga membuat Cheryl menghentikan langkahnya. Ia menelan salivanya kuat-kuat kala mengingat apa yang dimaksud pria menyebalkan itu. Oh sungguh jika boleh memilih, ia ingin sekali pindah dari rumah itu agar berhenti bertetangga dengan Arga.
Ini kali pertama Arga mengancam didepan umum. Melihat semua atensi tertuju pada mereka, Cheryl tak ingin jadi bahan ledekan Arga didepan umum. Hingga Arga hampir menanngkap pundak Cheryl, sejurus kemudian gadis itu ngibrit meninggalkan posisi.
"Gue gak takut. Gue gak peduli!" teriak Cheryl.
"Woy! Asyemm, mau kemana lu?" teriak Arga yang disertai decakan kesal. Namun tak ditanggapi Cheryl yang sudah hilang dari pintu samping kantin.
"Ck! Rese banget tuh anak," kesal Arga berkacak pinggang. Hingga atensinya berkeliling melihat penghuni kantin yang tengah menatap aneh padanya.
"Apa lu pada lihat-lihat? Mau gue colok?" sungutnya semakin kesal. Segera semua orang mengalihkan perhatian mereka.
Ia pun keluar setelah menggebrak meja. Tentu saja hal itu membuat Reysa terlonjak bukan kepalang. Sudahlah melihat perdebatan itu. Belum lagi mendapat gebrakan, sungguh membuat jantungnya hampir saja copot.
"Gila tuh anak dua, mau bikin gue mati muda apa?" gerutunya mengusap dada. "Eh tunggu dulu," tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Malam ini gak bisa lepas? Maksudnya? Wah jangan-jangan Arga mau ngapa-ngapain Cheryl lagi. Apalagi kamar mereka dempetan," Reysa beropini menebak-nebak.
"Jangan-jangan?" ia segera berlari sambil meneriaki Arga.
"Woy Arga! Lu jangan apa-apain Cheryl! Dia masih perawan, woy!" teriaknya.
Tanpa mereka sadari, perdebatan itu menjadi berita terhangat hari ini. Spekulasi demi spekulasi bermunculan dari warga penghuni kampus. Banyak yang menyimpulkan, jika Arga dan Cheryl memiliki hubungan spesial. Hingga mereka meyakini sepasang manusia itu sering kali bermain gila.
**
Hu~ hu~
"Selamat!" Cheryl sampai di rooftop dengan napas ngos-ngosan. Tentu ia tau apa yang akan dilakukan pria itu jika ia tak lari. Arga akan nyerocos tanpa filter dan membeberkan segala aibnya. Oh sungguh, ia tidak ingin semua penghuni kampus tau itu.
"Astaga!" pekik Cheryl, ketika hendak duduk dan bokongnya hampir mendarat diperut sesorang.
"Issshh lu ngaapin disini? Bikin kaget orang aja," cerocos Cheryl menatap pria yang terbaring diatas bangku panjang tersebut.
Pria itu bangkit, seraya menarik satu sudut bibirnya. Membentuk senyum tipis yang mampu memporak porandakan hati perempuan. "Berisik lu!" ucapnya menarik gadis itu agar duduk disampingnya.
Bukan baper, Cheryl justru berdecak kesal. "Ck! Gak lu, gak Arga. Sama-sama ngeselin," gerutunya.
"Tapi, gue lebih ngangenin ya?" rayu pria itu tersenyum manis memiringkan wajah untuk bersitatap dengan gadis itu.
Cheryl memutar bola matanya jengah. Jika saja ia tak tau siapa pria yang kini tengah menggodanya, tentu saja ia akan baper dibuatnya. Namun, tau itu typical buaya buntung, tentu ia tidak akan termakan rayuan receh pria itu.
Arkyano Abigail Permana, playboy bejuta pesona sepupunya Arga. Pria yang sering disapa Key itu adalah teman sepermainan Cheryl yang sudah sangat dihapal watak dan karakternya.
"Basi lu!" Cheryl menampol pipi tampan itu hingga Key terkekeh.
Pria itu meraih permen karet dari saku kemejanya dan menyodorkan barang kesukaannya pada Cheryl. Gadis itu menyambut dan memakan permen tersebut begitupun dengan pria itu sendiri.
"Kabur lagi dari Arga?" tanya Key setelah mereka mulai mengunyah permen itu.
"Sepupu lu tuh ngeselin banget. Jadi cowok rese banget kek cewek," kesal Cheryl.
Key terkekeh seraya mengusek rambut. "Gue saranin, lu jangan terlalu benci. Entar kalo jadi cinta lu bakal repot," ucapnya.
"Ck! Mana ada," sela Cheryl menepis tangan pria itu.
Pria itu mengelembungkan permen itu dari mulutnya dan kembali mendekatkan wajah hingga jarak mereka terkikis hanya dengan gelembung tersebut saja.
Tup!
Gelembung itu meletup, hingga jarak mereka semakin terkikis.
"Kalo sudah begitu, gue hilang kesempatan buat deket sama lu," ucapnya merayu.
Lama keduanya saling tatap, bahkan mereka tak memyadari seseorang yang tengah memperhatikan mereka dari samping pintu dengan tubuh bersandar ditembok dan tangan yang melipat didada.
'Dasar bunglon! Dideketin buaya aja mau,' batin Arga memggerutu, seseorang yang kini memperhatikan sejoli tersebut.
"Ck! Gak mempan!" Cheryl menampol wajah Key, hingga pria itu terkekeh. Ia melirik sekilas tau jika sepupunya itu tengah memperhatikan mereka.
Ia menyeringai evil, kemudian menarik dagu Cheryl hingga jarak mereka kembali terkikis. "Oke, sekarang mungkin belum. Besok masih ada kesempatan 'kan?" tanyanya tersenyum manis kemudian mengunyah kembali permen dalam mulutnya. Cheryl hanya menatap jengah pria itu tanpa juga menyadari Arga tengah menjadi penonton mereka.
Arga tersenyum mengejek melihat mereka. Hingga ia pun mendekat seraya berdehem keras. Sontak saja hal itu membuat Cheryl terlonjak kaget, seraya menepis tangan Key dari dagunya. Key yang sudah menduga hanya tersenyum seraya kembali menguyah permen dengan santainya.
"Ck! Ck! Ck! Wow gue baru tau ternyata bunglon vs buaya itu sama-sama cocok," ledek Arga tersenyum remeh.
Cheryl membolakan mata dengan mulut terbuka lebar. Ia tau sebutan buaya memang disematkan untuk pria disampingnya. Tapi, bunglon? Gadis itu berdiri seraya berkacak pingggang.
"Eh penghuni kebun binatang! Siapa yang lu maksud bunglon, hah? Lu nyindir gue?" tantang Cheryl tak terima.
"Kenapa, lu kesinggung? Emang sih lu pantes disebut 'chemot bunglon'," balas Arga menekan sebutan baru untuk Cheryl.
"Sialan lu ya," Cheryl mendekat hingga ia mendongak untuk melihat Arga yang lebih tinggi darinya. "Apa maksud lu panggil gue bunglon hah?" sungutnya mendorong dada Arga.
"Kenapa? Emang bener 'kan lu itu kayak bunglon? Lu ngelabui bokap gue, bicara so manis padanya. Biar apa hah? Dasar kang ngadu. Lu tuh persis kayak bunglon," ucap Arga dengan pedas.
Hal itu menyulut amrah Cheryl. Wajahnya memerah dengan gigi menggeretak, jika saja terlihat mungkin tanduknya pun ikut keluar. Gadis itu mendorong Arga keras hingga ia yang belum siap, beringsut mundur hingga Cheryl mampu mendorongnya sampai kesebuah dinding.
Arga sedikit tercengang dengan perlakuan tak terduga Cheryl. Hingga ia mematung melihat reaksi gadis itu. Cheryl meraih kerah baju Arga hingga pria itu sedikit tertunduk dan mengikis jarak dengannya. Tatapan keduanya saling bertemu dengan pemikiran masing-masing. Sejenak, keadaan tiba-tiba hening. Key hanya terkekeh seraya menggelengkan kepala, lalu kembali merebahkan diri dibangku panjang tersebut.
"Lu denger baik-baik! Sebelum lu ngatain gue, lebih baik lu ngaca dulu. Siapa yang pantas lu panggil bunglon? Lu, gak lebih baik dari gue," peringat Cheryl dengan satu bulir tiba-tiba jatuh dari ujung matanya.
Gadis itu melepaskan kerah baju Arga dan segera berlalu dari sana. Meski ia sering beradu mulut dan adu umpatan dengan Arga. Namun, tetap saja Cheryl hanyalah gadis perasa. Disebut bunglon membuat hatinya sedikit sakit. Yang ia tau panggilan itu biasa disematkan untuk para wanita ****** yang biasa menjajahkan diri.
Arga terpaku melihat untuk pertama kalinya, Cheryl mengeluarkan air mata yang nampak terluka. 'Apa gue sudah keterlaluan?' batinnya.
"Mungkin lu cukup tau berbagai kata kasar. Tapi lu gak pernah tau arti yang tepat untuk seorang gadis."
\*\*\*\*\*\*
Ada yang bisa menebak siapa Key?🙈 Yuk jejaknya jangan lupa yaa😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!