Hari itu sangat gelap sementara Anindita yang kerap dipanggil Dita baru saja pulang sendirian dari kota menuju ke desanya.
Ia sudah lama tak pergi ke desa itu untuk menemui orang tuanya yang lebih dulu beberapa hari pergi ke sana.
Ia baru saja beranjak umur tujuh belas tahun dan juga baru bisa belajar membawa mobil. Kali ini adalah perdana bagi dirinya untuk membawa mobil dengan perjalanan yang sangat jauh.
Wanita itu sempat khawatir tidak akan bisa membawanya. Akan tetapi ia tetap nekat untuk menyusul orang tua mereka.
Kebetulan besok adalah hari libur bagi Dita hingga hal itu ia manfaatkan untuk berlibur.
Dita yang notabennya tak berani untuk membawa mobil hingga ia akhirnya hanya bisa ketakutan saat malam tiba dan ia berada di area yang sangat sunyi.
Tapi wanita itu tetap optimis walau ia sedikit sudah lupa jalan kemari. Dita tak tahu jika di mana dirinya saat ini berada. Seolah keadaan dirinya tengah dihipnotis.
Namun akan tetapi Dita tetap percaya dengan keyakinannya dan berusaha untuk menghubungi keluarganya. Tapi sama sekali di antara mereka tidak ada yang mengangkat telepon Dita.
Dita pun ketakutan apalagi saat ini ia semakin dalam memasuki sebuah jalan yang ternyata adalah jalan buntu. Ia bergidik ngeri karena jalan di sini sangat sepi. Terbesit ada rasa penyesalan karena ia yang terlalu nekat.
"Tuhan, kenapa telepon ku juga tidak diangkat sama Bunda," keluh Dita dengan air mata yang ingin terjatuh.
Dita berusaha untuk melakukan putar balik karena saat ini ia berada di jalan buntu.
Wanita tersebut menatap ke arah jam di ponselnya. Seketika hal itu kian menambah ketakutan pada dirinya, bagaimana tidak hari sudah pukul sepuluh dan Dita yang melakukan perjalanan dari tadi siang pun akhirnya tak bisa berbuat apa-apa.
Ia memutar mobilnya dengan terburu-buru hingga Dita tak sadar jika jalannya sangat sempit, akibat ia yang terlalu memundurkan mobilnya ia pun terjatuh ke dalam jurang.
Dita terkejut bukan main saat merasakan ia dan mobilnya melayang. Terlebih lagi tubuhnya yang terbanting ke sana sini dan bertubrukan dengan benda keras di dalam mobil itu.
Akibat benturan yang sangat keras membuat dirinya mengalami beberapa luka yang cukup serius. Tapi untungnya, Dita masih sadarkan diri.
Sambil menahan rintihan dan rasa sakit, Dita berusaha untuk mengendalikan kesadarannya. Hingga ia pun berjuang untuk mengangkat tubuhnya dan keluar untuk menyelamatkan diri. Ia merasa jika mobilnya ingin meledak hingga membuat Dita buru-buru membuka pintu mobil. Namun nyatanya itu tak berjalan lancar dan Dita harus membuka pintu tersebut penuh perjuangan karena pintu tersebut terkunci dan susah didobrak. Dita berusaha membuka pintu itu hingga ia akhirnya berhasil dibuka.
Ia lekas keluar dan tepat saat tubuhnya berada cukup jauh dari mobilnya yang sudah terbakar di ujung tersebut akhirnya meledak dan membuahkan bunyi nyaring yang cukup kuat. Dita bahkan langsung menutup telinganya sambil meraung. Sebab hanya itulah penyelamat dirinya, namun satu-satunya barang tersebut telah hancur.
Dita terkejut dan lekas berjalan menjauh. Air matanya pun menetes karena ketakutan dengan apa yang saat ini terjadi pada dirinya.
Tapi untungnya keadaan sedikit mendukung di mana bulan cukup terang malam ini hingga membuat Dita dapat melihat jalan yang tengah dilaluinya untuk mencari jalan yang aman untuk naik ke atas dan meminta bantuan.
Dita dengan segenap tenaga menyusuri hutan tersebut. Air matanya pun jatuh hingga membuat dirinya tak mampu untuk berbuat apapun karena dirinya sudah lemas dan putus asa duluan.
"Hiks, aku di mana? Kenapa ini sangat menakutkan. Ayah, Bunda, tolong Dita."
Dita meraih saku celananya dan ia lantas mendesah kecewa saat tak menemukan barang yang ia inginkan. Handphonenya jatuh di dalam mobil tadi dan ikut meledak bersamaan dengan mobilnya.
Wanita itu yang penuh dengan darah akhirnya tak memiliki tujuan dan terus mencari bantuan dengan menyisir hutan.
Tapi tak semudah itu, karena saat ini Dita tengah dirundung oleh rasa ketakutan yang sangat kuat. Bagaimana tidak, di hutan sendirian tanpa ada pencahayaan yang kuat membuatnya amat ketakutan.
Tubuhnya sangat merinding karena merasakan hawa yang cukup dingin serta keadaan sekitar yang penuh dengan suara-suara misterius dan para binatang.
"Apakah aku mati di sini?"
Dita tak sanggup lagi untuk berjalan. Rasa pening di kepalanya akibat cedera parah di sana membuat Dita merasa kehabisan darah dan ingin pingsan.
Tapi tidak tahu apa yang terjadi karena Dita masih saja sadar walau tampak wajahnya sudah sangat lelah.
Wanita itu sangat penuh perjuangan dan pantang menyerah. Ia terus mencari celah-celah untuk bangkit dan kembali melakukan perjalanan. Hingga pada akhirnya ia melihat suatu tempat mewah yang berdiri di tengah hutan.
Ia sebenarnya sangat penasaran kenapa tempat sebagus itu berada di tengah-tengah hutan. Namun jika ia memikirkan itu sekarang yang ada dirinya keburu meninggal di tempat.
Jadi tak banyak pilihan lagi, Dita pun menghampiri tempat itu untuk memintai bantuan.
Wanita tersebut sangat merasa yakin tapi apa yang terjadi meruntuhkan keyakinannya.
Baru sampai di depan gerbang, Dita sudah melihat darah yang menggenang seperti air. Seketika bulu kuduk Dita berdiri.
Apakah ini tempat pembunuhan? Dita pun tak habis pikir jika ia berada di sarang orang pisikopat.
Saat ia hendak melangkah pergi, Dita pun mendengar suara rintihan yang membuatnya mengurungkan niatnya. Ia pun memutuskan untuk kembali mengintip dan kini ia melihat dengan jelas di kaca jendela atas bayangan orang yang tengah dipenggal.
Seketika hal itu membuat dirinya merasa ketakutan dan langsung pergi. Tapi sialnya sang korban yang belum dibunuh dan sempat melihat Dita pun berteriak meminta tolong.
"Tolong!! Tolong aku!!"
"Sialan," batin Dita yang meronta-ronta.
Alhasil keberadaan Dita pun terekspos. Sontak pria yang menggunakan penutup wajah tersebut memandang ke arah Dita.
Ia pun tersenyum miring dan memberi kode kepada anak buahnya untuk menangkap Dita.
Dita kalang kabut karena merasa jika nyawanya kian terancam. Wanita itu berlari dengan sangat cepat, tapi tetap saja dengan kondisinya yang sudah terbilang sangat lemah membuat ia tak bisa berbuat apa-apa dan pada akhirnya ia terjatuh.
Saat mengangkat kepala ia sudah melihat puluhan senjata yang mengarah ke kepalanya.
Salah satu di antara mereka ingin menembak Dita dan Dita sudah bersiap ingin menutup matanya. Tapi semua itu langsung terhenti saat seorang pria bertopeng menahan tangannya.
Dita dapat memastikan jika orang itu adalah ketuanya. Hal tersebut terlihat dari aura nya yang sangat kuat serta para orang berseragam hitam itu yang tunduk kepadanya.
Tubuh Dita bergetar saat pria tersebut menyentuh dagunya dan mengamati wajahnya.
Selain itu ia juga memandang Dita dengan sangat dalam membuat Dita tak berhenti berdetak.
Sebuah senyum miring membuat Dita bak diintimidasi olehnya. Auranya sangat kuat dan Dita yakin dialah sang pencabut nyawa nya.
"Siapa kau?"
"Kau Anindita?"
Dita terkejut saat dia mengetahui namanya.
"Dari mana kau tahu?"
Ia pun tertawa gelak. Bukannya menjawab tapi seolah tengah mengejek dirinya.
"Bawa dia ke sel dan kurung dia."
"Baik Tuan."
Dita ketakutan dan menggelengkan kepalanya. Hingga tiba akhirnya dirinya pun sekarat dan jatuh pingsan.
"Ternyata itu benar-benar kau!"
_________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Entah apa yang ada pada dirinya dan membuat pria mengerikan itu sangat mengenali siapa dia. Yang pasti Dita merasa sangat ketakutan sebab dia benar-benar mengerikan.
Dia yang awalnya mengira bahwa akan mati tapi sangat tak menyangka jika ia dirawat oleh pria itu di dalam penjara dengan perawatan yang lengkap.
Hal itu sangat membuat Dita ketakutan. Ia menggenggam tangannya untuk berani dan menatap ke samping yang penuh dengan bau anyir.
Sesungguhnya saat ini Dita tak sanggup berada di ruangan yang sangat berbau busuk ini. Terlebih lagi perlakuan mereka kepada Dita adalah perlakuan sangat buruk yang pernah ia dapatkan.
Entah mimpi apa yang membuat Dita berada di tempat ini. Yang jelas wanita tersebut tak tahu harus berbuat seperti apa karena semuanya tampak sangat menakutkan.
Dita memeluk kakinya dan bersandar ke tembok yang sangat dingin. Ia mengigit bibirnya ketakutan dan berharap jika ia akan selamat dan bisa keluar.
Air matanya tak berhenti jatuh. Selain rasa ketakutan yang terus menghantui dirinya ia juga merasa sangat kesakitan akibat bekas benturan yang sangat kuat di tubuh dan kepalanya yang membuat ia mengalami cedera parah.
Wanita tersebut menghela napas panjang dan menghapus air matanya. Tak lama bayangan seseorang kian mendekat membuat Dita tak berani menatap ke depan.
Saat ia memandang pria itu maka ia akan seperti tengah dihipnotis olehnya dan bisa saja tanpa sadar ia membunuh dirinya sendiri.
Suara pintu sel yang dibuka membuat Sinta pun langsung mundur tapi dia pun sadar jika saat ini belakangnya benar-benar tembok.
Dita mengigit bibirnya untuk mengurangi rasa takut yang dideritanya. Wanita itu berusaha untuk tampil berani dan bisa menantang pria di depannya.
"Anindita. Nama mu sangat bagus, tapi sayang nasib mu tak sebagus dengan nama mu."
Dita berusaha untuk menulikan pendengarannya. Wanita itu menarik napas panjang dan membuang wajahnya.
Pria itu yang sangat tak ingin ditantang pun seketika marah dengan Dita yang dianggapnya tengah menghina dirinya. Pria itu memejamkan matanya dan mengepalkan tangan.
Lalu kemudian ia dengan kasar menarik wajah Dita lalu mencengkram rahang wanita itu cukup kuat hingga membuat Dita terdongak ke atas.
"Akh!!" rintih Dita yang tak kuasa menahan rasa sakit yang mendera dirinya. Wanita itu memikirkan cara agar bisa selamat dari iblis di depannya. "Tolong antarkan aku pulang. Aku tak bisa berada di sini, orang tua ku pasti menunggu ku. Lagipula apa untungnya kau menahan ku di sini karena aku bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa."
Tanpa diduga-duga, dia malah tertawa gelak menertawakan Dita. Pria itu seolah menganggap Dita adalah orang yang sangat memalukan.
"Kau tahu apa yang saat ini kau katakan tidak ada gunanya dan tak akan bisa menyelamatkan diri mu. Kau sendiri yang menyerahkan diri ke tempat ku. Jadi sekarang apakah semua ini salah ku?" Dita pun diam dan menarik napas panjang.
Apa yang akan ia dapatkan dari hasil bermohon-mohon kepada orang seperti pria di depannya. Tidak ada gunanya karena seorang pisikopat inginkan adalah nyawanya.
"Kenapa kau sangat mengenal diri ku? Apa yang kau tahu tentang aku dan apa yang membuat mu menahan diri ku?"
Pertanyaan Dita seolah menjadi pertanyaan yang sangat konyol bagi pria itu. Lagi-lagi ia menertawakan Dita. Untung-untung jika tawa tersebut adalah tawa bahagia, tapi yang adalah malah ketawa yang berupa bentuk ancaman kepada dirinya.
"Kau ingin tahu? Yang pasti aku adalah orang yang sangat jahat. Kau jangan terkejut jika aku adalah seorang pisikopat. Aku terobsesi untuk membunuh para wanita. Dan karena kau adalah orang yang membuat ku seperti ini maka kau adalah target sesungguhnya. Aku tak akan membunuhmu dengan mudah. Aku ingin kau merasakan betapa sakitnya dunia ini supaya kau bisa merasakan rasa sakit yang aku rasakan karena kehadiran mu. Huh, aku bahkan saking membenci mu bisa menebak diri mu siapa dengan sekali lihat wajah mu," ucapnya pada Dita.
Jawaban pria itu bukan membuat Dita tenang dan tahu pokok permasalahan tapi yang ada malah membuat dirinya kian kebingungan. Kenapa ia berada di tempat ini dan dirinya siapa sehingga membuat pria di depannya sangat terobsesi untuk menyiksa dirinya.
"Kau gila. Bahkan aku tak mengenal mu, jadi kau hanyalah orang asing," ucap Dita marah.
Plak
Tamparan yang sangat kuat di pipinya membuat Dita diam dan tak memberontak. Ia menyentuh wajahnya dan merasakan jika wajahnya sangat panas. Dirinya baru saja ditampar oleh pria di depannya.
Yang benar saja, Dita bahkan belum sehat hingga membuat dirinya kembali lagi mengalami pendarahan.
Dita yang menahan rasa sakit tapi sangat berbeda dengan pria bertopeng tersebut yang malah tertawa gelak saat melihat darah.
Ia menyapu darah yang mengalir di kepala Dita lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.
Ia mengangkat kepala Dita seakan menyuruh agar wanita itu memerhatikan dirinya yang tengah menjilat darahnya.
"Rasanya sangat manis! Apakah kau ingin mencobanya?"
Spontan Dita menggeleng dengan sangat kuat. Dia benar-benar pisikopat.
"Pergi! Hiks, pergi!" Dita memejamkan matanya dan menutup kedua telinganya dengan tangannya.
Tampak jika saat ini si pria sangat puas. Melihat tangisan dan ketakutan itulah yang membuat ia bahagia. Karena memang disitu letak kebahagiaan seorang pisikopat, yaitu tangisan sang korban.
"Ya teruslah menangis. Itu yang sangat aku suka!!"
Dita merinding. Ia pun semakin takut tatkala saat ia merasakan jika saat ini ada benda dingin yang menyentuh tangannya.
Dita berusaha untuk tak menegang. Tapi yang ada semakin ditahan semakin lagi membaut si sang pisikopat tertarik untuk menyakitinya lebih lama lagi.
"Apa yang kau inginkan?"
"Menghias tubuh mu sayang," ucap si pria.
Sontak mendengar hal itu membuat Dita memberontak. Wanita itu memandang laki-laki tersebut dengan sangat marah.
"Kau!!"
Saat Dita hendak melawan, tapi rupanya ia sudah siap dan menangkap tangan Dita lalu diborgol nya.
"Sekarang kau nikmati rasa enaknya," ucapnya.
Pria itu membuka baju Dita secara paksa membuat Dita ketakutan dan berusaha untuk memberontak.
Bahkan baju Dita disobek lalu kemudian ia menatap punggung Dita dengan sangat berbinar.
"Ini yang aku suka," ucapnya dan kemudian menancapkan pisau ke punggung Dita.
Dita menggerang kesakitan saat benda tajam tersebut menggores punggungnya membentuk sebuah hiasan.
"Akh!! Hentikan ini sangat sakit!!" teriak Dita dan kemudian menangis.
Wanita itu terpekik antara sakit dan juga tak berdaya. Darah bekas goresan pisau tersebut menetes ke lantai.
Melihat korbannya menggerang malau menjadi candu bagi pria tersebut.
"Nikmati lah rasa senang yang diberikan oleh seorang Abraham. Hahahaha!!"
________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Ia kira cerita pisikopat hanya ada di film atau di novel-novel saja. Dan sekarang Dita sendiri tak menyangka jika dirinya akan menjadi salah satu tokoh dari cerita itu.
Dita menangis tanpa henti di dalam kurungan yang penuh dengan bau anyir dan juga busuk. Ia tak tahu akan sampai kapan nasibnya seperti ini. Jika ia bisa memilih dari pada tersiksa seperti ini lebih baik ia memilih cepat mati.
Dita menghela napas panjang dan memejamkan matanya. Ia pun menahan rasa sakit yang berada di area punggungnya. Pisikopat gila itu dengan sangat dalam menggoreskan pisau miliknya ke dalam tubuhnya hingga terasa sangat pedih.
Bahkan tak sampai di situ penderitaan Dita kemarin. Luka akibat goresan pisau milik sang pisikopat tersebut juga ditambahkan dengan air garam dan juga jeruk.
Mengingat betapa perihnya membuat Dita langsung memejamkan mata karena ia masih bisa merasakan rasa sakit tersebut.
Setelah melakukan hal gila itu, si pria juga langsung mengobati dirinya. Tampaknya dia benar-benar ingin menyiksa Dita. Seolah ada dendam kusumat pada diri lelaki tak berperasaan tersebut.
"Hiks, Ayah, Bunda, apakah kalian akan mencari ku? Tolong aku, hiks, kenapa dunia sangat kejam," ujar Dita yang merasa jika hidupnya benar-benar berada di titik yang sangat melelahkan.
Bahkan ia tak tahu kapan akan selesai pada penderitaan ini. Menunggu ajal, mungkin tak semudah itu karena setiap dirinya disiksa ia tak dibiarkan mati dan akan kembali diobati lalu disiksa kembali dan terus hidupnya seperti itu.
Hal itu menyebabkan Dita bertanya-tanya apa yang membuat pria itu sangat menyimpan dendam kepadanya.
Padahal dia tidak tahu apa yang selama ini ia lakukan kepada pria itu. Ia rasa juga tak pernah melihatnya sebelumnya dan apalagi mencari masalah dengan pria itu.
Tapi kenapa laki-laki tersebut seolah-olah sangat marah kepada dirinya. Apakah ini semua ada kaitannya kepada keluarganya?
Satu hal yang membuat Dita susah mencari tahu motif pria itu karena si pria tiap kali ditanya selalu dibalas dengan menyalahkan dirinya alih-alih menjawab pertanyaan.
"Kau pasti sangat lapar," ujar seseorang yang tiba-tiba masuk.
Dita terkejut saat melihat pria itu lagi. Laki-laki tersebut tersenyum miring seakan sangat puas dengan penderitaan Dita.
"Buat apa kau ke sini? Pergi dari sini! Aku tidak sudi melihat mu."
"Kau yakin?" tanyanya. "Kau pasti sangat lapar. Tenanglah, aku paling mengerti diri mu dan makanya aku membawakan ini untuk mu," ucapnya.
Dita terkejut saat melihat pria itu membawakannya makanan dengan daging yang sangat banyak.
Dita yang sangat lapar dan ditambah dengan melihat daging yang begitu menggiurkan membuatnya sangat bernafsu inginmakan.
Abraham yang tahu ke mana arah tatapan Dita pun tersenyum lebar. Ia memberikan makanan tersebut kepada Dita.
"Kau ingin ini, bukan?" Dita mengangguk.
Kemudian ia meletakkan piring tersebut di depan Dita. Dita yang amat lapar tanpa basa-basi pun langsung memakan makanan tersebut. .
Ia tertawa melihat betapa lahapnya Dita makan hingga tak peduli lagi dengan caranya makan yang tampak bukan seperti manusia.
Dita pun menghabiskan makanan tersebut. Setelah semuanya sudah tak tersisa barulah ia merasa heran kenapa hari ini pria tersebut sangat baik kepadanya dan bahkan memberikan daging untuknya.
"Terima kasih."
"Apakah enak?" Dita pun mengangguk. "Yah, daging manusia memang sangat enak. Itu adalah daging wanita yang aku bunuh tadi. Yang berada di sel sebelah mu."
Mata Dita kontan membulat. Apa? Dia baru saja memakan daging manusia? Dan itu adalah daging wanita yang berada di sel sebelah dan sempat menjadi temannya.
"Tidak mungkin, apa yang telah kau lakukan?" tanya Dita dengan mata yang berkaca-kaca.
Ia merasa mual saat membayangkan telah memakan daging manusia. Dita berusaha untuk memuntahkan kembali daging itu hingga membuat dirinya merasa sakit perut.
Tapi bagaimana caranya pun ia berusaha tetap saja sia-sia karena semuanya sudah terlanjur dan Dita hanya bisa menangis meraung.
"Apa yang kau inginkan dari ku? Apakah selanjutnya aku yang akan menjadi makanan mu?"
"Tidak. Aku tidak akan membunuh mu karena menyiksa mu adalah hobi ku."
Dita menatap Abraham dengan sangat dalam. Tatapan yang sangat sendu dan penuh permohonan. Dari tatapan Dita membuat Abraham merasa kembali ke masa lalu.
Ia pun mengepalkan tangannya. Ia membenci tatapan itu hingga Dita yang awalnya ingin memohon ampun langsung terdiam saat Abraham berteriak keras dan sangat frustasi sampai menuju tembok di samping Dita.
Ia menarik tangan Dita lalu mendorongnya hingga wanita itu terjatuh. Pria tersebut seakan sudah gelap mata.
"Kau! Aku membenci mu!! Aku ingin kau selalu tersiksa hahaha!"
__________
Abraham berdiri dengan wajah kaku. Pria itu memandang keluar jendela yang penuh dengan kegelapan.
Berada di tengah hutan bukanlah sesuatu yang membuat dirinya bisa tenang. Akan tetapi di sini lah tempat ia biasa melakukan aksinya untuk membunuh para mangsanya.
Mereka semua adalah para wanita. Tidak ada yang salah dengan mereka akan tetapi hanya saja rasa bencinya kepada wanita yang memiliki tatapan sendu dan rambut panjang berwarna hitam sedikit kepirangan membuatnya selalu ingin membunuh mereka.
Dia bukanlah orang yang memiliki kelainan mental, tapi karena rasa benci yang sangat kental membuat dirinya tak bisa mengenali orang-orang.
"Lapor!"
Abraham menatap bawahannya. Mungkin hanya Abraham lah seorang pisikopat tapi memiliki anak buah. Biasanya seorang pisikopat lebih cenderung misterius.
Abraham memanglah seorang pengusaha dan ia tentu memiliki anak buah sebelum sebuah bencana menimpa dirinya dan mengubahnya menjadi seorang monster.
"Katakan."
"Mobil yang ditumpangi Dita berada di sisi jurang."
Si pisikopat Abraham tersebut menyeringai. "Jadi benar dia kecelakaan. Wah nasib baik sedang memihak ku," ujarnya penuh rasa bangga.
"Memangnya apa yang membuat mu tertarik dengan wanita itu, kau tak seperti biasanya yang selalu membunuh dengan cepat?"
"Dia telah memberikan aku jalan yang sangat luas untuk mencapai impian ku, dia yang membuat aku merasa senang karena rintihannya. Dan dia adalah tujuan utama ku, karena kehadirannya di dunia membuat dunia ku hancur," ucap Abraham yang berapi-api.
Ia tak bisa melupakan masa lalu dan bahkan rasa bencinya dapat mengenali Dita dengan sekali lihat walau ia sudah sangat lama tak melihat wanita itu lagi setelah pertama kali melihat Dita saat umur wanita itu 3 tahun.
"Aku ingin menyiksanya seumur hidup ku."
_________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA DAN KOMEN.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!