Hoammmm
Gadis cantik nan imut itu menguap dengan bibir terbuka lebar tanpa berusaha untuk menutup mulutnya, ini sudah ke ke 7 kalinya, eh salah ke 8 kalinya, atau mungkin yang ke 9 kalinya, terserah deh, yang jelas gadis cantik bernama lengkap Naomi Larasati itu sudah menguap berkali-kali, dia tidak bersusah-susah menutup bibirnya alias tidak berusaha untuk menjaga imej, hal ini sengaja dia lakukan supaya laki-laki yang kini ada dihadapannya mengerti kalau dia bosan dengan apa yang tengah diocehkan sejak tadi oleh sik laki-laki, dan dengan begitu Naomi berharap laki-laki yang dikenalnya bernama Sudirman bin suderajat itu menghentikan bibirnya yang sejak ngoceh karna Naomi sama sekali tidak paham dengan apa yang di omongkan oleh sik Sudirman.
Sekilas tentang Naomi, nama lengkapnya adalah Naomi Larasati, dia bersekeloh disalah satu SMA elit di Jakarta yaitu SMA PERTIWI dan saat ini duduk dibangku kelas XII, gadis cantik berparas imut yang saat ini menginjak usia ke 17 tahun itu terobsesi untuk mencari laki-laki yang mau menikahinya begitu dia lulus SMA, tipe laki-laki yang dia inginkan adalah, tidak perlu tampan, dan jangan yang jelek juga, ya sedang-sedanglah, punya pekerjaan tetap dan pastinya mapan dari segi materi dan yang paling penting adalah siap menikahinya begitu dia lulus sekolah menengah pertama.
Dilihat dari umur, Naomi masih tergolong kecil dan belum waktunya untuk menikah, dia seharusnya menikmati masa mudanya, tapi kok dia kelihatan ngebet untuk menikah, dia memang ngebet untuk nikah, tapi bukan karna ngebet ingin merasakan surga dunia, dia ngebet mencari calon suami, karna begitu lulus sekolah, om dan tantenya berniat menikahkannya dengan juragan beras kaya raya dan juragan itu bersedia memberikan banyak uang kepada om dan tantenya sebagai mahar disaat pernikahannya nanti, menurut om dan tantenya, cara itu adalah sebagai balas jasa Naomi kepada mereka karna sejak kecil mereka telah merawat Naomi hingga dewasa begini, karna kebetulan Naomi adalah gadis yatim piatu, orang tuanya meninggal saat Naomi baru duduk dibangku kelas 2 SD.
Kalau orang yang akan dinikahkan dengannya memiliki tampang oke dan berkpribadian baik tentunya Naomi tidak akan menolak, nah ini, sudah tua, perut buncit, istrinya 4 lagi dengan jumlah anak 12, siapa yang mau kalau laki-lakinya seperti itu, bahkan Naomi yakin, sapi perawanpun tidak akan mau sama Juragan beras tukang kawin itu.
Dan kembali ke restoran, tempat Naomi bertemu dengan kencan butanya dengan laki-laki bernama Sudirman.
Meskipun sudah menguap berkali-kali untuk memberi sinyal kalau dia sudah bosan mendengar ocehan sik Sudirman, tapi entah tidak mengerti beneran atau memang pura-pura tidak mengerti sehingga sik Sudirman bukannya menghentikan ocehannya, dia malah menggebu-gebu menceritakan tentang tehnologi yang merupakan bidang pekerjaan yang dia geluti, dan sedikitpun Naomi tidak mengerti dengan apa yang sejak tadi diocehkan oleh Sudirman.
"Ya Allah ya Robbi, mahluk apa sieh yang ada dihadapanku ini, tidak punya kepekaan sama sekali." Naomi hanya menyuarakan kejengkelannya dalam hati.
Naomi jadi tidak berselera menyantap hidangan lezat yang kini ada dihadapannya, dia hanya makan sedikit dan langsung kekenyangan karna repetan Sudirman yang tidak henti-henti saat baru tiba sampai sekarang, Tehnologi itu beginilah, tehnologi itu begitulah, difikirnya Naomi peduli apa.
"Setan memang kutil dua itu, nyariin gue calon suami gak ada yang bener, kalau tidak membosankan kayak gini, ya ketuanlah, rambutnya pada rontoklah, giginya tonggoslah, gayanya kemayulah, minggu depan entah apa lagi yang bakalan gue temui, mungkin giginya yang pada rontok."
Tiap malam minggu Naomi melakukan kencan buta yang diatur oleh sahabatnya yaitu Cepi dan Choki, dan ini adalah laki-laki ke lima belas yang menjadi kencan buta Naomi, dari kelima belas laki-laki yang ditemui termasuk yang saat ini masih merepet dihadapannya, satupun tidak ada yang cocok, ada sieh yang cocok satu, wajahnya lumayan dengan penghasilan mencukupi, sayangnya laki-laki itu belum siap untuk menikah dalam waktu dekat, yah, jadinya Naomi memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan laki-laki tersebut daripada buang-buang waktu, karna fokusnya saat ini adalah mencari suami, bukan cari pacar.
"Gue ke toilet dulu." potong Naomi tanpa sopan santun saat Sudirman dengan mengebu-gebunya menjelaskan tentang ini itu.
Tanpa menunggu jawaban dari Sudirman, Naomi langsung berdiri dan meninggalkan Sudirman yang telat menjawab.
"Ohhh, oke." jawabnya sambil menatap punggung Naomi yang berjalan menjauh.
****
Jarak beberapa meter dari meja yang ditempati oleh Naomi dan sik Sudirman, duduk sepasang kekasih yang dilihat secara kasat mata terlihat sempurna, yang laki-laki tampan dan yang perempuan cantik, mereka tampak serasi dan membuat orang yang melihatnya iri.
Mereka terlihat begitu mesra dengan tangan saling bertaut satu sama lain diatas meja.
Sik laki-laki mendekatkan tangan sik wanita yang ada digenggamannya ke bibirnya, pandangan matanya sarat akan cinta, laki-laki itu adalah Erlando Whisnutama, seorang pengusaha sukses dikota ini.
"Aku sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kita sayang."
"Aku juga mas, aku sangat menantikan hari bahagia itu, dimana aku menggandeng lenganmu dipelaminan dan resmi menjadi nyonya Whisnutama." lisan gadis yang merupakan kekasih Erland bernama Isabella Aurora atau yang akrab dipanggil Bella.
"Kamu pasti akan sangat cantik dalam balutan gaun pengantin yang telah kita pesan, dan aku akan menjadi laki-laki paling beruntung di dunia ini karna bisa menikahi gadis secantik kamu."
Iya, dua pasang kekasi itu memang merencanakan pernikahan dalam waktu dekat, bahkan persiapan pernikahan telah mencapi 85 %.
"Aku juga tentu sangat beruntung menikahi laki-laki yang menjadi incaran banyak wanita dikota ini, lihat saja ke sekelilingmu mas, sejak kita memasuki restoran ini, mata gadis-gadis disini langsung tidak berkedip menatapmu, aku jadi cemburu."
Erland terkekeh, "Meskipun banyak yang melihatku, tapi aku hanya melihat kamu sayang." kembali Erland mengarah tangan putih mulus kekasihnya ke bibirnya, "Jadi, kamu jangan cemburu, karna aku tidak akan berpaling darimu."
Bella tersenyum lebar, dia sama sekali tidak meragukan kata-kata kekasihnya itu Erland memang laki-laki setia yang sangat sulit jatuh cinta.
Mereka terlihat benar-benar bahagia dan saling mencintai seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua yang lain hanya nebeng.
***
Di toilet, Naomi merutuk didepan cermin panjang yang ada didepannya.
"Uhhhh, bener-bener kesel gue, guekan kesini niatnya mau cari calon suami, bukannya mau mendengar kuliah umum yang disampaikan oleh sik Sukijat itu, eh salah, sik Sukirman, ehh sepertinya namanya bukan Sukirman deh, Sudirman, ah terserahlah siapapun namanya gue gak peduli. Percuma kan gue dandan habis-habisan begini kalau hanya ketemu sama komputer rusak begitu."
Naomi memang dasarnya sudah cantik, ditambah sedikit polesan make up diwajahnya membuatnya semakin cantik dan bersinar, ditambah dengan gaun cantik yang membalut tubuhnya dan highils yang terpasang di kakinya membuatnya semakin memukau, yahh meskipun gaun dan sepatu itu bukan miliknya sieh karna itu milik Cepi sahabatnya.
Cepi, gadis itu bertubuh bulat dan agak berisi, tapi entah kenapa, dia suka sekali mengoleksi gaun-gaun imut dan sepatu-sepatu hak tinggi, padahal gaun-gaun itu hanya menjadi pajangan doank dilemarinya, atau kadang dipinjam sama Naomi saat dirinya tengah kencan buta, seperti yang saat ini dia lalukan.
"Bete gue, itu juga sik kutil dua itu, bener-bener ya mereka itu gak bisa diandelin, gak pernah bener nyariin calon buat gue, gak ikhlas banget sieh mereka membantu sahabat mereka ini."
Setelah puas memuntahkan kekesalannya didepan cermin, Naomi akhirnya memutuskan keluar dari toilet, tentu saja dia tidak akan kembali ke dalam, dia berniat untuk pulang meninggalkan Sudirman, masa bodolah sama sik Sudirman, Naomi tidak peduli, daripada dia mati bosan mendengar ocehan sik Sudirman yang tidak ada habis-habisnya seperti jalan tol.
Naomi berjalan terburu-buru tanpa memperhatikan langkahnya, dan tiba-tiba
Brukk
Naomi menabrak sebidang dada kokoh yang membuatnya terjengkang kebelakang dengan bokong lebih dulu mencium lantai.
"Aduhhh, bokong gue." Naomi mengaduh kesakitan sembari memegang bokongnya, dia jatuh cukup keras, jadi wajar kalau dia kesakitan.
"Astaga." orang yang ditabrak oleh Naomi merasa bersalah, apalagi melihat Naomi mengaduh kesakitan begitu.
Laki-laki yang menabrak Naomi yang tidak lain adalah Erland tentu saja mengulurkan tangannya untuk membantu, "Maafkan saya dek." dalam hal ini sebenarnya Erland tidak salah, Naomi yang jalannya tidak lihat-lihat, meskipun begitu, Erland tetap merasa bersalah dan meminta maaf.
Naomi menatap telapak tangan besar yang kini ada didepan matanya, dan perlahan dia mendongak menatap pemilik tangan tersebut, matanya bersitatap dengan mata coklat tua milik Erland yang menatapnya lembut karna merasa bersalah sampai membuat anak gadis orang sampai terjatuh, Erland berharap gadis itu tidak apa-apa dan tidak perlu sampai dibawa ke rumah sakit.
Naomi bukannya menyambut uluran tangan Erland, dia malah marah-marah dan menyalahkan Erland, "Heh om, kalau jalan lihat-lihat donk, sampai jatuh ginikan gue, kalau gue kenapa-napa gimana, om mau tanggung jawab."
Meskipun merasa bersalah, tapi mendengar dirinya disalahkan apalagi sik gadis berteriak-teriak begitu tentu saja membuat Erland tidak terima, karna memang pada dasarnya dia tidak bersalah, oleh karna itu, Erland menarik kembali tangannya, "Sudah bagus aku minta maaf duluan meskipun aku gak salah, ehh kamu malah menyalahkan aku seenaknya." balas Erland.
Naomi berusaha untuk berdiri, kakinya sedikit sakit, "Apa om bilang, aku yang salah, jelas-jelas om yang salah, dihhh mentang-mentang tua, merasa benar lagi." Naomi malah semakin nyolot.
Erland yang baru berumur 28 tahun itu tidak terima dipanggil om, apalagi sampai dibilang tua oleh gadis ingusan yang tidak tahu sopan santun yang kini ada dihadapannya, "Heh bocah, jaga mulut kamu ya, aku tidak setua itu ya sampai kamu panggil om."
Naomi mendengus, "Emang om ganteng sieh, tapi jangan menolak tua juga kali om, tuh garis kerutan dibawah kelopak mata om sudah terlihat jelas, makanya om, kalau tahu sudah tua begini pakai krim anti aging untuk mencegah penuaan dini."
Waduh, mereka jadi berantem gini, pakai bawa krim anti aging segala lagi.
"Ya Tuhan bocah ini, bikin aku emosi saja, sabar Erland, sabar, anak ini masih kecil, suka ceplas-ceplos tidak tahu apa yang dia ucapkan, jadi kamu yang sudah dewasa ngalah." Erland berusaha untuk memperingatkan dirinya supaya emosinya tidak terpancing.
"Kalau kamu sudah selesai ngocehnya gadis kecil, tolong kasih jalan karna aku mau ke toilet." yah, pada akhirnya Erland lebih memilih untuk mengalah daripada meladeni repetan gadis kecil yang menurutnya tidak penting.
"Dihhh, dasar om-om tidak bertanggung jawab, sudah nabrak, main pergi aja."
"Apa sieh maunya bocah ini." desah Erland mulai kesal.
"Terus kamu mau saya itu ngapain." ujarnya mulai gregetan.
"Ya…."
"Naomiii."
Naomi menggantung kata-katanya demi mendengar suara yang dikenalnya memanggil namanya.
"Sialan, itu Sudirman." tanpa basa-basi lagi, Naomi langsung kabur.
Erland menggeleng melihat kelakuan gadis kecil yang menabraknya, bukannya minta maaf, malah gadis itu balik menyalahkannya, "Dasar bocah ingusan." gumamnya melanjutkan perjalanan ke toilet.
****
"Lho mas, kenapa wajah kamu bete gitu." tanya Bela saat melihat wajah tunangannya itu terlihat masam begitu kembali dari toilet dan kembali ke meja mereka.
"Aku kesel sayang, masak ada bocah yang nabrak aku, dan aku berniat membantunya, ehh malah dia menyalahkan aku." curhat Erland, "Dia manggil aku om lagi, bener-bener tidak sopan."
Mendengar cerita Erland Bela malah terkekeh geli.
Erland yang melihat sang tunangan mentertawakannya merasa tersinggung, "Kenapa kamu malah tertawa, emang kamu fikir lucu kalau aku dipanggil om."
"Mas mas, kamu itu ya." Bella menggeleng, "Laki-laki dewasa seperti kamu ini masih saja meladeni hal sepele seperti itu, malah pakai bete segala lagi, kamu persis seperti ABG labil tahu."
"Siapa yang tidak kesel coba dipanggil om, malah bocah itu nyolot lagi tidak mengaku kalau dirinya yang salah."
Bella mengelus punggung tangan Erland yang tergeletak dimeja, "Sudahlah mas, jangan bete hanya masalah sepele begitu, lebih baik kita pulang saja yuk." ajak Bella dengan suara lembutnya.
Dan suara lembut Bella memang sejak dulu selalu mampu menenangkan Erland, buktinya Erland yang tadinya bete kini mampu tersenyum.
****
Choki menghentikan motornya tepat didepan gerbang rumah tante dan omnya Naomi, begitu motor berhenti sempurna, Choki menekan klakson untuk memberitahu Naomi kalau dia sudah sampai didepan rumah, namun yang keluar bukan Naomi tapi tante Koni tantenya Naomi, tante jahat yang berniat menjual keponakannya pada juragan beras tukang kawin.
"Pagi tan." sapa Choki pura-pura ramah, padahal mah aslinya, dia benci banget sama tantenya Naomi itu.
"Saya tahu ini pagi, kamu fikir mata saya rabun apa." jawab tante Koni judes.
"Idihhh, nyesel gue nyapa." desis Choki dalam hati, "Besok-besok gue bawain kuah sop basi dari rumah gue dan gue lemparin ke wajahnya yang mirip kuda." itu niat jahat Choki.
"Kamu mau nyari Naomikan." tanya tante Konu karna dia sudah sering melihat Choki wara-wiri tiap hari mengantar jemput Naomi.
"Iya tan."
Tante Koni dan om Juki memiliki anak perempuan yang seumuran dengan Naomi yang bernama Saripah Aeni yang biasa dipanggil Ipeh, dan mereka sekolah di SMA yang sama pula yaitu SMA PERTIWI, Ipeh yang membawa motor meskipun mereka sekolah ditempat yang sama tidak pernah mau mengajak Naomi ikut bersama, Naomi juga ogah deket-deket dengan sepupunya itu, takut ketularan penyakit iri dan dengki katanya.
"Kamu pacarnya Naomi." tanya tante Koni curiga karna tiap hari melihat Choki mengantar jemput keponakannya, jadi wajarlah dia memiliki pemikiran seperti itu.
Choki buru-buru membantah, "Ohhh tentu saja bukan tante, saya ini adalah sahabatnya Naomi, meskipun Naomi cantik, tapi tipe saya adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan, bukan wanita galak dan bar-bar seperti Naomi."
"Baguslah kalau begitu, karna anak itu sudah saya jodohkan dengan orang yang kaya raya dan begitu dia lulus langsungkan akan saya kawinkan."
"Aduh, jahat banget ini tante, tega banget menjual keponakannya sama bandot tua." prihatin Choki dalam hati melihat nasib sahabatnya, tidak heranlah dia kalau Naomi benar-benar gencar menekannya dan Cepi untuk mencarikannya calon suami supaya tidak sampai menikah dengan Juragan Romli.
Dan berbarengan dengan itu, Naomi terlihat keluar dan berjalan menghampiri Choki, tante Koni langsung pergi meninggalkan Choki begitu melihat kedatangan Naomi.
Saat berpapasan, tante Koni berpesan pada Naomi, "Inget ya Nom, begitu sekolah usai, kamu harus langsung pulang, jangan keluyuran, banyak kerjaan tuh menumpuk untuk kamu kerjakan, potong rumput, ngepel, nyetrika, nyuci, bla bla." kalau diabsen satu persatu tidak akan habis-habis saking banyaknya pekerjan yang harus Naomi kerjakan, dia sudah seperti pembantu gratis saja, seharusnya sieh itu sudah lebih dari cukup untuk membalas jasa tante Koni dan om Juki yang mau menampung dan membesarkan Naomi, toh Naomi tinggal disana juga tidak gratis, tapi memang dasar maruk mereka, hanya karna uang mereka berniat menikahkan Naomi dengan juragan kaya raya, lebih tepatnya sieh akan menjual Naomi.
"Kenapa tidak sekalian juga gue disuruh nyangkul aspal, nguras air laut." tambah Naomi dalam hati.
Setelah menyampaikan pesan tersebut, tante Koni kembali melanjutkan langkahnya, begitu juga dengan Naomi yang menghampiri Choki.
Begitu tiba dihadapan Choki, tanpa basa-basi, Naomi langsung menggeplak kepala sahabatnya, hal tersebut membuat Choki yang masih duduk dimotornya agak oleng, untungnya dia masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga dia dan motornya tidak sampai jatuh.
"Apaan sieh lo, datang-datang main tangan saja." omelnya.
"Lonya yang apaan, nyariin teman kencan buat gue gak ada yang benar, lo mau lihat gue nikah sama bandot tua itu hah."
"Astagaa, kenapa lo malah nyalahin gue, salahin sana biro jodohnya, guekan sudah merequest detail cowok yang lo inginkan, kalau yang datang mahluk dari dunia lain ya itu sieh derita lo ya Nom."
"Ihhh menyebalkan sekali." Naomi mendengus kesal mendengar jawaban sahabatnya, "Pokoknya, gue gak mau tahu, minggu depan lo harus nyari cowok yang agak layak sebagai kencan buta gue, awas saja kalau yang datang mahluk purba lagi."
"Iya iya, masalah itu ntar gue dan Cepi yang fikirin, lo terima beres deh, sekarang lebih baik kita cus kesekolah, lo lihat nieh sudah jam berapa." Choki memperlihatkan jarum jam yang tertera pada arloji ditangannya.
"Astaga." kaget Naomi, karna keasyikan memarahi Choki dia jadi lupa waktu, kalau telat bisa kena hukum mereka.
"Minggir Chok." perintah Naomi karna dalam keadaan genting begini dia yang selalu membawa motor supaya bisa tiba disekolah tepat waktu.
Choki nurut, dia turun dan membiarkan Naomi yang memegang kendali, karna disaat waktu sudah mepet begini, Naomi paling bisa diandalkan.
****
"Anjirrr." heboh Choki melihat pak Salim akan menutup gerbang, "Gerbang mau ditutup tuh Nom, buruan cepatan."
"Iya gue lihat bawel." ketus Naomi menaikkan angka kecepatan.
"Pakkk." teriak Choki melengking, "Jangan tutup gerbangnya dulu."
Namun pak Salim yang terkenal disiplin dan tidak pernah menolerir yang namanya sebuah keterlambatan mana peduli dengan permintaan Choki.
Tiga detik, dua detik, satu detik dan gerbangpun tertutup sempurn dari dalam bertepatan dengan suara prank yang cukup berisik, itu adalah bunyi tabrakan antara motor milik Choki dan gerbang yang terbuat dari besi yang menimbulkan suara yang cukup heboh.
Otomatis dua mahluk itu mengaduh kesakitan karna tabrakan itu.
"Aduhhh, bokong gue Nom." Choki mengaduh sembari memegang bokongnya yang terasa nyeri.
Tapi gak ada yang terluka, palingan hanya lecet sedikit doank, jadinya setelah mengaduh selama kurang lebih dua detik, baik Naomi dan Choki kembali berdiri, mereka berdua sieh memang tidak apa-apa, sudah kebal mereka dengan yang namanya jatuh, tapi motor Choki yang sekarat.
"Astagaa Nom, lihat motor gue, ringsek, mana lampu depannya pecah lagi." Choki ngeri melihat kerusakan motornya akibat tabrakan barusan.
"Duhh lo itu ya Chok, jangan fikirin motor dulu, fikirin dulu bagaimana caranya masuk."
"Gimana gak difikirin, ini sudah kelima kalinya lo bawa motor gue nabrak kayak gini, lo lihat nieh kondisinya, parah gila, untung motor gue tahan banting."
"Masalah itu gampang, ntar kita bawa ke bengkel langganan kita elahhh, gitu aja lo heboh kayak emak-emak alay."
Choki hanya mendengus mendengar jawaban sahabatnya itu.
***
"Pak Salim, bukain donk pak plisssss." bujuk Naomi pada pak Salim sekuriti sekolah yang kini berdiri dari balik gerbang, "Kami ada ulangan hari ini."
"Tidak bisa." tandas pak Salim tegas.
"Astaga, bapak ini kok tega sieh, kami ada ulangan lho pak nanti."
"Memangnya saya peduli, siapa suruh kalian terlambat." ketus pak Salim yang tidak menolerir keterlambatan.
Karna dengan cara memohon tidak membuat pak Salim luluh, Naomi mengubah strateginya.
"Pak Salim kok tampan sekali ya hari ini, terlihat keren, dan itu lho mirip artis bolywood, siapa itu namanya...." Naomi pura-pura mengingat.
"Akshay Kumar." sambung Choki asal-asalan mendukung kebohongan sahabatnya, mirip Akshay kumar dari Afrika, dilihat segi manapun, sedikitpun pak Salim tidak ada mirip-miripnya dengan Akshay Kumar, satu-satunya yang sama adalah, dua laki-laki itu sama-sama memiliki bulu lebat di bagian dadanya.
"Jangan berlebihan kalian ya." tandasnya jengkel, pak Salim tidak mempan dijilat oleh dua remaja tersebut.
Ternyata pak Salim sadar diri juga kalau dia memang dirinya tidak ada mirip-miripnya sedikitpun dengan Akshay Kumar, bintang film Holywood terkenal dari India itu.
"Lebih baik sana kalian pulang saja, percuma kalian memohon dan memuji-muji saya, itu tidak akan mempan." pak Salim mengibas-ngibaskan tangannya mengusir.
"Kalau kami belikan rokok." cetus Choki.
"Saya juga tidak mempan disogok, sana lebih baik sana kalian pulang, dan saya ingatkan, besok-besok jangan terlambat lagi."
"Yahhh, pak Salim gak asyik." desah Choki dan Naomi pasrah.
Disaat tengah putus asa begitu, tiba-tiba sebuah pertolongan dari malaikat berwujud manusia datang tepat waktu, malaikat yang bernama Elang Putra Arsaja, ketua osis SMA PERTIWI, laki-laki yang selama ini menaruh rasa sama Naomi.
"Haha, Elang hadir, selamatlah kita." bisik Choki ditelinga Naomi begitu melihat malaikat penolong mereka, lebih tepatnya sieh malaikat penolong Naomi, karna kalau hanya Choki yang telat, sudah pasti Elang tidak akan turun tangan.
Naomi hanya diam tidak merespon bisikan sahabatnya itu.
Elang melihat sesaat ke arah Naomi, dia tersenyum, namun Naomi bukannya membalas senyum yang dilempar oleh Elang, dia malah langsung menunduk, dia benar-benar menghindari kontak mata dengan Elang.
"Pak, tolong bukain pintu gerbangnya untuk mereka ya, kami ada ulangan soalnya hari ini, kasihankan kalau mereka tidak sampai ikut, bisa tidak naik kelas mereka." pinta Elang dengan sopan.
Dari tadi Naomi dan Choki ngerengek-rengek, bahkan sampai berbohong segala dengan mengatakan pak Salim mirip Akshay Kumar, tapi sedikitpun tidak membuat pak Salim luluh, eh giliran Elang yang meminta, pak Salim langsung mengiyakan bagai kerbau dicucuk hidungnya.
"Baiklah karna kamu yang meminta Elang, tapi lain kali bilang sama teman-teman kamu itu supaya disiplin dan menghargai waktu."
"Pasti saya akan memberitahu mereka pak."
Pak Salim kemudian membukakan gerbang untuk Naomi dan Choki.
Choki dibantu oleh Naomi mendorong motor Choki yang ringsek akibat tabrakan barusan, "Lainkali jangan terlambat lagi." peringat pak Salim saat mereka melewati pak Salim.
"Iya pak." jawab Naomi dan Choki serempak.
Dan tidak lupa juga mereka berterimakasih pada Elang.
"Terimakasih ya Elang, lo baik banget deh, coba kalau gue cewek, gue pasti sudah naksir berat sama lo." Choki menyentuh dada Elang, dan gayanya dibuat gemulai, dan itu berhasil membuat Elang bergidik dan mundur ke belakang.
"Choki, jail banget sieh lo." semprot Naomi melihat tingkah iseng sang sahabatnya yang menggoda Elang.
"Hehe." Choki terkekeh, "Bercanda Lang, gitu saja takut, tapi beneran sieh, kalau gue cewek gue pasti gue naksir sama lo." mengedipkan matanya genit.
Bulu kuduk Elang jadi berdiri.
"Chok." Naomi menekan suaranya untuk memperingatkan sahabatnya.
"Iya iya maaf." Choki kemudian berjalan duluan menuntun motornya menuju parkiran.
"Mmmm, makasih ya Elang." ucap Naomi dengan pandangan agak ditundukkan karna tidak berani menatap mata hitam tajam milik Elang.
"Sama-sama Nom, lain kali jangan terlambat lagi ya."
"Iya, makasih sekali lagi karna lo selalu nolongin gue."
"It's okay, itu gunanya temankan."
"Hmm, kalau gitu gue duluan ya Lang."
Elang mengangguk.
Naomi berjalan dengan langkah cepat menyusul Choki.
"Ekhem ekhem." Choki berdehem saat Naomi menjejeri langkahnya yang saat ini tengah menuntun sepeda motornya, "Yang beruntung ditaksir sama ketua osis, melakukan pelanggaran selalu ada yang nyelametin euy." goda Choki.
"Diam ah Chok, jangan goda gue terus." bentak Naomi.
"Kenapa, takut ya iman lo akan goyah dan pada akhirnya tergoda dengan ketampanan sang ketua osis yang baik hati."
"Jangan banyak omong, cepatan dorong." tandas Naomi berjalan cepat meninggalkan Choki dibelakang.
"Heii Nom, bantuin dorong etdah, main tinggal aja lo."
"Lo cowok apaan sieh, dorong motor seringan kapas saja merengek minta dibantuin segala."
"Anjirr, sekate-kate lo kalau ngomong, logam 100 kilo begini lo bilang seringan kapas."
"Jangan lebay deh lo Chok." tandas Naomi dan meninggalkan sahabatnya itu dibelakang.
"Nommm, busettt, tungguin gue anjir."
****
Setibanya mereka dikelas, Cepi salah satu sahabat Naomi melambai dengan heboh begitu melihat Naomi dan Choki yang baru tiba dikelas.
"Kutillll." teriaknya.
"Busettt sik kutill, blus onnya merah banget, kayak badut dia." bisik Choki mengomentari dandanan Cepi.
"Diam lo ah, jangan kerjaan lo ngomentarin orang mulu." tandas Naomi.
Naomi langsung ngacir menuju mejanya, dia dan Cepi menempati meja yang sama, sedangkan Choki berjalan ke arah bangkunya.
"Gimana gimana semalam kencan buta lo, berjalan dengan lancarkan, sesuai dengan harapankan cowok yang jadi kencan buta lo." rongrong Cepi begitu Naomi mendudukkan bokongnya, dia benar-benar kepo.
Naomi memampangkan wajah bete, dari sana saja Cepi bisa menebak kalau pertemuan itu tidak berjalan baik.
"Semuanya tidak berjalan dengan baik, hanya Saka cowok yang jadi kencan buta gue yang sesuai dengan selera gue, tapi sayang tuh cowok tidak punya keinginan menikah dalam waktu dekat." Naomi mengeluh.
"Lo gak sreg lagi nieh dengan yang semalam."
"Gimana mau sreg Kutill, orang yang datang mahluk purba begitu, anjir yah, ngomong sama dia gue berasa dibacakan dongeng sik kancil mencuri timun, bikin ngantuk."
Demi mendengar cerita sahabatnya tentang kencan buta yang tidak berjalan lancar, kencan buta yang telah dia dan Choki rencanakan untuk sahabatnya yang ngebet nikah setelah lulus SMA, Cepi tidak bisa menahan tawanya.
"Hahaha." dia tertawa ngakak.
"Lo fikir lucu." Naomi cembrut karna Cepi menganggap ceritanya sebagai sebuah lelucon.
"Mahluk purba, haha." Cepi sampai memegang perutnya saking gelinya, "Kok bisa ada mahluk purba nyasar dizaman modern begini, gue tebak, pasti mahluk purbanya hanya pakai penutup yang ada diselangkangan ya." Cepi malah bercanda.
"Gue serius anjirrr, lo malah bercanda."
"Iya iya maafkan gue."
"Terus terus gimana." kepo Cepi bener-bener ingin tahu kelanjutan dari kencan buta yang dilakukan oleh Naomi semalam.
"Ya gak ada terus-terusan, ya gue tinggal saja, malas banget kalau gue dengerin mahluk purba itu ngoceh."
"Astaga, lo itu ya Nom, bener-bener sadis parah, gimana kalau tuh orang kebingungan nyariin lo."
"Mana gue peduli."
"Jahat lo ya."
Saat itu Elang masuk, dan kebetulan mata Cepi mengarah ke arah pintu, dan biasa, saat pertama kali masuk, mata Elang pasti tertuju pada bangku dimana Naomi duduk.
Cepi memberitahu, "Elang tuh Nom, dia mandangain elo."
Otomatis Naomi memandang ke arah pintu, mata mereka bersirobok, Elang tersenyum dan menganggukkan kepalanya, namun Naomi lagi-lagi membuang pandangan dan tidak membalas senyuman Elang.
"Lo yang disenyumin malah gue yang meleleh kayak karamel."
"Kenapa sieh lo gak sama Elang saja Nom, jelas-jelas Elang menyukai elo."
"Ya jelas gak maulah, guekan nyari calon suami yang mau nikahin gue begitu lulus SMA, bukannya nyari pacar."
"Ya lo ajak saja Elang nikah begitu kita lulus, kelarkan perkara, daripada lo kencan buta tiap minggu tapi gak ada yang cocok."
"Sudah pasti gak maulah dia, cowok berprestasi seperti Elang itu gak mungkin mau nikah muda, apalagi nikah setelah lulus SMA, itu sangat sangat mustahil, dia pasti akan mengejar cita-citanya dengan kuliah diluar negeri, dan seandainya dia mau nikahin gue, dia mau nafkahin gue pakai apa, minta ke orang tuanya, disini jelas guelah yang gak mau."
Sebenarnya kalau ditanya apakah Naomi suka sama Elang, jelaslah Naomi suka sama Elang, siapa sieh yang bisa menolak pesano Elang yang good loking, pintar dan jago bela diri lagi, ditambah lagi ketua osis, Elang itu benar-benar paket komplit dah, sayangnya karna Naomi mencari calon suami bukan pacar, makanya dia selalu mengabaikan perhatian Elang, dia juga tidak pernah mau menatap mata Elang lebih dari tiga detik, Naomi sadar betul hal tersebut akan membuatnya jatuh cinta, dan dia tidak mau hal itu terjadi.
"Benar juga sieh, Elang pasti tidak akan mau lo ajak nikah begitu lulus SMA, walaupun seandainya dia mau, dia kasih lo makan pakai apa, pakai cinta, ya modarlah elo."
"Nahh itu lo ngerti, makanya jangan berusaha jodoh-jodohin gue dengan dia, lokan suka sama dia, kenapa gak lo aja sono yang ngajak Elang pacaran."
"Seandainya gue secantik elo, ya gak mungkin susahlah gue untuk menaklukkan sik doi."
"Selamat pagi anak, hari ini kita ulangan ya, baikah semuanya kumpulkan buku kalian." pak Taofik yang baru memasuki ruang kelas mengintrupsi pembicaraan anatara Naomi dan Cepi.
"Duhh, gue lupa lagi kalau ada ulangan hari ini." rutuk Cepi.
***
Erland menjemput kekasihnya dikampus tempat Bella sang pujaan hati mengajar, mereka sudah janjian untuk makan siang bersama sekaligus fiting baju pengantin, dan begitu mereka selesai makan siang, mereka langsung ke butik yang merancang baju pengantin yang akan mereka kenakan pada hari H, untuk ijab kabulnya Bella akan memakai kebaya, dan acara resepsinya dia akan mengenakan gaun putih mengembang.
Erlan tengah mencoba tuxedo yang akan dia kenakan saat pesta resepsi, tuxedo itu benar-benar sangat pas dibadannya, apa yang dia kenakan semakin memancarkan aura ketampanannya.
Beberapa menit kemudian, Bella keluar dari ruang ganti, untuk memperlihatkan sekaligus untuk meminta pendapat dari calon suaminya.
"Mass." tegur Bella karna Erland saat itu tengah fokus dengan ponselnya.
Begitu mendengar suara merdu sang kekasih memanggilnya, Erland mendongak dan menemukan sosok yang mengenakan gaun berwarna putih, gaun yang benar-benar cantik, sosok yang mengenakan gaun tersebut tidak kalah cantiknya dengan gaun yang dia kenakan, dia adalah Isabella Aurora sang kekasih pujaan hati yang begitu sangat dicintai oleh Erland.
Erland begitu takjub dengan kecantikan Bella, matanya sampai tidak berkedip memandang keindahan ciptaan Tuhan yang kini ada dihadapannya.
Dia melangkah mendekati Bella yang tersenyum manis padanya.
"Sayang, kamu cantik sekali."
"Kamu bisa saja mas."
Erland meraih tangan kekasihnya dan menggenggamnya, Erland memandang kekasihnya dengan pandangan sarat akan cinta.
"Aku sudah sangat tidak sabar menunggu hari bahagia itu tiba sayang, saat ini yang ku inginkan adalah membawa kamu ke KUA."
Bella terkekeh geli, "Kamu ini ada-ada saja mas, tinggal dua minggu lagi, sabar ya."
"Ahhh dua minggu ya." Erland mendesah, "Dua minggu itu sangat lama sayang, bagaimana kalau kita ke KUAnya sekarang saja."
"Ya ampun kamu ini Erland, seperti anak kecil saja."
"Aku takut Bell kamu diambil oleh orang lain."
"Tidak akan ada yang mengambil, hatiku hanya untukmu."
Erland tersenyum bangga karna menjadi pemilik hati seorang Bella, gadis cantik, muda, pintar dan berprestasi dibidangnya, gadis yang susah ditaklukkan, namun gadis cantik ini memilihnya dan sebentar lagi akan menjadi miliknya seutuhnya, Erland benar-benar tidak sabar menantikan hati itu tiba.
"Lebih baik kita kembali ke kampus Land, aku sebentar lagi ada kelas, aku tidak mau mahaààsiswaku menunggu gara-gara aku telat."
"Kamu harus kembali sekarang, rasanya aku masih kangen banget sama kamu Bell."
Bella mengelus punggung tangan Erland yang menggenggam tangannya, "Nanti malamkan kita bisa bertemu lagi."
"Hmmm, baiklah kalau begitu."
****
Saat Naomi dan Cepi tengah berjalan ke kantin saat jam istirahat, sebuah tangan melingkar di masing-masing pundak kedua gadis remaja itu, tangan siapa lagi kalau bukan tangannya sik Choki-Choki.
"Haii cantik." sapanya dengan suara genit dan mengedipkan matanya ke arah Naomi.
"Idihhh najis."
"Haiii bulettt." ujarnya memandang ke arah Cepi.
Cepi memang memiliki badan yang agak bongsor dan bulet, meskipun begitu, dia tidak suka dipanggil bulet, dia menghempaskan tangan Choki yang melingkar dipundaknya, dan menjambak rambut Choki.
"Awww, sakit sialan." Choki mengaduh karna kuatnya jambakan tangan Cepi, ingin lepas rasanya kulit kepalanya, "Lepasinnn Kutil."
"Biarin, rasain lo, siapa suruh lo manggil gue bulet."
"Duhhh kalian ini, kerjaannya ribut mulu deh, malu tahu dilihatin sama anak-anak." Naomi kesal melihat tingkah kedua sahabatnya yang kayak anak kecil begini.
Barulah Cepi melepaskan tangannya dari rambut Choki, itupun dilepasnya bukan dengan cara baik-baik, tapi di hempaskan sampai membuat Choki agak terhuyung, hampir saja cowok remaja itu jatuh.
Choki memegang kepala yang tiba-tiba terasa berdenyut, "Ahhh sialan, heran deh gue sama diri gue sendiri, kok bisa-bisanya gue berteman sama babi hutan kayak lo."
Cepi menggeram mendengar Choki meledeknya dengan sebutan babi hutan, "Gue juga gak butuh tuh teman kayak lo ya, ihhh sana lo jauh-jauh dari gue." ngambek deh tuh sik Cepi.
"Etdahh sik baperan, bercanda kaleng."
"Bercanda lo gak lucu."
"Uhhhh, cukup, sialan kalian ini, bikin kepala gue pusing saja." tandas Naomi menghentikan pertengkaran kedua sahabat karibnya tersebut dan berjalan meninggalkan dua sahabatnya itu dibelakang.
"Nommm....tungguin." teriak Cepi dan Choki serempak.
Setibanya dikantin, kantin ramai pada saat itu, kapan sieh kantin tidak ramai, always ramai setiap jam istirahat, Trio kutil itu duduk dikursi yang tersisa, dan biasanya yang akan memesan makanan untuk mereka adalah Choki, Naomi dan Cepi hanya tingal merequest saja.
"Chok gue mau…."
"Indomi rebus spesial untuk neng Naomi yang cantik dari mas Elang yang kece badai." tahu-tahunya mbak Dijah salah satu pedagang dikantin sudah meletakkan nampan yang berisi tiga mangkuk mi instan dimeja sebelum Naomi menyelsaikan kata-katanya.
Bau harum dari mi instan primadona dikantin buatan tangan mbak Dijah menguar menusuk indra penciuman tiga remaja yang perutnya tengah keroncongan tersebut.
"Alhamdulillah, rizki anak sholeh." Choki sangat bersyukur dengan rizki yang datangnya tiba-tiba begini, akan aman duitnya.
Choki memandang mi instan yang masih mengepulkan uap panas tersebut sambil menelan air liurnya.
"Grecep banget deh ayang lo Nom, baru saja duduk makanan paforit sudah menghampiri." ucap Cepi.
"Mas Elang itu baik banget lho neng Nom, masak orang baik seperti mas Elang diabaikan begitu saja sieh." mbak Dijah yang salah satu hobinya mencomblangkan murid-murid di SMA PERTIWI memulai aksinya, dia gemes banget deh, pasalnya dia tahu Elang menyukai Naomi sejak kelas 10, tapi cowok itu sampai sekarang belum berani menyatakan perasaannya pada wanita pujaan hatinya.
"Kalau sik Elang mau ngelamar Naomi begitu lulus, sudah dipastikan deh mbak kalau Naomi mau nerima Elang, pasalnya sahabat kami yang satu ini ngebet banget dah pengen nikah begitu lulus." ceplos Cepi tanpa disortir.
Naomi langsung menendang kaki Cepi dari bawah meja, itu sebagai kode meminta sahabatnya itu untuk tutup mulut.
"Hehe sorry, keceplosan gue."
Telinga mbak Dijah yang tajam tidak melepaskan topik yang tadi diucapkan oleh Cepi begitu saja, "Hehh, neng Naomi ingin langsung nikah begitu lulus, walahh, neng neng, yo dinikmati dulu to masa mudanya, masak langsung nikah begitu, ya saya rasa mas Elangnya juga belum siap to kalau diajak nikah begitu lulus, wong diakan belum ada kerjaan gitu." malah dapat ceramahkan.
Naomi melotot ke arah Cepi, makna plototannya adalah, "Ini gara-gara lo yang ngember, jadi diceramahinkan gue."
"Hehe." Naomi hanya nyengir, kadang bibirnya suka kelepasan.
"Jangan dianggap serius mbak kata-katanya sik kutill ini, biasalah dia itu suka bercanda, iyakan Cep." Naomi menatap Cepu tajam, sebagai sebuah kode yang meminta Cepi mengiyakan ucapannya.
"Ahhh iya, tadi itu aku cuma asal ngomong saja kok mbak."
"Duhhh neng Cep ini, jadi bikin saya berfikir yang iya-iya saja, tak fikir neng Naomi udah ngebet banget mau ngerasain surga dunia, secara kata orang kiamat sudah dekat."
Panas dah tuh kuping Naomi mendengar ocehan mbak Dijah yang kalau diladenin tidak akan ada habis-habisnya, untungnya para siswa lainnya yang juga ingin memesan mi instan memanggilnya sehingga Naomi merasa lega saat mbak Dijah sudah berlalu dari meja yang dia tempati.
"Woee, lo pada mau makan kagak sieh, kalau gak mau biar gue yang makan." ujar Choki yang sudah terlebih dahulu menghabiskan mi instannya.
"Ihhh enak saja lo, dasar maruk."
****
"Oh iya hampir lupa gue." gumam Choki setelah meneguk es tehnya, mi rebusnya sudah tandas beserta kuah-kuahnya, pokoknya tuh mangkuk benar-benar bersih tak bersisa deh saking doyannya dia dengan mi rebus buatan mbak Dijah sik kang ghibah.
Sedangkan Naomi dan Sakura baru saja mulai makan.
"Hari minggu sekitar jam sepuluhan, ada saudara jauh gue tuh yang nikahan, emak gue minta gue ngewakilin dia buat datang karna dia gak bisa datang, biasa, emak gue ada arisan dengan geng rempongnya."
"Harus gitu lo laporan ke kita, gak ada hubungannya dengan kitakan." Cepi nyahut.
"Emang gak ada hubungannya sama elo, gue itu ngasih tahu Naomi tahu."
"Kenapa perkara saudara lo nikahin lo kudu ngasih tahu gue segala, lo minta gue nemenin lo ke nikahan saudara elo itu, sebagai kekasih pura-pura agar lo kelihatan lakunya gitu." ucap Naomi asal.
"Anjirrr, lo gak ngerti banget."
"Saudara jauh lo menikah, dan lo diminta emak lo untuk datang, apanya yang gak gue ngerti."
"Bodohh, kelamaan berkawaan dengan sik kutill ini ternyata bikin lo lemot juga."
Plakk
Cepi menggeplak kepala Choki, memang ya, baik Naomi ataupun Cepi memang paling hobi tuh main geplak-geplak.
"Uhkkk, kalau lo bukan cewek ya Cep, udah gue bejek-bejek lo gue bikin serundeng, hobi banget deh main tangan."
"EGP weeek." Cepi menjulurkan lidahnya meledek Choki.
Choki tidak membalas, dia lebih memilih untuk menjelaskan maksudnya memberitahu Naomi tentang acara pesta pernikahan saudara jauhnya itu.
"Maksud gue gini ya Nom."
Sambil melahap mi instannya Naomi mendengarkan.
"Nahh itukan acara pesta pernikahan ya, acaranya cukup mewah karna orang tua saudara gue itu orang kaya, pasti banyak tamu yang datang, nahh, lo ikut sama gue, lo TP TP deh disana, (Tebar Pesona.) siapa tahu ada cowok tampan dan tajir yang kpincut sama lo."
"Owhhhh." bibir Cepi membulat membenarkan apa yang dikatakan oleh Choki, "Benar juga tuhh Nom, acara-acara begituan pasti banyak tamu laki-laki yang hadir."
"Layak dicoba tuh kayaknya, oke, gue ikut lo Chok." putus Naomi mantap.
"Gue juga ikut." Cepi menimpali.
"Oke sipp, jam 09.00 teng lo kudu standabye didepan rumah lo masing-masing, dan lo Cep, jangan kelamaan dandannya, lo dandan mau gimana juga bentukan lo gitu-gitu doank rupanya."
"Lo benar-benar minta dilempar ke kandang singa ya, nyebelin banget deh sejak tadi." Cepi jadi sewotkan.
"Hehe, vis Cep, just kiding."
***
Jarak beberapa meter dari meja yang ditempati oleh Naomi and the genk, Elang tidak putus-putusnya menatap ke arah dimana gadis yang dia sukai sejak masih kelas 10, gadis itu adalah Naomi Larasati, gadis cantik dan pintar yang sekaligus juga saingannya dalam memperebutkan juara satu dikelas.
"Cantik banget ya Naomi." cetus Bayu salah satu teman Elang yang mengikuti arah pandang Elang.
Rian menyahut, "Coba kalau Elang tidak suka, udah gue pacarin deh sik Naomi."
"Lang, jangan cuma lo lihatin doank donk, sejak zaman manusia purba sampai zamannya manusia internet begini lo kerjaannya lihatin do'i diam-diam, kalau diembat baru tahu rasa lo." timpal Rado.
Elang tidak memperdulikan akan hal itu mengingat sampai saat ini Naomi tidak pernah terdengar dekat dengan cowok manapun, jadi Elang merasa aman-aman saja. Sebenarnya banyak sieh yang suka dan mendekati Naomi, tapi selalu ditolak olehnya, alasannya apalagi, dia mencari calon suami bukan pacar.
"Gue masih belum siap ditolak." ujar Elang buka suara untuk pertama kalinya.
"Duhhh, kayaknya tidak ada yang pernah memberitahu ya kalau lo itu ganteng paripurna, tidak cukupkah surat cinta dan tumpukan hadiah-hadiah yang selalu lo terima dari para penggemar lo tiap hari, itu membuktikan kalau pesona lo itu pasti tidak bisa ditolak men."
Ketua osis, murid teladan, kaya, bonusnya, Elang lahir dengan ketampanan paripurna sejak lahir, sehingga dengan kesempurnaan yang dia miliki, dia menjadi idola cewek-cewek di SMA PERTIWI, namun sayangnya, tidak ada satupun cewek-cewek disekolah yang menarik minatnya karna dia sudah cinta mati sama seorang gadis cantik nan manis yang bernama Naomi Larasati, sayangnya, kesempurnaan yang melekat pada dirinya itu tidak cukup membuatnya percaya diri untk menyatakan perasaannya pada sang pujaan hati, Elang sieh sangat sering memberikan perhatian lewat sikap, tapi sayangnya Naomi hanya merespon biasa saja.
"Jadi menurut lo, kalau gue nyatain perasaan sama Naomi, dia akan nerima gue gitu."
"Pasti, 100% lo bakalan diterima, Naomi juga kelihatannya suka kok sama lo."
"Tapi kok gue gak yakin gitu ya dengan apa yang lo katakan." Elang terlihat ragu.
"Etdahh, jadi cowok kok lo gak percaya diri gini sieh Lang." gemes Bayu.
"Kadang godaan itu sangat besar untuk nikung lo, tapi gue masih inget kalau lo sahabat gue." goda Rian.
"Jangan donk, kalau lo berani-beraninya melakukan itu, siap-siap saja dapat bogeman." Elang mengepalkan tangannya didepan wajah Rado.
"Duhhh, bercanda gue, etdahh bercanda saja gue dapat ancaman, apalagi kalau beneran ya, bisa dikirim gue ke akhirat."
"Gue akan menyatakan perasaan gue diwaktu yang tepat."
"Mau nunggu sampai kapan Lang, kalau Naomi keburu diembat gimana." Rian memperingatkan.
"Masalah itu gue tidak khawatir, Naomi sepertinya tidak pernah tertarik sama cowok yang mendekatinya."
Elang tidak tahu saja kalau Naomi saat-saat ini tengah gencar melakukan kencan buta tiap malam minggu guna untuk mencari calon suami, Naomi itu bukan mencari pacar tapi suami, dan anak-anak SMA bukan level Naomi, Naomi mencari laki-laki dewasa, mapan yang mampu menghidupnya saat menikah nanti.
****
Ping
Bunyi singkat pada ponsel Erland menandakan adanya chat masuk.
Erland yang saat itu baru keluar dari kamar mandi meraih ponselnya yang tergelatak pasrah ditempat tidurnya.
Sebuah pesan gambar berupa undangan pernikahan dari salah satu sahabatnya bernama Arsen.
Erland tersenyum mengingat dia juga sebentar lagi bakalan nyusul naik pelaminan.
Dan kembali chat masuk ke ponselnya Erland dari orang yang sama, dan kali ini adalah chat dalam bentuk teks bernada ancaman.
[Gue gak mau tahu, pokoknya pada pesta nikahan gue, lo Erlando Whisnutama harus datang titik, kalau sampai elo tidak datang, elo gue pecat sebagai sahabat.]
Membaca pesan itu tentu saja membuat Erland terkekeh, dia menarikan jemarinya dilayar untuk membalas chat tersebut.
[Tenang saja, gue pasti datang kok.] janjinya.
[Oke, gue pegang janji lo, awas saja kalau lo gak datang.]
[Iya iya, asataga, lo pakai ngancam gue segala lagi.]
[Bawa calon bini lo, gue mau lihat wanita yang bisa membuat seorang Erland bertekuk lutut dan bucin akut.]
Kembali Erland terkekeh membaca pesan balasan Arsen, bukan tanpa alasan Arsen bilang begitu, pasalnya Erland adalah tipe pria yang sulit jatuh cinta, dan sekalinya jatuh cinta itu akan bucin akut dan sulit melupakan kalau ditinggalkan.
[Gue pasti membawanya dan memperkenalkannya dengan bangga pada dunia.]
[Dasar bucin]
***
"Heh Nom, juragan Romli datang tuh ngapelin elo, keluar sono temuin dia." Ipeh sepupunya memberitahu saat Naomi tengah belajar dikamarnya.
Ipeh juga salah satu cewek di SMA PERTIWI yang mengejar Elang, tapi sayangnya Elang cinta mati sama Naomi dan tidak pernah punya niat untuk menyukai wanita lain selain Naomi.
"Gue lagi sibuk." jawab Naomi acuh tak acuh tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang tengah dia baca.
"Sibuk apaan lo."
"Mata lo buta, lo gak lihat apa gue lagi belajar." Naomi ngegas.
"Etdahhh, sok rajin lo."
"Emang gue rajin, makanya gue sering dapat juara, emang kayak elo, bodoh mutlak lak lak lak." pada kata-kata terakhirnya, Naomi benar-benar menekan kata-katanya.
"Ihhh elo itu ya." geram Ipeh menjambak rambut Naomi karna dihina bodoh, memang dia bodoh sieh, jadi tidak seharusnya dia tersinggung.
Naomi yang rambutnya ditarik dengan sangat keras tentu saja mengaduh kesakitan, "Awhhh, rambut gue, lepasin sialan."
Namun sik Ipeh tidak mempedulikan jeritan kesakitan Naomi, dia malah makin bernafsu menarik rambut Naomi.
Naomi yang tidak terima atas perlakuan kasar Ipeh menggapai-gapai, mencoba untuk meraih rambut Ipah untuk membalas.
"Awhhhh." kini giliran sik Ipeh yang mengaduh kesakitan karna Naomi menarik rambutnya tidak kalah ganas, rasanya rambutnya mau lepas dari kulit kepalanya.
Dua gadis remaja itu saling jambak-jambakan, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah.
"Sakitt, lepasin Ipehh."
"Lo yang lepasin duluan."
"Lo yang duluan, omongan lokan gak bisa dipercaya."
Jadilah sampai waktu yang belum ditentukan dua gadis belia itu masih pada main jambak-jambakan, sampai tante Koni datang menyusul Ipeh yang katanya memanggil Naomi, namun sik Ipeh tidak kunjung kembali bersama Naomi yang dipanggil.
"Astaga naga, apa yang kalian lakukan hah." kagetnya begitu melihat anaknya dan keponakannya pada saling jambak-jambakan, "Heiii kalian berdua, lepasin gak."
Namun kedua gadis itu seolah-olah tidak mendengar, mereka semakin gencar saling tarik menarik satu sama lain, intinya mereka ingin saling menumbangkan.
"Naomi, Ipeh, hentikan." lengking tante Koni menjerit.
Mendengar suara jeritan yang bisa membuat kuping pekak itu barulah Naomi dan Ipeh memisahkan diri, mereka berdua ngos-ngosan dengan rambut megar mirip rambut singa.
"Apa-apaan kalian berdua ini."
"Keponakan mama nieh yang duluan." Ipeh menunjuk Naomi.
"Ehhh, lo jangan main fitnah ya." balas Naomi tidak terima karna sepupunya itu memutarbalikkan fakta, "Lo duluan yang ngejambak rambut gue."
"Lonya yang duluan ngata-ngatain gue bodoh."
"Lokan emang bodoh, ngapain lo tersinggung."
"Ihhh, tuhkan." geram Ipeh mengepalkan tangannya, "Ma, hukum dia ma karna telah berani-beraninya menghina dan menjambak rambut anak mama."
"Tentu saja mama akan menghukumnya karna tangan kotornya itu berani menjambak rambut anak kesayangan mama, tapi untuk saat ini mama tidak bisa melakukannya sayang karna juragan Romli tengah menunggunya diluar, tua bangka itu bisa marah sama mama kalau kita menghukum Naomi, bisa-bisa kita tidak dikasih uang lagi sama juragan Romli."
"Ishhh, memang dasar, buah tidak jatuh dari pohonnya." desis Naomi.
"Apalagi yang kamu tunggu, sana keluar temui juragan Romli, bisa marah sik tau bangka itu nanti kalau kamu kelamaan keluarnya." bentaknya tidak sabaran.
Karna tidak bisa menolak, dan dengan bersungut-sungut Naomi keluar.
"Ehhh, main nyelonong saja."
"Apa sieh maunya sik tante ini, tadi nyuruh keluar, sekarang nahan, sudah tua masih saja plin plan." dumel Naomi tanpa suara.
"Kamu mau keluar dengan rambut singa begitu, ya mbok sisiran atau dandan dikitlah, mau ketemu sama calon suami masak penampilannya urakan, kalau juragan Romli ilfil sama kamu bagaimana, alamat tidak jadi dinikahin kamu, dan kalau itu terjadi, kamu yang rugi."
"Etdahh, mau ketemu sama sik bandot tua saja kagak usah pakai dandan segala, biar saja dia ilfil agar tidak jadi nikahin gue, gue malah bersyukur bukannya rugi." itu jawabnya dihati, jawabnya dibibir adalah, "Udah gini sajalah tante, lagian meski tampilan Naomi berantakan gini tetap cantik dan bersinar." ucapnya memang benar adanya, bagaimanapun penampilannya mau pakai pakaian compang-camping sekalipun Naomi tetap cantik dan unyu.
Dan setelah mengatakan hal itu, Naomi berjalan keluar meninggalkan Ipeh dan tante Koni.
"Ehhh anak ini, dikasih tahu malah gak denger." kesel tante Koni.
Setibanya didepan, om Juki yang tadi duduk menemani juragan Romli langsung berdiri dan pamit undur diri begitu Naomi tiba, "Nah juragan Romli, berhubung keponakan saya sudah datang, silahkan duduk dan ngobrol berdua dulu, saya tinggal dulu."
Juragan Romli mengangguk dan tersenyum lebar memampangkan giginya yang tonggos ke arah Naomi, berharap senyumannya membuat Naomi kepincut.
Boro-boro kepincut, Naomi malah jijik, "Iuhhh, jijik gue."
Naomi duduk, wajahnya jelas bete sejak sik Ipeh mengatakan kalau juragan Romli datang untuk mengapelinya, dan sekarang melihat wajah sik bandot tua tukang kawin itu rasanya membuat Naomi enek.
"Malam adek Naomi." duhhh, juragan Romli menyapa dengan bahasa lembut dan halus, sutra saja kalah saking halusnya.
"Udah tahu kali gue kalau ini malam, lo fikir gue buta." menjawab ketus dengan muka masam, malah dia pakai elo gue lagi, bener-benar tidak sopan sik Naomi pada calon suaminya.
Namun juragan Romli yang cinta buta mendengar apa yang dikatakan Naomi bukannya tersinggung, tapi malah makin melebarkan bibirnya dan memuji, "Adek Naomi cantik sekali."
"Biasa aja kali lo manggilnya, jangan sok-sok'an manggil adek, lo itu pantasnya jadi kakek gue." Naomi bener-bener jijik mendengar juragan genit dan mata keranjang itu memanggilnya dengan panggilan adek, rasanya dia ingin muntah.
Namun sik juragan kaya tidak terpengaruh dengan kejudesan Naomi, ya begitulah kalau sudah cinta, tai kucing sekalipun seperti rasa coklat, meskipun Naomi menjawab setiap kata-katanya dengan judes, tapi bagi juragan Romli suara Naomi seperti suara Taylor Swift yang tengah menyanyikan lagu cinta, merdu dan smiriwing.
"Adek Naomi sudah makan, ini abang bawakan martabak spesial khusus buat adek Naomi, dimakan ya dek."
"Dihhh, katanya kaya, gak modal banget sieh lo jadi cowok, tiap datang bawin martabak mulu, kalau martabak sieh sama gerobaknya juga gue bisa beli sendiri."
"Terus adek Naomi maunya dibawain apa, katakan sama abang, abang pasti akan menuruti keinginan adek asal adek senang."
"Gue mau kalung berlian, seperti yang dikenakan oleh Rose difilm titanic." jawab Naomi asal.
Juragan kaya itu langsung terdiam mendengar permintaan Naomi, bukannya dia tidak sanggup membelikannya, hanya saja berlian terlalu mahal kalau dia belikan untuk seorang gadis yang belum tentu menjadi istrinya, "Begini saja adek, adek nikah dulu ya sama abang, dan setelah adek resmi menjadi istri abang, abang langsung dah tuh belikan adek berlian seperti yang adek inginkan."
"Beliin gue dulu, baru gue nikah sama lo, lo jadi cowok perhitungan banget, katanya kaya, kaya apaan, kaya abal-abal kali."
"Iya adek, pokoknya adek tenang saja ya, abang pasti akan membelikan apa yang adek minta."
"Lo udahkan ngomongnya."
"Ehh."
"Gue mau tidur, ngantuk, besok gue sekolah."
"Ya sudah kalau adek mau tidur, abang pamit ya adek."
Naomi berdiri, bersiap untuk masuk, juragan Romli ikut berdiri.
"Adek tidur yang nyenyak ya, mimpiin abang dalam tidur adek."
"Hoekkk, ogah." batin Naomi masuk meninggalkan juragan Romli tanpa permisi.
"Adekk, abang gak disun dulu nieh agar abang tidurnya nyenyak."
"Najis lo."
Saat Naomi masuk, dia dicegah oleh tante Koni, "Hehh Naomi, serahkan apa yang kamu bawa."
"Tuhhh, ambil." Naomi menyerahkan kotak martabak itu dengan senang hati pada tantenya, lagian juga Naomi tidak mau memakannya, takut dalam makanan itu ada guna-gunanya.
"Lain kali kalau juragan Romli datang lagi, suruh bawa pizza, pasta, steak, jangan yang dibawa martabak mulu, diakan kaya, masak setiap datang dia bawanya makanan murah begini."
"Dih tapi tante doyankan."
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!