NovelToon NovelToon

Point Of Love

Prolog

Vivian, Juwita dan Mala adalah tiga sahabat karib. mereka menjalin persahabatan sejak mereka masih kecil. Ya maklum saja mungkin karena rumah mereka yang berdekatan satu sama lain. Persahabatan mereka memang terbilang unik. Bagaimana tidak, Vivian adalah siswa SMP yang sudah duduk dikelas 9. Sedangkan Juwita dan Mala masih kelas 8 SMP. Lebih muda satu tahun dari Vivian. Bukan hanya berbeda masalah umur mereka juga tak belajar disekolah yang sama.

Layaknya anak gadis yang selalu ingin tampil cantik. apalagi didepan orang yang mereka sukai. Tiga gadis kecil ini selalu menjaga penampilan agar tak terlihat buruk dimata orang lain.

Sore itu seperti biasa mereka bertiga berangkat ke Taman Pendidikan Al Quran biasa menyebutnya TPQ. memang mereka beda dengan gadis pada umumnya. meski mereka telah masuk SMP namun mengaji tetap menjadi prioritas utama. Apalagi dengan didukung oleh lingkungan mereka yang memang tergolong lingkungan pesantren. Mau tidak mau mereka harus melaksanakan tuntutan itu. meski seperti itu mereka sangat menikmatinya dan tidak pernah mengeluh.

Mengaji seperti itu sudah menjadi rutinitas setiap hari kecuali hari Jumat karena itu merupakan hari libur. Bermain bersama tanpa ada yang membebani. Tertawa lepas dan tak ada yang menghalangi. Begitu indah masa masa dimana mereka belum mengerti apa itu cinta dan kerumitannya.

Pengenalan karakter.

Vivian

Seorang gadis remaja usia 14 tahun yang masih duduk di bangku SMP kelas 9. Gadis yang cukup cantik dengan kulit sawo matang dan hidungnya yang mancung. Hidup dengan segala kepolosannya tentang cinta. Hutang keluarga mereka dimana mana. Kondisi keuangan yang tidak stabil hingga membuat ibunya terpaksa harus berangkat ke luar negeri sebagai TKW ( Tenaga Kerja Wanita ). Tepatnya Pembantu yang akan dikirim ke negara Saudi Arabia. Hingga dia tak bisa merasakan kasih sayang ibu yang sesungguhnya. Tapi Vivian tak punya pilihan lain. Dia harus menjalani semua itu dengan baik.

Dia tinggal bersama ayah dan adik laki lakinya yang bernama Rocky. karena ayahnya tidak dapat memasak mereka pun terpaksa menumpang makan pada kakek dan nenek Vivian yang rumahnya tepat berada didepan rumah Vivian. Kakek Nenek Vivian sangat menyayanginya mungkin karena Vivian adalah cucu perempuan satu-satunya dalam keluarga mereka.

Juwita

Gadis dengan paras cantik dan kulit putih. Kehidupannya tak jauh menyedihkan dari sahabatnya Vivian. Juwita adalah anak korban brokenhome. ayah dan ibunya berpisah dan tidak ada yang tinggal dengan Juwita. Bukan mereka ingin membuang Juwita atau tidak menyayanginya namun dikarenakan keduanya memutuskan menikah lagi dengan pasangan masing-masing. Hingga Juwita terpaksa harus tinggal dengan nenek satu-satunya yang sudah renta. Hal tersebut membuat Juwita tegar dan menjadikannya gadìs kuat dan mandiri. Pemikiran Juwita juga lebih dewasa dibandinkan dengan kedua sahabatnya.

Mala

Seorang gadis yang sangat periang dan tidak mudah marah. Kulit putih bersih seperti Juwita. Mala adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. ketiga kakaknya telah menikah dan memiliki anak. Orang tua Mala masih lengkap dan utuh. mungkin itu penyebab yang membuat dia sebegitu periang. memang pendidikan dalam keluarga itu sangat penting. apalagi bagi gadis remaja yang akan menginjak kedewasaan.

Sementara cukup itu aja dulu ya karakternya. maaf kalau foto karakternya sudah sedikit dewasa banget. hehehe.

Nih aku kenalin juga Teman teman mereka :

Tofa

Aziz

Jalal

Sofyan

Nurdin

Ada juga teman-teman Vivian yang perempuan seperti :

Lutvi

Zulfi

Happy

Dwi

Eka

Dll.

itu sabagian teman Vivian yang satu kelas dengannya.

Tidak hanya mereka saja yang akan hadir dalam cerita ini. masih banyak kharakter yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.

Cerita ini terinspirasi dari Temenku sekaligus sahabatku. Berawal dari temu kangen bersama dengan teman masa kecilku hingga merembet ke kisah masa lalu kami yang sangat menyenangkan. Meski kisah itu telah termakan usia namun ingatan akan insiden-insiden lucu yang tampak konyol tak dapat terlepas dari ingatan kami. Seakan baru kemarin kami melewati hari-hari itu. Terasa begitu singkat waktu berlalu. Dulu sering jalan bersama dan sekarang sekali jalan kami membawa keluarga masing-masing. Meski kita sekarang dipisahkan oleh jarak namun persahabatan itu tetap terjalin dengan baik.

Nah kalau ini foto Authornya ya gaes.

Gimana cantik kan? wkwkwkwk

Ssstttt..!!! Dilarang protes berjamaah.!!

Buat yang nggak terima nggak apa apa..

apalagi yang pengen muntah..

silahkan muntah berjamaah..

wkwkwkwk...

😆😆😆

Harap maklum ya gaes...

Kalau penulisan dan alurnya jelek..

Aku baru belajar buat nulis novel..

sebenarnya hobi nulis sudah mulai orok.. sekarang aja baru terealisasikan..

Komentar dan saran yang membangun akan saya terima dengan baik..

hehehe..😁😁

Semoga kisah ini dapat menginspirasi para reader semuanya..

Makasih udah mau baca novelku..

😁😁

Curi Pandang

Suara adzan ashar berkumandang. Terdengar begitu indah dan merdu. Suara Nurdin memang sangat enak didengar apalagi saat mengumandangkan adzan ataupun saat bersholawat. Sore ini Nurdin datang lebih awal karena dia sedang piket adzan ashar.

Terlihat tiga gadis kecil sedang duduk bersantai di pinggiran sawah. Berteduh dibawah pohon rambutan yang rindang. Mereka sedang bermain di belakang rumah juwita.

"Vivian dengerin deh.!" Seru Mala pada Vivian.

"Dengerin apaan.?" Jawab Vivian cuek sambil duduk selonjor menatap langit.

"Siapa yang adzan. Coba tebak.?" Tanya Mala sambil memainkan matanya menatap bergantian ke arah Juwita dan Vivian.

Vivian mendengarkan suara itu dengan seksama.

Inikan suaranya..

"Aku pulang dulu ya mau mandi." Kata Vivian tiba-tiba dia berdiri dan membersihkan bagian pantatnya yang kotor akibat duduk di rerumputan.

"Ciye.. Ciye.. " Kata Mala dan Juwita bersamaan.

"Apaan sih." Ucap vivian sambil tersenyum.

"Ehem.. Ehem.. Kapan nih kamu nyatain perasaanmu sama nurdin." Tanya Juwita tanpa basa basi langsung menjurus ke titik permasalahan.

"Ka.. Kamu ngomong apa sih ta.?" Vivian kelabakan mendengar pertanyaan sahabatnya.

"Udah.. Mau sampai kapan kamu menyimpan perasaan itu Vi.?" sahut Mala.

"Rasa apa.?? Nano-nano." Celetuk Vivian cemberut. Meski dalam hati memang benar adanya.

"Kamu kelamaan Vi.!! Entar kalau ditikung orang lain baru tau rasa kamu." Seru Juwita menimpali.

"Udah ah. Aku mau pulang." Vivian mengibas tangannya. "Kalian nggak mandi juga.?" Tanya Vivian mengalihkan pembicaraan sambil mengenakan sandal jepitnya.

" ya mandilah. barengan aja yuk.!! mandinya disungai aja." kata mala.

" memangnya mau mandi dimana lagi.? di sumur.?" Tanya juwita sambil berdiri dan memakai sandalnya.

" ha ha ha." mereka tertawa besama sama.

Mereka berjalan menyusuri jalan setapak menuju sungai yang tak jauh dari rumah vivian. Mandi di sungai sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi mereka. Bagaimana tidak, di desa yang jauh dari perkotaan. dimana orang di kota memiliki kamar mandi sendiri dirumahnya.

Tapi tidak seperti di desa mereka yang jarang bahkan mungkin hanya 1 orang yang memiliki kamar mandi dirumahnya. Kalaupun ada, pasti orang itu adalah orang paling kaya di desa itu. Jadi mau tidak mau mereka harus mandi di sungai. Tidak hanya mandi, mencuci baju dan peralatan rumah tangga pun harus dibawa ke sungai.

Setelah selesai mandi mereka segera pulang ke rumah masing masing untuk bersiap berangkat ke TPQ untuk mengaji.

***

Dalam kamar vivian

Vivian sedang bersiap untuk berangkat ke TPQ. Berdiri di depan kaca dan sedang menyematkan jarum ke kerudung ungunya. Mengenakan rok panjang warna ungu dan atasan lengan panjang warna merah muda. perkataan teman temannya saat bermain tadi masih melekat dan mengganggu fikirannya.

Apa aku harus bilang duluan kalau aku suka sama dia. aaahhh.. itukan nggak mungkin. mau ditaruh dimana muka aku. Masak cewek harus nembak duluan sih. Fikiran vivian semerawut.

Vivian memukul kepala dengan kedua tangannya. membayangkannya saja vivian sudah sangat malu. apalagi kalau hal itu sampai terjadi. Vivian mendesah kesal memikirkan hal itu.

Vivian meraih tasnya. menghampiri neneknya yang sedang menjaga toko kelontong kecil kecilan milik keluarganya. Berpamitan dengan mencium tangan neneknya yang sudah renta.

Setelah berpamitan vivian segera berangkat ke TPQ yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Mungkin hanya berjarak 50 meter dari rumahnya. Langkah kaki vivian terhenti saat dia melihat seseorang yang sangat dia sukai. Siapa lagi kalau bukan nurdin yan baru keluar dari dalam masjid.

Nurdin tersenyum melihat kedatangan vivian dan berjalan menghampirinya. Vivian yang mengetahui hal itu merasa sangat gugup dan canggung. Dia berusaha menenangkan hatinya. Entah dia harus merasa senang atau malah merasa canggung.

Ya Alloh.. aku harus gimana nih.? kenapa dia kemari sih.. vivian menggerutu dalam hati.

" sendirian.?" tanya Nurdin yang sudah berdiri tepat didepan vivian.

" i.. iya kak." jawab vivian gugup sambil sesekali menggigit bibir bagian bawah dan meremas tangannya sendiri.

Kenapa hatiku dag dig dug gini sih. tenang vi.!! Kamu harus terlihat tenang. hati vivian berkecamuk.

Karena umur nurdin 2 tahun lebih tua dari vivian maka vivian memanggilnya kakak. Nurdin melihat tingkah vivian yang aneh hanya bisa menahan senyum.

" ya udah. aku masuk dulu ya." lanjut nurdin sambil menutupi mulutnya sendiri.

" i.. iya kak." lagi lagi vivian gugup dan meremas keras jari jarinya.

Nurdin pergi meninggalkan vivian yang masih mematung karena kegugupannya. vivian menelan ludahnya sendiri berkali kali.

Ya ampun vivi.. kenapa kamu bisa begitu gugup di depan dia. kenapa jawabnya iya iya terus sih. vivian memarahi dirinya sendiri yang tak bisa berkutik di depan orang yang disukai.

Baru beberapa langkah nurdin berbalik dan menoleh pada vivian. vivian yang sedari tadi memandangi punggung nurdin langsung melotot salah tingkah karena tatapan mereka bertemu. vivian segera melempar pandangannya ke arah lain.

Nurdin yang mengatahui hal itu hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya menjauhi vivian.

Apa dia tau kalau aku memandangi dia dari tadi.. ya ampun vivian kamu bodoh banget sih. mau ditaruh dimana muka ku ini.

Saat vivian larut dengan kegugupannya pada nurdin dua sahabatnya telah berdiri di belakangnya.

" Hayooo." teriak mala dan juwita sambil menepuk bahu vivian bersamaan.

" kalian bikin jantungan aja." vivian kaget bukan main sambil mengelus dadanya sendiri.

" gimana.?" tanya mala sambil merangkul bahu vivian.

" apanya yang gimana.?" tanya vivian berlagak bingung.

" nggak usah pura pura lagi. !! kita lihat kok tadi kamu disamperin sama nurdin." lanjut mala.

" kalian udah jadian.?" tanya juwita antusias.

" jadian pala lo peyang. lagian kalian ngomongin apaan sih.?" mata vivian melotot geram melihat kelakuan dua sahabatnya yang tak henti menggodanya.

" hayo ngaku aja.!! pandangan mata mu nggak bisa lepas dari dia kan.?" sahut mala.

" udah diem." vivian menutup mulut mala dengan tangannya. " udah masuk dulu yuk.!! entar kalau keduluan pak ustad bisa brabe urusannya." vivian merangkul bahu mala dan juwita.

Mereka bertiga masuk ke dalam kelas sambil sesekali tertawa bersama. Di dalam ruangan 6x8 meter yang di bagi menjadi 2 yang di pisahkan hanya dengan sebuah kayu triplek. bertujuan untuk memisah antara santri perempuan dan laki laki.

Nurdin sedang membaca surat ar rohman. meski vivian tak dapat melihatnya secara langsung namun suara yang sangat merdu itu sudah membuat hatinya meleleh. Dan tanpa sadar vivian senyum senyum sendiri. Mala dan Juwita hanya terkekeh melihat tingkah Vivian yang konyol.

" woi. kamu lagi kesambet ya.?" Tanya Mala sambil tersenyum menggoda. Wajah Vivian langsung cemberut mendengar celoteh temannya.

" iya. dia lagi kesambet dewi cinta." Sahut Juwita dan disambut gelak tawa keduanya.

Vivian semakin geram dan langsung membungkam mulut kedua temannya itu.

" Kalian bikin malu aja.!! suara vivian berbisik pada keduanya. " udah diem.!! kalau nggak aku sumpal pakek sandal jepit mau.?" gertak vivian.

Mala dan Juwita hanya menggangguk paham. mereka tak dapat bersuara karena mulut mereka yang terbungkam dengan tangan Vivian. Vivian melepas kedua tangannya. Namun Mala dan Juwita malah tertawa terbahak bahak.

Aduuuhhh... mereka ini bikin malu aja..

Salah Sasaran

Setelah sorenya mengaji di TPQ berlanjut malamnya mengaji di masjid dan dengan orang yang sama seperti sore harinya. Malam ini seperti biasa tiga gadis kecil telah selesai setoran hafalan pada ustadzah mereka. Mereka sedang duduk bersantai di teras depan kediaman ustadah sambil menikmati jambu biji yang telah dipetik Mala dari belakang rumah ustad Fathon suami dari ustadah Yuni. Meski kami adalah anak perempuan tapi kemampuan kami untuk memanjat pohon tak kalah hebat dengan anak laki-laki.

"Gimana Vi apa kamu sudah siap.?" Tanya Mala sambil menggigit buah jambu yang ada ditangan kanannya.

"Siap apa.?" kata Vivian cuek sambil menggigit buah jambunya sendiri.

"Hadeh.. kamu lola banget sih Vivian. Parah parah". Juwita geleng-geleng kepala.

"Kalian ini kenapa sih.? Bisa tidak kita makan buah jambu yang manis ini dulu". Celetuk Vivian geram.

"Bagaimana kalau kita kirim surat.?" Tanya Juwita.

" No way. Mau nulis apaan coba.? Yang ada kalian malah bikin aku tambah malu". Seru Vivian.

"Ya enggak lah. Nanti aku kirim langsung ke dia. Gimana.?" Sahut Mala antusias.

Vivian terdiam dan berfikir sejenak sambil mengunyah buah jambu dalam mulutnya.

Apa benar kayak gitu.? jadi aku nggak harus ketemu dia langsung. hati vivian senang bukan main.

" Woi.!! Belum juga kita mulai sudah senyum senyum sendiri kayak orang gila". Kata Mala sambil menyenggol bahu Vivian dengan tangannya.

"Kalian apaan sih". Sahut Vivian dengan senyumnya yang mengembang.

" udah vi serahin semua sama kita". Juwita merangkul bahu Vivian dan memainkan mata ke arah Mala dan Mala membalas dengan mengedipkan sebelah matanya pada Juwita. Vivian memandang bergantian kedua temannya yang bertingkah konyol itu lalu mereka tertawa besama.

Vivian memang tak memiliki pengalaman soal hubungan percintaan karena memang baru sekarang dia suka dengan lawan jenis. Berbeda dengan Juwita yang sudah pernah berpacaran meski umur Juwita lebih muda dari Vivian. Namun Juwita lebih berpengalaman akan hal tersebut.

Akhirnya malam itu mereka memutuskan untuk menulis surat pendek yang berisi tentang perasaan Vivian pada orang yang dia suka. Siapa lagi kalau bukan Nurdin.

Setelah surat selesai ditulis oleh Juwita kini giliran Mala yang bertugas untuk menyerahkannya pada Nurdin. Vivian hanya bisa menunggu dengan gelisah. Apakah Nurdin akan membalas cintanya atau malah menolaknya. Vivian harus mempersiapkan hatinya dengan jawaban apapun dari Nurdin.

Mala menemui Nurdin diam-diam agar tidak ketahuan oleh teman-teman yang lain. Akhirnya surat itu sampai padanya. Bukannya memberi jawaban Nurdin malah meletakkan surat cinta itu begitu saja diatas meja. Karena Nurdin berfikir kalau yang mengirim surat itu adalah Mala bukan Vivian.

Tanpa sepengetahuan Nurdin ternyata Jalal mengambil surat itu dan membacanya. Terlihat seuntai senyum diujung bibirnya saat membaca surat itu. Dan dia menunjukkan surat itu pada sahabatnya yang bernama Sofyan. Sofyan tak kalah terkejut membaca surat itu dan dalam diam hati Jalal sedang berbunga-bunga.

Adzan isya berkumandang keseluruh penjuru. Malam ini giliran Sofyan yang piket adzan isya. Suara Sofyan tak kalah merdu dengan suara Nurdin. Bisa dibilang 11 12 suara mereka sangat lembut dan merdu. mungkin karena mereka masih bersaudara jadi suara merdu itu memang sudah keturunan dari keluarga mereka.

Tiga gadis itu sedang mengantri untuk berwudhu ditoilet perempuan disamping masjid.

" gimana"? Tanya Vivian pada Mala dengan penasaran.

" beres". Jawab Mala mengacungkan jempolnya.

" haduh.. aku grogi nih". Sahut Vivian sambil meremas jemarinya sendiri.

Kini giliran mereka untuk berwudhu. Mala menyelesaikan wudhunya lebih awal. dan dia segera masuk kedalam masjid. entah apa yang membuatnya terburu-buru seperti itu. Juwita dan Vivian hanya saling pandang dan mengangkat bahu mereka.

Vivian dan Juwita masuk kedalam masjid. Saat mereka duduk tiba-tiba Mala menghambur kearah keduanya.

" gawat-gawat". Kata Mala cemas.

" maksud kamu apa Mala"? Tanya Vivian heran dan mengerutkan dahi.

" Tadi habis wudhu aku langsung ngintip ditempat laki-laki. Aku lihat surat Vivian dipegang sama Jalal". Lanjut Mala sambil berbisik.

" Apa ".??? Vivian setengah berteriak dan Mala langsung membungkam mulut Vivian.

" Sssttt. Jangan keras-keras.!!" Kata Mala berbisik dan Juwita hanya diam mendengarkan.

" kok bisa".?? Vivian berbisik.

" Aku juga nggak tahu. Padahal tadi Nurdin yang terima surat itu. Aku sendiri yang ngasih ke dia". Lanjut Mala.

" Kita nggak lupa ngasih nama pengirimnya dibagian bawah surat kan".? Sahut Juwita tiba-tiba.

" what.?" Kata Vivian sambil menepuk dahinya sendiri.

" Terus sekarang gimana dong".? Tanya Mala dan memandang bergantian kedua sahabatnya yang terlihat lesu.

" udah-udah kita fikirkan lagi besok". Jawab Vivian malas.

Mala menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Bagaimana bisa mereka melakukan hal seceroboh itu. Surat yang seharusnya diterima oleh orang yang Vivian suka malah terkirim ke orang lain tanpa terduga.

Mereka melaksanakan sholat isya berjamaah dengan khusuk. Meski fikiran Vivian tidak karuan dengan adanya insiden surat salah kirim tersebut. Tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Sekarang impian Vivian untuk menyatakan cintanya pada Nurdin hanya sebatas mimpi yang takkan pernah menjadi kenyataan. Karena kecerobohan mereka sendiri yang menyebabkan semua ini.

Vivian tidak dapat menyalahkan kedua sahabatnya karena itu semua juga bukan murni kesalahan mereka. Bagaimanapun itu semua juga kesalahan Vivian sendiri. Andai saja dia punya sedikit keberanian untuk menyatakan cintanya pada Nurdin mungkin kedua sahabatnya tidak perlu terlibat dengan semua ini.

Usai melaksanakan sholat isya mereka keluar masjid untuk segera pulang.

" Maaf ya Vi ini semua salahku". Kata Juwita tiba-tiba.

" Udah nggak usah difikirin".!! Nggak apa-apa kok. Lagian aku juga salah. Kalau saja aku lebih berani buat bilang langsung sama dia mungkin ini semua tak akan terjadi". Jawab Vivian dengan senyum hangat dibibirnya.

Saat diluar pagar masjid mereka tak sengaja berpapasan dengan Jalal dan Sofyan.

Ya Allah.. kenapa jadi seperti ini. kenapa juga aku tidak mengecek surat itu sebelum diserahkan ke Nurdin. ceroboh.. ceroboh.. mau ditaruh dimana mukaku ini.

" Hai Vi mau pulang ya".? Tanya Jalal tiba-tiba membuat langkah mereka terhenti dan Vivian kelabakan ingin menjawab apa. kedua sahabatnya hanya diam dan saling pandang satu dengan yang lain. Tumben Jalal menyapa mereka seperti itu. Ini merupakan momen langka.

" i iya kak". Jawab Vivian gugup.

" Hati-hati dijalan ya". Lanjut Jalal dengan senyum dibibirnya dan segera berjalan menjauhi mereka bertiga yang masih diam ditempat.

" Vivian itu barusan apa".? Tanya Mala menatap Vivian tanpa berkedip.

" Aduh aku juga nggak ngerti. Jangan tanya aku".!! Sahut Vivian dengan raut muka cemas.

" Kalau menurut aku. Kayaknya Jalal fikir kamu suka sama dia. Dan dia juga diam-diam suka sama kamu". Jelas Juwita sambil memegang dagu dan menganggukan kepalanya.

" udah diam".!! Vivian menggelengkan kepalanya sendiri.

" pulang-pulang". Lanjut Vivian sambil menggandeng lengan kedua sahabatnya untuk segera meninggalkan tempat itu.

kenapa jadi kayak gini sih..?? Vivian menggerutu dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!