Assalamualaikum we.wb
Kembali lagi dengan Author Rahma, semoga kalian suka ya sama cerita ini.
Yuk terus baca!!!
...----------------...
Drum ... drum ...
Suara motor memekik gendang telinga membuat orang-orang pejalan kaki sangat terkejut. Ada juga yang sedang minum langsung tersedak minumannya. Dan, lebih parahnya yang makan bakso langsung menelan semuanya tanpa di kunyah.
"Dasar anak jaman sekarang, selalu saja bikin rusuh,"
"Ya ampun, celaka bau tahu rasa,"
"Sampai patah tulang!"
"Sumpah-in saja sampai mampus!"
Umpatan demi umpatan keluar, karena kesal oleh segerombolan anak motor yang meresahkan. Emang jalan milik nenek moyangnya, seenaknya saja.
Bahkan ada nenek-nenek yang langsung terjatuh akibat anak-anak motor yang tak tahu sopan santun membawa motornya.
"Fatih, ngapain berhenti?"
"Kalian kejar mereka, gue mau nolong nenek itu dulu!"
"Ok,"
Seorang pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah menghampiri seorang nenek yang terjatuh dengan belanjaan berhamburan.
"Nenek tidak apa?"
"Pakai nanya, lihat gara-gara kalian belanjaan saya kotor. Dasar anak nakal,"
Plak ...
Sang nenek memukul pemuda itu yang tak lain adalah Fatih yang menghentikan motornya karena melihat ada seorang nenek terjatuh akibat ulah geng Rebel.
"Saya minta maaf nek, sini biar saya bantuin!"
Walau dapat umpatan dari sang nenek, Fatih tetap membantu sang nenek mengambil belanjaan nenek yang berhamburan. Lalu membantu sang nenek duduk di kursi yang ada di trotoar jalan.
"Sekali lagi maafkan teman-teman saya nek,"
"Lain kali jangan di ulangi, perbuatan kalian merugikan orang,"
"Baik nek,"
Fatih menunduk ketika dapat ceramah dari sang nenek. Membuat telinga Fatih panas. Namun Fatih tetap diam menghargai yang lebih tua tanpa menyangkal.
King Fatih Al-biru, seorang remaja SMK putra dari seorang pengusaha kaya raya. Mempunyai paras rupawan, dengan alis tebal, hidung mancung, bulu mata lentik, bibir seksi terutama tatapan matanya yang tajam dengan bola mata ke birua an.
Siapa saja yang menatapnya akan tenggelam ke dalam rasa yang mendebarkan. Namun, tidak hanya itu, di jalan Fatih juga ketua geng Ghost Reader. Dan, di sekolah dia si king buli. Fatih selalu hobi membuli anak baru atau adek kelasnya. Tak ada yang berani melawannya, bahkan para guru pun sudah tak peduli lagi.
Jika saja Fatih bukan anak dari pengusaha kaya raya yang memberikan donatur di sekolah tempat Fatih belajar. Tepatnya Farhan Al-biru, papa Fatih memiliki saham 50% di sana. Sudah dari dulu Fatih di depak dari sekolah.
Sesudah mengantarkan sang nenek pulang ke rumah nya. Fatih langsung tancap gas pergi menemui teman-teman yang sedang menunggu di Basecamp. Tepatnya markas geng Ghost Reader.
"Bagaimana sudah aman?"
"Sudah! gue pastikan anak-anak Rebel tidak akan berani menggangu sekolah kita,"
Ucap Raja, salah satu sahabat Fatih.
"Bagus!"
Fatih tersenyum puas atas laporan dari sahabatnya. Tak ada yang boleh mengusik anak-anak SMKN 10 Jakarta (visual). Karena bagi Fatih yang boleh mengusiknya hanya dia seorang tak boleh ada yang lain. Aneh bukan! itulah King Fatih Al-biru, apapun harus atas perintahnya bukan orang lain.
"Rangga, tugas loe memastikan wilayah barat, Raja wilayah Timur, Moreo wilayah Selatan dan gue wilayah Utara."
"Ok,"
"Loe jadi kan, malam ini ikut balapan?"
Tanya Moreo pada Fatih membuat Fatih terdiam. Memikirkan sesuatu, Membayangkan nya saja membuat Fatih menggeleng kan kepala. Membuat ke tiga sahabatnya mengerutkan kening melihat tingkah Fatih.
"Woy, jadi gak?"
"Sepertinya gue gak bisa, Giliran Loe yang mimpin. Minggu kemaren Raja sudah dan Rangga bulan lalu. Kini giliran Loe,"
"Tap ..."
"Suttt, gue harus cabut sekarang. Ibu Ratu pasti marah besar,"
Tanpa mendengar ucapan sahabatnya lagi. Fatih langsung bergegas pergi. Tepatnya Fatih pulang ke rumah.
Dengan mengendap-endap Fatih masuk ke dalam rumah.
"Suttt ..."
Fatih mengisyaratkan pada adiknya untuk diam. Bisa gawat kalau ketahuan, yang ada
"Awwss ..."
"Aduh Bun, lepas awwss ..."
Fatih meringis kesakitan akibat telinganya di jewer oleh sang Bunda. Membuat Aurora sang adik tertawa karena lagi-lagi sang kakak kena jewer Bunda.
"Dari mana hah, jam segini baru pulang!"
Oceh Queen menatap nyalang pada putranya yang selalu saja bikin ulah.
"Biasa Bun, anak muda!"
"Anak muda anak muda, sampai membuat seorang nenek jatuh!"
"Awwss .. aduh duh Bun sakitt ..."
Ringis Fatih ketika Queen semakin mengencangkan jewer nya.
Sial, kenapa Bunda tahu!
Fatih mengusap-usap telinganya yang memerah akibat jeweran sang Bunda.
"Sana mandi dan ganti baju!"
"Baik Bun,"
Fatih berjalan sambil memegang telinganya yang begitu panas.
Hap ...
Dalam keadaan begitu saja Fatih tetap saja jahil pada adiknya. Di mana Fatih mencomot buah yang akan di makan Aurora.
"Bunda!!! kakak ngambil buah Aurora!!!"
"Kakak jangan begitu!"
"Sedikit Bun, jangan pelit!"
Teriak Fatih sambil berlari menaiki anak tangga. Aurora menghela nafas berat melihat tingkah kakak nya yang super nyebelin.
Queen hanya bisa menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang super jahil. Padahal dulu Queen dan Farhan tidak seperti itu. Entah turun dari siapa sifat jahil Fatih.
Fatih merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan membanting tasnya ke atas shopa. Bahkan membuka sepatu pun Fatih dengan sebelah kakinya dan menendangnya asal. Bukan di simpan di tempat nya. Hanya jaket kebanggaannya yang Fatih simpan di tempat semestinya.
Kelakuan anak cowo memang beda, anak kalian gitu gak sih?! semoga tidak.
Bukannya langsung mandi Fatih malah menyetel musik hingga tertidur. Mungkin karena terlalu lelah main kejar-kejaran dengan musuh bubuyatannya.
Tok ... Tok ...
Ketukan pintu membuat Fatih terusik dari tidurnya. Tapi, tak membuat Fatih bangun,dia malah mengeratkan pelukannya pada guling kesayangannya. Kalau tidur Fatih memang seperti cewe, harus ada guling yang menemaninya.
Fatih tak peduli dengan suara ketukan pintu yang dia peduli rasa kantuknya.
Cklek ...
Queen masuk ke dalam karena kesal putranya tidak menyahut. Padahal Queen ingin menyuruh Fatih makan malam.
Alangkah terkejutnya Queen melihat kamar putranya yang berantakan. Sepatu yang satu di mana yang sebelah lagi di mana. Dan tas nya di sopa dengan isinya berhamburan Belum lagi kaus kakinya.
Orangnya malah asik tidur seperti perempuan. Queen menatap tajam pada putranya dengan tangan mengepal.
Queen menarik nafas dalam lalu mengeluarkannya perlahan dengan suara tegasnya.
"Fatih!!!"
Uhuk ... uhuk ...
Farhan yang sedang minum langsung tersedak mendengar suara cempreng istrinya berteriak.
"Papa gak apa?"
Tanya Aurora perhatian sambil menepuk-nepuk punggung Farhan.
Sudah jadi kebiasaan bagi Aurora melakukan itu. Sang papa pasti tersedak minumannya. Aurora dari tadi memang sudah menghitung, dalam hitungan ke sepuluh sang Bunda pasti berteriak. Dan, benar saja insting Aurora, maka yang jadi korban adalah sang papa.
"Cepat mandi!!"
"Bun, kakak masih ngantuk,"
"Fatih!!!"
Habis sudah kesabaran Queen, dengan terpaksa Queen harus menjewer telinga putranya. Karena itu satu-satunya cara kelemahan Fatih.
"Aduh .. duh ... Bun awwss .. sakitt--"
Fatih langsung bangun ketika sang Bunda menjewernya. Belum hilang bekas tadi sore sekarang kembali lagi di jewer.
"Mandi!"
"Iya Bun,"
Dengan kemayu Fatih berjalan ke arah kamar mandi. Sambil mengibas-ngibas telinganya yang panas.
"Anak ini kapan dewasanya, masa kalah sama adiknya!"
Gumam Queen sambil menghela nafas berat, bisa-bisa Queen punya penyakit jantung jika begini terus.
Bersambung..
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
Ganteng!
Satu kata keluar dari bibir seksi Farhan dimana di sedang tersenyum melihat pantulan penampilannya di hadapan kaca.
Suit ... suit ....
Fatih bersiul-siul sambil menuruni anak tangga.
Hap ...
Fatih mencomot roti yang akan di makan Aurora.
"Bunda, kakak ngambil sarapan Aurora,"
"Kakak jangan begitu!"
"Aistt, Sedikit Bun jangan pelit,"
"Kan ada bagian kakak!"
"Bunda!!!"
Rengek Aurora lagi-lagi Fatih mencomot roti ya membuat Queen menghela nafas. Tidak malam tidak pagi selalu saja harus ada drama.
Dan, anehnya Fatih selalu saja suka usil memakan makanan adiknya. Padahal dia juga punya bagian.
"Fatih diam, makan milik kamu!"
Fatih terdiam duduk tenang di kursinya ketika sang papa sudah bersuara.
Aurora langsung menjulurkan lidahnya mengejek sang kakak yang langsung diam. Fatih mendengus saja sambil mengunyah sarapannya. Rasanya berbeda, Fatih lebih suka makan milik adiknya.
"Sayang, bee berangkat kerja dulu!"
Huek ...
Fatih dan Aurora kompak mual melihat adegan kedua orang tuanya yang bermesraan tak tahu tempat.
Farhan dan Queen cuek saja tak menanggapi tatapan sinis dari ke dua anaknya.
Grep ...
"Hey, kembalikan istriku!"
"Bunda kami, sana papa berangkat kerja,"
Usir Fatih dan Aurora yang memisahkan Queen dari Farhan. Membuat Farhan berdecak kesal karena kedua anaknya selalu mengganggunya.
"Ya sudah, papa berangkat kerja. Kakak anterin adek ke sekolah,"
Cup ...
Farhan mengambil kesempatan mencium bibir istrinya ketika Farhan memeluk kedua anaknya.
Begitupun keluarga itu menjalani drama paginya.
Queen mengantar suami dan anaknya berangkat.
"Hati-hati, bee!"
"Kakak, ingat! bawa motor nya jangan ngebut,"
"Gak janji Bun,"
Brum ...
Fatih langsung pergi karena tak mau mendengar Omelan bundanya lagi. Sudah cukup malam dia di omeli. Untung saja Fatih gak jadi ikut balapan, kalau tidak, bisa di hukum berat kalau sampai ke tahuan.
"Belajar yang rajin!"
"Isstt, kakak rambut Aurora berantakan!"
Kesal Aurora ketika Fatih mengacak-ngacak rambutnya. Fatih hanya tersenyum saja, ketika sudah usil pada adiknya Fatih langsung menyalakan lagi Mogenya menuju sekolah dirinya.
Fatih menghentikan motornya di depan sebuah pohon di mana ada dua orang yang sedang menunggunya.
Sesudah berbincang sebentar Fatih langsung pergi sambil berlari. Entah di kemana kan motornya sampai Fatih berlari menaiki angkot.
"Pak tunggu!!!"
"Teriak Fatih berlari dengan nafas naik turun. Memegang gerbang sekolah yang akan di tutup.
"Kamu lagi kamu lagi, selalu saja telat."
"Cuma telat lima menit, gak apa ya. Tolong dong,"
Rengek Fatih pada penjaga gerbang, tanpa menunggu persetujuan Fatih menerobos masuk membuat penjaga sekolah terkejut.
"Fatih!!"
Kesal penjaga sekolah, kalau terus begini dia juga yang akan di marahi. Nasib-nasib jadi penjaga gerbang.
Fatih tersenyum puas ketika bisa masuk. Seperti biasa Fatih mengendap-endap supaya tidak ketahuan. Namun, Fatih lupa jika guru wali kelasnya sudah di ganti satu Minggu yang lalu. Di mana guru yang pertama kapok berurusan dengan Fatih.
Namun ....
"Terlambat!"
Deg ...
Fatih terdiam mendengar suara bariton yang menyeramkan dan terdengar tegas. Fatih yang tadinya mengendap-endap langsung berdiri tegak dan tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Eh, pak Anwar!"
"Masuk,"
Tumben, yes tak di hukum!
Fatih berjalan santai masuk kelas membuat teman-teman Fatih melongo. Tumben pak Anwar gak marah, pikir mereka. Pasalnya guru baru itu galak sekali.
Seseorang menatap tajam pada Fatih yang duduk santai tanpa di hukum. Dia ingin protes tapi pak Anwar sudah memulai belajarnya.
"Sudah jangan marah!"
Bisik temannya pada Amira, ya dia Amira gadis yang berani menatap tajam pada Fatih dan Amira juga satu-satunya murid yang tidak Fatih buli. Kenapa? karena Amira kakak sepupu Fatih.
Banyak orang yang tidak tahu hal itu, karena mereka berdua menyembunyikan identitasnya. Hanya saja tidak ada yang berani satupun cowo yang berani mendekati Amira, karena Fatih akan menghajarnya.
Karena kesal dengan Fatih membuat Amira tak fokus belajar. Hingga tanpa sadar belajar melelahkan pun selesai. Karena memang sudah waktunya istirahat.
Namun, anak-anak tidak berani keluar ketika pak Anwar menyuruh mereka duduk sebentar.
"Fatih,"
"Iya pak,"
"Berhubung kamu tadi terlambat, maka kamu nanti belum bisa pulang karena harus bersihkan kelas dan toilet pria! "
Tegas pak Anwar tanpa bisa di bantah.
"Hah, kok gitu sih pak, kan telat cuma lima menit,"
Protes Fatih tak terima di hukum, baru kali ini guru baru itu menghukumnya.
Brak ...
Pak Anwar menggebrak meja membuat Fatih melotot tak percaya.
Sial, guru ini tak takut sama gue!
Kerjakan atau saya laporkan pada kedua orang tua kamu.
"Baik pak,"
Pak Anwar tersenyum seringai ketika Fatih patuh. Hingga pak Anwar keluar dari kelas dan anak-anak pun ikut keluar.
Amira tersenyum puas karena Fatih akhirnya di hukum. Tapi tidak dengan Amelia, seorang gadis yang tergila-gila dengan Fatih. Tapi Amelia tak bisa melabrak Amira karena Fatih pasti marah padanya.
Amira dan temannya langsung keluar karena malas satu ruangan dengan Fatih.
Fatih yang melihat Amira keluar ingin mengejar tapi di halang oleh Amelia.
"Fatih loe gak apa kan?"
Tanya Amelia sok perhatian,
Fatih hanya diam saja malas, dengan mata menatap pada sosok yang menunduk di ujung sana.
Raja yang mengerti isyarat Fatih langsung mengangguk.
"Fatih, kita ke kantin yuk. Temenin gue makan,"
"Lepas!"
Bentak Fatih sambil menghempaskan lengan Amelia.
"Ih .. Fatih kasar banget,"
Rengek Amelia membuat Fatih ingin muntah melihat tingkah menjijikan Amelia.
"Moreo usir ulat bulu ini!"
Amelia membelalakkan kedua matanya ketika di bilang ulat bulu.
"Fatih, loe jahat banget."
"Isstt, kalian apa-apa sih, lepas!"
Amelia memberontak karena di seret keluar oleh Moreo dan Rangga. Lalu Moreo menghempaskan Amelia hingga Amelia terhuyung. Untuk saja ada teman-teman yang menahan tubuh Amelia.
"Mel loe gak apa?"
Tanya salah satu sahabat Amelia.
"Akhh ... Fatih, awas loe."
Kesal Amelia marah sambil mengepalkan kedua tangannya. Entah cara apa lagi supaya Fatih melirik dirinya.
"Jangan sebut gue The Queen kalau gue gak bisa dapatkan Fatih!"
"Gue yakin loe pasti bisa dapetin Fatih,"
Timpal Rima di angguki oleh sahabatnya yang lain.
"The Queen, Slebewww ..,"
Ucap Amelia, Rima, Sindi dan Mira. Para gadis cantik geng The Queen. Siapapun yang ingin masuk ke geng The Queen, mereka harus cantik, pintar dan kata raya.
Sedang di dalam kelas, seorang murid berkaca mata menunduk gemetar ketika Fatih the geng mengelilinginya. Tangannya meremas lutut sambil sesekali membenarkan kaca mata minus nya.
"Loe, jangan kemana-mana. Pulang sekolah loe harus gantiin gue membersihkan kelas dan toilet,"
"K-kenapa harus I-jal, ka-kan ya ..."
"Loe ngelawan hah,"
Bentak Fatih mencengkram kerah baju Rijal, murid paling cupu di kelasnya.
"Ba-baik!"
"Bagus,"
Fatih tersenyum puas ketika melihat Rijal patuh. Fatih menepuk-nepuk pundak Rijal sambil merapihkan baju Rijal. Sesudah mendapat mangsa, Fatih dan ketiga temannya keluar.
Lemah!
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
Sepulang sekolah Fatih dan ketiga temannya melakukan aksinya.
Tanpa perasaan Fatih menyuruh Rijal membersihkan kelas.
Rijal hanya bisa mengepalkan kedua tangannya mencengkram gagang empel.
"Yang benar be**,"
Bentak Fatih sambil melempar Rijal dengan kertas yang Fatih remas hingga membentuk bulat.
Rijal dengan sabar menyelesaikan pekerjaannya yang harus di kerjakan Fatih.
Sesudah selesai membersihkan kelas kini Fatih menyeret Rijal ke toilet.
Fatih dan ke tiga temannya hanya menjadi mandor saja. Bahkan Fatih malah tersenyum dengan ke tiga temannya membahas balapan yang tadi malam Moreo lakukan.
Tanpa peduli pada Rijal yang sudah kecapean. Bagaimana tidak cape, sesudah membersihkan kelas yang tak bersih-bersih karena Fatih mengotorinya lagi kini harus membersihkan toilet yang begitu banyak sendirian tanpa bantuan dari siapapun.
Keringat bercucuran membasahi dahi Rijal, bahkan baju yang di kenakan Rijal sudah basah kuyup. Bukan hanya basah karena keringat, tapi juga lusuh. Berkali-kali Rijal menggelengkan kepala yang tiba-tiba mulai terasa berat.
Hingga penglihatan Rijal mulai kabur dan
Brak ....
Fatih, Rangga, Raja dan Moreo langsung terdiam saling pandang satu sama lain.
Mereka berempat langsung berlari ke arah suara tadi.
Deg ...
Keempat orang itu diam mematung melihat Rijal sudah tergeletak tak sadarkan diri.
Dasar lemah! sok, bersikap kuat!
"Fatih, gimana ini. Rijal benar-benar pingsan,"
Panik Raja ketika baru selesai memeriksa Rijal yang memang benar-benar pintar.
"Oh sittt, kalau ketahuan pak Anwar bisa habis kita!"
Seloroh Rangga ikut panik begitupun Moreo. Ketika sahabat Fatih berusaha membangunkan Rijal tapi tidak berhasil.
Fatih terlihat malah santai saja gak takut apapun. Bahkan di wajah Fatih tidak terlihat rasa peduli apapun.
"Woy, loe malah diam. Ini gimana?"
Kesal Rangga melihat Fatih malah tak peduli dan cuek saja. Ketiga sahabat Fatih panik karena sampai bikin orang pingsan. Mereka juga takut kena imbasnya.
Mereka bukan takut karena itu juga, tapi mereka panik karena merasa bersalah. Walau mereka tukang tauran di luar sekolah dan tak takut senjata. Karena mereka berurusan dengan orang yang mengusiknya. Tapi, Rijal tidak salah apapun tapi mereka malah mem buli nya dan sialnya sampai pingsan.
Ini keterlaluan!
"Suttt, kalian lebay banget. Tinggal bawa ke rumah sakit gampang kan!"
Rangga, Raja dan Moreo melongo mendengar penuturan Fatih. Yang malah melengos saja pergi.
"Kalian urus si lemah itu!"
"Fatih, loe mau kemana?"
Ketiga sahabat Fatih benar-benar kesal dengan kelakuan Fatih. Bisa-bisa malah pergi dalam keadaan begini. Walau mereka sudah tahu karakter Fatih seperti itu tetap saja mereka kesal. Fatih memang kadang aneh, kadang menolong kadang juga menindas tanpa ampun. Jika di tanya, Fatih pasti selalu menjawab. Jika orang butuh pertolongan ya tolong, jika orang layak di tindas ya tindas.
Jadi gak heran jika Fatih malah nyelonong pergi. Entah pergi kemana Fatih membuat ketiga sahabatnya benar-benar kesal dan marah. Tapi mereka tak bisa melawan, mereka hanya menurut dan secara sembunyi-sembunyi membawa Rijal keluar dari toilet.
Tanpa mereka sadari bahwa ada sepasang mata tajam menatap mereka. Terutama pada Fatih yang pergi begitu saja tanpa tanggung jawab dan malah melempar kesalahannya pada temannya.
"Saya tahu, bapa dari tadi menyaksikan semuanya!"
Deg ...
Pak Anwar terkejut mendengar suara Fatih yang sudah ada di belakangnya.
Bagaimana bisa!
Pak Anwar langsung berbalik menatap sosok muridnya yang tak pernah takut hukuman. Bahkan guru-guru yang lain kapok jika berurusan dengan Fatih.
Pak Anwar melihat Fatih dari atas sampai bawah. Yang berdiri santai dengan wajah datarnya. Bahkan sesudah membuat orang pingsan Fatih tidak terlihat merasa bersalah dan tak takut apapun. Fatih malah santai berdiri di hadapan pak Anwar seakan menunggu hukuman apa lagi yang akan di berikan padanya.
Jika orang lain melakukan kesalahan akan kabur begitu saja maka tidak dengan Fatih. Fatih malah mendatanginya seakan siap dengan konsekuensinya.
"Pulang lah,"
Ucap pak Anwar datar nan terkesan dingin. Fatih mengerutkan kening merasa tak percaya guru satu ini selalu punya cara lain menghukum murid-murid nya.
Ternyata sudah menyerah juga!
"Baiklah,"
Dengan santai Fatih menyalami pak Anwar dan melengos begitu saja. Pak Anwar tersenyum seringai menatap punggung Fatih yang menjauhinya.
Apa kalian pernah dengar, pepatah mengatakan. Jangan pernah membalas kekerasan dengan kekerasan. Balas lah kekerasan dengan kelembutan.
Itulah yang pak Anwar lakukan, mencoba memahami dan mengerti sifat Fatih. Namun pak Anwar bukan orang bodoh dan guru yang tak tanggung jawab. Pak Anwar tahu apa yang harus dia lakukan.
Kesatria!
Pak Anwar menggelengkan kepala dengan bibir menyeringai merogoh kantong celananya guna mengambil ponsel.
"Bapak yakin, suatu hari nanti kamu akan menjadi seorang pemimpin hebat!"
Batin pak Anwar langsung menelepon seseorang.
***
Sedang di tempat lain, di sebuah menara tinggi. Seseorang baru selesai mengerjakan pekerjaannya.
Rasa lelah terlihat jelas dari wajah yang sudah tak muda lagi. Walau begitu, tapi masih tetap terlihat gagah dan berkarisma. Bahkan pesonanya semakin terpancar.
TOK ... TOK ...
Ketukan pintu terdengar membuat seseorang itu mempersilahkan masuk.
"Makan siang!"
Seseorang itu langsung berdiri dan berjalan ke arah shopa.
"Bagaimana kabar Alexa, apa dia baik-baik saja?"
"Alexa masih terlihat murung, dia belum bisa merelakan kepergian anak kami!"
Lilir Daniel menunduk, membuat Farhan menepuk-nepuk punggung asisten sekaligus sahabatnya itu.
Ya, satu Minggu yang lalu Alexa, istri Daniel ke guguran anak kedua mereka. Dan, Alexa masih sedih akan hal itu karena dia menyalahkan dirinya sendiri yang ceroboh tak mendengar kata-kata Daniel.
"Bawalah Alexa jalan-jalan, supaya dia bisa melupakan sejenak kesedihannya."
"Baiklah,"
Dua sahabat itu langsung makan bersama sambil melanjutkan obrola-obrolan kecil. Hingga Farhan dan Daniel selesai makan.
"Oh ya, katanya putra mu satu sekolah sama Aurora?"
"Iya, anak itu pemalas, katanya biar bisa nyontek sama Aurora!"
Farhan dan Daniel jadi terkekeh mendengar tingkah lucu Putra pertama Daniel. Yang memang dari kecil suka sekali menempel dengan Aurora. Dari dulu memang putra Daniel dan Alexa itu cengeng dan Aurora yang akan selalu membelanya. Wajar saja jika Vinsen menempel terus. Bahkan waktu sekolah SD Vinsen di buli tak melawan, dan Aurora yang melindunginya.
Dret ... dret ....
Tawa mereka berhenti ketika ponsel Farhan berdering. Farhan langsung mengambil ponselnya yang berada di atas meja kerjanya.
Alis Farhan menyatu menatap nama yang berada di layar ponselnya. Anak buah Farhan menelepon. Lalu Farhan tanpa pikir panjang mengangkatnya.
"Ada apa?"
Farhan langsung ke intinya, ada apa anak buahnya menelepon.
" ........., "
Seketika rahang Farhan mengeras dengan tangan mengepal erat. Daniel yang melihat sahabatnya berubah marah merasa heran. Siapa yang menelepon Farhan!
"Ada apa?"
Tanya Daniel cepat ketika Farhan mematikan teleponnya.
"Aku harus pulang, ada sesuatu yang terjadi!"
"Tapi, meeting siang ini?!"
"Handle saja!"
Tanpa menunggu jawaban Daniel Farhan langsung pergi.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, Komen, dan Vote Terimakasih ....
Maaf ya jika Author kemungkinan bisa Update satu hari satu Bab. Karena ada sedikit pekerjaan lain. Semoga kalian sabar menunggu!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!