Bugh!
Samuel tersungkur ke tanah karena pukulan keras dari seseorang. Bisa saja laki-laki berusia 17 tahun itu melawan, tapi dia urungkan karena merasa dirinya bersalah.
"Bangun lo sialan! Dasar pengecut!" bentak laki-laki berusia 22 tahun.
"Gue ngaku salah karena ingkar janji, tapi gue jamin bakal jaga dia dan nggak buat dia sakit hati!" ucap Samuel lantang berusaha berdiri walau kakinya sudah tidak bisa menopang tubuhnya.
"Halah omong kosong. Kalimat lo udah gue dengar beberapa bulan yang lalu ... cuih!" Sagara meludah tepat si samping kaki samuel.
Sagara kembali menarik kerah baju Samuel cukup kuat. "Kalau sampai lo buat pipi adek gue tersentuh satu tetas air mata, maka lo, geng lo dan seluruh orang-orang yang lo sayang, mati ditangan gue!" ucap Sagara penuh ancaman, setelah itu melepaskan kerah baju Samuel.
Laki-laki berwajah datar dan dingin itu mengusap darah di sudur bibirnya. "Ini semua karena salah lo!" geram Samuel.
***
Suara deruman motor saling bersahut-sahutan memecahkan kesunyian malam. Geng motor kurang lebih 200 anggota itu terus melaju dengan kecepatan sedang menguasai jalan.
Jam 12 malam, waktunya semua orang tidur tapi tidak dengan mereka yang baru saja pulang dari balapan liar.
"Avegas jaya-jaya-jaya!" teriak sang ketua yang berada paling depan.
Lagi dan lagi Avegas memenangkan pertandingan melawan Wiltar yang sama sekali tidak ada apa-apanya.
"Avegas pasti bisa!" sahut para anggota membuat kesunyian malam semakin pecah.
Samuel yang berada di barisan paling belakang segera menambah kecepatan motornya. Perisai Avegas tersebut mensejajarkan motornya dengan sang ketua.
"Gue balik dulu, nggak ikut pesta!" teriak Samuel.
"Kemana lo? Ngebucin lagi?" ledek Rayhan salah satu inti Avegas.
"Hati-hati!" sahut Azka sang ketua tanpa bertanya lebih lanjut lagi.
Mendapat pesersetujuan dari ketuanya, Samuel memisahkan diri dari teman-teman yang lain. Putar arah menuju mansion.
Samuel baru saja mendapat telpon dari wanita yang sangat dia cintai. Samuel tahu itu tanpa melihat siapa pemanggil karena memang dia memasang nada dering yang berbeda. Ya seselektif itulah perisai Avegas mengatur hidupnya.
Tidak ingin menganggu penghuni mansion, Samuel mamatikan motornya setelah memasuki gerbang pertama, kemudian mendorong hingga mencapai gerbang kedua mansion milik keluarga Adhitama.
Setelah menyimpan motor dengan aman, dia berniat akan memanjat tembok menuju kamar, namun gagal ketika mendengar deheman seorang wanita.
"Ekhem."
Samuel berbalik seraya mengaruk tengkuknya. "El baru balik Mam." Samuel mencium punggung tangan wanita yang sejak tadi menelponnya.
"Papi kamu belum pulang, jadi masuklah lewat pintu utama. Malam ini mami maafkan kamu!" ucap Fany mami Samuel sebelum pergi.
Samuel menghembuskan nafas panjang, segera berjalan memasuki mansion mewah dengan minim pencayaan, mungkin karena sudah sangat larut.
Dia merebahkan tubuhnya tanpa menganti baju lebih dulu, memejamkan mata sejenak hingga sudut bibirnya terangkat.
Bayangan saat bertemu gadis pujaanya sejak dulu mulai terbayang-bayang di ingatan Samuel. Senyuman dan segala tingkah Sasa membekas di hatinya.
Siapa yang mengira, perisai Avegas yang ditakuti banyak orang. Laki-laki dingin, wajah datar dan tatapan tajam selalu menyertai jika menatap seseorang jatuh cinta pada seorang gadis yang bahkan sangat sulit dia dapatkan karena mempunyai kakak yang sangat posesif.
"Lo benar-benar gemesin Ca," gumam Samuel tanpa membuka matanya lebih dulu.
Selain bertemu Sasa tadi, Samuel juga bertemu Sagara kakak dari gadis yang Samuel cinta.
Gue kesini mau ngomong, kalau gue suka sama adek lo, terima atau tidak gue bakal tetap suka sama dia!
Itulah yang Samuel katakan tanpa rasa sopan pada Sagara.
...****************...
Huh-huh, tarik nafas panjang, buang😄. Otor balik lagi bawa Avegas setelah istirahat beberapa bulan. Semoga Samuel lebih ramai dari ketuanya.
Wait ... Wait ... Wait, jangan diskip dulu. Otor mau ngadain GIVEAWAY untuk satu bulan kedepan.
Syaratnya mudah banget, yaitu tinggal beri hadiah sebanyak-banyaknya selama satu bulan Ful.
Semakin tinggi lencana Fans yang dimiliki, maka semakin tinggi pula hadiahnya. Otor akan memilih 3 pemenang dengan hadiah paling tinggi. Giveaway di mulai tanggal 3 desember sampai tanggal 3 januari 2023 pengumuman tanggal 4 januari🤗
Minimal Hadiah yang akan diberikan 50.000 pulsa/tunai.
Selamat membaca💜💜💜
Ara berjalan menuju kamar orang tuanya setelah pulang dari sekolah. Rambut lurus yang sering di kepang sudah menjadi kebiasan dirinya, tidak lupa permen selalu menempel di mulut gadis itu.
"Kenapa Bunda sama Ayah panggil Ara? Ara pokoknya nggak mau pindah sekolah. Ara nggak mau balik ke Indonesia. No!" Ara mengembungkan pipinya.
Gadis bernama lengkap Arabella Prianka itu tidak setuju jika harus pulang ke indonesia dan pindah sekolah. Dia sudah nyaman berada di negara orang.
Gadis dengan tinggi 160 cm dan berwajah manis baby Face tersebut sangat di sukai banyak orang karena keluacuannya.
Ara semakin mengerucutkan bibirnya ketika pipinya di cubit oleh sang Bunda.
"Jadi Ara beneran nggak mau pulang?"
"Iya Ara nggak mau pulang dan Ara nggak mau dijodohin," lirih Ara di akhir kalimat.
Tentang perjodohan, Ara sudah mendengar kabarnya jauh-jauh hari, dan dia tidak ingin menikah muda.
"Ara nggak mau menikah!"
"Dijodohkan belum tentu menikah Nak, kalian hanya bertunangan," jelas sang Ayah.
Ara beralih menatap pria paruh baya yang sangat posesif padanya. "Tunangan beda sama menikah?"
"Beda Sayang, Menikah kalian tinggal bersama. Tunangan kalian saling memiliki tanpa harus satu rumah!"
"Nggak mau, Ara sukanya sama orang lain." Ara mengelengkan kepalanya tidak setuju.
"Oke, Ayah bakal hubungi om Daren dan beritahu kalau kamu nggak mau tunangan sama Samuel," pasrah Deon ayah dari Ara.
Mata Ara membulat mempurna, mengerjap-erjap sebentar mencerna perkataan ayahnya. "Ara mau dijodohin sama Abang El? Ara mau! Ayo Ayah kita pulang sekarang!" heboh Ara menarik tangan Ayahnya.
***
Hari libur membuat Samuel tidak punya alasan untuk keluar rumah. Kini laki-laki berwajah dingin itu duduk di meja makan bersama papinya.
"Makan yang banyak Sayang!" ucap Fany meletakkan susu di samping Samuel, lalu duduk di samping sang suami.
"El nggak suka susu, memangnya Mami kira El bayi?"
"Hargai buatan mami kamu El, makan sekarang juga!" sahut Daren membuat Samuel tidak berkutik.
Laki-laki berwajah dingin itu menyantap makannya dalam diam, tanpa ingin mendengarkan apa yang dibicarakan kedua orang tuanya.
Dia mengusap bibirnya dengan tisu setelah makanan di piringnya sudah habis, saat akan beranjak suara maminya terdengar.
"Mau kemana?"
"Markas!"
"Oke," ucap Fany tanpa banyak bertanya dan itu malah membuat Samuel heran. Wanita paruh baya yang sering cerewat bertanya dan dimana dia berada setuju begitu saja?
"Mam ..."
"Jam 2 siang sebelum pulang jemput Ara dan orang tuanya dibandara, awas kalau nggak!"
"Samuel nggak mau!" bantah Samuel dan berlalu pergi dari ruang makan.
Mendengar nama Ara disebut saja sudah membuat kepala Samuel mendidih apalagi harus bertemu.
"Padahal gue sudah tenang selama kepergian dia," gumam Samuel berjalan menuju ke samping mansion untuk melihat peliharaan kesayangannya.
Dia berjongkok dan mengelus-elus tubuh Jack yang sedang mager-magernya. "Jack, nanti kalau Ara macem-macem sama gue, lo siap-siap saja makan daging yang banyak," ucap Samuel pada harimau kesayangannya itu.
Setelah bermanja-manja dengan Jack, Samuel segera meninggalkan mansion menuju markas untuk bertemu teman-temannya.
Sesampainya di markas, Samuel di sambut heboh oleh para anggota terlebih inti Avegas yang ternyata tidak ada yang pulang sejak semalam.
"Pajak jadian dong!" Ricky salah satu inti Avegas bersiul ria.
"Anjir akhirnya kutub utara punya cewek!" ledek Rayhan.
"Lo mau mati, hm?"
"Sasa baru saja posting, lo beneran pacara sama dia?" tanya sang ketua dan di jawab anggukan oleh Samuel.
Samuel menghela nafas panjang ketika pesan dan panggilan bertubi-tubi masuk ke ponselnya.
"Durhaka lo El diemin panggilan tante Fany," celetuk Rayhan yang sedari tadi memperhatikan ponsel Samuel. "Angkat woi, gue nggak mau ikut diteror!" desaknya.
Baru saja mengatakan hal itu, ponsel Rayhan sudah berdering, tentu saja pemanggilnya adalah mami Samuel.
"Halo Tante, nyari El ya? Iya ini ada di samping Ray sengaja nggak angkat katanya mau belejar jadi durhaka sama tante," ucap Rahyan panjang lebar. Itu membuat inti Avegas lainnya cekikikan sendiri.
Dengan sigap, Samuel merebut benda pipih itu di tangan Rahyan. "Iya Mam, iya. El bakal jemput Ara!" ucap Samuel setelah itu memutuskan sambungan telpon.
Semua orang yang ada di ruangan itu terutama Rayhan langsung terdiam mendengar nama Ara. Sekarang mereka mengerti kenapa mood Samuel buruk sejak pagi.
Kedatangan Ara tentu saja masalah bagi Samuel, apa lagi setelah laki-laki berwajah dingin itu pacaran dengan Sasa.
"Gue nggak ikut campur." Rayhan mengangkat tangannya tanda menyerah
Sementara Samuel langsung beranjak setelah melempar ponsel Rayhan ke atas meja, untung saja tidak pecah.
"Gue duluan!" ucap Samuel.
Bukan menyambar kuncir motornya, melainkan kunci mobil Keenan, sang wakil Avegas yang kebetulan membawa mobil.
Mobil yang mereka gunakan membawa senjata saat menjalankan misi dua hari yang lalu.
***
Senyuman Ara mengembang ketika keluar dari bandara melihat sosok cowok tampan yang bersandar di kap mobil bagian depan. Gadis itu berlari menghampiri Samuel setelah mendorong kopernya ke sembarang arah.
Tanpa mengenal tempat, Ara langsung memeluk Samuel.
"Abang, Ara kangen banget sama bang El. Abang datang mau jemput Ara iya kan?" tanya Ara masih dengan senyuman bahagia di wajahnya.
"Hm."
Samuel membuka pintu mobil depan untuk Ara, lalu menghampiri Deon juga Kirana yang merupakan sahabat orang tuanya.
"Biar saya yang angkat kopernya om, tante," sopan Samuel.
"Makasih yang Nak," ucap Kirana menyusul Ara masuk ke mobil, sementara Deon membantu Samuel memasukkan koper ke bagasi mobil.
Setelah semuanya siap, barulah kedua laki-laki itu menyusul. Sepanjang jalan menuju rumah orang tua Ara, Samuel tidak mengeluarkan sepatah katapun jika Ara yang bertanya, berbeda jika orang tua gadis itu yang berbicara.
"Ck, Kamu masih sama seperti dulu, jarang bicara," ucap Deon.
"Benar Yah, beda banget sama Fany yang cerewet," timpal Kirana.
Samuel hanya mengangguk sebagai tanggapan. Tanganya sejak tadi sudah mengepal karena genggaman tangan Ara yang tidak pernah lepas.
"Abang tahu kalau kita bakal tunangan? Abang milik Ara, dan Ara milik Abang. Hihihi ... Abang pasti senang kayak Ara," ucapnya cekikikan sendiri.
Sementara Samuel yang ditanya hanya fokus pada jalanan tanpa memperdulikan Ara sama sekali, bahkan ketika sampai di rumah.
Samuel membantu Deon menurunkan koper dan membawanya masuk kerumah. Rencana Samuel untuk pergi sepertinya gagal lagi, melihat dua manusia yang sangat dia kenali berdiri di ambang pintu.
Laki-laki berwajah dingin itu menghembuskan nafas panjang sebelum melangkah mendekati kedua orang tuanya.
"Mami kira kamu beneran nggak mau jemput Ara Nak," ucap Fany mengusap punggung Samuel.
"Mam, Samuel pergi dulu ya, ada urusan soalnya sama teman-teman, nanti balik lagi ...."
"Iya, pulangnya jangan malam soalnya ada acara di rumah."
Samuel mengangguk sebagai jawaban, setelah itu berlalu pergi. Kali ini tujuan Samuel bukan ke markas, melainkan kerumah gadis yang baru saja menjadi pacarnya beberapa jam yang lalu.
Samuel berharap, hubungan mereka baik-baik saja setelah kedatangan Ara, meski dia sudah mencium aroma-aroma perjodohan dari kedua orang tuanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!