NovelToon NovelToon

Terpikat Sang Bulan

Bab 1 : Kecelakaan

Hai hai para bebebs ku tercinta😘 Kita reunian lagi yuk di judul baru yang tentunya nggak kalah seru. Dengan suasana dan latar yang berbeda. Kalau sebelumnya Otor ajak kalian berpacu jantung lewat judul Madu dan Racun. Kali ini Otor akan menyuguhkan kisah romance fantasi yang pastinya ada sentuhan komedi biar pipi kalian makin kenceng dan awet muda😘

Tentu ini semua cuma fiksi yang murni Otor karang sendiri. Jadi bila ada kesamaan nama, tempat atau tokoh. Itu murni kebetulan saja..☺️Jika ada kesalahan dalam penulisan, mohon maaf lahir dan batin😁

Oke Happy reading bebss....😘😘😘

...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...

Di salah satu gedung stasiun Televisi swasta. Sebuah acara penghargaan besar-besaran yang di gelar satu tahun sekali sedang berlangsung.

Panggung megah dengan sorotan lampu terang benderang menambah kemewahan acara besar tersebut. Tampak para Artis papan atas, Penyanyi, Komedian, Produser serta Sutradara ternama duduk memenuhi tribun VVIP.

Dari nominasi Aktris dan Aktor terpopuler tahun ini, acara berganti pada pengumuman Film terlaris yang menembus box office tahun ini.

Host : "Film terpopuler dan berhasil memasuki box office tahun ini adalah... Bidadari ilusi karya sutradra Bima Pradewa.."

Gemuruh tepuk tangan dan sorakan amat meriah menyambut Tokoh utama yang membintangi film tersebut. Produser dan Sutradara yang menggarap film itu juga ikut naik ke atas panggung di iringi tepuk tangan meriah para tim dan penonton.

Mereka menerima Piala penghargaan, lalu menjujung tinggi piala tersebut ramai-ramai. Kemudian satu-persatu dari mereka mengucapkan terimakasih kepada seluruh tim yang bekerja sama, serta kepada penonton yang menyambut baik film tersebut.

"Selamat kepada Pak Bima selaku Sutradara dari film sukses ini. Memang kalau sudah Pak Bima yang memegang, tidak akan ada yang gagal." Puji salah satu Host.

"Terimakasih.. Saya sangat berterimakasih kepada seluruh tim yang membantu Saya mewujudkan cerita ini. Terutama pada Aktor dan Aktris Saya yang mampu membawakan peran mereka dengan sangat bagus. Kemudian Saya mengucapkan terimakasih untuk penonton yang antusias menyambut Bidadari Ilusi ini....."

Bima Pradewa. Ini Film ke 13 nya yang sangat sukses menembus pasaran. Di tambah judul Series yang pernah ia garap, total ia telah menerima 21 Piala penghargaan. Jumlah tersebut sudah sangat banyak bagi seseorang yang baru 5 tahun berkecimpung di dunia hiburan.

Pria berusia 30 tahun itu menekuni Profesi sebagai Sutradara sejak lulus kuliah. Selain karena jurusan Perfilman yang ia ambil, latar belakang keluarganya memang sangat mendukung di bidang tersebut.

Mendiang Ayahnya merupakan seorang Produser terkenal. Ibunya adalah Aktris papan atas yang baru dua tahun ini pensiun. Tak salah jika darah seni begitu kental mengalir pada Pria yang di juluki Dewa kemenangan itu.

Setelah Acara selesai, Bima dan rekan-rekanya mengadakan makan malam bersama di salah satu restaurant. Mereka memotong kue untuk menyelamati kerja keras mereka selama Tiga bulan pembuatan film Bidadari Ilusi.

"Suapan pertama, untuk produser kita." Bima menyuapkan potongan pertama Kue itu untuk pak Tara, pemilik Bumantara films.

"Kau tidak bosan merayakan pesta kemenangan mu? Kapan Kau akan merayakan pesta pernikahan mu?" seloroh Pak Tara, ia memang selalu memojokkan Bima soal hubungan asmara.

"Jika sudah menemukan yang cocok, Aku akan langsung menikahinya." Sahut Bima tertawa, namun batinnya ingin sekali menjahit mulut pria tua itu.

"Kau di kelilingi oleh wanita hebat, berkarir serta cantik-cantik. Apa lagi yang membuatmu bingung? Kau juga sangat populer di kalangan aktris papan atas. Kalau Aku jadi Kau, maka aku akan mengencani mereka satu persatu hahahahah...." salah satu tim menimpali sambil tertawa.

Tak hanya Aktris dari dalam Agensi, Model, Penyanyi bahkan seniman dan wanita karir lainnya. Sudah banyak mengirimkan ajakan kencan untuk Bima. Namun Bima tak kunjung menemukan gadis yang memenuhi kriteria nya.

Ia bosan melihat gadis cantik yang di kenal banyak orang. Sejauh ini tak ada yang berhasil membuka pintu hatinya. Bahkan Ibu nya sendiri pun sering kali mengenalkan Bima pada anak gadis kenalannya.

Malam telah larut, jam menunjukkan pukul 02:00 Pagi. Dan mereka baru bubar dari acara makan besar tersebut. Tampak Bima tengah mengendarai mobilnya di tengah jalanan kosong.

Ia melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Saat sedang fokus mengemudi ponselnya berdering, tertulis pula si penelpon adalah Arkana, sahabatnya yang sedang berada di Tokyo untuk menghadiri penghargaan film internasional.

Arkana adalah sahabat Bima sejak SMA, mereka sama-sama menggeluti profesi sebagai Sutradara. Bedanya Arkana hanya mengibarkan sayap di film layar lebar, berbeda dengan Bima yang menjajal segala sudut Perfilman.

"Apa...?" sahut Bima diselingi tawa, ia tau Arkana akan memberitahunya soal Acara penghargaan yang ia hadiri.

📞 "Aku mendapatkannya Bima..! Aku menang nominasi..! Aku berhasil membawa pulang piala Penghargaan internasional ini...!" seru Arkana kegirangan. Ia bahkan melompat-lompat sambil mengayunkan Jas nya ke udara.

"Selamat Tuan Arka... hahahhahah.. Aku tau Kau akan mendapatkannya. Kau memang sahabatku." Bima tak kalah girang, ia turut terharu dan bahagia karena akhirnya Arkana berhasil menembus pasar Perfilman Internasional.

📞 "Aku merasa senang sekali Bima. Aku akan membelikan mu hadiah, sesuai yang ku janjikan."

"Benarkah? wahh... Kau sungguh mau membelikan ku mobil baru? Kau memang senior yang patut di jadikan panutan."

📞 "Kau juga harus memberikanku hadiah, Aku melihatmu memenangkan penghargaan. Kau jangan culas Bima."

"Baiklah, apa yang Kau mau? Sepeda gunung? Motor sport? Atau tiket VIP Piala dunia?"

BBRRRRAAAAKKKKK.......!

Tiba-tiba suara benturan hebat memutus sambungan telepon mereka. Bima terseret sejauh 200 meter oleh sebuah truk ekspedisi. Mobil Bima remuk, menyisakan airbag yang mengembang dengan cipratan darah segar. Wajahnya berlumuran darah, ia terhimpit di antara puing-puing mobil dengan keadaan yang sangat parah.

Sementara itu di Tokyo, Arkana mencoba menghubungi Bima kembali, namun tak ada jawaban. Tentu saja, ponsel Bima sudah menjadi bagian dari puing-puing mobil yang remuk.

"Suara apa tadi..? Kau baik-baik saja kan Bima?" gumamnya mencoba berpikir positif.

Ia terus mencoba menghubungi Bima, namun tetap tak ada jawaban. Hanya suara operator yang menyahuti, memberitahu bahwa ponsel Bima sedang tidak aktif.

Setengah jam kemudian, Bima di evakuasi kedalam ambulance. ia benar-benar tak sadarkan diri. Darah terus mengalir dari bagian kepalanya. Sementara kakinya, tertekuk sebelah akibat himpitan kursi kemudi.

Ia melihat sekeliling dengan pandangan buram. Para petugas kesehatan yang mengotak-atik tubuhnya dalam perjalanan ke rumah sakit. Ia sadar, tengah di ambang kematian.

uhukkk....!

Ia memuntahkan darah segar sebelum akhirnya benar-benar tak sadarkan diri.

...****************...

Bab 2 : Seratus hari mencintainya.

Sejak kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya malam itu, Bima mengalami koma. Ia terbaring di atas ranjang dengan berbagai selang menempel pada tubuhnya. Penyangga kaki juga terpasang lekat, begitu pula dengan lehernya.

Namun entah bagaimana, Bima terbangun di alam bawah sadarnya. Ia seperti hidup ke dunia pararel, dunia yang benar-benar sama dengan dunia yang ia tinggali sekarang. Hanya bedanya ia hidup sebagai orang biasa, bukan sebagai Sutradara terkenal. Ia bahkan tidak sadar bahwa tubuhnya sedang koma di atas ranjang rumah sakit.

Di alam bawah sadar ini, Bima hidup sebagai pelayan cafe. Suatu hari, seorang gadis datang dan memesan segelas kopi padanya.

"Coklatte satu.." ucap wanita itu sambil sibuk melihat ponsel nya.

Bima tak merespon, ia tercengang melihat pesona yang di pancarkan gadis itu. Rambutnya yang tergerai panjang, kedua bola mata berwarna coklat gelap, serta garis bibir yang amat seksi. Membuat Bima tanpa sadar meneguk ludah.

"Coklatte..." gadis itu mengulangi ucapannya sambil tersenyum. Senyumnya sangat menawan, ia benar-benar ramah dan mendebarkan hati Bima.

"ee.. iya.. atas nama siapa?" tanya Bima bersiap mengetik nama gadis itu pada mesin kasir.

"Bintang..." jawab gadis itu.

"Pantas saja kau sangat bersinar." lirih Bima masih terkesima. Membuat gadis anggun itu tersipu malu.

...-...

...-...

Keesokan harinya, gadis itu datang kembali. Begitu juga hari-hari berikutnya. Membuat mereka akhirnya semakin akrab.

Walaupun ini alam bawah sadarnya, namun Bima benar-benar baru kali ini berdebar saat melihat seorang gadis.

Karena semakin dekat, Bima memberanikan diri menyatakan perasaannya. Gadis bernama Bintang itu pun menerima perasaan Bima. Mereka akhirnya berkencan dalam kurun waktu yang cukup singkat.

Keseriusan keduanya dalam menjalin cinta membuat mereka sama-sama setuju melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

Seratus hari pacaran pun terlewati dengan begitu banyak kenangan manis. Kini Bima dan Bintang sudah siap menjadi sepasang pengantin yang hendak mengikat janji.

Bima sangat berdebar kala menyaksikan mempelai wanitanya. Sangat cantik dan anggun. Ia benar-benar tak salah menikahi Bintang, walau tanpa tau sedang dalam dunia alam bawah sadar.

"Bintang.., mulai hari ini, detik ini, Kau akan menjadi wanita satu-satunya....."

*

tit..tit..tit..tit..tit...

Tiba-tiba monitor detak jantung Bima menunjukkan kemajuan. Grafik, saturasi yang tadinya berjalan pelan pun menunjukkan tanda-tanda peningkatan.

Perlahan Bima menggerakkan jemarinya, "Bintang..." lirihnya pelan.

"Bima..?" seorang wanita paruh baya langsung menghampirinya.

"Arka! Bima sudah sadar, Bima sudah sadar..!" seru wanita bernama Ayana Roshila yang tak lain adalah Ibu kandung Bima.

"Serius tante?" Arkana langsung berlari ke arah ranjang.

Dan benar saja, Bima perlahan membuka matanya. Ia sangat terkejut karena melihat wajah Ibunya dan Arkana. Kemana calon istrinya? dan kenapa ia seperti sedang di tempat yang berbeda?

"Ibu..." lirih Bima.

"Iya..? ada Apa Bima? Kau merasakan sakit? Arka, cepat panggil Dokter." titahnya, dan Arkana langsung menekan tombol yang ada di dinding.

"Aku mau menikah...." ucap Bima terbata namun jelas.

Ibu nya Bima langsung membelalak, apakah akhirnya setelah koma lebih dari tiga bulan, anak bujang nya membuka hati untuk menikah? Tapi dengan siapa? Kenapa tiba-tiba Bima membicarakan ini bahkan di saat nafasnya belum berhembus sempurna.

Tak lama kemudian Dokter spesialis yang menangani Bima datang. "Syukurlah, akhirnya Bima sudah sadar. Bima, angka berapa ini?" sang Dokter menunjukkan dua jari di depan wajah Bima.

"Dua.." sahut Bima lirih, pandangannya masih bercampur samar.

"Kau mengingat nama mu? Coba sebutkan?"

"Bima Pradewa..."

"Lalu dua orang ini, Kau ingat nama nya?" Dokter menunjuk Arkana dan Ibunya Bima secara bergantian.

"Ibu ku, Ayana. Dan orang gila itu, Arka."

Ibunya Bima dan Arkana menghembuskan nafas lega. Namun Arkana protes karena Bima menyebutnya orang gila.

"Hei, Aku yang menelpon Ibu mu malam itu, Kalau Aku tidak curiga, maka Kau akan di temukan sebagai mayat keesokan paginya." rutuk Arkana sambil melempar tatapan sinis.

Ya, saat telepon mereka secara tiba-tiba terputus setelah suara benturan hebat, Arkana langsung menghubungi Ibunya Bima, untuk bertanya tentang posisi Bima.

"Tapi Dokter, Aku sedang hendak menikah tadi, lalu tiba-tiba Aku terbangun di sini. Bu, dimana calon istriku? Apa Aku kembali pingsan saat hendak mengadakan pernikahan?"

Tiga orang yang ada di sekeliling Bima langsung saling melempar tatapan heran.

"Kau terbaring di sini sejak kecelakaan itu Bima," lirih sang Ibu, ia mulai khawatir sesuatu terjadi pada otak anak nya.

"Bu.., Aku mengingat nya secara detail, lihat, jantung ku bahkan berdebar saat mengingatnya. Nama nya Bintang, kami bertemu saat..."

Bima terdiam saat teringat dimana ia dan Bintang pertama kali bertemu. Ya, di sebuah Cafe. Dimana ia menjadi barista di sana, dan Bintang adalah Pelanggannya.

"Kapan Aku bekerja menjadi barista?" tiba-tiba ia merasa semuanya tidak masuk akal.

"Dokter, Anda yakin Bima tidak mengalami Delusi atau semacamnya? Kenapa dia bicara omong kosong?" tanya Ibu Bima mulai khawatir.

"Pemindaian MRI menunjukkan semua nya baik-baik saja Bu. Mungkin Bima terbuai alam bawah sadarnya, mengingat waktu koma nya cukup lama. Dan hal itu biasa terjadi, namun butuh waktu untuk pasien menerima bahwa kejadian yang dia alami hanyalah ilusi alam bawah sadarnya."

"Alam bawah sadar..?" ucap Bima menyela. Tidak mungkin. Ia dan Bintang benar-benar saling mengenal dan hendak menikah, alam bawah sadar macam apa yang terus berlanjut seperti itu?

"Dokter, tidak bisakah Kau membuatku kembali koma? Aku ingin menemui Bintang jika memang itu hanya alam bawah sadar ku."

"Kau sudah gila hah? Banyak proyek yang menunggumu dan Kau malah ingin koma lagi? Kenapa tidak sekalian mati saja?" gerutu Arkana tak habis pikir.

"Bima, itu hanya ilusi. Seperti mimpi yang terkadang membuat jantung Kita berdebar. Tapi itu tak ada artinya, anggap saja bunga tidur panjang mu. Kau harus bangkit, dan carilah menantu untuk ibu di dunia nyata ini."

"Ibu mulai lagi.., jangan coba-coba mengatur kencan untuk ku lagi ya. Atau Aku akan benar-benar pindah dari rumah Ibu." balas Bima tak terima.

"Baiklah.., Ibu mengalah soal ini."

Bima melempar senyum pada sang Ibu, entah kenapa rasanya ia sangat merindukan Ibunya dan Arkana.

"hei, karena Kau sudah pulang, bagaimana kalau Kita menonton Piala Dunia bersama? Duduk di kursi VIP dan melihat Ronaldo dari jarak dekat."

"Piala Dunia sudah berakhir 1 bulan yang lalu." sahut Arka, ia gagal menonton pertandingan besar itu. Bagaimana bisa ia bersenang-senang saat sahabatnya sedang berbaring tak sadarkan diri.

"Apa..? Lalu berapa lama Aku terbaring di sini?"

"Termasuk hari ini, ini hari ke 101 satu mu."

"Apa..?" Suara Bima menggema.

...****************...

Bab 3 : Saling bertaut

Sebulan kemudian....

Di sebuah rumah mewah bernuansa putih, Bima, Arkana dan Ibu bergaya hedon yang tak lain adalah Ibunya Bima tengah sarapan pagi. Ya, Ibu-ibu satu ini memang tak pernah bergaya normal. Riasan rambut, make up tebal dan pakaian seperti hendak menghadiri acara gala premiere. Ia sengaja seperti itu karena rumah nya selalu ada saja para wartawan. Malu dong kalau kelihatan acakadut di berita.

Lain dengan Ibunya, Bima dan Arkana malah masih mengenakan baju tidur dan celana boxer. Bahkan mereka menyantap sarapan tanpa mencuci muka.

Dua sejoli itu memang sangat akrab bahkan sampai ke kebiasaan nya. Arkana sudah tinggal satu rumah dengan Bima sejak masih kuliah. Ayahnya adalah mantan anggota DPR, namun sejak 9 tahun yang lalu ia di penjara akibat korupsi. Sementara Ibunya, semenjak insiden itu ia menetap di California hingga saat ini. Itulah mengapa Ibunya Bima sudah seperti orang tua kandungnya di Indonesia.

"Bima.. Kuku Ibu bagus tidak? Ibu akan menemui wartawan hari ini terkait berita kepulangan mu." Ia memajang kedua tangannya di depan sang Putra. Sementara Bima hanya memandangnya dengan jengah.

"Bagus saja lah.." sahutnya malas.

"Lagian wartawan ngapain sih masih bergumul di depan? Ini sudah dua minggu sejak kepulangan ku. Kenapa media masih heboh dengan berita kepulangan ku?" imbuhnya dengan wajah bete.

"Kau kecelakaan sehabis menerima penghargaan. Jadi banyak rumor beredar. Lagipula itu bagus kan untuk menambah kepopuleran mu." sahut Arkana.

Ibunya Bima berdiri, ia sudah selesai dengan sarapannya dan segera bersiap menemui para wartawan.

"Kalian lanjutkan sarapannya, Ibu mau menyapa mereka. Kasihan mereka sudah bergerombol dari jam 3 pagi."

Arkana tertawa saat melihat cara berjalan Ibunya Bima, sangat antusias sekali. "hahah.. Ibu mu tak pernah berubah ya, sepertinya ia menemui wartawan bukan untuk menyampaikan berita, melainkan untuk bermain-main."

"hmm.. lebih baik dia di sibukkan dengan para wartawan itu, daripada sibuk menyuruhku menikah."

"hahahhaha.... oh iya, Pak Tara sudah menyampaikan padamu tentang Pangeran Ilusi?" tanya Arkana, ia dan Pak Tara tadi malam mengadakan pertemuan. Dan Pak Tara ingin memfilmkan sebuah judul yang amat menarik.

"Sudah, kapan Kita akan menemui penulisnya?"

"Aku sudah mengirimkan Email, kalau dia membalas Kita bisa menemuinya sore ini. Pak Tara bilang kita harus mendapatkan izinnya, sebelum dia mengajukan kontrak eksklusif ke pihak platfrom." Arkana sedari tadi memerika ponselnya, namun sang penulis belum membalas. Membuatnya berharap cemas.

"Pak Tara selalu saja licik, dia mengambil cerita yang tidak terlalu populer agar tak membayar harga mahal." gumam Bima tertawa kecil, licik dan membawa keberuntungan bagi si penulis, kalau filmnya sukses. Kalau tidak ya nasib.

"hei,, Tak ada Film yang gagal di tangan Kita. Mari kita jadikan ini sebagai keberuntungan si penulis."

Bima memicingkan mata pada Arkana "wahh, Kau sangat bersemangat, padahal belum mendapatkan balasan dari penulisnya."

...~~~...

Pukul 10:30....

Tampak seonggok gadis dengan penampilan berantakan masih tertidur pulas. Ia bahkan mendengkur amat keras. Tak perduli sinar matahari menyorot tajam.

Tiba-tiba rasa mual mendongkrak lambungnya, ia bermimpi aneh lagi kali ini. Nyawa nya terpaksa menyatu akibat dorongan rasa mual itu. Arwahnya sudah mendorong untuk bangun, namun tubuhnya seperti menolak, masih ingin tidur lagi dan lagi.

"Bulan...! Kau belum bangun? Kita akan membuka Cafe lebih cepat hari ini. Kau tidak ingat ini akhir pekan?" seru seorang wanita berusia 38 tahun sembari menendang pelan kaki gadis itu.

Bulan pun membuka matanya, mendengar teriakan Vidia tiba-tiba rasa mual itu hilang, menyisakan liur yang sangat asam saja di lidah.

Ya, gadis yang mempunyai kamar dan penampilan berantakan itu bernama Rembulan, atau biasa di panggil Bulan. Usianya 26 tahun.

Sejak lulus SMA, ia bekerja di Cafe kecil milik Vidia, wanita yang menendang kakinya tadi. Lambat laun Cafe itu ramai, Bulan pun menambahkan modal agar mereka bisa membuka Cafe yang lebih besar. Dan sekarang mereka sudah 7 tahun menjadi partner bisnis.

Ibunya Bulan adalah seorang Pengacara di salah satu firma hukum besar. Sementara Ayahnya adalah seorang pengrajin Kayu jati yang cukup sukses di bidang nya. Ia adalah anak tunggal, ia juga cukup dekat dengan Ibunya.

Lalu kenapa Bulan memilih berbisnis dan tidak kuliah? Ia bahkan tinggal terpisah dari orang tuanya. Ada alasan untuk itu, Bulan tidak terlalu akrab dengan Ayahnya. Ada suatu memori yang sampai saat ini belum bisa ia terima, yang membuatnya masih enggan pulang sampai detik ini.

Selain menjadi Pemilik Cafe, Bulan juga memiliki hobi lain yang lumayan untuk tambahan uang masuk. Yakni menulis di salah satu platfrom. Ia sudah 3 tahun menekuni hobinya itu. Total sudah 12 Judul cerita ia buat. Namun akhir-akhir ini cerita terbarunya yang berjudul Pangeran Ilusi memiliki banyak peminat. Ia terinspirasi dari film terkenal dengan judul yang hampir serupa yakni Bidadari Ilusi.

Bidadari Ilusi sendiri menceritakan tentang wanita impian yang tak pernah terjamah oleh mata dunia. Wanita yang memperjuangkan cintanya, namun tak di hargai dan akhirnya memilih untuk menutup hati.

Sementara cerita karangan Bulan, ialah mengenai Pangeran modern yang menaiki mobil putih, bukan kuda putih. Pangeran yang dengan tingkah konyolnya mampu menaklukan hati. Namun setelah menemukan cinta sejatinya, ia malah berakhir bunuh diri karena gadis yang hendak di jadikan permaisuri mati di tangan Ibunya.

*

"Bangun...!" Teriak Vidia tepat di sebelah telinga Bulan.

Bulan langsung terkejut dan gelagapan, suara Vidia terasa menggelegar. Ibu anak satu itu memang tak tertandingi soal suara.

"Ya ampun Kak..! Robek nih gendang telinga ku!" rutuk Bulan mengusap kedua telinganya.

"Lebay..! Ku sobek beneran nih. Udah hampir jam sebelas Bulan. Kita harus siap-siap buka Cafe. Makanya kalau malam jangan bergadang. Ku tunggu setengah jam, kalau kau tidak turun, Ku patahkan semua gigimu." omel Vidia sambil meninggalkan kamar Bulan.

"aisss..! Padahal Aku sudah menghidupkan alarm. Dasar ponsel sialan..!"

Bulan membuka ponselnya, lalu ia mendapati ada notif spam dari Email nya. Ia pun membuka pesan beruntun tersebut seraya mengerjapkan mata.

Selamat Pagi, Kami dari rumah Produksi Bumantara Film sangat tertarik dengan cerita Anda yang berjudul Pangeran Ilusi. Jika Anda berkenan, Kami ingin mengangkat cerita Anda menjadi sebuah Film. Silahkan hubungi kami kembali jika Anda bersedia bekerjasama dengan kami.

tertanda : Sutradara Arkana.

"Bumantara Film? Sutradara Arka yang beberapa bulan lalu menyabet piala penghargaan Internasional?" ucap Bulan bergidik merinding. Mimpi apa ia semalam? Kisah halu yang biasa ia tulis dan hanya mendapatkan pembaca sejumlah kaki kelabang, kini di lirik oleh Rumah Produksi besar?

Bak pungguk yang merindu terbang di atas awan, Bulan langsung membalas dan menyetujui bekerjasama dengan sutradara itu. Jiwa bisnisnya langsung menggebu.

...~~...

Pukul 17:30....

Bulan sudah tampak siap menyambut tamu spesialnya. Vidia juga bahkan mengosongkan Cafe agar tidak menganggu. Ia turut berbahagia melihat anak itiknya dapat kesempatan emas.

"Kak, kau yakin mereka akan langsung mengontrak ceritaku?" Tiba-tiba saja Bulan merasa minder.

"Tenanglah.., walaupun mereka tidak jadi mengontrak ceritamu, setidak nya cafe kita jadi ramai karena di datangi seorang sutradara tampan dan terkenal hihihi..." Vidia cekikikan sambil memegangi kertas kosong, ia sudah menyiapkan mental untuk meminta tanda tangan.

Tak berselang lama, lonceng kecil di pintu Cafe berbunyi. Dua pasang langkah kaki berderap di ubin putih itu. Irama langkah kaki itu bersahutan dengan dentuman yang timbul dari detak jantung Bulan.

Namun saat memasuki cafe, Bima merasa nuansa cafe itu sama persis seperti yang ada di dalam alam bawah sadarnya. Hanya saja warna ruangannya berbeda. Namun semua tatanan dan sudut nya sama persis.

Bulan berdiri, ia membuka matanya perlahan sembari berdoa. Dan saat Dua sutradara itu sampai di hadapannya ia sangat terkejut.

"Bima..?" Lirihnya, ia tak menyangka Pria itu ikut datang ke sana. Ia memang mengenal Bima, seorang Sutradara yang memiliki pamor bak bintang kejora. Siapa yang tak mengenalnya?

Tapi Bulan mengenal Bima dari sudut lain. Bima sudah menoreh luka di hatinya jauh sebelum ketenaran.

Bima tak merespon ekpresi Bulan, ia hanya menganggap mungkin Bulan salah satu penggemarnya.

Sementara Arkana, ia malah ikut syok menyadari siapa yang ada di hadapannya itu.

...*************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!