NovelToon NovelToon

Menjadi Istri Jenderal

Bab 1. Buku Kiriman Ibu

"Teeeet"

Bel berbunyi. Pertanda jam pelajaran berakhir.

Celine mahasiswa tingkat 6 berjalan keluar ruangan sambil menenteng tas punggungnya. Gayanya yang *charming* cukup menggoda. Terbukti beberapa mahasiswa langsung menoleh melihat ke arah Celine berjalan.

"Wew....gadis paling cantik dan pintar lewat"

"Benar.....dia cantik sekali!"

"Kamu tidak akan berhasil,,,,,"

"Ya,,,,,dia tidak mudah terpikat,,,,"

"Hebat sekali"

Bisikan-bisikan seperti suara lebah mengelilingi Celine. Terpesonakah? Tentu saja. Selain memiliki body yang seksi, Celine begitu menggemaskan dan cantik. Dia selalu acuh tak acuh. Meski banyak yang terpikat padanya dia tak peduli dan hanya menganggap mereka semua sama. Temannya. Ya tak ada kasus pacaran di diri Celine. Oleh sebab itu dia tak pernah pacaran. Apalagi jatuh cinta.

Dia hidup sebagai anak tunggal. Ayahnya seorang pemimpin perusahaan di bidang transportasi. Ibunya adalah seorang arkeolog. Ibunya tergila-gila dengan sejarah Tiongkok kuno. Wajar jika di rumahnya banyak sekali barang-barang yang berbau Tiongkok kuno, misalnya guci kuno, vas kuno, keramik kuno, gulungan lukisan kuno dan juga buku berlatar Tiongkok kuno. Celine bahkan ikut tertular menyukai cerita-cerita Tiongkok kuno. Meski Celine sendiri tidak terlalu paham juga.

Tiap bulan, selalu ada saja buku yang dibeli ibunya. Alhasil rumah Celine lebih mirip perpustakaan daripada rumah biasa.

Ya, dimana-mana ada buku. Meski rapi dan teratur, tapi.....yah buku dimana-mana.

Hari ini Celine pulang ke rumah lebih awal. Karena dosen pengampu mata kuliahnya sedang cuti melahirkan. Dia mendapati rumah dalam keadaan kosong, seperti biasanya. Ayah dan ibu Celine sering pergi ke luar negeri, setiap kali pergi akan memakan waktu berbulan-bulan. Sudah 3 bulan mereka belum kembali.

'Setiap kali ayah dan ibu terjebak dalam obsesi *pekerjaan* mereka, aku akan terlupakan. Yah beginilah nasibku' pikir Celine miris.

Setelah berganti pakaian santai, dia mengambil mi instan dan mencampurkannya dengan beberapa bahan seperti cabai, bawang putih, bawang merah, dan sawi hijau. Sepuluh menit kemudian mie instan itupun jadi. Celine makan dengan tenang. Dia berpikir. Meski dia hidup bahagia dengan keluarganya tapi mereka jarang berkumpul.

'Sebaiknya aku ke perpustakaan, biasanya tiap bulan ada beberapa buku yang dikirim, lumayan membuang kebosanan' pikir Celine senang.

Celine naik ke lantai 2. Dibukanya pintu dan langsung disambut ruangan serba putih. Ruangan di samping kamarnya yang disulap menjadi perpustakaan pribadi oleh ibunya. Berukuran 4x7m cukup luas untuk menjadi perpustakaan mini. Di pojok ruangan ada sofa malas warna coklat disertai meja berwarna senada. Di tengah-tengah ruangan ada jendela dengan tirai biru. Tak jauh dari pintu masuk ada meja kecil dengan komputer di atasnya.

Celine duduk dan memeriksa kardus kiriman ibunya di sana. Tiap bulan Celine bertugas memasukkan data-data buku-buku baru ke komputer. Buku-buku itu dipilah-pilah berdasarkan genrenya, lalu dilanjutkan memilahnya berdasarkan alfhabet nya.

Celine asyik menekuri kegiatannya hingga tanpa sadar tangannya memegang sebuah novel Tiongkok kuno yang menarik. Judulnya "Menjadi Istri Jenderal". Kertas sampul maupun kertas bahan untuk menulis novel itu tampak sudah mulai menguning. Tapi tulisannya masih jelas dan dapat dibaca. Jelas buku itu dalam perawatan yang bagus. Entah ibunya mendapatkan darimana buku itu.

Tanpa sadar dipisahkannya buku itu secara tersendiri berniat membacanya nanti.

Hari sudah beranjak petang. Entri buku memang sangat mengasyikkan. Celine sampai lupa waktu.

Diregangkannya otot-otot leher dan jari tangannya yang kaku karena terlalu banyak menunduk dan menulis. Perutnya keroncongan. Celine pun berdiri, berniat pergi dari sana.

"Brukkk"

Bunyi sesuatu yang jatuh. Terlihat sebuah buku jatuh dari meja. Diambilnya buku itu.

"Sepertinya menarik" kata Celine.

Tiba-tiba perutnya berbunyi "kruyuuukkk"~~~

"Aku mau mandi dulu, memasak makan malam dan segera setelah itu berurusan dengan mu buku. Hmmmm hari ini ada sawi putih, wortel, brokoli, kentang, buncis, jamur, dan ayam. Ok kita masak sop ayam+perkedel saja" putus Celine senang.

Sambil bersenandung kecil Celine mulai memotong-motong sayur, mencuci, menyiapkan bumbu, menumis dll. Dalam waktu sejam masakannya sudah jadi.

'Wahhh harum sekali. Memang aku cukup handal dalam kegiatan masak memasak hehehehe" Celine berkata sambil tersenyum lebar.

'Celine ingin punya restoran yang besar yang bisa menghasilkan banyak uang' pikirnya dalam.

Setelah makan malam Celine kembali ke kamar. Sambil membawa camilan kesukaannya (keripik kentang, kacang dan minuman), Celine bersiap-siap membaca novel tadi.

"Sepertinya sedikit seram" pikir Celine.

Tak lama diapun hanyut dalam cerita novel itu.

Memang benar novel bergaya Tiongkok kuno. Ceritanya berkisah tentang seorang gadis yang menikah dengan Jenderal Agung yang sekaligus putra mahkota kerajaan. Pada awalnya Jenderal menghargai gadis itu dan pernikahannya. Pernikahan mereka terjadi berkat perjodohan yang diatur mendiang permaisuri Kaisar, yaitu ibunda dari Sang Jenderal.

Setelah menikah sang gadis bersikap sangat sombong. Merasa dicintai dan disayangi Sang Jenderal sehingga bebas berbuat apa saja. Gadis itu bahkan tidak pernah melayani Sang Jenderal dalam hubungan suami istri.

Singkat cerita karena Kaisar (ayah sang Jenderal) wafat, maka Jenderal itupun naik takhta menjadi Kaisar. Kaisar menikah lagi dengan seorang wanita dari daerah kemenangannya. Karena tidak pernah dianggap dan diperhatikan oleh permaisurinya (gadis pada awal cerita) dan hasutan selir kekaisaran yang baru, menyebabkan Kaisar membenci dan mengucilkan permaisurinya. Permaisuri yang sadar berusaha merebut kembali perhatian Kaisar. Sayangnya semua itu sudah terlambat.

Akhirnya permaisuri dihukum gantung sambil membawa liontin giok warna hijau pemberian Kaisar. Dia dituduh menjadi dalang pembunuhan calon anak Kaisar dari Selir. Sedangkan selir kekaisaran ternyata adalah mata-mata yang akhirnya melakukan pemberontakan bersama komplotannya, anak selir itu adalah anak dari komplotannya itu. Dalam pemberontakan itu Kaisar dan seluruh pengikutnya terbunuh. Pada akhirnya kerajaan hancur dan dikuasai oleh selir dan komplotannya. Tamat.

"Aihhh, permaisurinya sangat bodoh sekali, mengapa acuh pada Kaisar dan lalu terang-terangan membenci selir kekaisaran??!! Dasar permaisuri yang bodoh!! Hhhhh,,,Cerita yang sedih ternyata, aku sempat terharu tadi" sambil menguap Celine membalik halaman terakhir.

"Pluk,,,,"

"Ehh ini liontin giok hijau yang diceritakan buku itu? Wah baik sekali pengarang sampai memberi sovenir bagi pembeli bukunya" kata Celine sambil meraih liontin giok itu.

Terlihat di sana sebuah liontin giok hijau yang di dalamnya ada ukiran Phoenix. Warna oranye keemasannya membuat burung Phoenix itu terkesan hidup.

"Waahhhh,,,,,indah sekali,,,,,di dalam liontinnya ada lukisan Phoenix 3D. Pasti yang membuat liontin ini adalah seorang ahli" kata Celine sambil meneliti liontin itu lebih jauh.

"Pyaaaasssshhhhhh"

Tiba-tiba cahaya putih menyilaukan keluar dari dalam liontin itu.

Cahaya itu berpendar dan menyebar menyelimuti tubuh Celine.

Perlahan-lahan cahaya itu membungkus tubuh Celine, membentuk dinding pemisah seolah-olah memisahkan Celine dengan sekitarnya.

"Apa ini,,,,,apa yang terjadi??!!!!!" Teriak Celine ketakutan….

Bab 2. Masuk ke dalam Novel

(Untuk selanjutnya nama Celine sewaktu-waktu akan berubah menjadi Han Cya Lin).

"Uuuugghhhhhh....." Suara seperti bisikan datang dari bibir seperti cherry.

Dahinya mengernyit. Spontan tangannya memegang kepalanya yang pening. Kain sutra yang membungkus dirinya terbuka sedikit menampakkan kulitnya yang putih. Perlahan Celine membuka mata. Matanya menyipit.

'Dimana aku?'

'Ini bukan kamarku'

'Dekorasi yang indah'

'Perabotan yang cantik'

'Tapi terkesan kuno'

Dengan perlahan Celine memposisikan dirinya untuk duduk. Perubahan berat badan menyebabkannya terbaring kembali.

"Tangan ini lebih besar dari tanganku" Dia bergumam melihat tangannya dan mengernyit.

"Dan tubuh ini pun bukan milikku" gumam Celine perlahan.

Bunyi perlahan yang disebabkan pergerakannya membuat pintu perlahan terbuka.

"Nona anda sudah bangun?" Seorang gadis usia sekitar 14 tahun dengan baju jingga menghampirinya.

"Nona jatuh dari pohon ketika ingin menangkap burung kemarin, itu yang diumumkan pada orang luar. Tapi sebenarnya nona jatuh tersambar petir karena meneriakkan tidak ingin menikah dengan Jenderal Zhao Ming dari atas pohon. Kata tabib, nona mungkin mengalami cedera kepala ringan. Ingatan nona akan beberapa hal mungkin terganggu" kata beruntun gadis itu sambil menangis.

'Siapa Jenderal? Apakah Jenderal Zhao itu sangat diberkati? Bahkan meneriakkan namanya pun tidak boleh?' Celine terkesiap.

'Apakah aku mengalami perjalanan waktu?Benar-benar ke jaman kuno? Aku ingat, adegan ini ada dalam novel *Menjadi istri Jenderal* yang baru saja kubaca' Celine berpikir sambil membelalakkan matanya tak percaya.

Celine mencubit tangannya dengan keras

"aduh"

pekiknya kesakitan sampai air matanya merembes keluar.

"Nona,,,,nona jangan menyakiti diri sendiri lagi,,,,,,hamba tidak tahan melihatnya,,,,,huuuhuuuuhuuu" pelayan itu mendekat dan menjauhkan tangan Celine satu sama lain. Menjauhkan tangan yang hendak saling cubit itu.

Celine linglung. Matanya menatap pelayan yang menangis itu. Dia memejamkan matanya. Tidak ada ingatan sama sekali. Bukannya jika transmigrasi ada beberapa ingatan pendahulu? Apa-apaan ini?

"Siapa namamu?" tanya Celine.

"Hamba Xixi, pelayan pribadi sejak nona masih muda" jawab Xixi membuat Celine mengangguk.

Dia mengatur napasnya, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdebar. Dia bingung harus bagaimana.

"Tolong ambilkan aku makan dan minum" perintahnya perlahan pada pelayan itu.

'Bagaimanapun aku lapar sekarang. Hal pertama inilah yang harus dilakukan. Biarkan aku berpikir setelah kenyang' kata Celine dalam hati.

Tak berapa lama makanan sudah tersaji di atas meja. Ada bubur tawar dan beberapa roti keras disana. Dahi Celine mengernyit.

"Apa ini yang biasa kumakan?" Tanya Celine.

"Menjawab nona, sejak nyonya meninggal 5 tahun lalu, segala urusan rumah tangga menjadi tanggung jawab selir Yun. Sejak itu nona tidak mendapat fasilitas seperti semula" jawab Xixi.

"Ceritakan mengenai diriku" tanya Celine sambil mengunyah bubur perlahan. Rasa bubur yang hambar dan aneh membuat Celine tersedak.

"Uhuk…uhuk….apa-apaan ini?" Celine mengambil air untuk minum.

Tangannya mengambil roti dan mengunyahnya.

"Lumayan" gumam Celine pelan.

Hanya terasa asin disana. Tapi lebih baik daripada rasa bubur sebelumnya. Beruntung dia sudah makan sebelum pindah ke novel aneh ini. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Dikunyahnya sedikit demi sedikit roti itu sambil mendengarkan Xixi bercerita.

"Nona adalah nona Han Cya Lin, nona muda pertama kediaman Marquis Han. Tahun ini, usia nona 15 tahun, sudah cukup umur untuk menikah. Selir Yun mendesak tuan besar untuk segera menikahkan nona dengan Jenderal perang Zhao Ming. Tapi sebenarnya selir Yun ingin agar putrinya yang menggantikan nona untuk menikahi sang Jenderal. Karena itu sejak beberapa hari lalu selir Yun terus mencari masalah dengan nona" Jelas Xixi.

"Jendral Zhao Ming jenderal termuda di kekaisaran Ming. Beliau juga adalah putra mahkota kerajaan ini. Terkenal kejam dan berhati dingin. Meskipun tampan tidak ada yang berani mendekatinya. Kabarnya pernikahan ini adalah berkat dari permaisuri terdahulu yang melihat tanda-tanda langit menjadi cerah dan muncul pelangi setelah hujan badai pada saat kelahiran anda, nona besar. Baru menganugerahkan pernikahan padamu dan Jenderal Zhao. Jenderal Zhou baru saja pulang dari Medan perang. Dan 3 hari lagi adalah pertemuan pertama anda berdua di istana" jelas Xixi panjang lebar.

Dahi Celine mengernyit, beberapa kenangan mulai muncul di kepalanya.

'Akhirnya muncul juga' pikir Celine.

Beberapa bayangan ingatan pendahulunya muncul bergiliran membuatnya harus memejamkan mata. Terlihat bagaimana ia mudah ditindas di kediamannya sendiri. Bahkan pelayan dapur kecil berani menindasnya.

"Berapa lama aku tertidur setelah kejadian itu?" Tanya Celine.

"Menjawab nona, sudah sejak 2 hari yang lalu nona tertidur" Isak tangis Xixi terdengar lagi.

"Sudah, jangan menangis. Nonamu sudah sadar. Sudah tidak apa-apa. Mari kita pikirkan langkah yang harus kita ambil" Celine berpikir.

"Baiklah, kita mulai dari memperbaiki dapur. Bagaimanapun urusan perut adalah yang terpenting" Kata-kata Celine mengejutkan Xixi.

"Maksud nona apa?" Xixi berkata dengan gugup.

"Makan adalah yang utama! Tenanglah Xixi, mulai sekarang kita tidak akan mudah ditindas lagi" Kata Celine dengan yakin.

Celine bangkit dari duduknya. Diregangkan badannya. Dia melihat sekitar. Ada cermin perak besar di sudut ruangan dengan meja riasnya. Dia berjalan menuju cermin itu.

"Wajah ini tidak buruk" kata Celine perlahan.

"Apa yang nona katakan? Bagiku nona adalah yang paling cantik di kediaman" Xixi berkata dengan tidak suka.

Celine tertawa. Benar-benar pelayan yang setia. Nonanya bertubuh gemuk, dengan wajah penuh jerawat dia bilang bahwa nonanya paling cantik di kediaman? lucu sekali.

"Baiklah, bolehkah aku merepotkan mu?" Tanya Celine.

"Apa perintah nona? Xixi akan laksanakan" jawabnya yakin.

"Tolong bilang pada nenek, badanku lemah, dan karena aku masih dalam pemulihan aku perlu makanan khusus. Aku perlu dapur mini di dalam kediamanku" kata Celine.

"Dan tidak perlu pelayan tambahan, cukup kamu saja yang melayaniku" tambah Celine.

"Baik nona, hamba akan lapor kepada Nyonya besar" Xixi pamit undur diri.

Celine ingat bahwa di rumah ini nenek dari ayah Celine sangat menghargai hubungan darah. Dan dalam buku itu neneklah yang paling berkuasa di kediaman. Setiap tindakan pasti nenek tahu. Termasuk penindasannya selama ini. Pemilik asli novel sangat bodoh tidak memeluk paha neneknya sehingga dia ditindas di kediamannya sendiri. Celine tidak akan mau menjadi si bodoh itu.

Beberapa waktu kemudian~~

"Nona, nyonya besar telah setuju untuk membangun dapur kecil di kediaman. Besok pagi dapur mini akan siap" Xixi kembali setelah hampir sejam berlalu.

"Baiklah, temani aku berjalan-jalan keliling kediaman" kata Celine sambil berjalan keluar kamar.

Celine berjalan di sekitar kediamannya. Halaman itu tidak luas. Tapi cukup besar bagi Celine. Ada taman dan kolam. Ada lahan kosong pula.

Otak Celine mulai berpikir.

'Sebaiknya aku membenahi mulai dari halamanku sendiri' pikirnya senang.

Dia sudah membayangkan akan memiliki kebun yang akan memenuhi kebutuhannya sendiri. Ditambah dengan dapur mini setidaknya masalah kebutuhan diri sendiri akan teratasi.

"Baiklah Xixi. Besok mari kita pergi ke pasar mencari benih dan bibit" senyum Celine membuat Xixi tercengang.

Karena sejak nyonya meninggal, nona tidak pernah lagi mengurus halamannya. Banyak tanaman terbengkalai. Pohon apel yang ditanam sejak nona masih dalam kandungan nyonya muda tidak pernah diurus lagi. Padahal pohon itu sering berbuah saat nyonya muda masih hidup. Sekarang hanya berbunga saja dan selalu rontok pada akhirnya, tidak sampai membentuk buah. Dan setelah nyonya muda meninggal nona seperti anak ayam kehilangan induk dan perlindungannya. Pikiran Xixi membuat air matanya mengalir.

Celine yang melihatnya terkejut " Xixi apa yang terjadi?"

"Hamba mendengar dari ibu hamba jika nyonya muda sangat suka berkebun. Ibu nona juga mengajarkan anda bagaimana cara berkebun. Hari-hari itu sangat indah. Apakah nona sudah mengingat kenangan itu?" Xixi berteriak senang.

"Ehm...yah bisa dibilang ingat sedikit" Celine tersenyum canggung.

"Baiklah, aku akan mendukung nona. Kita ke pasar besok pagi" Xixi semangat sekali membuat Celine tertawa.

Bab 3. Pasar

Keesokan paginya, Celine dengan memakai pakaian pria pergi ke pasar. Xixi juga memakai pakaian pria. Tak akan ada yang mengira nona muda yang terkenal angkuh, sombong, dan tidak bisa apa-apa akan pergi ke pasar.

Dengan tubuh gendut, alis ditebalkan, sedikit ditaburi arang dan diberi tahi lalat besar di sudut bibir, tak akan ada yang mengira tuan muda gendut itu adalah nona besar dari kediaman Marquis.

"Madu terbaik disini, madu lebah hitam obat mujarab"

"Gingseng seribu tahun, untuk semua penyakit"

"Tembikar bermutu tinggi dijual disini"

Suasana ramai sekali. Banyak penjual menjajakan barang dagangannya. Celine dan pelayannya berjalan hingga sampai di depan toko penjual benih. Mereka masuk dan disambut seorang pria tua berjanggut putih.

"Selamat datang Tuan dan Nona. Ada yang bisa kubantu?" Sapanya datar.

"Biarkan Tuanku melihat-lihat dulu Tuan" Xixi menjawab dengan sopan.

Celine melangkah ke dalam toko dengan perlahan. Matanya menelusuri nama-nama bibit yang tertera di sana. Banyak tanaman menarik yang pada jamannya sudah punah.

'Sebaiknya aku beli tanaman yang biasa kumakan saja' pikir Celine.

Dipilihnya beberapa biji apel, jeruk, pepaya, teratai serta benih tanaman herbal seperti jahe, kemangi, bawang putih, bawang merah, ketumbar dll.

Setelah puas memilih, ditemani Xixi membawa belanjaannya, meraka membayar ke pemilik toko. Tatapan pemilik toko menghangat melihat betapa penuhnya keranjang Celine. Di saat tokonya sepi pembeli, terlihat disini pemuda yang sangat baik dalam memilih barang-barangnya.

Setelah menghitung semua total belanjaan Celine, pemilik toko menyelipkan amplop putih berisi benih kepada Celine. Dengan penuh tanya Celine memandang pria tua itu.

"Itu bonus untukmu, Tuan. Tidak perlu membayar" katanya dengan tatapan teduh.

"Terima kasih" jawab Celine.

Keluar dari toko benih, Celine pulang ke rumahnya. Dia langsung menuju ke lahan kosong yang terletak di belakang kediamannya.

Dengan bantuan Xixi ditanamnya sebagian dari benih yang dibelinya hari ini. Tak dihiraukannya panggilan Xixi yang mengingatkannya makan siang. Begitulah Celine jika sudah fokus pada sesuatu hal. Suka lupa makan.

Celine teringat amplop putih pemberian dari pak Tua, pemilik toko benih. Disemainya benih di lahan tersendiri yang sudah disiapkannya tadi.

"Aku penasaran benih apakah ini" gumam Celine penasaran.

"Mungkin setelah beberapa bulan baru akan tahu benih apa ini, atau mungkin berapa tahun?" Celine asyik bergumam sendiri.

Menjelang sore pekerjaan mereka selesai. Celine berdiri sambil menggerak-gerakkan otot tubuhnya. Dia tersenyum puas.

"Kruyuuukkk"

Bunyi khas orang lapar pun terdengar. Sambil tersenyum malu Celine mengusap perutnya.

"Yah, sementara aku bersabar dengan bubur dulu untuk ku makan" gumamnya.

"Apa air mandiku sudah siap, Xixi?" Tanya Celine.

"Sudah, nona" jawab Xixi.

Celine pun bersiap ke kamar mandi.

Malam harinya, kediaman Celine menerima tamu. Dia tidak lain adalah adik dari pemilik asli Han Lu Yu. Han Lu Yu adalah anak dari Selir Yun. Han Lu Yu biasa dipanggil nona kedua. Sekelebat kenangan muncul. Terlihat bahwa Han Lu Yu suka menindasnya. Seperti sekarang. Kelihatannya dia akan mencari masalah dengan Celine.

"Wah nona besar gendut, kudengar 2 hari yang lalu kamu mendapat musibah? Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanyanya pura-pura prihatin.

"Seperti yang kau lihat adik, kondisiku sudah membaik. Terima kasih atas perhatianmu" jawab Celine.

"Bagaimana bubur yang dikirim dapur, kakak? Itu saranku berdasarkan resep dari tabib lho dan ini sup penambah darah agar lukamu cepat sembuh" Kata Han Lu Yu.

"Terima kasih buburnya. Sangat enak. Aku tidak akan sungkan". Jawab Celine. Kemudian Xixi mengambil sup dari tangan pelayan Han Lu Yu.

"Omong-omong besok Jenderal Zhou pulang. Kakak tidak berniat menyambutnya?" tanya Han Lu Yu ingin tahu.

"Entah, aku lihat besok" jawab Celine singkat.

"Baiklah selamat istirahat kakakku yang cantik" akhirnya Han Lu Yu pergi dengan pelayannya.

"Nona, apakah besok anda tidak pergi melihat Jenderal? Bagaimanapun anda akan menikah dengannya" Xixi bertanya. Tangannya meletakkan sup di meja.

"Lukaku belum sembuh betul. Sebaiknya kita tunggu di kediaman dan tunggu langkah selanjutnya" kata Celine bijak.

Lagi pula dalam novel adegan pertemuan antara pemilik asli dan Jenderal adalah di istana. Untuk apa besok Celine berdiri di jalanan menyambutnya datang seperti rakyat kebanyakan? Dan juga kondisi Celine tidak memungkinkan untuk pergi keluar karena sakit bukan? Celine belum siap untuk bertemu dengan tunangan masa kecilnya itu.

Celine berjalan ke meja. Dimasukkan nya jarum ke dalam sup. Di ujung jarum tampak bekas kehitaman sedikit.

"Nona, apakah nona Lu Yu meracunimu lagi?" kaget Xixi saat melihat reaksi sup di jarum perak Celine.

"Yah, dia menaruh sedikit obat pencahar untukku. Sehingga besok aku akan mempermalukan diriku sendiri bahkan di kediamanku ini" Hela nafas Celine pelan.

Dia mulai meraih dan memakan bubur buatan Xixi yang ada di sisi lain meja dengan perlahan.

'Hmm lumayan' pikir Celine.

Xixi heran. Bagaimana nonanya tahu jika itu adalah obat pencahar hanya dari jarum perak yang menghitam?

"Bagaimana Nona tahu jika itu adalah obat pencahar?" Xixi menyuarakan apa yang ada di pikirannya.

"Ekhem,,,,,,, selama 2 hari aku tertidur, aku bermimpi bertemu dengan ibuku dan beliau memberitahuku tempat penyimpanan jarum peraknya. Ibu juga mengajariku tentang beberapa hal. Jadi aku bisa menebak racun apakah itu hanya dari perubahan warna pada jarum perakku" Celine menjelaskan kebohongan dengan wajah yang datar.

Sedikit rasa bersalah pada Xixi muncul di hatinya. Tapi hanya itu penjelasan yang dirasanya pas untuk saat ini. Memang dia menemukan jarum peninggalan mendiang ibu Han Cya Lin dalam lemari beberapa saat lalu.

Xixi memandang nona mudanya dengan kagum. Sekarang nona tidak akan teracuni dengan mudahnya seperti sebelumnya.

"Buang itu lewat saluran air dan cuci mangkuknya" perintahnya pelan.

"Baik Nona" kata Xixi.

Sekelebat bayangan muncul di benak Celine. Jenderal Zhou. Dalam perjalanan pulang dari pasar tadi dia banyak mendengar tentangnya. Bagaimana dia berjuang dengan gagah berani membela negara. Tindakannya kejam dan tak pandang bulu. Kemampuan pedangnya sangat hebat.

Kemudian banyak yang menyayangkan bagaimana bisa Jenderal sehebat itu menikah dengan wanita buruk, gendut, dan tak bisa apa-apa dari kediaman Marquis. Wanita gendut itu bahkan sangat sombong bilang tidak ingin menikah dengan Jenderal Zhou yang begitu agung dan malah mengincar adik dari Jenderal Zhou, pangeran Zhang. Informasi itu baru bagi Celine. Dan dia tidak mau repot mengurusi hal yang tidak perlu. Jadi dia memutuskan akan di kediaman saja besok.

Keesokan harinya tidur Celine terganggu dengan gedoran dan teriakan Xixi. Dengan mata setengah tertutup Celine menguap dan duduk perlahan.

"Nona, nona gawat. Jenderal Zhou dan pasukannya akan segera datang ke kediaman Marquis" teriak Xixi sambil membuka pintu kamarnya.

"Apa!!!" mata Celine langsung membelalak sempurna.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!