NovelToon NovelToon

Six Blood

1. Awal

Awalnya kehidupan keluarga Syof sangat damai dan bahagia. Namun Enam bersaudara itu memulai sebuh permainan yang sangat konyol. Game itu adalah Six Blood (enam darah). Peraturan permainan itu dikendalikan oleh tim Faleon anak kedua dari Syof. Tapi tanpa Faleon sadari ditengah permainan berlangsung sesuatu yang lain sudah ikut andil dalam aturan permainan itu. Mula-mula nya permainan berjalan dengan sangat baik dan menyenangkan. Tapi dipertengahan permainan salah satu dari pemain melanggar aturan permainan dan ia meninggal. Meninggalnya salah satu dari pemain membuat permainan berhenti ditengah jalan. Memberhentikan permainan di tengah jalan, merupakan keputusan yang salah. Sesuai dengan peraturan terakhir, jika game berhenti ditengah jalan "Ia akan menjadi nyata". Mala petaka akan muncul mengancam nyawa mereka.

Tidak hanya masalah Game Six Blood itu yang mengganggu kehidupan enam bersaudara itu. Mereka masing-masing diliputi oleh masalah percintaan yang rumit. Alaina anak bungsu Syof terlibat masalah yang sangat besar dan rumit di sekolah barunya. Sifat Alaina yang penasaran dan sangat ingin tahu tentang seluk beluk sekolah yang aneh itu tanpa ia sadari Alaina sudah masuk sangat jauh hingga ia sulit untuk keluar lagi dari masalah itu. Cara satu-satunya untuk Alaina bisa lepas dari masalah yang ada disekolah itu, ia harus bisa menyelesaikan dengan tuntas apa yang awalnya ia mulai karena rasa penasarannya itu.

Salah satu dari enam bersaudara itu juga terlibat percintaan beda dunia. Karena terlalu sering bersama membuat rasa yang lebih dari sekedar teman itu menjadi rasa cinta yang teramat dalam.

Balutan Action di setiap kasus yang di tangani oleh Aslan anak ke empat dari Syof itu membuat cerita dalam novel ini tambah hidup.

Yukss lanjut baca guys. Selamat membaca. Salam hormat dari Author.

*****

Satu keluarga yang terkenal akan kekayaan yang dimilikinya. Banyak mata dan pandangan yang tertuju pada keluarga itu, apalagi salah satu anak mereka merupakan artis populer di Korea Selatan. Keluarga itu adalah keluarga Syof. Syof adalah ayah dari enam anak bersaudara. Anak Syof empat laki-laki, dua perempuan. Istri Syof bernama Arma. Keluarga Syof terkenal setanah air Indonesia. Tidak heran jika anak-anak mereka pada populer dan terkenal di jagat raya. Pasalnya selain kaya, enam bersaudara ini memiliki paras yang cantik dan rupawan. Hal itu menjadi pemicu daya tarik banyak orang untuk mengagumi sosok dari keluarga Syof. Sekarang Syof dan Arma hanya tinggal nama. Mereka berdua telah lama berpulang ke tangan sang pencipta langit dan seisinya. Kini hanya tinggal enam orang penerus dari pewaris harta benda yang di tinggalkan oleh Syof dan Arma.

"Bang, kamu besok ada acara nggak?" Ucap Shelina santai.

"Nggak. Emangnya ada apa" Jawab Raislan dengan nada ketus.

"Biasa aja jawabnya dong. Gue hanya mau kasih tahu kamu, kalau besok nggak ada kegiatan, bisa temenin alaina daftar sekolah nggak. Soalnya besok Lina ada acara bang".

Raislan tidak menjawab perkataan dari adik perempuannya itu. "Bang... kamu dengar nggak sii... aku lagi bicara sama kamu lo!" Shelina mengguncang bahu kakaknya, dengan nada kesal.

"Ganggu aja Lo. Minta tolong mas Aslan aja sana. Gue sibuk. Lagian Alaina kan udah gede. Masa daftar SMA ditemenin juga". Jawab Raislan jutek dan kembali bermain game.

"Nggak guna lo bang. Makan aja tu game!. Udah tahu adek bungsunya belum terlalu bisa bawa motor ataupun mobil. Ya harus di antar lah!. Ucap Shelina dengan kesal sambil beranjak pergi meninggalkan Raislan.

"Kalau belum bisa mengendarai mobil atau motor, kenapa nggak berangkat barang supir aja. Ada supir pribadi, tapi jarang di gunakan, ngapain punya supir kalau nggak disuruh buat antar jemput si bontot. Pakai alasan biar aman kalau diantar sama saudara sendiri lagi. Kalau gitu, sewa bodyguard aja sekalian biar aman. Kayak orang susah aja". Batin Raislan.

Begitu la perdebatan dua bersaudara itu hampir terjadi setiap hari. Ya... walaupun hal kecil sebenarnya. Tapi selalu saja memancing perdebatan. Raislan Syof. Anak keempat dari enam bersaudara. Ia cuek, pintar si sebenarnya, tapi kebanyakan malas. Jadinya ya gitu jadinya. Sering berantam dengan adik perempuannya.

Untung aja wajahnya tampan, dan memiliki daya pikat yang tinggi. Jadi orang lain menilainya tetap pria keren dan tampan tentunya. Padahal sebenarnya, Ia adalah orang yang paling cuek dan menyebalkan di antariksa. Kalau ada maunya, baru tu si Raislan berbicara lembut dan manja pada adik maupun orang yang mau di pikatnya. Perdebatan mereka terjadi mungkin terpaut umur yang tidak jauh. Raislan kelahiran 1997 dan Shelina tahun 1998. Hanya beda satu tahun.

Shelina Syof adalah anak kelima dari enam bersaudara. Salah satu saudaranya, ya Raislan namanya. Kakak cowok yang bikin hampir setiap harinya menjadi badmood. Tapi dibalik ketidak cocokan pemikiran dan cara pandang Raislan dan Shelina yang tidak pernah sesuai, ada penengah diantara mereka untuk mencairkan suasana yang kerap menegangkan.

Ia adalah Alaina Syof. Adik bungsu Shelina dan Raislan. Alaina kelahiran tahun 2001. Anak yang berhati lembut, penyayang, dan selalu menjunjung tinggi perdamaian dalam hidupnya. Alaina di juluki malaikat tak bersayap. Beda halnya dengan Shelina. Ia sangat keras hati, tomboi, jago bela diri dan pantang di rendahkan oleh orang lain. Namun di balik sifatnya itu, dia sangat sayang sama semua saudaranya. Tapi ia tidak pernah memperlihatkan sisi itu secara langsung pada saudara-saudaranya.

Alaina pulang dari toko buku. Sampai di kamar ia melihat wajah kakaknya yang betek. "Kamu kenapa kak lin?" Tanya Alaina bingung.

"Tanya sama abang tersayang lo!" Jawab Shelina ketus. "Lagi kak! sekarang masalahnya apa lagi si kak? nggak capek apa berantam terus sama abang Rai" Ucap Alaina lembut dengan wajah heran karena nggak habis pikir dengan tingkah dua kakaknya itu.

"Masalahnya, gue nggak bisa antar Lo besok untuk daftar sekolah. Makanya Gue minta tolong sama abang yang nyebelin itu, untuk bisa antar Lo besok. Ee dia mala ngegas. Mana nggak kesal kakak Lo ini" Ucap Shelina dengan wajah betek nya.

"Jadi karena Aina kak. Maaf ya kak. Kalau nggak ada yang bisa anterin Aina besok, Aina minta tolong teman aja nanti kak. Jadi, kakak nggak perlu ribut lagi masalah ini sama Abang Raislan" Ucap Alaina lirih dengan wajah bersalah.

"Ya nggak bisa gitu dong dek. Masa lo punya saudara banyak, tapi nggak ada satu pun yang bisa di mintain tolong" Sindir Shelina dengan suara agak keras agar saudaranya yang lain dengar.

Aslan datang menghampiri pintu kamar Shelina. "Ada apa si dek. Kenapa teriak-teriak si. Kan udah malam dek. Nggak enak sama tetangga" Tegur Aslan dengan nada santai dan lembut.

"Baru pulang mas?" Ucap Shelina sambil menyalami Aslan. Alaina juga ikut menyalami mas Aslan. "Iya. Kamu kenapa teriak-teriak. Udah malam". Ucap Aslan sambil mengacak acak rambut Shelina.

"Salah adek cowok mu tu mas. Dia nggak mau antar Alaina besok daftar sekolah mas. Orang mintain tolong, dia nya mala marah-marah ke gue. Siapa yang nggak emosi". Ucap Shelina dengan wajah betek nya.

"Biasanya kan kamu yang antar Alaina kemana mana" Ucap Aslan sambil duduk di samping Shelina.

"Iya. Tapi untuk kali ini Lina nggak bisa mas. Soalnya besok ada acara penting di kampus mas" Ucap Shelina dengan nada santai.

"Kak, mas, Aina besok nggak papa pergi sendiri kak.., mas. Aina kan udah besar juga. Jadi udah bisa jaga diri kok. Atau nggak Aina di antar supir aja". Sela Alaina yang mendengar ucapan kedua saudaranya itu.

"Kalau Shelina nggak bisa antar. Nggak papa besok mas aja yang antar Alaina ya dek. Kamu nggak perlu pergi sendiri. Kan kamu punya banyak saudara. Sebagai kakak kamu yang paling tua nomor tiga, mas belum bisa lepasin kamu buat pergi sendirian ke sekolah. Bukan mas nggak percaya sama kamu, tapi mas punya tanggung jawab untuk selalu menjaga adek-adek mas" Pinta Aslan dengan nada lembut.

Shelina mengacungkan jempol ke arah Aslan dan berucap "Itu baru mas aku".

"Oke deh mas ku. Makasih ya kak dan mas yang selalu care about my life". Dengan tersenyum gembira.

Aslan dan Shelina mengangguk pelan. Kemudian Aslan pergi meninggalkan kamar Shelina.

Aslan menyapa Raislan yang masih sibuk main game "Rai... belum selesai juga dari tadi main gamenya" Sambil menepuk pundak Raislan.

Raislan kaget "Ee Lo mas. Kapan sampai rumah mas". Menghentikan permainannya.

"Baru aja tadi sampai. Kamu berantam lagi dengan Shelina?"

"Nggak berantam kok mas. Dia aja yang ngeselin mas. Cari gara-gara mulu".

"Ya udah. Lain kali jangan berlawanan terus la sama adek kamu Rai. Kamu kan abangnya, seharusnya bimbing la adek kamu itu Rai. Bukan mala balik melawan adek kamu. Paham kan Rai?" Pinta Aslan sambil memegang bahu Raislan.

"Iya deh mas. Gue nggak bakalan gitu lagi". Sambil kembali main game.

"Ya udah. Mas ke kamar dulu. Kamu jangan kelamaan main gamenya. Ingat sayang sama badan kamu sendiri. Udah mulai kurus tu. Ntar nggak ada yang suka lagi sama kamu. Jangan main game mulu. Jaga juga dong kesehatannya". Sambil mengacak acak rambut Raislan kemudian berlalu meninggalkan Raislan.

"Ya mas. Thanks".

Aslan Syof. Anak ketiga dari enam bersaudara. Aslan yang sangat berwibawa, penyayang, jago bela diri, hidung mancung dan berkarisma. Sikapnya yang tenang dan penyayang mampu meluluhkan orang-orang di sekitarnya. Karena pembawaan Aslan yang tenang dan mampu mengendalikan situasi, membuat adik-adiknya, sangat segan dan lebih dekat dengannya, dibanding dua saudaranya yang lain.

Saudara Aslan yang anak pertama dan kedua, mereka tidak tinggal serumah dengan adik-adiknya. Farhan Syof, anak pertama, ia bekerja di Amerika selama dua tahun. Sekarang sudah pindah ke Indonesia dan membuat bisnis Apartemen. Sebanyak dua belas Apartemen dan beberapa villa. Lima di Jakarta dan tujuh di Bali. Farhan tinggal menetap di Bali. Sesekali pulang ke Jakarta melihat Apartemen dan adik-adiknya. Sedangkan Faleon Syof. Anak kedua dari enam bersaudara, ia tinggal di Korea Selatan. Faleon adalah aktor tampan dengan lesung pipi dan memiliki hidung yang lebih mancung dari lima saudaranya yang lain. Faleon memiliki tampang dan bakat akting yang sangat bagus. Karena itu perusahaan perfilman Korea merekrutnya menjadi aktor dan model di Korea Selatan.

Itu lah awal kehidupan enam bersaudara yang indah, sebelum suatu kesalahan/tragedi terjadi.

2. Curiga

Pagi yang indah dengan kilauan mentari penyejuk hati.

Aslan mengantar Alaina untuk mendaftar sekolah. Sampai di sekolah Aslan dan Alaina menghampiri tempat pendaftaran.

"Permisi buk, adik saya mau daftar sekolah di sini buk. Syarat pendaftarannya apa ya buk?" Tanya Aslan pada petugas di meja pendaftaran.

Alaina menunggu masnya di depan parkiran mobil sekolah. Ketika Alaina sedang bersantai untuk menunggu masnya selesai mendaftarkannya, Alaina melihat sekeliling sekolah. Seketika Alaina merinding.

Alaina bicara dalam hati "Kenapa ni sekolah kayak seram ya. Kok aku merasa ada yang aneh dengan sekolah ini".

Seseorang menepuk pundak Alaina. Membuatnya kaget dan tersadar dari lamunan.

"Sorry. Kamu kaget ya? Maaf ya. Kenalin gue Deflon. Siswa kelas 3 di sini". Sapa Deflon sambil mengulurkan tangannya.

Alaina membalas uluran tangan Deflon. Tanpa ikut memperkenalkan dirinya.

"Kamu mau sekolah di sini ya?".

"Baru mau daftar kak". Jawab Alaina dengan wajah sedikit canggung.

"Tegang amat tu muka gue lihat-lihat. Udah santai aja. Gue nggak gigit kok". Goda Deflon sambil tertawa kecil.

Alaina hanya sedikit memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Nama Lo siapa?". Tanya Deflon sambil menatap Alaina.

"Alai..., " Ucapan Alaina terpotong karena mas Aslan memanggilnya.

"Mohon maaf ya kak. Mas aku udah manggil". Ucap Alaina sambil beranjak pergi meninggalkan Deflon.

"Ada apa mas?". Sahut Alaina.

"Ni formulirnya dik. Buruan kamu isi gih". Ucap Aslan sambil memberikan formulir pendaftaran ke Alaina.

Alaina sudah selesai mengisi formulirnya. Kemudian ingin memberikan formulirnya ke tempat pendaftaran. Tapi di tolak.

"Ini masih ada yang kurang". Kata ibuk yang bertugas di tempat pendaftaran, sambil menunjuk ke sudut kertas dengan wajah ketus.

"Apanya yang kurang buk?" Tanya Aslan dengan wajah heran.

"Oo tanda tangan buk. Maaf buk." Ucap Alaina setelahnya.

Alaina ingin menulis tanda tangannya, tapi lagi-lagi di hentikan ibuk petugas itu.

"Kenapa lagi buk?" Tanya Alaina bingung.

Ibuk itu memberikan pisau pada Alaina. Sontak Aslan kaget dengan hal itu.

"Ini maksudnya apa buk?" Ucap Aslan disertai menarik mundur adiknya dengan cepat.

"Disini kalau mau daftar, tidak pakai tanda tangan. Tapi pakai cap jempol." Jawab ibuk itu dengan wajah ketus.

"Oo cap jempol". Desis Alaina sambil kembali melangkah maju ke meja pendaftaran.

"Hubungannya dengan pisau 🔪 apa buk?" Tanya Aslan.

"Cap jempolnya harus yang murni. Silakan sayat sedikit jempol mu untuk di tempel di kertas ini darahnya". Pinta ibuk itu sambil kembali menyodorkan pisau 🔪 ditangannya.

Aslan menarik mundur adiknya agak jauh dari tempat pendaftaran kemudian berbisik menyampaikan kegelisahannya.

"Dek, nggak usah daftar disini ya. Mas cari sekolah yang lebih bagus dari ini buat kamu ya dek". Pinta Aslan sambil memegang bahu Alaina.

"Aina emang sedikit curiga si mas dengan sekolah ini. Tapi walaupun agak aneh, disini sekolah terkenal dengan lulusan terbaik dan banyak jebol kuliah di luar negeri dengan kampus ternama dan terbaik mas. Mungkin karena itu, sekolah ini menerapkan peraturan ketat dan terkadang kita berpikir peraturannya nggak masuk di akal. Tapi itu nggak masalah si mas. Walaupun peraturannya aneh, anak didik yang di hasilkan, prestasi yang mereka capai, justru lebih aneh lagi mas. Disini pintar-pintar pokoknya deh mas. Sayang kalau Alaina nggak jadi sekolah di sini mas hanya karena cap jempol darah mas". Jelas Alaina.

"Ya udah kalau kamu masih ngotot sekolah di sini. Nanti kalau ada apa-apa kamu cepat kasih tahu mas ya!" Pinta Aslan.

Alaina mengangguk kemudian kembali ke meja pendaftaran. Alaina mengambil pisau kemudian ingin mengiris jempol tangannya.

"Bentar dek". Aslan menghentikan adiknya.

"Ada apa mas?" Tanya Alaina heran.

"Buk, untuk sempel darahnya, nggak bisa pakai darah saya saja buk". Pinta Aslan.

"Yang mau sekolah disini siapa? kamu? atau dia?" Tanya ibuk penjaga dengan nada meninggi sambil menunjuk Aslan dan Alaina.

Alaina memberikan isyarat kedipan mata pada masnya. Pertanda tidak masalah dengan hal itu, dan jangan tambah memperkeruh keadaan.

Alaina kembali mengambil pisau kemudian menggores jempol tangannya. Ketika Alaina melakukan itu, Aslan mengalihkan pandangannya. Karena iya tidak sanggup melihat adiknya kesakitan. Alaina sedikit menjerit. Kemudian menempelkan darahnya ke formulir pendaftaran.

Aslan segera mengajak Alaina buru-buru menuju mobil untuk mengobati tangan Alaina.

"Kamu kenapa keras kepala bangat si dik. Sakit nggak?" Ucap Aslan sambil mengolesi tangan Alaina dengan obat.

"Sedikit mas. Aina bukan nya keras kepala mas, tapi kan tadi Aina udah jelasin alasannya mas". Tutur Alaina.

"Iya mas tahu. Kalau kamu berubah pikiran cepat kasih tahu mas ya. Sebelum semuanya terlambat nanti. Soal dapat sekolah yang lebih bagus dari itu bisa di cari la dik. Kamu kayak nggak punya uang aja dik". Ucap Aslan.

"Iya mas. Aina tahu kita berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan. Bisa di bilang keluarga Konglomerat lah. Kerena bisnis keluarga ada dimana mana, dan saudara-saudara Aina terkenal dan tajir semua. Tapi, Aina mau masuk sekolah itu, pengen mandiri mas. Aina pengen sukses dari jeri paya Aina sendiri mas. Dan hanya sekolah itu lah yang menyamaratakan semua murid tanpa pandang status sosial mas. Karena peraturan itu, Aina mau masuk sekolah itu mas. Ya walaupun sekolahnya kelihatan aneh dan sedikit seram gitu. Tapi mungkin karena Aina belum terbiasa dengan suasananya mas. Kalau Aina daftar di sekolah biasa atau sekolah yang paling mahal sekali pun. Nanti pasti orang-orang di sekeliling Aina segan semua sama Aina mas. Termasuk guru-gurunya semuanya segan dengan Aina. Belum lagi drama murid-murid yang lain yang ngemis minta tolong ke Aina untuk bantu mereka dapat tanda tangan mas Faleon. Aina nggak mau kejadian di sekolah yang lalu-lalu terjadi lagi mas. Aina jadi berasa hidup Aina stak di situ-situ aja. Nggak ada pergerakan". Jelas Alaina.

"Ya udah. Semua mas kembalikan lagi sama kamu. Kalau nanti keterima di sekolah itu, kamu harus ekstra hati-hati ya. Jangan baik ke semua orang ya dik. Karena belum tentu orang yang kamu baikin itu, baik juga sama kamu nanti. Sifat adik yang seperti malaikat tanpa sayap itu, jangan sering di keluarkan ke orang asing ya dik. Cukup untuk keluarga kita aja. Takutnya nanti orang manfaatin kebaikan kamu itu". Ujar Aslan.

"Oke. Sipp mas ku". Jawab Alaina dengan tersenyum lebar ke arah Aslan.

Aslan dan Alaina menuju tempat parkir. Di tengah perjalanan ke tempat parkir, Alaina terhenti sebentar. Ia melihat sekilas sosok pria di balik pohon bambu samping toilet sekolah itu. Melihat Alaina yang terdiam, Aslan menghampiri Alaina yang berada tidak jauh dari belakangnya. Aslan bertanya pada Alaina apa yang ia lihat sampai bengong di tengah jalan. Alaina memberitahu pada aslan dengan apa yang ia lihat sebelumnya. Untuk memastikan apa yang ia lihat barusan, Alaina pun ingin melihat langsung ke tempat bambu itu. Namun Aslan menghentikan langkahnya. Aslan bilang mungkin ia hanya salah lihat dan mungkin juga itu siswa disekolah ini yang lagi main atau melakukan kegiatan lain. Jadi abaikan saja. "Main kok di semak-semak. Aneh bangat". Batin Alaina.

...Bersambung...

3. Acara Kampus

Shelina baru sampai di kampus. Ia ikut menyiapkan barang-barang dan keperluan acara yang akan mulai sebentar lagi.

"Udah siap semuanya Lin?". Ucap Sani sambil berjalan kearah Shelina. Shelina bilang tinggal dikit lagi. Sekarang saatnya acara dimulai. Semua teman-teman, guru dan tamu-tamu penting sudah hadir. MC mengambil alih acara.

"Morning everyone (dengan suara menggelegar dan bersemangat). Sebelum acara kita mulai, terlebih dahulu kita ucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu yang telah menyempatkan untuk hadir pada acara pergelaran seni sekolah kita pada hari ini. Sekarang langsung saja kita mulai acaranya".

Acara dimulai. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berbakat menampilkan karya dan kesenian mereka. Hal tersebut tidak terlepas juga dilakukan oleh Shelina. Gadis tomboi dan pintar bela diri itu juga ikut menampilkan bahkan seni bela dirinya pada kalayak ramai. "Kamu nggak siap-siap lin? bentar lagi kamu tampil loh!". Ujar Sani.

"Ya. Ni aku mau ganti baju. Aku titip yang lain bentar ya. Bantu pantau arahkan mereka untuk acara selanjutnya ya". Ucap Shelina sambil beranjak dari pekerjaannya yang sedari tadi sibuk memantau CCTV untuk memastikan acara terkendali dan berjalan lancar. Pasalnya Shelina juga sebagai panitia acara yang ikut terlibat untuk menyukseskan acara ini.

Sani menuruti permintaan Shelina. Ia mengantikan posisi Shelina untuk mengamati CCTV. Sementara sekarang Shelina sedang mengganti baju nya dengan baju taekwondo bersama dengan rekan-rekan ia lainnya yang juga akan ikut tampil dipanggung nanti. Mereka sudah selesai berganti pakaian. Sekarang mereka mengambil posisi di balik panggung untuk segera tampil.

"Selanjutnya, penampilan seni bela diri taekwondo yang akan di meriahkan oleh Shelina dan kawan-kawan". Ucap MC Acara.

Shelina dan teman-temannya naik atas panggung dan memulai seni beladiri taekwondo. Penonton memberikan tepuk tangan yang meriah untuk aksi yang di tampilkan Shelina dan kawan-kawan. Setelah beberapa menit tampil, mereka pus selesai memperlihatkan seni beladiri taekwondo nya.

Ketika Shelina dan teman-teman ingin memberikan salam untuk pembubaran penampilan seni taekwondonya, tiba-tiba Lampu panggung yang tepat di atas kepala Shelina jatuh. Syukurnya dengan cepat seorang cowok berlari dengan sigap dan cekatan menarik Shelina dari timpaan lampu panggung itu. Karena aksi cowok yang tiba-tiba menariknya dengan mendadak, mereka berdua jatuh ke lantai dengan posisi tubuh Shelina sedikit menindih tubuh si cowok. Mereka tersadar dari lamunan yang saling tatap-tatapan sebentar. Kemudian segera berdiri. "Lo nggak papa?". Ucap nya terlihat khawatir.

"Ya gue nggak papa. Makasih udah bantuin". Ucap Shelina santai sambil berjalan kebelakang panggung. Pria itu menarik napas lega dan tersenyum tipis sambil menatap Shelina sampai gadis itu menghilang dari pandangannya.

"Lo nggak papa Hazn? aman kan?". Ucap salah satu teman Hazn yang datang ke atas panggung untuk mengecek keadaan Hazn.

"Gua nggak papa". Menepuk sedikit pundak temannya, kemudian berjalan menuruni panggung menuju tempat kemana Shelina pergi tadi.

Karena masalah tadi, acara yang seharusnya berjalan sukses dan lancar sampai penghujung acara, tapi nyatanya ada tragedi tadi. Akhirnya acara terpaksa disudahi. Karena acara sudah dinyatakan selesai, Semua panitia berkumpul untuk mendiskusikan kejadian tadi. "Semuanya sudah berkumpul? ("sudah pak" Ucap yang lain serempak). Baik. Sekarang saya tanya, kenapa bisa lampu itu jatuh di atas panggung pada saat acara berlangsung. Apakah sebelum acara dimulai belum kalian cek!". Bentak Pak Pen selaku dosen penanggung jawab acara.

"Mohon maaf pak. Seperti nya ada kesalahan teknis pak. Sebelumnya saya dan teman-teman perlengkapan sudah mengecek keamanan dalam acara pak. Sekali lagi kami minta maaf pak". Ucap ketua panitia.

Shelina dan Sani hanya menonton perdebatan itu. Shelina sama sekali tidak mencoba menanggapi pertanyaan dari pak pen tersebut. Ia masih memikirkan tentang kejadian tadi. "Kenapa lampu itu bisa jatuh dan posisinya tepat di tempat gue berdiri. Seperti di sengaja. Tapi apa mungkin hanya suatu kebetulan? gue tetap harus cari tahu soal ini". Batin Shelina.

"Ya sudah. Untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya, saya minta dengan sangat pada mahasiswa, mahasiswi yang terlibat dalam kepanitian acara, untuk lebih teliti lagi dalam menyiapkan acara. Agar acara kita tidak berantakan seperti tadi. Bikin malu saja!". Tegas Pak Pen.

"Baik pak". Ucap yang lain serempak. Pak pen meninggalkan ruangan diskusi. Sekarang giliran ketua panitia yang berbicara. "Untuk kejadian tadi, kita harus selidiki masalah itu. Apa benar karena keteledoran dari panitia, atau ada kemungkinan karena sabotase seseorang yang ingin merusak acara ini". Ujar ketua panitia.

"Kalau benar ada yang sabotase di acara ini, bisa jadi pelakunanya kita kenal atau Shelina kenal, soalnya kejadian tadi seperti sengaja mengincar Shelina. Lampu yang jatuh tepat di tempat Shelina berdiri. Nggak tahu lah kalau memang hanya kebetulan. Itu hanya perkiraan gue aja". Ucap Sani mengutarakan pendapatnya.

"Gue juga mikir gitu san. Pokoknya gue harus selidiki kasus ini. Gue harus tahu pelakunya. Dan apa alasan dan maksud dia berbuat seperti itu ke gue". Sambung Shelina tiba-tiba.

"Gue juga setuju. Pokoknya masalah ini harus cepat selesai. Ya sudah yang lain boleh bubar. Segera sampaikan informasi sekecil apa pun itu yang kalian dapatkan". Ucap Ketua panitia.

Kegiatan diskusi telah berakhir. Sekarang saatnya Shelina untuk pulang. Sani juga ikut nebeng pulang dengan sahabatnya itu. Ditengah perjalanan mengantar Sani pulang, Shelina mala berbelok kejalan lain. Bukan jalan menuju rumah Sani. "Lo mau kemana Lin? ini kan bukan arah jalan rumah gue". Ucap Sani dengan bingung.

"Bawel. Lo temani gue ke satu tempat dulu". Sambil menambah kecepatan mobilnya. Sani menahan takut dengan aksi gila sahabatnya itu. "Lo mau mati ya? kalau iya jangan bawa-bawa gue. Gue masih pengen raih cita-cita gue". Ketus Sani.

"Siapa juga yang mau cepat mati. Dosa gue masih banyak. Belum sanggup gue ketemu sama malaikat. Ini aja gue masih ingin buat dosa baru". Ujar Shelina sambil keluar dari mobilnya. "Maksud Lo?". Sambil mengikuti Shelina keluar dari mobilnya. Shelina terus saja menuju suatu tempat yang bertuliskan BAR CAKIA. "Lo ngapain kesini Gilak?. Balik aja ya?". Pinta Sani mencoba buat membujuk Shelina untuk pulang.

"Bentar doang. Gue ada urusan. Selesai urusan ini, kita cabut". Berjalan memasuki BAR. Sani pun hanya pasrah dan ikut masuk ke dalam dan menjadi buntut Shelina kemana pun arah Shelina bergerak. Shelina duduk di salah satu meja. Ia memesan segelas wine. Sani tidak memesan apa-apa karena ia tidak suka minum dan tidak suka berada ditempat seperti ini. Shelina meminum wine sambil clingak clinguk melihat sekitar. "Lo cari siapa si Lin? udah kita pulang. Nanti kalau bang Aslan tahu Lo ada di sini, bisa mampus Lo kena marah. Mau di masukin penjara sendiri sama Abang Lo? telinga gue disini sakit Lin!. Yok!". Pinta Sani.

"Bentar gue lagi ada perlu. Nah itu orangnya (langsung berjalan menuju seseorang. Sani ingin ikut tapi..,) Lo tunggu sini bentar, gue kesitu dulu. Nanti gue kesini lagi". Sani tidak jadi mengikuti Shelina. Ia diam di meja menunggu kedatangan Shelina kembali. Sementara Shelina sudah bertemu orang yang dia cari dan tunggu dari tadi. "Hi Fin. Gue butuh bantuan Lo. Lo anak IT kan?". Tanya Shelina tambah basa basi langsung ke intinya.

"Iya. biar enak bicaranya, kita duduk di cafe sebelah BAR ini. Soalnya disini berisik kurang kedengaran suara Lo". Ujar Efin.

Mereka pun keluar BAR dan berbicara dekat Cafe bersama dengan Sani juga tentunya. Sebelum keluar BAR tadi Shelina menjemput sani dulu ke mejanya. Shelina meminta bantuan pada Efin untuk meretas biodata pribadi seseorang yang ia curigai dalang dari kejadian yang ia alami di kampus tadi. Efin meretas pesan WA milik orang itu. Mereka sama-sama melihat isi chat grub orang itu. "Ssttt!". Umpat Shelina kesal. "Berani-beraninya dia lakuin itu sama gue. Belum tahu dia sedang berurusan sama siapa. Lihat aja, gue balas lo".

Shelina mengucapkan terima kasih pada Efin yang tak lain adalah sepupunya. Setelah kegiatannya selesai, mereka langsung pulang. Shelina mengantar Sani pulang terlebih dahulu, setelah itu baru ia pulang kerumahnya.

...Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!