.
.
.
Hai.. hai.. hai... kembali lagi sama Nae, Nae buat kisah baru nih.. pengen buat cerita nih udah lama ya? bagi yang masih penasaran sama kisah Nae di novel sebelah yang judulnya Gadis Istimewa milik CEO Dingin nanti Nae pertimbangi tambah partnya Frans..
yang ini kisah baru, Ikuti kisahnya ya? mungkin awal-awalnya agak berat tapi kedepannya tidak lagi.. hehe.. jangan lupa Favoritkan dan like yang banyak ya...?
.
.
.
"apa?? tapi kenapa aku tidak boleh masuk? ". tanya Seorang wanita cantik bernama dewi mustika.
"karna ada Tuan Muda akan menikah dengan Nyonya baru yaitu Nyonya Emma". kata satpam
"menikah? kenapa bisa tiba-tiba? ". tanya Dewi tidak percaya
"terjadi cinta satu malam antara keduanya, saat ini Nyonya Emma sedang mengandung benih Tuan Yardan, keturunan Tuan Yardan akan menggemparkan dunia ini". jawab satpam dengan sombong.
"cinta satu malam? ". gumam Dewi dengan lirih
"kenapa ini terjadi? setau aku tidak ada orang lain disana, hanya aku tapi kenapa ada yang mengaku-ngaku menjadi diriku? ada apa ini sebenarnya? siapa Emma? ". batin Dewi tidak mengerti
"pergilah wanita cantik..! Tuan Yardan dan Nyonya Emma akan menikah, jangan mengacau jika kau tidak diundang". usir satpam yang lain
"bisakah kalian pertemukan aku dengan Tuan Yardan? ada yang ingin aku bicarakan hal penting". pinta Dewi memelas
kedua satpam keluarga Wijaya itu saling pandang.
"maaf Nona kami tidak bisa". tolak satpam satu
"Iya Nona, kami tidak bisa atau kami akan dihukum oleh Nyonya Emma". kata satpam satunya lagi
"bisakah kalian lakukan dibelakang Nyonya Emma? aku benar-benar butuh dan harus bertemu dengan Tuan Yardan". pinta Dewi memelas
"tidak bisa Nona..! saya mohon pergilah".
berapa kali Dewi memohon tetap tidak ada hasil hingga ia memilih pergi meninggalkan Mansion mewah keluarga Wijaya.
Dewi adalah seorang Gadis yang cantik juga disebut-sebut dewinya kota bandung, tak disangka Yardan jatuh hati padanya namun belum sempat menjalin hubungan, entah bagaimana kejadiannya ada Wanita lain yang mengaku dirinya.
malam itu Yardan dalam pengaruh alkohol, Dewi yang tidak sengaja menemukan Yardan di lorong hotel malah membawa nya ke kamar dan terjadilah hal yang seharusnya tidak terjadi, Dewi terlalu takut malam itu hingga ia dengan cepat melarikan diri tanpa memikirkan pangkal pah* nya sakit dan perih.
beberapa hari kemudian, Dewi kembali ingin minta pertanggungjawaban namun tak disangka Yardan sudah menikah dengan perempuan lain yang katanya sedang hamil anak Yardan si Penguasa Keluarga Wijaya.
Dewi duduk diam di halte bus, "sebenarnya apa yang terjadi? kenapa ada wanita bernama Emma mengaku-ngaku jadi diriku malam itu? ".
"sepertinya ada yang tidak beres tapi aku tidak tau apa? aku tidak mungkin menemui Tuan Yardan karna Tuan Yardan sudah percaya pada wanita bernama Emma itu". gumam Dewi pelan
Dewi mencari tau lewat ponsel kecilnya, ia mengakses internet mencari tau siapa Emma hingga matanya membelalak lebar.
"Putri pejabat? ". gumam Dewi membekap mulutnya syok.
"Aku tidak mungkin menang melawan wanita ini, tapi apa yang harus aku lakukan? kemana aku harus pergi? ". gumam Dewi gelisah
"itu wanita nya..! ". tunjuk beberapa pria berbadan besar keluar dari mobil
Dewi merasa terancam pun dengan cepat melarikan diri, ia berlari menerobos lorong-lorong sepi saat dikejar-kejar seperti seorang penjahat yang melarikan diri dari penjara.
"jangan sampai dia lari...! kalau tidak Nyonya bisa marah besar pada kita". teriak salah satu dari mereka
"Nyonya? siapa? apa Emma? Ya Tuhan.. tolong aku..! selamatkan aku dan bayiku". batin Dewi menjerit
Dewi seolah memiliki kekuatan berlari demi menyelamatkan diri, tidak peduli berapa kali ia tersesat dewi akan terus berlari tanpa sadar kakinya berdarah, sendalnya juga sudah terlepas entah dimana yang pasti Dewi pun tidak sadar di mana sendalnya terlepas.
Dewi bersembunyi dibelakang Rumah Tua, ia merangkak ke belakang Rumah itu hingga sedikit memasuki hutan dan memanjat pohon terbesar disana.
"dimana dia? ".
"tidak tau Ketua...kami sudah mencarinya tapi tidak ada".
"dasar tidak berguna..! bagaimana cara kita bertemu Nyonya Emma hah? ". teriak si Ketua dengan marah
"katakan saja wanita itu sudah mati Ketua".
"kau pikir dia percaya? ". marah si ketua
"Ekhemmm..! ". salah satu Pria berdehem lalu berteriak.
"NONA KAMI TAU KAU MASIH DISINI..! KAMI DIUTUS UNTUK MEMBUNUHMU KARNA AKAN MENJADI BATU SANDUNGAN OLEH NYONYA KAMI UNTUK MENJADI PENGUASA, JIKA ANDA INGIN HIDUP PERGI SEJAUH MUNGKIN DAN JANGAN PERNAH KEMBALI".
Si Ketua melihat ke arah temannya, "kenapa kau berbicara seperti itu Max? kau sengaja membuatnya kabur hah? ".
"akan lebih baik begitu Ketua, dia melarikan diri karna tidak mau dibunuh jika kita menjelaskan padanya aku yakin dia akan pergi dengan sukarela tanpa berani menunjukkan wajahnya pada Nyonya kita". jawab Max
sementara yang lainnya setuju dengan ide Max, dan ikut-ikutan berteriak memperingati wanita incaran mereka lalu tak berapa lama kemudian mereka pergi meninggalkan tempat itu.
Dewi membekap mulutnya yang menahan tangis, ia tidak tau apa salah dirinya hingga Emma menargetkan dirinya, apa hanya karna kekuasaan? Dewi juga tidak ingin menjadi Nyonya, Dewi hanya meminta Yardan memberinya uang untuk menjamin kehidupan bayinya selama 9 bulan kedepan.
.
"maafkan Mama nak..! Maafkan Mama..! Mama tidak mampu menemui papamu, kekuasaan membuat orang serakah gelap mata dan ingin memusnahkan kita, lebih baik kita pergi dari sini sayang...! kita pergi sejauh mungkin dimana tidak ada orang disini yang menemukan kita". ucap Dewi dengan lirih.
tanpa membawa apa-apa Dewi pergi dari kota Bandung, ia naik mobil box antar paketan yang kasihan padanya membawanya pergi dari Kota itu.
.
.
"maaf Mbak.. Kami cuma sampai disini! ". kata supir mobil paketan dengan tidak enak.
Dewi bangun dari baringannya, ia keluar dari mobil itu dan melihat sekeliling betapa rindangnya tempat ini.
"ini dimana Pak? ". tanya Dewi
"ini Desa Kawung Mbak..! maafkan saya telah membawa Mbak sejauh ini".
"tidak apa pak..! terimakasih atas kebaikan bapak, saya tidak punya apa-apa untuk bayar ongkos nya". Dewi memilin jemari tangannya.
"tidak apa Mbak..! kalau begitu saya harus ke kantor pos sana untuk antar paketan ini Mbak".
"iya Pak.. terimakasih banyak..! jika ada yang bertanya tentang saya, saya mohon jangan beritau keberadaan saya Pak". pinta Dewi serius
walau tidak mengerti tapi supir mobil paketan itu pun mengangguk mengiyakan tanpa bertanya, dilihat dari keadaan Dewi sepertinya wanita itu sedang dalam pelarian tanpa alas kaki tapi tidak memakai baju tahanan.
.
Dewi menatap langit yang indah, ia menangis seketika.
"hidupku begitu kacau tapi langit tetap indah seperti biasa". gumamnya pedih mengelus perutnya.
"Kita akan tinggal didesa ini nak..! maafkan Mama yang tidak berdaya ini". Dewi menatap perutnya yang masih datar.
Dewi diusir oleh Bibi dan Pamannya karna telah merusak nama baik keluarga, Dewi hamil tiba-tiba tanpa tau siapa Ayahnya. sebenarnya Dewi tau ayah dari janin yang dikandungnya tapi karna Pria itu terlalu berkuasa ia memilih bungkam, kebungkaman itulah yang membuat Bibi dan Pamannya semakin marah dan mengusir Dewi tanpa memberi celah untuk Dewi menjelaskan situasinya.
.
.
.
.
.
.
belasan tahun kemudian.
Queen Adena Sasikirana Arundati, gadis cantik super multitalenta yang berumur 19 tahun.
"Nana??? ". teriak Dewi dari dalam gubug nya.
"Iya Ma...? ". sahut Adena yang akrab dipanggil Nana
"dimana rumput-rumput Mama?". tanya dewi berkacak pinggang.
Nana nyengir kuda menggaruk-garuk kepalanya melihat arah lain,
"sayangg...? kenapa Rumput itu dikasih makan ke Aa sih?? dia itu Kuda hutan pasti bisa nyari dihutan sana..! ". omel Dewi tak habis pikir akan kasih sayang putri kesayangannya pada Kuda hutan yang kini menjadi peliharaan putrinya itu.
"Ma..? Aa itu suka sama rumput itu". jawab Nana menjelaskan
"sekarang mama tidak mau tau..! carikan mama Rumput yang baru untuk sapi-sapi pak lurah, cepat nak..! atau kamu nanti dinikahi oleh anaknya". ancam Dewi
"iya Ma.. iya..! ". jawab Nana mengerucutkan bibirnya.
Nana berlari ke luar rumah kecilnya dan menemui kuda putih kesayangannya,
"Aa...! sekarang berhentilah makan..! kamu membuat Nyonya ku marah dan sekarang aku dihukum karnamu, ayo kita harus mencari rumput ganti nya". omel Nana pada kuda nya sambil melompat menaiki kuda nya.
seolah mengerti kuda itu berjalan dengan tenang membawa Nana ke dalam hutan yang tak jauh dari gubuk tempat tinggal Nana dan Dewi, Nana mencari rumput yang segar sementara Kuda nya hanya asik makan dan makan disana.
"Ya ampun.. lama-lama aku yang kena marah Mama Aa.. jangan nakal dong, makan Rumput-rumput yang dibawa Mamaku ok? jika kau lapar pergi saja kesini, kau bisa mencari makan di hutan sementara sapi-sapi mahal dan manja itu tidak bisa masuk hutan". gerutu Nana pada Kuda nya yang sibuk makan itu.
"Oh Tuhan.. aku lelah bicara dengan kuda yang taunya hanya makan saja". kesal Nana pada dasarnya bawel dan ceria.
Nana mengedarkan pandangannya saat ada angin kencang, "apa ini? ". gumam Nana
Nana mencari asal muasal angin itu hingga pandangannya mendongak ke atas melihat sebuah helikopter berdiam diri tepat diatasnya.
"sedang apa benda itu? ". gumam Nana mengerutkan keningnya.
Nana membelalak saat ada seseorang yang dibuang dari dalam helikopter itu,
"sial... ! mereka buang mayat kesini..! ". maki Nana
buggh...
Nana membulatkan matanya saat ada manusia dibuang oleh Helikopter tadi jatuh tepat dihadapannya, Nana terdiam beberapa saat hingga Helikopter itu pergi dan Nana tersadar.
"sialan kau...! hei.. kalau mau buang mayat jangan kesini...! kemari kau...! woiiiii...! ". teriak Nana melompat-lompat seolah bisa menggapai Helikopter itu.
"aduuhh.. kenapa aku sial sekali..?". geram Nana berbalik menatap pemandangan itu.
pakaiannya robek, darah segar mengotori tubuh dan wajah orang itu, jika dilihat begitu saja mungkin akan menebak Pria itu sudah meninggal.
"aku laporin pak Lurah aja". gunam Nana enggan melihat keadaan manusia menyedihkan itu
"ayo Aa.. kita pergi..! ". Nana menepuk-nepuk leher Kuda nya setelah meletak banyak rumput diatas punggung Kudanya.
"kenapa? kau kenapa?". tanya Nana dengan kesal pada kudanya yang enggan bergerak.
"Hei.. Aaa...ayo kita pergi dari sini..! kau mau dituduh sebagai pembunuh? nanti kau masuk penjara aah.. tidak.. tidak.. nanti kau masuk kandang sirkus". kesal Nana
Nana yang kehabisan akal hanya garuk-garuk kepala, ia tidak pernah mengalami hal ini saat kuda nya tidak mendengarkannya, biasanya Kudanya itu selalu mendengarkannya.
Nana memutar pandangannya melihat Pria yang bersimbah darah itu, "kenapa kau jadi sok baik? kau ingin aku menolong Mayat itu? ". tunjuk Nana seolah tersadar akan sesuatu.
"tapi itu hanya Mayat? apa yang bisa ditolong? ". Nana menyanggul rambut panjangnya yang entah sejak kapan sudah terlepas.
"isssh...!". dengan sangat terpaksa Nana melangkahkan kakinya ke Manusia yang ia katakan mayat itu.
Nana sangat ahli dibidang pengobatan, ia disebut sebagai dokter kampung yang paling bertalenta jika penyakit separah apapun sudah ditangannya pasti akan sembuh tak akan kembali lagi.
Nana memegang denyut nadi ditangan Pria itu, walau hanya sekilas tapi Nana tau orang ini sangat kuat bisa bertahan ditengah luka parah yang ada ditubuhnya.
"masih hidup ya? kok bisa? ". Nana memegang denyut nadi dileher Pria itu dan ternyata masih hidup.
"gila.. ni Orang ya? bukan Mayat". Nana pun terpaksa membantu Orang itu dan menaikkannya di atas tubuh Kuda putihnya.
"nah.. Aa... pria ini sudah aku tolong ayo kita pulang?". ajak Nana
Nana hanya menganga lebar melihat kudanya langsung bergerak,
"apa mayat.. eh..? apa orang itu pawangnya Kuda ya? ". gumam Nana terheran-heran sambil mengikuti kudanya yang berjalan dengan tenang membawa manusia berdarah itu.
.
sesampainya di gubuk kecil
"apa ini sayang..? kenapa kamu bawa mayat? ". tanya Dewi memekik saat ada manusia yang terluka parah terjatuh dari punggung Kuda Nana.
"Maaf Ma.. Aku terpaksa membawanya kalau tidak Aa tidak mau ikut pulang". jawab Nana tersenyum lebar berusaha membantu orang yang terluka parah itu.
"itu luka tembaknya banyak sekali sayang.. kamu yakin dia masih hidup? ". tanya Dewi merasa ngeri melihat luka yang ada ditubuh Orang itu.
"iya Ma.. dia masih hidup". jawab Nana
"itu rumputnya Ma..! aku udah jaga biar jangan kena darah pria ini". teriak Nana
"Aaah.. iya Rumputku". Dewi tersadar segera menepuk-nepuk Kuda Nana yang langsung menunduk menekuk keempat kakinya hingga Dewi bisa mengambil semua rumput-rumput segar itu.
Dewi berteriak pada putrinya bahwa ia akan pergi memberi makan sapi dan Nana menyahut dari dalam.
"iya Ma.. hati-hati jangan terkena ular".
Dewi pun pergi membawa semua rumput-rumput segar itu, sementara Nana membawa Orang misterius itu ke tempat tidurnya yang keras.
"dari mana asal orang ini? kenapa dia dibuang kesini ya? ". gumam Nana terheran-heran
Nana mengambil baskom dan segala perlengkapan pisau, benang jahit, ia memasang sarung tangan dan menggunting baju Pria itu lalu mengelap luka di dada dan perutnya.
"ok.. saatnya operasi? ". gumam Nana tersenyum lebar lalu memakai masker, ia menikmati perannya sebagai dokter-dokteran.
Nana benar-benar unik dan genius, hanya sekali melihat di Youtube saja ia tau cara kerja dokter hingga Nana yang iseng dan jahil pun main dokter-dokteran tanpa diduga malah menyembuhkan orang-orang sakit.
Nana tampak serius mengoperasi Pria misterius itu, ada 3 peluru bersarang di tubuhnya, beruntung salah satu peluru tidak menembus jantungnya melainkan mengenai yang lainnya.
"huuh...! akhirnya operasi berhasil". gumam Nana lega setelah melihat peluru tersulit telah ia dapatkan.
Nana mengganti sarung tangannya lalu menjahit luka orang itu, Nana membersihkan wajah Pria itu.
"woow..! tampan sekali". senyum manis Nana lalu dengan cepat Nana memukul kepalanya.
"sadar Nana.. sadar... kamu itu perempuan super cantik seharusnya melihat Pria Tampan itu sudah biasa, please jangan ikut-ikutan jadi orang kampung walaupun kamu besar dikampung". dumel Nana
Nana besar di Kampung itu tapi bahasa nya lancar bahasa indonesia, ia dan Mamanya menggunakan bahasa itu tapi saat berkomunasi dengan orang lain juga dengan bahasa indonesia, Nana tidak suka bahasa orang kampungnya itu yang bahasanya sangat kental dan terdengar lucu bagi Nana hingga enggan mengucapkan bahasa mereka padahal Nana mengerti bahasa mereka.
.
.
.
.
.
.
selama beberapa hari Nana merawat Pria misterius itu, ia mencari tau identitas Pria itu dengan kemampuan Peretasnya yang patut diacungi jempol.
"Devano? Tuan Muda Devano Darendra Arkatama? woww..! dia orang hebat". gumam Nana tersenyum tipis saat tau identitas Pria yang ia tolong.
"Nana? ". panggil seorang Pria pemilik Komputer yang disentuh Nana.
Nana mematikan semua komputer milik Uzi, ia juga sudah menghapus jejak surelnya.
"kamu cari apa sih? ". tanya Uzi penasaran sambil celingukan melihat komputernya
"aku mencari seseorang". jawab Nana tersenyum cerah
"apa kamu menemukannya? ". tanya Uzi
"iya". jawab Nana tersenyum
"siapa sih? ". tanya Uzi
"ingin tau aja urusan orang dewasa, ya sudah ya? terimakasih pinjamanmu, aku pulang Byee...!! ". Nana melambaikan tangannya lalu berlari meninggalkan Uzi
"enak aja.. woii... aku sudah berumur 18 tahun". teriak Uzi tak terima disebut anak kecil oleh Nana padahal mereka hanya selisih 1 tahun saja.
Nana mengetuk-ngetuk keningnya saat berjalan pulang menuju gubuk tempat tinggalnya, baik Dewi maupun Nana jarang di gubuk itu.
Nana sering bermain kesana-kemari sedangkan Dewi bekerja mengurus Sapi-sapi orang, kini Dewi sudah memiliki 2 ekor sapi dari upahnya menjaga sapi-sapi milik atasannya itu.
"apa aku pura-pura nggak tau aja identitasnya ya? ". gumam Nana
"sepertinya dia punya masalah serius hingga dibunuh oleh orang itu dan dibuang ke hutan, kalau nggak ada aku mungkin dia sudah mati dimakan hewan buas". gumam Nana lagi
Nana berlari ke Gubuknya, ia mencari keberadaan Mamanya.
"Mama?? ". teriak Nana
"....? ". tak ada sahutan yang artinya tidak ada orang.
"Apa mama masih jaga Sapi ya? ". gumam Nana menggaruk kepalanya ia berjalan cepat masuk ke Kamarnya dan terkejut melihat Pria yang ia tolong sudah membuka matanya.
"hei.. mayat kau sudah bangun? ". senyum lebar Nana hendak memegang kening Pria itu tapi dengan cepat Pria tampan itu menepisnya.
"hei.. aku menolongmu..! inikah balasan dari kebaikanku hehh? ". tanya Nana dengan tatapan tajamnya.
hilang sudah kekaguman Nana pada sosok Pria tampan ini sejak mendapat respon tak baik dari Pria itu.
"siapa kau? ". tanya Pria itu yang tak lain adalah Devano
"aku..? kau cari tau sendiri". jawab Nana berubah ketus
Devano hendak berbicara lagi tapi Nana memukul wajah Pria itu hingga kembali tak sadarkan diri.
"huuh..! dasar Pria menyebalkan, aku menolongnya berhari-hari merawatnya karna kurang kerjaan tapi dia malah menepis tangan dewaku... dasar Pria tak tau terimakasih". omel Nana menatap tajam Pria yang kini sedang tak sadarkan diri itu.
"terima saja pukulan marahku". ucap Nana sinis
"ternyata apa yang mama katakan memang benar, Pria berkuasa itu sangat sombong dan tidak tau terimakasih". gerutu Nana kembali mengobati luka di dada Devano yang kembali berdarah.
Nana memukulnya dengan separuh kekuatannya, bagaimana tidak? Nana merawat Pria itu berhari-hari sampai ia tidur dilantai kedinginan, tak disangka balasan pria itu saat bangun yaitu menepis tangannya saat memeriksa suhu tubuhnya.
.
malam harinya.
"kau sadar..? ". Nana berkata dengan datar
"sial.. kenapa kau memukulku? ". tanya Devano dengan marah
"kau marah? aku menolongmu berhari-hari hingga aku tidak punya tempat tidur, tapi apa balasanmu hah? kau malah menepis tanganku saat aku memeriksa keadaanmu". jawab Nana berkacak pinggang.
Devano terdiam, "itu gerakan refleksku". jawabnya membuang muka
"itu juga gerakan refleksku. ! aku sangat pendendam". kata Nana dengan santai membuat mata Devano melihat kearahnya
"siapa kau? ". tanya Devano serius.
"seharusnya aku yang bertanya padamu Mayat, siapa kau? kenapa kau bisa dibuang ke Hutan oleh mereka? jika saja aku tidak melihatmu mungkin kau sudah mati disana". omel Nana balik
Devano memegang keningnya, "kenapa kau menyebutku mayat? ".
"kau memang mayat". jawab Nana dengan santai
"jangan buat aku menanyakan hal yang sama, katakan siapa kau? dimana aku? ". desis Devano dengan menahan marah.
"Aku..? Nana, kau sekarang ada di desa Kawang". jawab Nana singkat.
"desa kawang? dimana itu? ". tanya Devano yang tidak tau ada desa terpencil.
"issh.. kau diamlah..! lihatlah itu apa yang aku buatkan untukmu". Nana mengambil sebuah kalung dengan bahan tali hitam kuat berisikan 3 mata peluru yang sudah dibolongi oleh Nana.
"apa ini? ". tanya Devano
"itu jumlah peluru yang bersarang di tubuhmu, aku berhasil mengeluarkannya". jawab Nana dengan santai melemparnya ke Devano
Devano menangkapnya dan melihat kalung aneh itu.
"kenapa kau membuatnya seperti ini? apa kau kurang kerjaan? ". tanya Devano
"iya.. aku memang kurang kerjaan, karna itulah aku menolongmu jika aku sibuk maka kau sudah mati dihutan sana". jawab Nana berjalan pergi meninggalkan Devano
Devano meremas peluru itu, entah mengapa ia malah mengalungkan peluru itu dilehernya ia memperhatikan tubuhnya yang banyak perban.
.
hei... ga.. eh... Nana? bisakah kau carikan aku baju?? aku mau mandi, dimana kamar mandi nya? ". teriak Devano
Devano berusaha bangkit tapi nyatanya keadaannya belum sembuh total, ia terpaksa berdiam diri setelah mendengar teriakan Nana bahwa ia tidak boleh bergerak.
.
.
.
pagi-pagi
"jadi orang itu sudah bangun sayang? ". tanya Dewi melihat seorang Pria tampan dengan memakai celana pendek dan baju kaus milik Nana menatap pemandangan desa.
"iya Ma.. apa mama mau ke kandang sapi lagi? ". tanya Nana
"iya sayang.. Mama tidak mengerti kenapa sapi-sapi nya pak Junet semakin lengket sama Mama dan tidak mau mama pergi". keluh Dewi
"mungkin mereka tau Mama lah yang paling tulus menyayangi mereka". jawab Nana tersenyum tulus
"ya sudah.. nanti petik aja kangkung dibelakang sana sayang, mama tidak bisa masak kamu masak sendiri ya? ". Dewi mengelus kepala Nana
"iya Ma.. iya.. Sana Mama pergi aja urus sapi-sapi manja itu". kekeh Nana
Dewi tertawa pun pergi meninggalkan Nana, Nana menatap kesal ke arah Devano.
"hei.. Mayat siapa namamu? ". tanya Nana berkacak pinggang.
Devano menoleh dan menjawab, "Devano". jawabnya singkat.
Nana menjatuhkan rahangnya, "dasar orang sombong, aku tau Namamu DeVano Derendra Arkatama tapi enteng sekali kau jawab dengan nama singkatmu itu". batin Nana
"katakan alamat tempat tinggalmu, pergilah dari sini aku sudah melakukan tugasku sebagai dokter kampung terbaik disini". Nana
"kau dokter?". tanya Devano
"iya aku dokter, kenapa? kau mau tanya baju dokterku? tidak ada, aku dokter-dokteran disini". jawab Nana yang tau isi pikiran Devano
"apa kau pikir nyawa manusia mainan? ". tanya Devano dengan tatapan tajam
"simpan tatapan tidak tau terimakasihmu itu, sekarang kau pulanglah ke Rumahmu, aku tidak tau siapa kau dan aku tidak ingin menambah beban mamaku dengan mengurus mayat tak berguna sepertimu". ucap pedas Nana
"aku bukan Mayat bodoh". marah Devano tak terima dikatakan tidak berguna.
"kau memang mayat, sana pergi..! ". usir Nana berbalik
"aku tidak ingat tempat tinggalku". ucap Devano dengan pelan
Nana membulatkan matanya dan berbalik menatap tajam Devano, "dasar Mayat !! dia pikir aku sama dengan gadis desa disini yang bisa dibodohi? awas aja, akan aku siksa dia disini". batin Nana yang tau Devano berbohong.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!