NovelToon NovelToon

Meraih Cintanya

Bab. 1 Rencana Mertua

Dentingan sendok, pisau, spatula, wajan panci dan alat masak lainnya sudah terdengar jelas di dalam dapur rumahnya yang berukuran 5x6 meter persegi itu.

Seorang perempuan menggelung rambutnya dengan asal saja. Peluh keringatnya membasahi sekujur tubuhnya saking capeknya beraktifitas di dalam dapur.

Suasana sarapan pagi itu sangat berbeda selama ini Sanjana selalu menghabiskan waktu makannya hanya sendiri saja, tanpa ada yang menemaninya melewati makannya. Tetapi kali ini berbeda halnya dengan hari-hari yang telah lalu. Hari itu keluarga suaminya meramaikan suasana.

Semua ini berkat kedatangan kedua mertuanya serta tamu yang tidak diundang yaitu kekasih gelap suaminya, membuat suasana pagi itu terasa hangat dan ramai. Tiba-tiba Pak Ahmed Muller menyodorkan sebuah amplop putih ke hadapan putranya.

Apa yang dilakukan oleh Pak Ahmed Satya Muller membuat Sayed Alfarizi Satya Muller keheranan serta kebingungan dan sama sekali tidak mengerti apa isi dari amplop itu. Sayed mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti.

Sayed menatap ke arah papanya,"Maaf Papa, amplop ini isinya apa? Kenapa aku diberikan amplop?" tanyanya Sayed dengan raut wajah kebingungan serta keheranan.

Pak Kamal tersenyum, "Bukalah Sayed! Papa yakin kamu pasti bahagia," titah Pak Ahmed.

Sayed hanya tersenyum tipis dan langsung menatap kearahnya Sania bukannya menatap kearah istrinya melainkan menatap ke Sanjana yang hanya terdiam sembari mengunyah makanannya.

Sania Mirza Hakim malah melototkan matanya yang di tatap sudah memperlihatkan wajah tidak senangnya dan cemberut seketika.

"Tapi Papa! Aku itu sangat sibuk di kantor dan lagi banyak tender proyek kerjasama yang saya tangani, apa kata pimpinan aku apa lagi aku hanya karyawan biasa saja, jika harus meminta izin untuk berlibur," Sayed berkilah yang berdalih untuk mencoba menggagalkan rencana kedua orang tuanya tersebut.

"Kalau masalah itu kamu tenang saja, tidak perlu kamu risaukan, biarkan papa yang mengurus semuanya, lagian Papa juga sudah berbicara langsung dengan kakak sepupu kamu dan dia mengizinkan kamu untuk cuti beberapa hari, malah Ardiansyah tidak masalah papa heran kamu yang sepertinya keberatan dengan usulannya Papa!" jelas Pak Kamal.

Sayed semakin berulah untuk menolak, "Aku hanya karyawan biasa Papa dan baru mendapatkan promosi kenaikan jabatan jika aku dengan seenaknya libur apa nanti katanya karyawan lain Papa?" Sanggahnya Sayed.

Sayed mati-matian berusaha untuk meyakinkan ayahnya agar segera membatalkan niatnya mereka untuk memberikan hadiah bulan madu ke Labuan Bajo.

Sayed kembali menatap kearah Sania dan meminta persetujuan secara tidak langsung darinya. Apakah harus menyetujui permintaan dari kedua orang tuanya atau tidak. Sania yang di tatap seperti itu hanya tersenyum sepintas lalu menganggukkan kepalanya. Dia sudah memiliki rencana khusus untuk itu semua itu. Sania hanya diam-diam menganggukkan kepalanya tanda setuju saja.

Sania tersenyum penuh maksud, "Aku harus ikut bersama mereka, agar bulan madu mereka tidak jadi kenyataan, kalau Sanjana sampai hamil, Mas Sayed pasti menggagalkan rencana pernikahan Kami yang sudah ada di depan mata." Batinnya Sania Mirza.

Sania segera mengarahkan pandangannya dan menatap kearah Sanjana dengan tatapan yang sangat licik dan tersenyum penuh arti.

"Aku berharap semoga saja Mas Sayed setuju dengan permintaan dari papanya dan semoga sebagai suami di sana nanti bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami yang selama ini tidak pernah sedikitpun dia lakukan walaupun kami belum saling mencintai dan aku akan berusaha untuk membuat Mas Sayed jatuh cinta padaku." batinnya Sanjana dengan penuh harap agar impiannya jadi kenyataan.

Sayed mulai kesal dengan semua keputusan Papanya yang sepihak itu, "Tapi, seharusnya semuanya dibicarakan terlebih dahulu denganku, jangan langsung mengambil keputusan sepihak saja, apa papa sama sekali tidak menghargai ku!" gerutu Sayed yang mulai naik emosinya yang sedikit kecewa dengan keputusan dari kedua orang tuanya itu.

Pak Ahmed bmenatap jengah kearah anak tunggalnya itu, "Papa! tidak ingin mendengar kata tapi lagi dari Kamu oke," Gertaknya pak Kamal yang langsung berdiri dan tidak setuju dengan penolakan dari anaknya itu.

Ibu Trie Husnah pun mengikuti langkah suaminya dan tidak ingin lagi mendengar penolakan atau kata-kata apapun yang terlontar dari mulut putranya itu.

Mereka hanya berharap rencana mereka itu berhasil sehingga Sanjana setelah pulang dari Labuan Bajo bisa segera hamil calon cucu mereka.

"Ya Allah… semoga saja rencana kami berjalan lancar sesuai dengan harapan kami," batinnya Bu Husnah seraya membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Berselang beberapa menit kemudian, Sania dan Sayed pamit untuk berangkat ke kantornya bersama. Sanjana ingin mengantar suaminya hingga ke depan pintu, tapi langkahnya terhenti karena langsung dicegah oleh Sayed tanpa peduli dengan perasaan yang dialami oleh Sanjana.

Pak Ahmed dan istrinya Bu Trie Husnah Muller setelah makan pagi berpamitan kepada anaknya dan juga menantunya itu. Sanjana Arimbi Agung.

"Makasih cukup di sini saja, karena Mama dan papa sudah tidak ada lagi disini, bersihkan saja sisa makanan yang ada di meja!" Bentaknya Sayed.

Sayed langsung merebut tasnya dari dalam genggaman Sanjana dengan kasar. Ia kembali hanya bisa terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Tidak perlu seperti itu juga Mas Sayed, kalau Mas enggak mau tidak perlu kasar begitu juga!" Ketusnya Sanjana.

Sanjana kemudian melirik kepergian suaminya dengan tatapan biasa saja. Mereka tanpa berucap sepatah kata pun, sedangkan Sanjana langsung berjalan ke arah sahabatnya itu setelah merasa Sayed sudah berada di dalam mobilnya.

Sanjana pun membisikkan sesuatu ke telinganya Sania, tapi sebelum membisikan perkataan tersebut Sanjana celingak-celinguk terlebih dahulu dan memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan jika mereka hanya berdua saja di tempat itu. Sanjana melakukan hal itu agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Ia ingin bermain cantik menghadapi pelakor tersebut.

"Aku yakin kamu udah lihat kan apa yang kami lakukan semalam dan itu bukan yang pertama kalinya kami melakukan hal itu, bahkan kamu melakukan lebih dari apa yang kamu lihat semalam dan bersiaplah setelah di Labuan Bajo kamu akan lebih terluka lagi, aku bersumpah akan segera menendang kamu dari kehidupan rumah tanggaku!" Sarkasnya Sanjana yang hanya Sania yang dengar perkataan dari istri sahnya kekasihnya tersebut.

Sanjana berjalan berlenggak lenggok di hadapan Sania yang sengaja bergaya seperti itu untuk mengejek dan menghina pelakor yang sudah berani mengganggu ketentraman keluarganya. Ketidakberdayaan Sania menjadi kemenangan dari Sanjana.

Sanjana jika di hadapan suaminya akan berpura bersikap lemah dan jika ia hanya berdua dengan Sania selingkuhan suaminya Sayed.

Mobilnya Sayed perlahan-lahan meninggalkan garasi rumahnya dan menuju perusahaan tempat mereka bekerja. Sayed dan Sania satu perusahaan cuma beda divisi, Sayed di divisi keuangan sedangkan Sania di divisi Humas. Tetapi, hari ini Sania tidak masuk kerja karena kurang fit.

Bab. 2. Tertunda

Sanjana jika di hadapan suaminya akan berpura bersikap lemah dan jika ia hanya berdua dengan Sania selingkuhan suaminya Sayed.

Mobilnya Sayed perlahan-lahan meninggalkan garasi rumahnya dan menuju perusahaan tempat mereka bekerja. Sayed dan Sania satu perusahaan cuma beda divisi, Sayed di divisi keuangan sedangkan Sania di divisi Humas. Tetapi, hari ini Sania tidak masuk kerja karena kurang fit.

Beberapa hari kemudian, ternyata apa yang dilakukan oleh Sanjana sama sekali tidak digubris oleh Sania. Malahan semakin menjadi saja.

Seperti hari ini, Sayed dan Sania berangkat bareng ke kantor. Dengan gayanya Sania Mirza yang keganjenan segera memeluk erat lengannya Sayed dengan penuh mesranya dan menggesekkan sedikit buah dadanya ke lengannya Sayed yang membuat Sayed Alfarizi Kamal semakin dibuat klepek-klepek sedangkan Sayed masih setia menyetir mobil nya

"Sayang, kalau Kamu dengan perempuan itu berangkat ke Labuan Bajo bagaimana dengan aku? masa sih aku tinggal di Jakarta sedangkan kamu dengannya berduaan di sana?"imbuhnya Sania.

Mereka tidak kenal tempat dan waktu jika ingin bermesraan. Di saat mereka sudah berada di dalam mobil dengan suara yang semakin dibuat manja agar menaruh simpatik nya Sayed kekasihnya itu. Sayed melirik sekilas ke arah kekasihnya itu sebelum menjawab perkataan dari Sania.

"Kamu tidak perlu khawatir sayang, kamu pasti ikut dengan kami karena ini bukan bulan madu untuk saya dengan perempuan itu, tapi bulan madu ini untuk kita," pungkasnya Sayed.

Sayed yang tersenyum penuh arti lalu memegang dagu Sania kemudian mencium sepintas bibirnya Sania dengan posesif. Sania dibuat langsung tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil membujuk dan merayu Sayed untuk membawanya serta dalam rencana liburan mereka kembali.

"Sayang stop dong, Kamu itu merusak riasan bibirku loh, udah cantik gini kok main nyosor saja, entar orang di kantor yang lihat terus mereka curiga lagi," ucap Sania yang langsung mengambil cermin yang berada di dalam tasnya lalu memperbaiki riasan di bibirnya.

Sebenarnya semua orang di tempat kerja nya sudah mengetahui hubungan gelap antara Sayed dan sahabat istrinya itu, tapi mereka tidak ada yang berani sedikitpun berkomentar dengan kelakuan jelek mereka.

Tetapi, mereka tidak mau ambil pusing dan takut jika mereka dipecat hanya gara-gara mencampuri urusan pribadi mereka. Apalagi mereka mengetahui jika, Sayed memiliki kedudukan dan posisi serta jabatan yang lebih bagus dari mereka. Mereka terlalu takut untuk mengambil resiko. Apalagi Sayed sudah diangkat menjadi menejer.

Keesokan harinya kedua orang tua Sayed memutuskan untuk pulang ke Kota Bandung, sedangkan Sanjana tidak bisa mengantar kedua mertuanya tersebut dikarenakan kesehatan Sanjana sedikit terganggu karena sudah beberapa hari ini sedang datang tamu bulanannya.

Sanjana dan Sayed memutuskan untuk menunda bulan madunya hingga satu minggu kedepan, karena ada pekerjaannya Sayed yang tidak bisa ditunda.

Setelah kepulangan kedua orang tuanya Bagas semakin berani saja berselingkuh. Sayed tidak peduli lagi dengan perasaan dan hati dari sanjana. Hari ini Sayed membawa serta Sania pulang ke rumahnya dan rencananya ia akan menetap dan tinggal seatap dengan mereka hingga waktu yang tidak ditentukan.

Malam harinya pintu rumahnya terbuka dengan lebar Sanjana yang sedang menuruni tangga melihat pintu yang terbuka lebar itu bergegas mempercepat langkahnya.

Hari ini Sayed membawa serta Sania pulang ke rumahnya. Rencananya Sania akan menetap dan tinggal seatap dengan mereka hingga waktu yang tidak ditentukan.

Malam harinya pintu rumahnya terbuka dengan lebar Sanjana yang sedang menuruni tangga melihat pintu yang terbuka lebar itu bergegas mempercepat langkahnya.

Sanjana segera berjalan menuju pintu dan bergegas mengambil tas kerja Sayed, tapi lagi-lagi apa yang dilakukan oleh Sanjana gagal kembali. Sania muncul tiba-tiba dari belakang punggungnya Sayed dan tangannya langsung dipukul pelan oleh Sania sehingga Sania lah yang mengambil alih tas milik Sayed.

"Ambil saja, tidak perlu main mukul segala kali, santai besti!" Sarkasnya Sanjana yang tersenyum licik.

Sanjana berdiri di hadapan mereka dengan senyuman yang selalu tersungging di bibirnya. Sania membawa tasnya Sayed masuk ke dalam kamar pribadinya mereka.

"Maaf selama mertuamu tidak berada di sini aku lah yang akan melayani segala sesuatu kebutuhan dari mas Sayed dan tugas Kamu disini hanya sebagai pelayan yaitu bertugas untuk memasak makanan untuk kami dan membersihkan seluruh rumah ini," ketusnya Sania di hadapan Sanjana yang kembali hanya bisa mematung tanpa bisa menyanggah perkataan dari sedikit pun.

"Silahkan saja kalau kamu mau, malahan aku senang kok karena aku tidak perlu repot-repot malah!" Dengusnya Sanjana.

Sanjana melakukan hal tersebut karena percuma saja dia membela dirinya karena ujung-ujungnya akan tetap berakhir dengan rasa kecewa bahkan penghinaan yang akan didapatkan sebagai balasan pembelaannya itu.

"Jangan sekali-sekali berharap Kamu akan menjadi nyonya rumah di sini, selama hanya kita saja yang berada di rumah ini," ancamnya Sania saat Sayed sudah menaiki undangan tangga.

Sayed sebenarnya mendengar sekilas percakapan mereka hanya terdiam dan tersenyum licik dan tidak berniat sedikitpun untuk mengganggu perbincangan mereka.

"Aku ingin melihat apa Sanjana akan terus bertahan pada pendiriannya untuk bertahan atau menyerah berjuang seorang diri," Batinnya Sayed.

Menurut Sayed apa yang dilakukan oleh Sania adalah hal yang biasa saja dan wajar dia melakukan hal tersebut, karena dia juga calon Nyonya di rumahnya.

Setiap hari Sanjana harus menahan diri dan bersabar melihat kemesraan yang mereka pertontonkan bahkan mereka tidak jarang sengaja bermesraan di depan matanya Sanjana.

"Aku harus bertahan dan berjuang untuk merebut kembali hakku yang sudah mereka renggut!" Umpatnya Sanjana.

Sania sengaja memperlihatkan kepada Hyuna dan tanpa ada rasa sedikitpun merasa bersalah telah mengkhianati dan melukai perasaan orang lain.

Bahkan suara-suara erotis yang seharusnya Sanjana tidak dengar terpaksa ia dengar, karena Sayed dan Sania sengaja mengeraskan volume suara mereka saat sedang berhubungan intim.

Hal itu dilakukan agar Sanjana tersiksa dan langsung menggugat cerai Sayed karena itulah tujuan utama Sania memutuskan untuk tinggal serumah dengan mereka.

Sanjana hanya bisa menangis dalam sujud nya dan menyerahkan seluruhnya kepada Allah subhanahu wa ta'ala untuk urusan rumah tangganya, karena bersabarlah jalan satu-satunya yang ditempuh oleh Sanjana.

Selama dirinya mampu untuk bertahan sabar, maka dia tidak akan mengeluh sedikitpun. Apa lagi membicarakan ataupun membuka aib dan kekurangan keluarganya di khalayak umum.

"Aku bukan wanita lemah, aku akan turun memperlihatkan kepada mereka siapa Sanjana," umpatnya Sanjana.

Sanjana segera mengganti pakaiannya dengan pakaian yang cukup terbuka dan seksi. Untuk pertama kalinya ia memakai pakaian seperti itu.

"Aku ingin melihat Mas Sayed akan tergoda atau tidak," gumamnya Sanjana yang tersenyum smirk.

Sanjana berlenggak lenggok menuruni tangga dan melihat Sania dengan Sayed bercumbu mesra tapi pakaian mereka masih ada yang terpasang.

Sanjana segera mengisi gelas dengan air yang sangat dingin dari dispenser nya.

"Aku mau lihat ia akan tahan dingin atau tidak," cicitnya Sania.

Dengan tanpa pikir panjang dan keberanian yang cukup, Sanjana menyiram air itu ke atas kepalanya Sania.

"Aaahhhh!! Dingin!" Jeritnya Sania yang spontan langsung turun dari pangkuannya Sayed.

Bab. 3. Di luar Ekspektasi

Dengan tanpa pikir panjang dan keberanian yang cukup, Sanjana menyiram air itu ke atas kepalanya Sania.

"Aaahhhh!! Dingin!" Jeritnya Sania yang spontan langsung turun dari pangkuannya Sayed.

Apa yang dilakukan oleh Sanjana mendapatkan pelototan awalnya dari Sayed, tapi arah pandangan kedua matanya Sayed berubah ketika melihat pakaian yang dipakai oleh Sanjana.

Matanya membulat sempurna saking terkejutnya melihat penampilan Sanjana yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Sayed susah payah menelan ludahnya saking terpesonanya melihat body seksi dari istrinya.

Sampai-sampai ia melupakan kondisinya Sania Mirza Hakim yang sudah menggigil menahan dinginnya air yang sudah disiramkan ke tubuhnya ulahnya Sanjana.

"Ternyata rencanaku cukup ampuh, kenapa bukan sedari dulu aku melakukan hal ini yah!" Kesalnya Sanjana.

Tanpa basa-basi lagi Sayed yang sebenarnya sudah on-fire segera menggendong tubuhnya Sanjana bagaikan karung goni saja. Sayed yakin jika ia tidak menggendong seperti itu,maka Sanjana akan berusaha untuk memberontak.

Sania yang melihat hal itu berusaha untuk menahan gejolak amarahnya agar tidak nampak dipelupuk mata Sayed. Hal itu ia lakukan untuk menjaga image nya.

"Haaa!!! Sial!!! Dasar perempuan kampungan, brengsek, aku benci kamu Sanjana!!" Teriaknya Sania Mirza Hakim yang sudah berteriak kencang disaat kedua pasutri itu sudah berada di dalam kamarnya.

Sania mencat-mencat di tempatnya saking marah dan jengkelnya dengan ulah kekasihnya itu. Sedang di dalam kamar, Sayed malah dibuat tegang dan cenat cenut menahan gejolak dari dalam tubuhnya yang paling terdalam.

Entah bagaimana caranya sehingga Sanjana malah mengikat kedua tangan dan kakinya Sayed. Sanjana duduk berpangku kaki di atas kursi menghadap ke arah Sayed yang terbaring meringkuk.

"Aku tidak menyangka jika Istriku ternyata menyimpan rahasia besar dibalik wajahnya yang polos dan lugu, aku sepertinya harus semakin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperalat Sania sebagai umpan," Umpatnya Sayed yang tersenyum penuh kemenangan walaupun ia merasakan ada desakan aneh dari arah bawahnya itu.

Sanjana berjalan ke arah suaminya tapi ia hanya memakai pakaian yang sangat tipis dan transparan hingga bentuk tubuhnya yang indah itu terekspos dengan jelas yang mampu membuat Sayed harus bersusah payah menahan hasratnya.

Sanjana mengelus lembut dada bidangnya Sayed, "Maafkan aku Mas, hal ini terpaksa aku lakukan bukannya aku tidak mencintai Mas, atau tidak ingin berbakti ataupun menunaikan kewajibanku sebagai istrinya Mas, Tapi aku ingin kita melakukan hal itu dengan syarat Mas harus mendepak wanita pelakor itu dari sini," imbuhnya Sanjana seraya menunjuk ke arah dadanya Sayed dengan jari manisnya yang lentik itu.

"Sanjana! Apa kamu tidak kasihan melihat Mas harus tersiksa seperti ini, apa kamu sama sekali tidak punya belas kasihmu!" Rengek nya Sayed dengan wajah memelasnya yang berusaha untuk membujuk Sanjana.

"Maafkan aku Mas, untuk kali ini aku lah yang berkuasa atas dirimu aku lah yang memegang kendali atas semua ini jadi kalau Mas ingin ini!" Tunjuknya Sanjana ke arah bagian daerah intimnya dengan penuh kelembutan.

Sanjana dengan sengaja membuka semua kain yang menutupi seluruh tubuhnya itu hingga tak ada sehelai benang pun menutupi seluruh tubuhnya yang sintal dan aduhai itu.

"Mas! Mau ini kan? Caranya mudah kok! Cuma satu saja, tolong usir Sania dari sini dan dari dalam sini," pungkasnya Sanjana sembari menunjuk ke arah miliknya Sanjana bergantian dengan dadanya Sayed sendiri.

Malam pertama yang sudah dibayangkan oleh Sayed dan Sania ternyata tidak seindah yang mereka bayangkan.

"Semoga apa yang aku lakukan ini bisa menyadarkan suamiku dari khilafnya itu," Gumamnya Sanjana sambil membaringkan tubuhnya lalu menarik selimutnya kemudian membelakangi Sayed yang masih dalam keadaan terikat.

Sayed sebenarnya bisa melepaskan diri dari dalam ikatan tali itu karena Sanjana hanya mengikat asal saja. Tapi, Ia tidak mau dan hanya ingin melihat aksi dari istrinya yang diluar dugaannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!