NovelToon NovelToon

Kembalinya Sang Mafia

Nasib Yang Sama

Di sebuah bangunan tua yang sudah tidak berpenghuni lagi, di kota Yokohama, Jepang.

Dor dor!

Dor!

"Agrhhh..."

Seorang laki-laki yang sedang terlibat adu tembak, akhirnya roboh karena telah mengalami beberapa luka di tubuhnya. Akibat terkena tembakan dari lawannya.

"Tamatlah riwayatmu Tuan besar Nhao Zhiro!" ucap orang tersebut, dengan menendang-nendang tubuh seseorang. Yang dia panggil dengan nama Nhao Zhiro tadi.

"Sayōnara yūjin, selamat tinggal kawan. Semoga Kamu diterima dewa di nirwana sana. Hahaha..."

Orang tersebut, tidak ada niatan untuk menolong, apalagi sampai membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pengobatan.

Dia justru melenggang pergi begitu saja, membiarkan tubuh yang penuh luka tembak tadi terbaring tak berdaya. Di sebuah gedung tua yang gelap. Karena memang sudah lama tidak digunakan.

Senyuman miring penuh dengan rasa puas, terbit di wajahnya. Sebelum akhirnya dia naik ke sebuah mobil, yang terparkir di halaman depan gedung tersebut. Kemudian pergi meninggalkan gedung yang tampak tidak berpenghuni itu.

Gedung tersebut memang sudah tidak berpenghuni dan sudah lama tidak digunakan, karena gedung tersebut adalah bekas gedung perkantoran yang terbakar 10 tahun yang lalu. Namun belum di rekonstruksi ulang, sehingga terbengkalai begitu saja.

Beberapa saat kemudian, tampak sebuah mobil sport warna hitam pekat, datang ke gedung tersebut. Kemudian keluar satu orang, dengan berlari-lari. Seakan-akan orang itu sedang terburu-buru, untuk mencari sesuatu di dalam gedung tersebut.

"Tuan! Tuan Nhao Zhiro!"

Orang tersebut berteriak mencari Tuannya, yang dia panggil dengan nama Nhao Zhiro.

Itu adalah nama yang sama, seperti nama seseorang yang tadi baru saja tertembak di dalam gedung ini.

Setelah berputar-putar ke sana-sini mencari, dengan menggunakan bantuan senter ponselnya, orang tersebut menemukan sosok yang dia cari.

"Tuan! Tuan Nhao Zhiro!"

Orang tersebut menepuk-nepuk pipi Nhao Zhiro, berusaha untuk menyadarkan Tuannya. Yang udah tidak bisa bergerak, akibat luka tembakan yang dia terima dari seseorang, yang sudah meninggalkannya tadi.

Akhirnya orang tersebut berusaha mengangkat tubuh Nhao Zhiro, untuk dia bawa ke rumah sakit, agar bisa mendapatkan pertolongan.

Dengan sangat hati-hati dia menggotong tubuh Nhao Zhiro, kemudian dia masukkan ke dalam mobilnya. Tak lama kemudian, mobil tersebut meninggalkan halaman gedung menuju ke arah rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit.

Mobil sport warna hitam pekat tersebut, berhenti tepat di depan pintu IGD.

Sang supir langsung turun dengan cepat, kemudian meminta bantuan pada security dan suster yang lewat, untuk membawa brangkar pasien.

"Cepat bantu! Dia dalam kondisi kritis!"

Dengan cepat, security dan perawat berlarian. Melakukan apa saja yang menjadi tindakan pertama, jika ada pasien datang.

"Tuan langsung mendaftarkan pasien ya, ke bagian administrasi!" pinta salah satu perawat, pada orang yang datang dengan membawa pasien tadi.

"Kamu tenang saja! Aku akan melunasi semua perawatannya. Yang penting selamatkan dia! kalau tidak, Aku akan menghancurkan rumah sakit ini. Apa kalian tahu siapa dia?"

Mendengar jawaban yang diberikan oleh orang tersebut, perawat itu akhirnya mengkerut takut. Kemudian kembali masuk ke dalam ruangan IGD.

Dengan kesal, orang tersebut berjalan menuju ke bagian administrasi. Untuk melakukan pendaftaran dan pembayaran, untuk perawatan pasien yang dia bawa tadi.

"Atas nama siapa Tuan?" tanya petugas administrasi.

"Nama pasien Tuan Nhao Zhiro."

"Yang bertanggung jawab atas Tuan Nhao Zhiro?" tanya petugas itu lagi.

"Artha."

Setelah melakukan semua prosedur pendaftaran di rumah sakit, Artha kembali ke ruang IGD untuk menunggu Nhao Zhiro.

"Awas saja Kamu Benjiro! Aku tidak akan pernah memaafkan mu. Kamu pikir Aku tidak tahu, jika semua ini adalah ulah mu!" Artha berbicara sendiri, mengenai kejadian yang terjadi pada Nhao Zhiro.

Tapi di saat Artha terus dalam keadaan mengerutu sendiri, salah satu dokter yang menangani Nhao Zhiro keluar.

Dokter tersebut berwajah tegang, karena akan menyampaikan sesuatu yang tidak baik ,pada orang yang tadi memberikan ancaman pada salah satu perawatnya.

"Tuan, tuan ini adalah orang yang..."

"Ya, Aku asisten dari Tuan Besar Nhao Zhiro. Bagaimana keadaannya sekarang?" potong Artha, sebelum sang dokter selesai mengucapkan kalimatnya.

"Ma_ maaf Tuan Artha. Beliau, beliau tidak bisa diselamatkan lagi."

Dokter tersebut menjawab dengan terbata, karena merasa cemas juga, di saat mendengar gertakan dari Artha.

"Apa Kamu bilang!"

"Tuan Nhao Zhiro, terkena tembakan tempat di jantung dan ulu hati."

"Dasar Dokter b0d0h! Bagaimana bisa kalian justru membunuh Tuan Besar? Apa ini yang kalian pelajari selama ini, yaitu membunuh pasien?"

Arta tidak terima, mendengar berita dan penjelasan yang diberikan oleh dokter. Dengan mengumpat dan menghardik dokter tersebut.

Dia benar-benar tidak bisa menerima, berita duka yang tidak diinginkannya.

Hampir saja Artha menghajar dokter tersebut, jika tidak ditahan oleh tiga orang security sekaligus, yang menghalanginya.

*****

Di ruangan ICU, di rumah sakit yang sama, yang digunakan oleh Artha untuk membawa Nhao Zhiro, yang dalam keadaan kritis tadi.

"Hiks... Alexander, bagaimana Kamu tega meninggalkan Mama Sayang. Hiks... Mama sangat menyayangimu. Meskipun keadaan Kamu berbeda dengan yang lainnya."

Seorang ibu-ibu menangis di luar ruangan ICU, dengan dipeluk oleh suaminya.

"Ma. Tidak usah menangis. Kita doakan pada dewa, semoga Alexander bisa lewati masa kritisnya ini, sama seperti biasanya."

Suami istri tersebut adalah orang tua dari pasien yang bernama Alexander Noir.

Anaknya itu, yang saat ini ada di ruangan ICU, memang sudah bolak-balik masuk ke rumah sakit. Untuk penanganan penyakitnya, yang sudah stadiun akhir.

Mereka adalah warga indonesia keturunan jepang, yang saat ini sedang melakukan pengobatan di negara jepang. Demi bisa mendapatkan perawatan yang terbaik untuk anak mereka, karena Alexander sudah beberapa kali mendapatkan perawatan di Indonesia, bahkan di negara Singapura juga.

Dan mereka melakukan perawatan ke Jepang ini, atas saran dari kakeknya. Yaitu Tuan Hiragama Noir, yang merupakan pendiri dari perusahan Kenji Noir Corporation. Yang biasa disingkat dengan KNC.

Beberapa menit yang lalu, kondisi Alexander Noir kritis, dan alat pendeteksi detak jantungnya sudah tidak berfungsi.

Itulah sebabnya, mamanya merasa sangat sedih dan menangis terus. Karena selama ini dia sibuk dengan bekerja, membantu suaminya di perusahaan. Sehingga tidak begitu perhatian dengan anaknya ini.

Apalagi Alexander Noir yang memiliki riwayat cacat mental sedari lahir. Yaitu keadaannya yang keterbelakangan mental. Dan penyakitnya yang sudah iya derita bertahun-tahun yaitu kangker sel darah putih.

Hal ini membuat Alexander tidak bisa menjalani kehidupannya dengan normal sama seperti anak-anak yang lain.

Karena saat ini, Alexander Noir baru berusia tujuh belas tahun.

Tapi tentu saja sifat dan kelakuannya tidak sama seperti anak-anak seumurannya. Karena keterbelakangan mental yang dia miliki sejak lahir, tentu saja mempengaruhi kesehariannya. Meskipun dia adalah Tuan Muda di keluarga Noir.

Tidak Percaya

Di ruangan ICU.

Tangis Reina Matsushima, tidak bisa dibendung lagi. Di saat dia dan sang suami, Rian Noir, dipersilahkan masuk oleh sang Dokter, untuk melihat anaknya yang terakhir kali di ruang ICU. Karena keadaan Alexander Noir memang sudah sangat kritis.

Alat pendeteksi detak jantung, yang menempel di dada Alexander Noir, sudah tidak bergerak dengan grafik yang naik turun.

Tit... tit... tit...

Tit... tit...

Tittt...

"Huwaaa... hiks hiks hiks... Papa!"

Rian Noir langsung membawa istrinya keluar dari ruangan ICU. Karena takut tangisan istrinya itu mengganggu pasien yang lain. Meskipun ada sekat-sekat sendiri di ruangan ICU tersebut.

Tapi tetap saja, tangisan istrinya akan mengganggu, karena semua pasien di ruangan ICU ini, semuanya tidak bisa dikatakan pasien biasa. Karena mereka semua adalah pasien khusus yang dalam keadaan kritis.

Di luar ruangan ICU, Reina Matsushima masih tidak bisa menghentikan tangisannya.

Dia, yang dalam keadaan dipeluk suaminya, menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebab masih tidak percaya jika anak pertamanya itu telah tiada.

"Pa, Alex hanya sedang tidur Pa. Sama seperti biasanya, jika dia sedang lelah dan tidak mau diganggu kan Pa!"

"Alex hanya sedang lelah kan Pa?"

Reina Matsushima, bertanya beberapa kali pada suaminya. Mengenai keadaan anaknya, yang saat ini sedang dirapikan alat-alat bantu, yang selama ini menempel pada tubuh Alexander Noir.

Kenyataan bahwa anaknya itu sudah tidak ada lagi, tidak diterima oleh Reina Matsushima. Mama dari Alexander Noir. Sehingga dia berakhir jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri di dalam pelukan suaminya.

"Ma... Mama!"

Rian Noir menepuk-nepuk pipi istrinya, berusaha untuk menyadarkannya. Karena jenazah anaknya akan segera dibawa ke kamar mayat. Untuk dilakukan prosedur selanjutnya.

Tapi usahanya itu tidak berhasil, sehingga dia memanggil seorang perawat yang sedang lewat. Untuk membantunya memberikan pertolongan pada sang istri.

Di saat perawat tersebut sibuk bersama dengan Rian Noir, untuk membawa Reina Matsushima ke ruang perawatan, dari arah lorong yang lain, terlihat dua orang petugas rumah sakit sedang mendorong brangkar pasien, yang sepertinya juga sudah meninggal dunia.

Satu orang lainnya, ikut berjalan dengan cepat di belakang petugas tersebut, mengikutinya ke arah kamar mayat. Sebab, kamar mayat memang ada di gedung sebelah. Tidak jauh dari ruangan ICU ini.

Mereka semua tidak ada yang tahu jika, jiwa dari pasien yang didorong karena sudah meninggal itu, juga mengikuti mereka dan akhirnya berhenti di depan pintu ruangan ICU tidak tertutup rapat.

Jiwa tersebut seperti terdorong oleh kekuatan yang sangat besar, untuk masuk ke dalam ruangan ICU. Tanpa bisa dia lawan, karena secara tiba-tiba, jiwa tersebut justru masuk ke tubuh seseorang yang tidak dikenal.

"Arghhh... tidak. Tidak!"

Jiwa tersebut berteriak dengan sangat keras, tapi tentu saja tidak ada seorangpun yang bisa mendengarnya.

Hingga beberapa detik kemudian, pemuda yang terbaring di ICU tersebut, dan sudah dinyatakan meninggal dunia, tiba-tiba saja bangun dengan menatap tajam ke sekeliling.

Dua orang perawat yang sedang melepaskan semua peralatan medisnya, tantu saja sangat terkejut dan mundur beberapa langkah.

"Ahh!"

"Ehhh!"

Perawat tersebut saling tatap dengan pandangan bingung, kemudian segera berlari mencari dokter. Untuk memeriksa keadaan pasien tersebut.

"Dokter, Dokter!"

Tak lama kemudian, seorang dokter ikut datang bersama perawat tersebut. Untuk memeriksa keadaan Alexander Noir, yang tadi sudah dinyatakan telah meninggal dunia.

Alexander Noir yang dalam keadaan bingung, hanya diam saja, pada saat dokter tersebut memeriksa seluruh tubuhnya. Termasuk dengan alat-alat vital kehidupan miliknya.

Denyut nadi, jantung, mata dan tekanan darah. Kemudian dokter tersebut menatap ke arah kedua perawatnya dengan pandangan kagum, tapi juga mengelengkan kepalanya beberapa kali.

"Ini semua seperti sebuah mimpi. Tapi ini juga sebuah mukjizat, karena kenyataannya dia telah hidup kembali. Segera beritahu kedua orang tuanya, bahwa anaknya telah hidup kembali. Nanti kita akan lakukan pemeriksaan lebih lanjut, untuk mengetahui bagaimana perkembangan kondisi tubuhnya juga."

Akhirnya dokter memerintahkan satu perawat untuk memberitahu orang tua Alexander, dan memberikan tugas pada perawat yang satunya lagi, untuk membawa Alexander Noir ke kamar rawat inap.

Di ruang perawatan.

Reina Matsushima dan Rian Noir, terkejut dan tidak percaya. Dengan berita yang dibawa oleh perawat yang datang dari ruang ICU, dengan membawa kabar bahwa, Alexander Noir telah bangun kembali. Bahkan dalam keadaan yang lebih baik daripada keadaan yang sebelumnya.

Dengan tidak sabar, Reina Matsushima mengajak suaminya untuk segera melihat keadaan anaknya.

"Ayo Pa, ayo Pa!"

"Ma, sabar Ma! Pelan-pelan!"

"Mama tidak sabar ingin segera melihat Alex Pa!" seru Reina Matsushima, yang baru saja sadar, kemudian mendengar kabar gembira tentang keajaiban anaknya.

"Mama sudah bilang Pa, jika Alex hanya tidur. Dokternya saja yang tidak tahu!"

Rian Noir, hanya mengangguk dan memegang tangan istrinya, untuk diajak menuju ke ruang rawat inap anaknya. Karena perawat sudah memberitahu bahwa, Alexander sudah di bawa ke ruangan rawat inap.

*****

"Tidak! Di mana ini, Aku di mana?"

"Aku di mana? Siapa kalian semua?" tanya Alexander dengan tatapan mata tajam, ke arah orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Bahkan tangannya juga terkepal erat, seakan-akan ingin melampiaskan kemarahannya.

"Ini Mama Sayang, dan ini Papa!"

Reina berusaha untuk menenangkan anaknya, yang sepertinya lupa dengan dirinya dan juga papanya sendiri.

Tapi dokter memberikan saran pada Reina untuk bersabar dengan keadaan ini. Karena Alexander sedang dalam masa transisi.

Akhirnya, Dokter memberikan suntikan penenang pada alexander target tertidur dan tidak mengamuk.

Dokter dan tim medis, sudah selesai melakukan pemeriksaan ulang pada Alexander Noir. Dan mereka menyatakan bahwa, pasiennya ini sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

"Sebenarnya semuanya sudah baik-baik saja dan Kami juga sangat terkejut, dengan keadaan Tuan Muda Alexander ini. Karena semua ini seperti mimpi. Tapi Kami harap, ini adalah mukjizat dari Dewa, dengan semua doa-doa yang dipanjatkan oleh Tuan Rian dan juga Nyonya Reina selama ini."

"Dia hanya perlu memulihkan ingatannya saja. Karena dia sedang dalam keadaan baru bangun dari koma. Mungkin saja, pada saat koma dia ada di alam lain, atau bagaimana. Jadi dia belum sepenuhnya sadar dengan ingatannya sendiri."

Mendengar penjelasan yang diberikan oleh dokter tentu saja yang membuat Rian Noir dan istrinya sangat bersyukur dan berterima kasih pada Dewa, dan tim medis.

"Terima kasih Dok. Semoga saja Alex akan segera menyadarinya."

Akhirnya dokter dan tim medis pamit.

"Pa. Ini benar kan Pa? Bukan mimpi kan Pa?" tanya Reina Matsushima, yang masih tidak sepenuhnya percaya, dengan keadaan yang dia lihat saat ini.

Karena anaknya, Alexander Noir, yang merupakan anak dengan latar belakang cacat mental sedari lahir, dan menderita kanker stadium akhir, tiba-tiba saja bangun dari keadaannya yang sudah dinyatakan meninggal dunia.

Bahkan, keadaan anaknya itu jauh lebih baik daripada anaknya yang dulu.

"Terima kasih ya Dewa..." ucap Reina Matsushima, mengucapkan syukur.

Begitu juga dengan suaminya, Rian Noir.

Terjebak

Persaingan yang tidak terlihat, antara Nhao Zhiro dengan Benjiro, sebenarnya sudah diketahui oleh Artha. yang merupakan asisten pribadi dari Nhao Zhiro. Hingga suatu hari Artha mengetahui, jika Benjiro punya niatan untuk menghabisi Tuannya, Nhao Zhiro.

Tapi sayangnya, rencana Benjiro tidak dipercaya oleh Nhao Zhiro, pada saat Artha memberitahunya dirinya. Hingga tadi malam, akhirnya rencana itu terlaksana. Dan Nhao Zhiro dinyatakan tewas karena terluka dengan tembakan yang mengenai jantung dan ulu hatinya.

Tapi ternyata, sang malaikat maut tidak membawa jiwanya ke nirwana. Tapi justru kesasar ke tubuh Alexander Noir, yang pada saat itu sedang kritis. Di rumah sakit yang sama dengannya, di ruangan ICU.

Alexander Noir akhirnya bangun dan kembali sehat dengan jiwa yang lain, meskipun itu adalah tubuhnya sendiri. Karena sesungguhnya dia sudah meninggal, pada saat dinyatakan oleh dokter tidak bisa tertolong lagi.

Tapi untuk Nhao Zhiro sendiri, dia yang akhirnya kebingungan. Karena dia terbangun dengan tubuh yang berbeda dan dia pun mengamuk karena merasa tertipu.

Dia mengatakan bahwa dia bukan Alexander Noir. tapi Nhao Zhiro. Dan pernyataannya itu tentu saja tidak ada yang percaya. Karena pada kenyataannya dia adalah Alexander Noir.

Setelah merenung beberapa saat, akhirnya Nhao Zhiro bisa menerima keadaan yang baru ini, dengan tubuh yang baru juga. Dan dia bertekad untuk bisa membalas dendam meskipun dengan tubuh yang lain.

Dia akan melakukan apa saja, untuk bisa membuat perhitungan dengan Benjiro. Yang telah membuatnya tewas dengan sangat tragis, karena dia tidak pernah percaya dengan omongan Artha. Dan lebih percaya dengan rekannya itu.

Sekarang Nhao Zhiro mulai membiasakan diri, dengan kehidupan barunya. Karena sebenarnya dia bukanlah Alexander Noir, tapi Nhao Zhiro yang telah masuk ke tubuh pemuda kurus yang saat ini dia miliki.

Dengan mengunakan tubuh baru ini, Nhao Zhiro akan membalas dendam pada rekannya. Yaitu Benjiro.

*****

"Sayang, Kamu tidak ingin makan?" tanya Reina Matsushima, karena makan siang anaknya belum juga tersentuh.

"Aku bukan anakmu. Jangan panggil Aku Sayang!" sahut Nhao Zhiro risih.

Tentu saja Nhao Zhiro risih sendiri, karena mama dari Alexander Noir, masih sangat muda. Karena berselisih sekitar sepuluh tahun, dibandingkan dirinya.

Begitu juga dengan papanya Alexander Noir, yang tampak lebih muda, dibandingkan dirinya sendiri yang asli.

"Kenapa? Kamu sangat senang jika Mama memangil dengan sebutan, Sayang?" Reina Matsushima, berusaha untuk mengingatkan anaknya. Supaya memori anaknya itu, bisa muncul lagi, dengan segala sesuatu yang dulu-dulu mereka lalui.

Dengan wajah bingung, Nhao Zhiro berusaha untuk turun dari tempat tidur. Tapi apa yang dilakukannya itu justru mendapatkan larangan dari sang Mama.

"Kamu mau ke mana? Mama ambil kursi roda dulu ya!" cegah Reina Matsushima. Kemudian segera berlari menuju ke tempat kursi roda Alex yang ada di pojok ruangan.

Nhao Zhiro tampak mengerutkan keningnya, mendengar perkataan yang diucapkan oleh mamanya Alex.

"Kenapa harus memakai kursi roda?" tanya Nhao Zhiro penasaran.

Dengan tersenyum tipis, Reina memposisikan kursi roda tersebut, supaya anaknya itu bisa lebih mudah, untuk duduk dengan cara yang benar.

"Dokter belum memeriksa keadaan kakimu lagi Sayang. Jadi Kamu harus the berhati-hati, karena Mama tidak mau terjadi sesuatu denganmu, jika tidak ada saran dari dokter."

Mendengar jelaskan yang diberikan oleh mamanya Alex, Nhao Zhiro jadi lebih penasaran lagi, dengan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh Alexander Noir, yang saat ini dia gunakan.

"Bisa jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi pada Alex. Emhhh... maksudku, apa yang terjadi padaku."

Nhao Zhiro akhirnya mengajukan pertanyaan pada Reina Matsushima, untuk mendapatkan jawaban, kenapa dia tidak diperbolehkan untuk bisa bergerak sesuka hatinya.

"Kamu, Kamu kan tidak bisa berjalan Sayang. Satu kakimu juga bengkok pada telapak kaki. Tapi Mama yakin jika, Kamu pasti akan sembuh dan bisa berjalan dengan normal, sebagaimana orang-orang yang sering Kamu lihat dari atas balkon kamar di Jakarta."

Tapi kepala Nhao Zhiro justru semakin pusing, karena mendengar penjelasan yang tidak pernah diketahui sebelumnya.

"Aku cacat?" tanya Nhao Zhiro, memastikan bahwa dugaannya benar.

Mamanya Alex, menggangguk dengan wajah sedih. Karena Alexander Noir memang mengalami kelainan, pada kakinya. Sehingga dia tidak bisa berjalan normal. Sebagaimana teman-temannya yang lain.

"Emhhh... eghhh..."

Nhao Zhiro memegangi kepalanya yang terasa pusing, sehingga Reina Matsushima segera membantunya, untuk berbaring kembali.

"Kamu istirahatlah dulu ya! Mama akan panggil papa dan juga dokter. Kamu yang sabar ya!"

Setelah selesai mengatakan hal tersebut, Reina Matsushima segera keluar dari ruangan rawat inap anaknya. Untuk mencari dokter dan juga suaminya, karena tadi suaminya pergi ke ruangan dokter. Untuk membicarakan keadaan Alexander Noir, anaknya yang lah dinyatakan sembuh dari penyakit kankernya.

Sekarang, Nhao Zhiro kereta di kamar sendiri.

Dia mulai mengingat-ingat kembali semua kejadian yang dia alami. Dengan meraba-raba seluruh tubuh dan wajahnya sendiri.

"Sebenarnya siapa Aku? Bukannya Aku adalah Nhao Zhiro? Tuan besar di klan mafia Nhazi. Lalu, siapa wanita dan laki-laki yang tadi mengaku-ngaku sebagai mama dan papaku?"

Nhao Zhiro mulai berpikir keras, apa yang sebenarnya terjadi padanya sekarang ini.

Tapi di saat dia melihat keadaan tubuhnya, dan meraba-raba wajahnya sendiri. Nhao Zhiro memang menemukan banyak perbedaan antara dirinya sendiri, dengan tubuh yang saat ini dia miliki.

Dia berpikir keras, mencari jawaban atas pertanyaan demi pertanyaan yang muncul di benaknya sedari semalam.

Sayangnya, sebelum Nhao Zhiro menemukan semua jawabannya, pintu kamar terbuka.

Ternyata yang datang adalah mama dan papanya Alex, bersama dengan seorang dokter dengan asistennya.

"Coba diperiksa semua Dok! Siapa tahu, keajaiban semalam juga terjadi pada tubuhnya. Sehingga secara fisik, Alex juga bisa dikatakan sembuh."

Rian Noir, meminta pada dokter untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada anaknya. Dan ini disetujui oleh dokter, yang menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Setelah ini, kita akan melakukan foto Rontgen ya!" Dokter memberitahukan jadwal pemeriksaan, untuk mengetahui keadaan Alexander Noir cara keseluruhan.

Rontgen ini dilakukan untuk tindakan medis, yang menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik, untuk mengambil gambar bagian dalam dari tubuh seseorang.

Biasanya rontgen digunakan untuk mendiagnosa masalah kesehatan, dan memantau kondisi kesehatan pada diri seseorang. Sama seperti yang dialami oleh Alexander Noir saat ini.

Nhao Zhiro hanya mengangguk saja, mencoba untuk mengikuti semua kejadian yang dia alami ini.

Akhirnya Reina Matsushima dan Rian Noir, pergi ke ruangan dokter, untuk membicarakan pemeriksaan yang lebih detail pada tubuh anaknya, Alexander Noir.

"Apa Aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda cacat dan penyakitan?"

"Kore... wa watashi no fuundesu!"

"Ck! Siall sekali nasibku kali ini."

Nhao Zhiro mengumpat seorang diri, dengan keadaan yang ada padanya saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!