Indah saras wati, adalah seorang anak perempuan dari empat bersaudara. Yang terdiri dari dua laki - laki dan dua perempuan. Indah adalah anak ke tiga, dia memiliki adik perempuan yang bernama Maya Saras Wati dan kedua abang nya yang bernama, Reyhan Saputra dan Rendy Saputra.
Indah beradan tinggi kurus, kulit sawo mateng dan selalu menggunakan hijab.
Pada saat ini indah sedang berusia 11 tahun, dia bocah kelas 5 SD.
Diusia nya yang terbilang masih kecil, tapi Indah sudah memikul beban yang begitu berat.
Di saat anak - anak seusia nya sedang asik bermain brsama teman - teman nya. Namun berbeda dengan Indah. Dia harus mengalami tekanan mental karena keluarga nya yang pada saat itu bisa di katakan broken home.
Indah tidak memiliki yang nama nya sahabat sejati, dia tidak mudah percaya dengan orang lain. Bahkan Indah tidak bisa percaya dengan keluarga nya sendiri.
Namun, walau pun kondisi keluarga nya yang berantakan, Indah tetap menajadi siswa yang bersprestasi dengan selalu memegang juara kelas.
^^^
"Bun, bisa nggak kita nggak usah pindah. Indah udah nyaman di sini." ucap Indah saat mendapat kabar dari bunda nya bahwa mereka akan pindah ke kampung halaman sang bunda.
"Nggak bisa, sayang. Bunda, udah nggak sanggup lagi di sini." balas Bunda Arin,
"Tapi, bun..."
"Udah kamu nggak usah banyak protes deh. Kalau kamu nggak pindah, yaudah kamu tinggal aja di sini!" bentak bunda Arin pada Indah. Indah sudah biasa dengan bentak kan itu, dia sangat memaklumi dengan emosi sang bunda.
"Apa Maya tau, kalau kita akan pindah?"tanya indah.
"Belum, dia pasti ngikut aja apa kata bunda. Yang jelas sekarang kamu mulai lah beberes semua barang!" suruh Bunda pada Arin.
"Indah, panggil Maya dulu yah Bun. Biar dia juga ikut bantu." ucap Indah, hendak berdiri dari duduk nya.
"Adik kamu itu masih kecil, biar kan dia bermain. Kamu kerja kan aja sendiri."ujar Bunda Arin.
"Tapi, bund..."
"Udah bunda mau ke kamar dulu, bunda capek seharian ngurus surat kepindahan kalian." ucap Bunda, berlalu pergi tanpa mendengar kan ucapan Indah.
"Selalu saja, di manjain. Padahal kita kan cuma beda setahun... Hmm nasib, nasib" gerutu Indah sambil mulai menyusun barang - barang
Indah pun muali memasuk kan barang - barang ke dalam kardus besar. Tak lama Maya pun pulang dari bermain.
"Lah, kok di masukin kardus kak? Kenapa?"tanya Maya kaget saat melihat kakak nya sedang mengkemasih barang - barang mereka.
"Iya, kata bunda, kita akan pindah." jawab Indah tanpa menoleh pada Adik nya.
"Kemana? Kok bisa?"tanya nya lagi.
"Ya mana kakak tau, kamu tanya aja sendiri sama bunda!" balas Indah
Maya pun berlalu masuk ke kamar sang bunda. Indah hanya melihat ke pergian adik nya dari ekor mata nya.
Di kamar Bunda Arin, Maya melihat sang bunda sedang tertidur di atas ranjang.
"Bundaa, Bun?"panggil Maya..
"Hmm.. Apa , nak?"tanya Arin lembut.
"Kata kakak, kita mau pindah ya? Kemana?" tanya Maya memasti kan perkataan kakak nya tadi
"Iya, Besok kita akan pindah ke kampung, kamu mau kan?"tanya Bunda sambil mengelus rambut Maya.
"Tapi kenapa , Bun? Bukan nya di sini kita sudah bahagia? " Tanya Maya
Bunda Arin menggeleng kan kepala nya. "Kamu nggak mengerti, nak."ucap bunda Arin.
"Tapi,Bunda... Teman - teman ku ada di sini semua." rengek Maya
"Bukan kah, di sana kalian juga memiliki teman?"tanya bunda
"Itu hanya sekedar teman bun, kami tidak terlalu dekat dan mengenal mereka."ujar Maya.
"Aku tidak akan mau pindah!"ucap Maya merajuk.
"Ayolah, sayang. Bunda mohon mengerti lah, "mohon bunda Arin memegang tangan Maya.
Indah hanya tersenyum kecut saat melihat bunda nya yang berusaha membujuk adik nya.
"Bunda selalu berkata lembut pada Maya, Sementara padaku... Sudahlah."gumam Indah menghela napas nya. Ia kembali menyusun barang - barang nya.
"Sekarang sudah waktu nya, bunda minum susu nya." ucap Indah.
Ia bergegas pergi ke dapur dan membuat kan susu hamil untuk Bunda nya.
Tok tok tok
"Bunda, minum susunya."Indah menyerah kan segelas susu hangat pada bunda nya.
"Terima kasih, apa kamu sudah selesai berkemas?"tanya bunda sambil menerima gelas susu tersebut.
"Belum bun, tinggal beberapa barang lagi yang belum di kemas." jawab Indah.
"Kapan, kita akan berangkat, bun?"tanya indah
"Kita tunggu Bang Rey dulu, nanti dia yang akan mengantar kita." jawab bunda.
"Baik lah, bun."Indah berlalu keluar dari kamar bunda nya, kemudian dia masuk ke dalam kamar. Di sana dia melihat Maya yang sedang menangis.
"Hey, Kenapa menangis?"tanya Indah mendekati adik nya.
"Kak, aku nggak mau pindah... hiks"kata Maya terisak.
"Kenapa?"tanya Indah
"Di sana nggak seru kak, teman - teman kita di sini semua. Aku nggak mau pisah dari mereka."rengek Maya lagi.
"Tc, May, kamu jangan egois gitu dong. Kita harus dengerin kata bunda. Ini adalah yang terbaik untuk kita semua sekarang."ujar Indah.
"Tapi kenapa kak? Aku nggak ngerti kenapa bunda tiba - tiba ngajak kita pindah."tanya Maya.
"Kata bunda kamu masih terlalu kecil untuk mengerti, dan menurut kakak, kamu beruntung nggak ngerti apa - apa." kata Indah mengelus bahu sang adik.
"May, kamu dengerin kakak ya, untuk kali ini aja, kamu dengerin dan ikuti apa kata bunda, jangan membantah atau pun bertanya."ujar Indah.
"Nggak, aku nggak bisa terima ini, aku akan telpon ayah dan memberitahu ayah kalau bunda ngajak kita pindah."kata Maya, bergegas mengambil ponsel nya yang terletak di atas meja belajar nya.
Saat Maya akan menghubungi ayah nya, dengan segera Indah merebut ponsel adik nya itu.
"Apa kau sudah gila!" bentak Indah
"Kenapa kakak selalu melarang ku menghubungi ayah?"tanya Maya.
"Karena kita tidak membutuh kan nya, apa kau tau apa penyebab kita pindah?"tanya Indah.
Maya menggeleng tanda tidak tahu
"Ayah lah, penyebab nya May. Karena ayah kita semua jadi seperti ini."ujar Indah memegang bahu Maya
"Kakak bohong kan, ayah nggak mungkin seperti itu."sanggah Maya.
"Apa yang yang di lakukan ayah, memang nya?"tanya Maya
Indah menggeleng,"Kau tidak akan mengerti dek, cukup patuh saja apa kata bunda."ucap nya.
"Kau tidak mau melihat bunda sedih kan?"tanya Indah.
Maya menggeleng, "Kalau begitu, ikut lah pindah dengan bunda, dan tersenyum lah selalu di depan bunda agar bunda senang."ucap Indah memeluk adik nya
----------------
Jangan lupa Like dan komennya ya guys, kalau bisa sih di vote ya kan tapi aku gak maksa kok. Gak vote juga gak apa - apa, yang penting kalian udah mau dukung karya yeoja.
Terimah kasih💜
"HIks, hiks,"
"Sudah nggak usah sedih, di sana kita pasti memiliki teman."kata Indah merangkul bahu adik nya.
Maya hanya diam, dia benar - benar sedih berpisah dengan parah sahabat nya.
"Bun, apa nenek sudah tahu kalau kita akan pindah ke kampung?"tanya Indah.
"Sudah, semalam bunda sudah memberitahukan nya"balas bunda.
"Kamu pasti senang kan dek, bisa tinggal bareng nenek."seru Reyhan
"Nggak juga kak, aku suka tinggal dengan nenek tapi aku tidak menyukai pindah sekolah."jawab Indah, menatap ke arah luar jedela mobil
"Kenapa, bukan nya kamu akan satu sekolah dengan sahabat mu Ranti itu?."tanya Reyhan, sambil terus fokus ke jalanan.
Indah menoleh melihat kakak nya yang sedang menyetir"Aku tidak menyukai suasana baru kak, di sana pasti akan terasa canggung dan aku harus adaptasi lagi. Sangat menyebal kan bukan" ucap indah tak suka.
"O iya, Ranti bukan lah sahabat ku, dia hanya teman bagi ku."lanjut nya.
"Tapi dia selalu berkata kalau kau itu sahabat nya."kata Reyhan
"Itu kan menurut dia, bukan aku" balas Indah.
"Ya sudah terserah saja."ujar Reyhan, menggeleng. Dia masih belum mengerti kenapa adik nya yang satu ini sangat susah untuk menjadi kan seseorang sahabatnya.
"Oiya bund, Rendy kapan nyusul ke kampung?"tanya Reyhan pada bunda nya yang terlihat masih berusaha menenangkan Maya.
"Belum tau, kata nya kalau pekerjaan nya selesai. Nanti baru dia akan pulang." balas Arin.
"Dia, dapat projek baru lagi ,bund?"tanya Reyhan
"Kayak nya iya, ya bang."
"Syukur la bund. Alhamdulillah dia rejeki nya lancar"kata Reyhan.
____
Setelah melakukan perjalanan selama 3 jam, akhir nya mereka pun samai di kampung halaman sang bunda.
Indah keluar dari mobil, melihat ke sekeliling perkarangan rumah nenek nya.
"tidak ada yang berubah dari sini." gumam nya.
Arin dan Maya pun juga keluar. " Indah kamu tolong bang Rey buat keluarin barang - barang ya!" seru Arin, mengandeng Maya untuk masuk kedalam rumah.
Reyhan hanya bisa menatap sendu kepada adik nya yang selalu terlihat sedih di mata nya.
"Udah, kamu masuk aja. abang bisa sendiri kok."ujar Reyhan.
"Nggak apa - apa bang, ntar abang capek lagi." balas Indah tersenyum. Reyhan tahu kalau itu adalah senyum kesedihan.
"Udah, masuk aja. Nggak usah ngebantah deh!" seru Reyhan lagi.
"Udah lah bang, ayo kita mulai memindah kan nya. Kalau cuma mengangkat ini doang mah, masih kecil buat aku, abang jangan remehin tenaga ku ya.." ucap Indah mulai mengangkat tas pakaian. namun dengan cepat Reyhan mengambilnya.
"Kamu angkat yang kecil aja, yang berat - berat biara abang aja." kat Reyhan.
Indah tersenyum melihat abang nya yang begitu perhatian pada nya.
Mereka pun mulai memindah kan barang yang awal nya memenuhi bagasi mobil sekarang sudah memenuhin rumah nenek nya
TIdak membutuh kan waktu lama Indah pun sudah berhasil menusun semua barang - barang pada kamar mereka. Jadi di rumah nenek nya ini, Mereka sudah memiliki kamar masing - masing.
Setelah menyelesai kan tugas nya, Indah merasa sangat gerah dia pun memutus kan untuk mandi terlebih dulu, setelah itu baru dia ikut bergabung dengan anggota keluarga yang lain di ruang keluarga.
" Assalamualaikum, nenek.." Indah menghampiri sang nenek dan langsung memeluk nya.
"Apa kamu sudah mandi, nak?" tanya nenek sambil mengusap rambut Indah lembut.
"Baru saja nek, aku sangat gerah maka nya agak lama menemui nenek." ucap indah
" Iya tidak apa - apa, nenek ngerti kok. " balas nenek.
"Bunda, sebaik nya sekarang istirahat lah. Pasti bunda sangat capek."kata Indah, menoleh kearah bunda nya yang sedang duduk di depan nenek nya.
"Iya, kamu masak lah buat makan malam. Jangan sampai nenek yang memasak." kata Arin pada anaknya.
"Iya bunda tenang aja, aku yang akan masak mulai sekarang." ucap Indah.
"Memang nya , kamu udah pandai masak, nak?" tanya nenek tak percaya.
"Udah, dong mah. Dia itu udah pandai masak dan masakan nya itu enak banget." puji Arin. Indah tersenyum mendengar pujian yang di lontar kan oleh bunda nya itu.
"Baiklah, kalau gitu aku ke kamar dulu ya, mah."pamit Arin, kemudian berlalu pergi ke kamar.
"Benarkah kamu pandai masak? " tanya Nenek pada Indah
"Iya dong nek, pokoknya nenek harus cobain masakan indah" ucap Indah bangga.
" Tapi bukan nya ini terlalu dini ,nak?" nenek mengelus bahu Indah ibah..
Indah tersenyum mendengar perkataan nenek nya itu, tidak mungkin iya mengeluh kan sikap bunda nya pada sang nenek. Dia tidak mau kalau perlakuan bunda nya itu sampai memancing kemarahan sang nenek yang begitu sayang pada diri nya.
Selain Reyhan, nenek nya lah orang yang begitu tulus menyayangi Indah.
"Indah, ke dapur dulu ya nek." pamit Indah. Ia sengaja menghindar.
Saat Indah hendak beranjak dari duduknya, nenek mencegah nya dengan cepat. Indah menoleh." Ada apa , nek? " tanya Indah.
"Mulai sekarang kamu nggak usah capek - capek ngerjain pekerjaan rumah, karena sekarang nenek udah pakai tenaga pembantu." ujar nenek.
"Benarkah?" tanya Indah dengan mata ang berbinar. Nenek mengangguk mengiyakan.
"Terima kasih nenek, indah makin sayang deh sama nenek." Indah kembali memeluk sang nenek.
___
Keesok kan hari nya,
" Bund, kita mulai sekolah nya kapan?" tanya Maya pada bunda nya saat mereka sedang sarapan.
"Hmm, kayanya besok deh. Soal nya hari ini bunda baru mau mengurus bekas nya." jawab Arin meminum susunya.
"Jangan lama - lama ya , bund. Aku udah bosan banget di rumah." ujar Maya cemberut.
"May, kamu harus sabar dong, lihat tu kakak kamu dia diam aja nggak kayak kamu yang banyak maunya."saut nenek
" Kaka mah bedah nek, dia itu emang paling betah di rumah, maka nya dia tenang aja." balas Maya.
"Iya - iya, udah jangan cemberut lagi. Ntar cantiknya hilang baru tau rasa, nanti pulang dari sekolah baru kalian, bunda bakal beliin Maya Es krim ya, mau nggak?" tanya Arin mengelus kepala Maya lembut.
"Indah juga ya, bund." pinta Indah.
"Nggak dong, kak. Kamu kan udah besar, jadi nggak boleh.." ucap Arin
"Oh udah besar ya bund" gumam Indah yang masih bisa di dengar oleh nenek.
Nenek hanya bisa menggelengkan kepalanya,
"Ternyata, perlakuan Arin pada Indah masih belum berubah. Kasihan kamu nak." batin nenek, melihat Indah ibah
___
Jangan lupa Like dan komennya ya guys, kalau bisa sih di vote ya kan tapi aku gak maksa kok. Gak vote juga gak apa - apa, yang penting kalian udah mau dukung karya yeoja.
Terimah kasih💜
Arin pergi ke sekolah dasar yang terdekat dari rumah mamanya, dia memasuk kan kedua putrinya, di sekolah nya dulu, SDN 017 JAYA BARU.
Maya yang memang merasa bosan di rumah, akhirnya dia minta ikut sama bundanya.
Sementara Indah yang awal nya sedang asyik membaca buku di kamar pun, ikut pergi ke pasar karena di paksa ikut oleh sang nenek.
Indah dan nenek tiba di pasar, sinar matahari pagi masuk menembus kulit Indah walaupun ia memakai gamis dan hijab syar'i, namun tetap saja masih terasa panas di kulit nya.
Indah mengikuti kemana pun perginya sang nenek, waktu terus berjalan sampai matahari naik dan sedang berada di puncaknya, Indah sudah tidak sanggup lagi berjalan. Kakinya sudah terasa pegal karena mengikuti langkah sang nenek yang sangat cepat, belum lagi ia juga ikut membawakan plastik belanjaan nenek dan itu yang menambah beban beratnya.
"Nek, Indah beli minuman dulu ya." ucap Indah agar bisa kabur dari sang nenek.
"Iya, tapi jangan jauh - jauh ya" pesan nenek.
"Iya, itu depan situ. Nanti nenek susul indah ke sana aja ya." kata Indah
"Yaudah, pergilah."kata nenek.
Indah membeli es campur yang ada di sebrang pasar, pada saat Indah menunggu pesanannya siap, ada sebuah mobil sedan berwarna putih melaju dengan kencang dan membuat genangan air yang ada di dekat Indah mengotori baju nya, ia pun berdecak kesal dan tersulut emosi.
"Benar - benar deh tu orang. Dasar nggak punya malu! Dia pikir ini jalan bapaknya apa!!" umpat Indah kesal.
Sang empunya mobil turun dari mobil untuk meminta maaf pada Indah, Namun Indah sudah terlanjur kesal padanya.
"Sorry, tadi supirku nggak lihat ada genangan air itu."ucap pemilik mobil tersebut sambil mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu.
"Aku tidak butuh uangmu, jadi simpan saja." ucap Indah berlalu pergi setelah pesanannya siap.
Pemilik mobil hanya mengedikkan bahunya kemudian pergi dari sana.
Indah berjalan dengan wajah di tekuk dan kesal, bisa - bisanya ada orang yang mencipratkan genangan air padanya.
"Kenapa wajahnya di tekuk gitu, hm?" tanya nenek nya saat Indah datang dengan wajah yang sangat kesal.
"Ini lihatlah nenek, tadi ada orang yang ngeselin banget , bukannya minta maaf dengan tulus , eh malah ngasih uang. Emang semuanya bisa di bayar dengan uang gitu?!" ucap Indah dengan kesal dan memperlihatkan gamisnya yang kotor.
"Sudah nggak apa - apa nak, nanti kita beli lagi ya. oh iya cepat habiskan minumannya, setelah itu kita nanti ke toko baju untuk beli gamis baru ."ujar sang nenek.
"Eh nggak usah nek, baju aku masih banyak kok. lagian ini juga masih bisa di cuci," balas Indah
" Nggak apa,kita beli ja yang baru, lagian nenek juga udah lama nggak beliin kamu pakaian baru kan." ujar Nenek.
"Kamu nggak boleh nolak, ok." sambung nenek, mengandeng tangan Indah.
Nenek dan Indah pergi ke toko pakaian, seperti apa yang di katakan neneknya tadi, mereka pun membeli beberapa gamis.
Indah pun menurut saja dengan perkataan neneknya, ia memilih gamis yang menurutnya bagus dan unik.
"Udah nak?" tanya sang nenek pada Indah.
"Udah, nek." jawab Indah dengan tersenyum dan menyerahkan gamis lihannya
Setelah dari toko pakaian, mereka kembali ke rumah untuk mempersiapkan makan malam.Karena di perjalanan tadi indah bersikeras ingin memasakan neneknya makanan, sekalian sang nenek bisa mencicipi masakan sang cucu.
Indah dengan lihai nya memainkan peralatan dapur, banyak sekali makanan yang dibuatnya untuk makan malam.
Saat sedang asyik memasak, Arin datang menghampiri dirinya .
"Dari mana saja kamu tadi sama Nenek?" tanya Arin sambil menuangkan air ke dalam gelas.
"Ke pasar, bund." jawab Indah
"Ngapain? Bunda liat kamu di beliin pakaian baru ya, sama nenek?" tanyanya lagi.
"Iya tadi, baju aku nggak sengaja keciprat mobil, bajunya kotor makanya nenek beliin baju." ucap Indah.
"Berapa pasang?"
"4 pasang, bund." jawab Indah yang mash tetap fokus pada masakannya.
"Untuk Maya, ada?" tanya Arin, meletakkan gelasnya
" Hm, nggak ada bund." balasnya.
" Yaudah, bagi 2 bajunya," ucapnya
" Tapi bund..."
"Ingat kamu itu seorang kakak, harus mengalah sama adikmu." ujar Arin, kemudian berlalu dari dapur.
Indah terdiam menatap kepergian Arin. " Huft, nggak enak banget jadi kakak." ucapnya sedih, tanpa perintah air matanya menetes membasahi pipinya.
"Sabar indah, kamu pasti kuat. Dia keluarga kamu, dia adik dan kamu kakaknya, dia masih kecil dan kamu sudah besar.. Padahal kita cuma beda 1 tahun doang." gumamnya pelan.
___
"Nenek, coba lah ini. Tadi Indah sengaja bikinin nenek sate ayam dengan bumbu rujak kesukaan nenek." ucap Indah dengan semangat mengambilkan nenek nya makanan.
"Makan yang banyak ya, nek.l kata Indah meletakkan piring di depan Imsang nenek.
"Kamu masaknya banyak banget, nak." kata Nenek melihat semua makanan yang tertata di atas meja makan.
"Iya, Indah sengaja masak banyak. Karena Indah pengen ngirimin makanan untuk anaknya mbok Sarna" ucap Indah tersenyum.
"Jangan sok baik, nanti kalau makanan kita kurang gimana? Kamu nggak usah sok baik gitulah."sahut Arin, tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan yang ada di piringnya.
Plak
Nenek memukul lengan Arin," Aw sakit mah." ucap Arin mengusap lengannya.
"Biarin, kamu ni ya. Anak berbuat baik pun kamu marahin. Seharusnya kamu tu bersyukur karena punya anak yang suka berbagi." ujar nenek
"Terserah lah."Karena merasa kesal dengan mama dan Indah. Arin pun memutuskan untuk masuk kedalam kamar.
"Udah kamu nggak usah dengerin bunda kamu. Nenek suka liat kamu suka berbagi sama orang kecil"ucap nenek mengelus kepala Indah.
"Kak, aku mau dong satenya." pinta Maya yang dari tadi tidak mau memperdulikan keributan yang terjadi. Dia lebih memilih diam dan fokus pada makanannya.
"Ini, makan yang banyak ya." ucap Indah dengan sayang.
____
"Maya, buruannn nanti kita bisa telat!" seru Indah di depn pintu.
"Iya tunggu bentar kak, rambut aku lagi di ikat." sautnya.
"Cepatlah, atau kamu aku tinggalin aja."ancam Indah.
"Jangan, aku nggak mau jalan sendiri."sautnya lagi.
5 menit kemudian, baru lah Maya siap dengan rambut nya yang sudah rapi.
"Yuk kak."ajaknya. mereka pun berangkat ke sekolah bersama dengan gojek yang telah di pesan nenek untuknya.
****************
Jangan lupa Like dan komennya ya guys, kalau bisa sih di vote ya kan tapi aku gak maksa kok. Gak vote juga gak apa - apa, yang penting kalian udah mau dukung karya yeoja.
Terimah kasih💜
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!